PENGALAMAN BELAJAR
LAPANGAN
Di Desa Sungai Kitano Kecamatan
Martapura Timur Kabupaten Banjar
PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN
ANTUSIASME MASYARAKAT MENGENAI
KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI
PENYULUHAN DAN SOSIALISASI
DI DESA SUNGAI KITANO KECAMATAN
MARTAPURA TIMUR KABUPATEN BANJAR
TAHUN 2013
OLEH KELOMPOK 1 :
Maman SaputraI1A111006
Wahyu Rismadi I1A111041
Ahmad Tarmizi I1A111056
Eliya DamayantI1A111203
Nur Laily I1A111206
GAMBARAN UMUM
Desa Sungai Kitano
•
Pemukiman padat
•
Sebagian besar menetap di pinggiran
Sungai Martapura sehingga kebanyakan
menggunakan air sungai sebagai sumber
air dan menggunakan jamban di sungai
•
1 rumah dpt dihuni oleh 2 kepala keluarga
•
Rata-rata berpendidikan rendah, yaitu SD
•
Tidak memiliki sarana tempat
pembuangan sampah (TPS)
Pelayanan kesehatan di desa sungai kitano
•
Memiliki satu poskesdes/polindes < 1 km
•
Polindes memiliki 1 orang bidan
•
Tidak memiliki sarana tansportasi
pelayanan kesehatan seperti
ambulans/angkutan milik bersama.
•
Memiliki 7 orang kader posyandu.
Diagnosa Komunitas
Penjajakan
Perencanaa
n Survei
Pelaksanaa
n Survei
Analisa
Survei
Umpan balik
ke komunitas
Upaya
Permasalahan / Hasil Diagnosa Komunitas
Hasil identifikasi masalah, yaitu :
• Cakupan kunjungan bumil K1-K4 dan persalinan ditolong nakes di
bawah standar pelayanan minimal (SPM).
• Pengetahuan PUS dan WUS yang rendah tentang kesehatan
reproduksi.
• Tidak adanya sarana angkutan umum untuk ke tempat pelayanan
kesehatan.
• Program Jampersal dan Jamkesmas tidak tepat sasaran dan banyak
masyarakat yang tidak memahami cara penggunaannya.
• Kesadaran masyarakat yang rendah tentang pemberian ASI eksklusif
dan imunisasi.
• Beberapa bayi dan balita mengalami gizi kurang (BGM) dan
masyarakat sasaran kuesioner mengeluhkan gejala anemia.
• Perilaku masyarakat menggunakan air sungai untuk minum, buang
Penentuan prioritas Masalah
Penentuan prioritas Masalah
Dilakukan dengan Teknik
Multiple Criteria Utility
Assessment
(MCUA) dengan kriteria dan bobot
yang disesuaikan dengan kesepakatan bersama.
•
Menetapkan Kriteria
•
Melakukan Pembobotan Kriteria
•
Membuat Skor Masing-masing Kriteria
Terhadap Masing-masing Masalah
Hasil Penentuan Prioritas
1. Pengetahuan PUS dan WUS yang rendah tentang kesehatan reproduksi.
2. Beberapa bayi dan balita mengalami gizi kurang (BGM) dan masyarakat sasaran kuesioner mengeluhkan gejala anemia.
3. Program Jampersal dan Jamkesmas tidak tepat sasaran dan banyak masyarakat yang tidak memahami cara penggunaannya.
4. Kesadaran masyarakat yang rendah tentang pemberian ASI eksklusif dan imunisasi.
5. Cakupan kunjungan bumil K1-K4 dan persalinan ditolong nakes di bawah standar pelayanan minimal (SPM)
6. Perilaku masyarakat menggunakan air sungai untuk minum, buang air besar di sungai, buang sampah sembarangan dan merokok masih tinggi.
•Kurangnya pendekatan individu yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dan kader-kader posyandu dalam mensosialisasikan pentingnya kesehatan reproduksi bagi masyarakat.
•Fungsi posyandu belum
maksimal, khususnya tentang kespro
•Belum maksimalnya peran tokoh
masyarakat dan kader dalam menangani masalah kesehatan reproduksi.
•Rendahnya tingkat pendidikan
Pengetahuan yang rendah tentang kesehatan reproduksi
•Lingkungan sosial yang belum memiliki pengetahuan dan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan reproduksi
•Lingkungan budaya yang masih bertentangan dengan kesehatan reproduksi, seperti nikah muda, banyak anak banyak rezeki
Tidak tersedia fasilitas
penunjang peningkatan pengetahuan seperti tempat belajar
•Kurangnya
pengawasan dari pihak pelayanan kesehatan (polindes dan puskesmas)
•Kualitas pelayanan
Pemecahan
masalah
No Faktor Risiko Pemecahan Masalah
1. Metode
- Kurangnya pendekatan
individu yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dan kader-kader posyandu dalam mensosialisasikan pentingnya kesehatan reproduksi bagi masyarakat.
- Fungsi posyandu belum maksimal, khususnya tentang kesehatan reproduksi.
- Peningkatan sosialisasi ke
masyarakat tentang
kesehatan melalui
pendekatan individu oleh sasaran sekunder (aparat desa, kader, dan tokoh masyarakat).
- Peningkatan antusiasme masyarakat ke tempat pelayanan kesehatan dan
melakukan
kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada kesehatan.
No Faktor Risiko Pemecahan Masalah 2. Manusia
- Belum maksimalnya peran tokoh masyarakat dan kader dalam menangani masalah kesehatan reproduksi.
- Rendahnya tingkat pendidikan
- Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader mengenai kesehatan ibu dan anak (KIA) dan pemberian apresiasi atas peran sasaran sekunder (aparat desa, kader, dan tokoh masyarakat).
- Melakukan pelatihan dan refreshing kader
- Setelah pengetahuan dan keterampilan sasaran sekunder meningkat, maka mereka akan melakukan transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan mereka kepada sasaran primer (masyarakat umum) melalui metode pendekatan individu/ interpersonal melalui kegiatan-kegiatan desa, seperti posyandu, arisan, dan lain-lain.
3. Kebijakan
- Kurangnya pengawasan dari pihak pelayanan kesehatan (polindes dan puskesmas)
- Peningkatan fungsi controling dan pengawasan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat dasar dan desa (puskesmas dan polindes) melalui proses pemantauan, pelaporan dan evaluasi yang baik.
- Peningkatan kerjasama lintas program (KIA, Gizi, Promkes, dll.) dan lintas sektor (Pemda, Pertanian, Perikanan, Bappeda, dll.
Kebijakan
- Kualitas pelayanan kesehatan masih belum optimal
- Peningkatan pelayanan polindes dan posyandu, khususnya di bidang kesehatan ibu dan anak (KIA) dan promosi kesehatan.
4. Sarana
- Tidak tersedia fasilitas
penunjang peningkatan
pengetahuan
- Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana terkait (polindes, posyandu, penyediaan air bersih, dan pengelolaan sampah).
- Pemanfaatan dan
pengembangan fasilitas yang sudah tersedia.
5. Dana
- Tingkat perekonomian rendah - Sebagian besar masyarakat
bertani
- Pemanfaatan sumber daya
alam desa (pertanian,
perikanan).
- Optimalisasi penggunaan jaminan sosial (BLSM), jaminan pendidikan (beasiswa) dan jaminan kesehatan (Jampersal, Jamkesmas).
6. Lingkungan
- Lingkungan sosial yang belum memiliki pengetahuan dan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan reproduksi
- Pembentukan kesadaran
masyarakat akan kesehatan melalui sosialisasi oleh sasaran sekunder (aparat desa, kader, dan tokoh masyarakat).
Lingkungan
- Lingkungan budaya yang masih
bertentangan dengan
kesehatan reproduksi, seperti nikah muda, banyak anak banyak rezeki
Prioritas pemecahan masalah
Prioritas pemecahan masalah
ditentukan dengan metode Bryant.
Kriteria yang telah disepakati adalah
sebagai berikut:
–
Waktu Penerapan (A)
–
Biaya yang diperlukan (B)
Intervensi
•
Perencanaan
•
Persiapan
Kesimpulan
Permasalahan kesehatan yang ditemukan di Desa Sungai Kitano, seperti kesenjangan akses terhadap pelayanan
kesehatan yang bermutu, rendahnya kualitas kesehatan masyarakat, ditemukannya kasus gizi buruk dan gizi kurang, perilaku hidup yang tidak sehat serta fasilitas sanitasi yang tidak memadai.
Prioritas permasalahan yang dipilih adalah permasalahan pengetahuan PUS dan WUS yang rendah tentang kesehatan reproduksi.
Kegiatan intervensi yang ditentukan untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah melakukan peningkatan
pengetahuan dan antusiasme masyarakat tentang kesehatan melalui sosialisasi dengan pendekatan individu oleh sasaran sekunder (aparat desa, kader, dan tokoh masyarakat).
Salah satu bentuknya adalah sosialisasi kegiatan dan pelaksanaan posyandu. Kegiatan sosialisasi ini berhasil tersampaikan ke masyarakat sasaran dan pelaksanaan