MAKALAH PRESENTASI KASUS HALUSINASI 1. Tinjauan Teori Halusinasi
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra (Isaacs, 2002). Sedangkan menurut Direja (2011) halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangasanga internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Kien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.
Menurut Maramis (2005) halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.
Menurut Stuart (2007) halusinasi adalah kesan respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpukan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien.
a. Jenis
Jenis halusinasi terbagi dalam:
Jenis Halusinasi Prosentase Karakteristik
Penglihatan (Visual) 20 % Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu (olfactory) Membaui bau-bauan tertenru seperti bau darah, urine atau feces. Umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
Pengecapan (gustatory) Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine atau feces.
Perabaan (tactile) Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI a. Faktor Predisposisi
1. Genetic
Setelah diketahui secara genetik bahwa halusinasi di turunkan melalui kromoson-kromoson namun demikian yang beberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen halusinasi ada kromozom no 6 dengan kontribusi genetik tambahan no 4, 8, 15, dan 22 (Dan Carpenter, 2002) anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami halusinasi sebesar 50% jika salah satunya mengalami halusinasi sementara dizigote peluangnya sebesar 15%, orang anak yang salah satunya orang tua yang mengalami halusinasi, sementara bila kedua orang tuanya halusinasi maka peluangnya mencapai 35% (Rasmun,2001).
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan halusinasi. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya halusinasi.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan halusinasi kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
3. Neuraotransmiter
Halusinasi juga di sebabkan adanya kehidupan seimbang neurotransmitter dopamine berlebihan tidak seimbang dengan kadar serolonine
4. Abnormal perkembangan saraf 5. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
6. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.
b. Faktor Prespitasi
putus asa dan tidak berdaya. Menurut Stuart (2007). faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1. Biologis (mekanisme penghantar listrik yang abnormal)
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber Koping (proses pengolahan informasi yang berlebih)
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.
C. MANIFESTASI KLINIK
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi:
1. Tahap 1 : Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan
Gejala klinis: a. Data Subjektif
1) Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas. 3) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran
b. Data Objektif
1) Menyeriangai, tersenyum sendiri/tertawa tidak sesuai 2) Menggerakkan bibir tanpa bicara/tanpa suara
3) Gerakan mata cepat 4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2 : Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipasti/ bersifat menjijikkan
Gejala klinis: a. Data Subjektif
1) Pengalaman sensori menakutkan 2) Mulai merasa kehilangan kontrol
3) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut 4) Menarik diri dari orang lain
5) Non Psikotik b. Data Objektif
1) Cemas, peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah 2) Konsentrasi menurun, rentang perhatian menyempit
3) Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita
3. Tahap 3 : Mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi (halusinasi bersifat mengendalikan)
Gejala klinis: a. Data Subjektif
1) Pasien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya. 2) Isi halusinasi menjadi antraktif
3) Kesepian bila sensori berakhir 4) Psikotik
b. Data Objektif
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
4. Tahap 4 : Menguasai tingkat kecemasan panik secara umum diatur dan dipengaruhi oleh waham (halusinasi bersifat menaklukkan).
Gejala klinis: a. Data Subjektif
1) Pengalaman sensori menjadi ancaman
2) Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika tidak diintervensi)
3) Psikotik b. Data Objektif
1) Perilaku panik
2) Pasien mengikuti halusinasi 3) Tidak mampu mengendalikan diri
4) Tindakan kekerasan, agitasi menarik diri atau ketakutan
5) Tidak mampu mengikuti perintah nyata dan perintah yang kompleks 6) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
7) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
D. PSIKOPATOLOGI
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Isolasi sosial : Menarik diri
Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
E. PENATALAKSANAAN a. Medis (Psikofarmako) 1) Chlorpromazine
a)Indikasi :
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.
b)Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system ekstra pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau tidak sadar.
- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama jantung. - Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
d) Kontra indikasi
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg pada malam hari saja.
2) Haloperidol (HLP) a)Indikasi :
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal. c) Efek samping
- Sedasi dan inhibisi psikomotor
- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
3) Trihexyphenidil (THP) a) Indikasi:
b) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan antikolinergik lainnya.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan b. Isolasi sosial
c. Resiko periaku mencederai diri d. Harga diri rendah
G. FOKUS INTERVENSI
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
a. Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain. b. Tujuan khusus
Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
INTERVENSI RASIO
Bina hubungan saling percaya dengan :
1. Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
2. Perkenalkan diri dengan sopan.
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
4. Jelaskan tujuan pertemuan. 5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. 7. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.
2) TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi timbulnya halusinasi.
b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
INTERVENSI RASIO
1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya. Bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan
Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya juga dapat memutuskan halusinasinya
seolah-olah ada teman bicara.
3. Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :
a. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang di dengar.
b. Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.
c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh/menghakimi).
d. Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti dia.
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
4. Diskusikan dengan klien tentang
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri, jengkel, sedih)
5. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, tenang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
intervensi
Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari faktor timbulnya halusinasi.
Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya halusinasi mempermudah tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat.
Mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien
3) TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya. Kriteria evaluasi :
b) Klien dapat menyebutkan cara baru.
c) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan klien.
d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.
e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.
INTERVENSI RASIO
1. Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri sendiri dan lain-lain)
2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
3. Diskusikan cara untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi :
a. Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada saat halusinasi muncul.
b. Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota keluarga yang lain untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.
c. Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
d. Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri.
4. Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk memutus halusinasi secara bertahap, misalnya dengan :
a. Melakukan ibadah.
b. Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.
c. Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat
Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut.
Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.
Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi.
(pengajian, gotong royong).
d. Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika masih muda).
e. Mencari teman untuk ngobrol.
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
6. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita dan stimulasi persepsi.
Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilih.
Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi realitas akibat halusinasi.
4) TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
Kriteria evaluasi :
a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi.
INTERVENSI RASIO
1. Membina hubungan saling percaya dengan menyebutkan nama, tujuan pertemuan dengan sopan dan ramah.
2. Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga. Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
3. Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :
a. Pengertian halusinasi
b. Gejala halusinasi yang dialami klien.
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.
Mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan menambah pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah halusinasi.
c. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
d. Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah, misalnya : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama.
e. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
5) TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kriteria evaluasi :
a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat.
b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar. c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat. d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa
konsutasi.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
INTERVENSI RASIO
1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi serta manfaat minum obat.
2. Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
3. Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek samping obat yang dirasakan.
Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien melaksanakan program pengobatan.
Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
5. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar obat, benar waktunya, benar caranya, benar pasiennya).
Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.
Rasional : Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.
2. TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian A. Identitas
Nama : Tn. I
Umur : 30 th
Jenis Klamin : laki-laki
Alamat : bantul, yogyakarta Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Tgl Masuk : 01 juni 2016
Dx. Medis : F 20.0 (Skizofrenia paranoid)
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.s
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : bantul, yogakarta Hub. Dengan Klien : saudara
C. Alasan Masuk
Pasien sering berbicara sendiri dan tertawa sendiri
D. Faktor Perdisposisi
klien sakit kurang lebih 2 th yang lalu. klien sebelumnya belum pernah mengalami gangguan jiwa klien tidak mengalami trauma aniaya fisik,seksual,kekerasan dalam keluarga serta tindakan kriminal. Dalam anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Klien juga tidak mengalami pengalaman yang buruk
Keadaan umum : baik
TD : 120/80 mmHg
RR : 18 x/menit
TB : 172 cm
N : 88 x/menit
S : 36°c
BB : 56 kg
F. Penkajian fisikososial Genogram
Keterangan:
: laki-laki : laki-laki
meninggal
: perempuan : pasien
: tinggal serumah : perempuan meninggal
G. Pola asuh
klien mengatakan tinggal bersama kedua orang tuanya
Sejak kecil Tn.I di asuh oleh kedua orang tuanya, bersama dengan kedua kakak laki-lakinya, Tn.I sangat rajin membantu kedua orang tuanya di rumah
H. Konsep diri a. Gambaran diri
klien mengatakan bersyukur dengan apa yang ada pada tubuhnya. Pasien mengatakan walaupun saya kurus tapi saya tinggi
Klien mengatakan dirinya adalah seorang laki-laki berumur 30 th belum menikah dan belum mempunyai keluarga sendiri c. Peran diri
Klien mengatakan adalah seorang anak yang belum mempunyai pekerjaan dan belum berkeluarga
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali berkumpul dengan keluarganya di rumah terutama ibunya. Pasien ingin bekerja.pasien juga ingin memulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
e. Harga diri
Klien mengatakan walaupun harapan saya belum tercapai saya tetap berusaha dan tetap optimis
f. Hubungan sosial
a) Orang yang berarti :
b) Peran dalam kegiatan kelompok :
- Sebelum sakit, klien lebih senang berkumpul dan pergi jalan-jalan.Hubungan dengan keluarga juga baik namun 2 bulan terakhir ini klien sering menyendiri dan banyak diam tidak mau bicara .
- Saat di rumah sakit, pasien tampak aktif di lingkungan rumah sakit, pasien mau berbicara jika di tanya
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
- Sebelum sakit , pasien kurang bisa bergabung atau berinteraksi dengan orang lain
- Saat di rumah sakit, pasien bisa bergabung dengan orang lain dengan baik
g. Spiritual
a) Nilai kepercayaan :
Pasien mengatakan sakit ini adalah cobaan dari ALLAH SWT dan pasien percaya akan kesembuhanya
b) Kegiatan ibadah :
Pasien mengatakan ibadah 5 waktu
h. Status mental
1. Penampilan umum
Klien berpenampilan tidak rapi dalam berpakaian, kukunya panjang,gigi kuning dan bau mulut. klien juga tidak memakai alas kaki /sandal
2. Pembicaraan
3. Aktivitas motorik
Gerakan tubuh klien lambat dan lesu namun klien mau mengikuti kegiatan dirumah sakit seperti menyapu,mengepel dan mencuci piring
4. Alam perasan
Klien tampak khawatir jika mendengar bisikan-bisakan itu datang .
5. Afek
Klien saat diajak bercanda ekspresi pasien biasa-biasa saja. (tidak berespon)
6. Intraksi selama wawancara
Klien tampak kooperatif namun kontak mata kurang , terlihat seperti menatap tajam dan melihat sesuatu dan sering menengok kanan kiri saat di ajak bicara , klien mau menceritakan masalah yang di hadapi.
7. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak jelas, frekuensinya 1xsehari pada malam saat menjelang tidur
8. Proses pikir
Tangensial: pasien saat ditanya menjawab dengan berbelit – belit dan tidak sampai dengan pertanyaan perawat
9. Isi pikir
Klien tidak memiliki gangguan isi pikir 10. Tingkat kesadaran
Kesadaran tn I composmentis , orientasi waktu , tempat dan orang masih baik. Dan klien juga mengatakan bahwa dirinya sakit dan mengerti bahwa dirinya berada di rumah sakit jiwa.
11. Memori
Klien mudah mengingat apa yang baru di kenal, klien juga masih mengingat dengan apa yang dia lakukan sebelum ia masuk ke rumah sakit jiwa.
12. Tingkat konsentrasi
Klien mampu berhitung dan mengerti barang-barang yang ada di sekitarnya tingkat konsentrasi klien tinggi mudah menangkap dan paham tentang sesuatu pengatahuan yang di berikan oleh perawat.
13. Daya titik diri
I. Kebutuhan pasien pulang
1. Kemempuan memenuhi kebutuhan
Klien mampu mampu memenuhi kebutuhan makan,keamanan,perawatan kesehatan dan tempat tinggal 2. Kegiatan sehari -hari
Klien sudah bisa melakukan kegiatan sehari-hari (makan,mandi,kebersihan BAB/BAK, dan ganti baju
3. Nutrisi
Klien merasa puas dengan selera makannya dan menghabiskan makananya,klien terlihat lahab (frequensi makan 3xsehari) 4. Istirahat
Klien mengatakan jarang tidur siang karena digunakan untuk aktifitas dan kien juga mengatakan terkadang sulit tidur siang karena ada suara yang menyuruhnya untuk tidak menutup mata ketika malam hari klien bisa tidur.
5. Penggunaan obat
Setelah klien pulang maka pengobatannya rawat jalan dan akan di urus oleh keluarganya dan di rumah masih mengkonsumsi obat-obatan yang di berikan oleh rumah sakit.
6. Pemeliharaan kesehatan
Klien melakukan pemeliharaan kesehatan secara mandiri di rumah.
7. Aktivitas di dalam dan luar rumah Kegiatan di dalam rumah
Klien selalu membantu kegiatan yang di lakukan di rumah seperti membersihkan halaman, mengepel dan mencuci piring.
Kegiatan di luar rumah
Klien mengaku akan berusaha untuk bertemu dan pergi jalan-jalan dengan teman sebayanya.
J. Mekanisme koping Adaptif
Jika pasien mumpunyai masalah,pasien mengatakan cara pengalihan dengan bicara dengan orang lain agar masalahnya terlupakan
K. Masalah psikologi dan lingkungan
- Masalah dengan dukungan kelompok/keluarga
Klien jarang berbicara dengan pasien lain,tidak mampu memulai pembicaraan
Klien kurang bisa bergaul atau berinteraksi dengan orang lain
- Masalah dengan pendidikan Klien hanya lulusan smp - Masalah dengan perumahan
Klien masih tinggal dengan kedua orang tuanya - Masalah dengan pekerjaan
Pasien belum bekerja - Masalah ekonomi
Klien selama ini dibiayai dengan orang tuanya Klien termasuk dari keluarga yang tidak mampu Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan disekitar rumahnya terdapat pelayanan kesehatan yaitu posyandu,puskesmas dan rumah sakit
L. Aspek medis
1. Diagnosa medis : f 20.0 (skizofrenia paranoid) 2. Terapi medis
ChlorpromaZine 2x100 mg / (pagi-sore) secara oral Haloperidol 2x5 mg / (pagi-sore) secara oral Risperidone 2x2 mg / (pagi-sore) secara oral Thryhixipenidile 2x2 mg / (pagi-sore) secara oral B. ANALISA DATA
No Tgl/jam Data fokus diagnosis paraf 1 Senin, mendengar suara dan bisikan - klien
mengatakan mendengar suara yang tidak beraturan dan kacau
- klien
mengatakan mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap Do :
- klien terlihat sering berbicara sendiri
- klien terlihat senyum-senyum sendiri
- klien terlihat menyendiri dan melamun giginya sering sakit
- pasien mengatakan jarang menyikat gigi
terlihat kuning dan bau mulut
Defisit
perawatan diri
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran 2. Defisit perawatan diri
D. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl/jam Diagnosis
Rencana keperawatan
Rasional Tum/Tuk & kriteria hasil Tindakan
Gangguan intraksi di harapkan klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya dengan kriteria hasil Sp I:
1. Identifikasi njenis halusinasi pasien
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien.
2. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien.
3. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien.
4. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien. 7. Melatih pasien cara
kontrol halusinasi dengan menghardik.
halusinasi pasien.
4. Identifikasi isi halusinasi
respon terhadap halusinasi.
7. Latih pasien cara kontrol
berapa sering halusinasi respon pasien saat halusinasi jika muncul. teratur minum obat, (prinsip 5 benar minum obat)
3. Membimbing pasien
1. Validasi maslah dan latihan sebelumnya. 2. Jelaskan cara
memasukan Dengan berbincang-bincang dengan orang lain.
3. Membimbing pasien dalam jadwal kegiatan harian
1. Validasi masalah dan latihan
kegiatan yang sudadi lakukan Sp III
1. Mempalidasi
masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan ( yang biasa di lakukan pasien). 3. Membimbing
pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
1. Validasi masalah dan latihan sebelumnya. 2. Latih pasien cara
kontrol apakah pasien sudah mampu
kegiatan yang
sudah di
lakukan
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tgl/jam
Diagnosis Implementasi Evaluasi Respon Paraf
kamis
- Saya masih mendengar bisikan suara
- Saya mendengar suara yang tidak beraturan
waktu halusinasi respon pasien terhadap
halusinasi
7. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi yang pertama
- Saya ajak bercakap-cakap
O : Pasien terlihat bisa melakukan cara menghardik dengan baik.
A : Masalah sudah teratasi
- Pasien mampu menghardik dengan benar
P : Lanjutkan SP II : mengontrol halusinasi dengan mengajarkan minum obat . jadwal kegiatan harian klien 2. Memberikan pendidikan
keadaan tentang penggunaan obat secara teratur 3. Menganjurkan
klien memasukan
ke jadwal minum 2 macam obat yaitu
warna kuning
4. Menganjurkan klien
mendemonstrasik
an cara
mengontrol halusinasi yang sudah di ajarkan 5. Memberi pujian
jika klien menggunakan obat dengan benar
dan yang warna merah muda (haloperidol) berguna untuk mengurangi suara – suara, diminum 2x sehari (pagi dan sore) jam 7.30 dan 16.30
O :Klien bersedia dan mau menggunakan obat dengan baik dan benar.
A : sp II belum tercapai
- Klien belum mampu menyebutkan jenis obat yang dengan benar
Sabtu 25-06-16
Sp II : yang ke 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 2. Memberikan pendidikan
keadaan tentang penggunaan obat secara teratur 3. Menganjurkan
klien memasukan
ke jadwal halusinasi yang sudah di ajarkan kegiatan dalam buku kegiatan - Pasien bersedia di beri
- Pasien mengatakan meminum obat 2xsehari pagi dan sore kegunaan obat dengan benar - Klien mengerti dampak
minum obat A : SP II tercapai
- Klien mampu menyebutkan jenis obat dan kegunaannya P: lanjutkan SP III: cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
- Mengajarkan pasien untuk mengontrol halusinasinya dengan bercakap-cakap
3. PEMBAHASAN
Telah disebutkan sebelumnya bahwa masalah keperawatan yang muncul pada
pengkajian Tn.I adalah sebagai berikut:
1. Gangguan prersepsi sensori halusinasi pendengaran
2. Defisit perawatan diri
Kelompok melakukan satu masalah keperawatan dari dua masalah keperawatan
Yang dialami oleh Tn.I yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi pendengar dikarenakan gangguan persepsi halusinasi adalah core problem. Hal ini disebapkan karena kelompok memprioritaskan berdasarkan sifat yang mengancam jiwa pasien,bersifat dominan dan bisa oleh kelompok saat sekarang dan disini. Pembahasan akan dilakukan sesuai dengan prioritas masalah dan tindakan yang dilakukan
Pada saat pengkajian kelompok tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi,
kontak mata terjalin klien mampu berjabat tangan,namun klien terlihat tertawa sendiri
Untuk mengatasi masalahini,kelompok menyiapkan laporan dan strategi pelaksanaan dengan pertanyaan terbuka agar klien leluasa menyampaikan perasaanya.kelompok menyiapkan perasaanya. Kelompok menyiapkan diri untuk lebih bersabar,memahami persoalan klien dan berempati terhadap klien.
Pada saat memulai interaksi di pagi hari,kelompok memotivasi klien untuk memenuhi personal hiegen,menemani klien menyapu di sekitar halaman dan melakukan kontrak dengan klien sering tapi singkat
Dengan cara ini klien tampak nyaman berinteraksi dengan kelompok. Untuk membina hubungan saling percaya kelompok berinisiatif untuk masing-masing membuka diri dengan menceritakan tentang identitas, asal, tujuan dan ketertarikan berkenalan dengan klien.
Strategi pelaksanaan sesuai dengan sp baik untuk klien maupun untuk keluarga klien.kelompok terlebih dahulu menanyakan perasaan klien yang klien alami saat ini dan menyanyakan jadwal kegiatan harian klien .setelah melakukan kesepakatan maka topik percakapan dilanjutkan ke tahap kerja. Kelompok menanyakan tentang halusinasi yang di alaminya. Klien menjawab dengan lancar. Pada pertemuan selanjutnya secara bertahap kelompok mengajarkan pada klien cara mengontrol halusinasinya kelompok selalu memberikan reinfocement positif atas usaha yang dilakukan.
4.IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. KESIMPULAN DARI PROSES DAN HASIL PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN YANG TELAH DILAKUKAN
Tahap pengkajian memerlukan waktu yang lama yaitu membutuhkan kesetaraan, keterampilan berkomunikasi, membina hubungan saling percaya, komunikasi yang baik, serta memperdalam pengetahuan tentang halusinasi pendengaran.
Dari data ada yang ada penyusun memprioritaskan 2 diagnosa yaitu: gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan defisit perawatan diri
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. I dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya , klien dengan halusinasi pendengaran perlu dilakukan tindakan awal dengan membina hubungan saling percaya, mengenal halusinasi serta cara mengontrol halusinasinya. Selain iti peranan peranan terapi psikofarmaka juga tidak kalah pentingnya dalam pencapain keberhasilan klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
B. SARAN ATAU REKOMENDASI
Untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam merawat klien Tn. I dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran,diperlukan perhatian dari :
1. Klien
Klien harus punya motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan kemampuan klien secara bertahap, salah satunya dengan cara klien harus melakukan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan selama di rumah sakit
2. Keluarga
Keluarga dapat melanjutkan peranan klien dirumah dengan memanfaatkan support system keluarga untuk mencegah kekambuhan klien
Keluarga juga harus memberikan reinforcement positif terhadap klien setiap klien dapat melakukan aktivitas atau kegiatan yang positif
3. Mahasiswa
Diharapkan pada mahasiswa yang akan melakukan praktek keperawatan kesehata jiwa telah mempersiapkan secara kognitif dengan penguasaan konsep asuhan keperawatan jiwa yang lebih matang sehingga tidak banyak mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan dilapangan atau di lahan praktek