BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Permainan Bola Basket
Bola basket adalah salah satu olahraga yang terkenal/populer didunia. Penggemarnya dari segala usia merasakkan permaian bola basket adalah olahraga yang menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur, dan menyehatkan. Keterampilan-keterampilan perseorangan seperti tembakan, umpan drible, dan rebound, serta kerja sama tim untuk menyerang atau bertahan, adalah prasyarat agar berhasil dalam memainkan olahraga ini.
Bola basket dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing regu terdiri dari 5 pemain. Setiap regu berusaha memasukan bola ke dalam keranjang lawan dan berusaha mencegah lawan untuk memasukan bola atau mencetak angka dengan cara bola dioper, dilempar, ditepis, digelindingkan atau dipantulkan segala arah sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan.
Dalam pembinaan prestasi bola basket agar tercipta prestasi yang optimal, maka perlu pembinaan seutuhnya dari olahraga bola basket. Prestasi terbaik hanya akan dicapai bila pembinaan dapat dilaksanakan dan tertuju pada aspek-aspek pelatihan seutuhnya, mencakup :
1) Kepribadian Atlet
Istilah kepribadian atlet dalam bentuk pelaksaan operasional ini adalah sejumlah ciri unik dari seorang atlet. Untuk dapat berprestasi dalam olahraga dibutuhkan sifat-sifat tertentu yang sesuai dengan tuntutan cabangnya, yaitu: sikap positif melaksakan latihan, loyal terhadap kepemimpinan, rendah hati, semangat bersaing dan berprestasi.
2) Kondisi Fisik
tuntutan kerja bagi seseorang mencakup kebugaran bertalian dengan kesehatan dan kebugaran bertalian dengan prestasi.
3) Keterampilan Teknik
Pembinaan keterampilan teknik tertuju pada penguasaan teknik yang rasional dan ekonomis dalam suatu cabang olahraga. Bila kekuatan, stamina dan kecepatan sudah berkembang, maka atlet dapat mengalami peningkatan teknik. Persoalan penting bagaimana memadukan kemampuan fisik untuk mendukung keterampilan. 4) Keterampilan Taktis
Latihan taktik tertuju pada peningkatan keterampilan taktis. Untuk itu atlet harus dapat memanfaatkan kondisi fisik, keterampilan dan kondisi psikologis guna merespon kekuatan atau kelemahan lawannya secara efektif. Selain itu agar ia mampu beradaptasi dengan situasi kompetisi secara keseluruhan.
5) Kemampuan Mental
Latihan mental tertuju ada kemampuan mental, karena ditaksir sekitar 90-95% variasi prestasi sebagai pengaruh kemampuan mental. Pembinaan mental dimaksudkan agar atlet mampu membuat keputusan dengan cepat dan tepat, atlet mampu mengurangi stress mental, atau mengatasi stress mental dari beban latihan yang berat dan atlet memiliki stabilitas emosi yang tangguh [HAP13].
Teknik dasar bola basket adalah penguasaan ketrampilan gerak di dalam olahraga bolabasket yang merupakan suatu landasan dalam usaha mencapai prestasi yang optimal .Dalam penelitian ini teknik dasar bola basket yang akan dimaksud adalah teknik dasar
passing, dribble, dan shooting.
2.2Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan atau manajemen pengetahuan yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
pembuatan keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif.
Untuk membantu mempercepat dan mempermudah proses pengambilan keputusan, diperlukan suatu bentuk Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System). Tujuannya adalah untuk membantu pengambilan keputusan memilih berbagai alteratif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang diperoleh/tersedia dengan menggunakan model-model menggunakan model-model pengambilan keputusan.
Lima karakteristik utama SPK adalah sitem yang berbasis komputer, dipergunakan untuk mengambil keputusan, untuk memecahkan masalah-masalah yang rumit yang tidak dapat digunakan dengan kakulasi manual, melalui cara simulasi yang interaktif, komponen utamanya data dan model analisis.
2.3Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP dikembangkan Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memiliki alternatif yang paling disukai. Pada dasarnya AHP adalah metode untuk memecahkan suatu masalah yang komplek dan tidak terstruktur ke dalam kelompoknya, mengatur kelompok-kelompok tersebut kedalam suatu susunan hierarki, memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dengan suatu sintesis ditentukan elemen yang mempunyai prioritas tertinggi.
Metode AHP menguraikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki yang melakukan pengukuran untuk menemukan skala rasio perbandingan berpasangan, baik untuk data diskrit maupun berkelanjutan. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatn perasaan dan prefrensi relatif si pengambil keputusan.
A. Prinsip Kerja Analytical Hierarchy Process
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang
tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata
dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai
numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif
dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan
berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut [NAS09].
B. Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang perlu dipahami, diantaranya sebagai berikut:
1. Decomposition (membuat hirarki)
Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahkannya menjadi elemen-elemen yang lebih kecil dan mudah dipahami.
2. Comparative judgement (penilaian kriteria dan alternatif)
Kriteria dan alternatf dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut Saaty, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat diukur menggunakan tabel analisis seperti pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Intensitas
Kepentingan
Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan
3. Synthesis of priority (menentukan prioritas)
4. Logical consistency (konsistensi logis)
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu
C. Prosedur Analytical Hierarchy Process
Menurut Kusrini, 2007 (dikutip oleh Manurung, 2010) secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.
2. Menentukan prioritas elemen
a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.
b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.
3. Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah:
a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.
b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan ntuk memperoleh normalisasi matriks.
c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4. Mengukur konsistensi
a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan seterusnya.
b. Jumlahkan setiap baris.
c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.
d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada. Hasilnya di sebut maks.
5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus:
... (1)
Di mana n = banyaknya elemen.
6. Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR) dengan rumus:
... (2)
Dimana CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index
IR = Indeks Random Consistency
7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki, berarti langkah kedua harus diulang kembali. Namun, jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.
Tabel 2 Daftar Indeks Random Konsistensi (IR) Ukuran matriks Nilai IR
15 1.59 D. Langkah-Langkah dalam Metode AHP
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari masalah yang dihadapi yaitu menetapkan tujuan, kriteria, dan alternatif.
2. Menentukan prioritas elemen
a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan berpasangan antar elemen dan membandingkannya.
b. Cara membandingkannya yaitu dengan mengisi matriks perbandingan menggunakan bilangan untuk membedakan tingkat kepentingan dari suatu elemen terhadap elemen lain.
3. Sintesis
Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhanprioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :
a. Menjumlahkan semua nilai dari setiap kolom pada matriks
b. Membagi nilai dari kolom dengan total nilai kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.
c. Lalu dari hasil normalisasi matriks, dicari nilai rata-rata dari setiap baris. Hasilnya disebut eigen vector yang dinormalkan.
4. Mengukur konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, perlu mengetahui seberapa baik konsistensi pertimbangan yang ada untuk menghindari hasil keputusan dengan tingkat konsistensi yang rendah. Oleh karena itu hal-hal yang harus dilakukan untuk mengetahui tingkat kekonsistensian adalah :
a. Kalikan total nilai pada kolom pertama dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris pertama, kalikan total nilai pada kolom kedua dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris kedua, kalikan total nilai pada kolom ketiga dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris ketiga dan seterusnya hingga selesai.
b. Jumlahkan hasil perkalian tersebut untuk mendapatkan nilai eigen
c. Hitung Indeks Konsistensi / Consistency Index (CI), dengan rumus :
... (3)
Keterangan :
CI = Rasio penyimpangan konsistensi. λmax = nilai eigen maksimum.
n = banyaknya elemen.
d. Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR), dengan rumus :
... (4)
Keterangan :
CR= Consistency Ratio RI = nilai Random Index
Nilai Random Index dapat dilihat seperti pada Tabel 2
Tabel 3. Random Index
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
n 11 12 13 14 15
RI 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
5. Memeriksa konsistensi hirarki.
Jika nilai CR lebih dari 0,100 maka penilaian data judgment harusdiperbaiki. Namun jika nilai CR kurang atau sama dengan 0,100 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan konsisten.
6. Mencari total rangking.
Langkah terakhir adalah menghitung total rangking dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai eigen vector tiap kriteria dengan nilai eigen vector
alternatif pada kriteria yang sama, sehingga diperoleh alternatif terbaik
Gambar 1. Langkah-langkah dalam Metode AHP
Contoh 1.
- Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif. Tujuan: Menentukan murid terbaik.
Kriteria : dribling, shooting, dan passing. Alternatif : David,Vito,dan Timmy.
- Menentukan prioritas elemen semua kriteria, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 4.
ya ya Mulai
Definisikan masalah
Sintesis
Konsisten ?
Menentukan prioritas alternatif dari masing-masing kriteria
Konsisten ?
Selesai
Tidak
Tidak Sintesis
Menentukan prioritas kriteria
Tabel 4. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria Kriteria Dribling Shooting Passing
Dribling 1 2 4
Shooting 1:2 1 3
Passing 1:4 1:3 1
- Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang disederhanakan
Kriteria Dribbling Shooting Passing
Dribbling 1,000 2,000 4,000
Shooting 0,500 1,000 3,000
Passing 0,250 0,333 1,000
∑ 1,750 3,333 8,000
Tabel 6. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang dinormalkan
Kriteria Dribbling Shooting Passing Eigen Vector
Dribbling 0,571 0,600 0,500 0,557
Shooting 0,286 0,300 0,375 0,320
Passing 0,143 0,100 0,125 0,123
- Mengukur konsistensi
Nilai eigen maksimum = (1,750 x 0,557) + (3,333 x 0,320) + (8,000 x 0,123)
= 3,023
Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka :
- Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka hasil perhitungan dinyatakan konsisten.
- Menentukan prioritas elemen untuk kriteria kepribadian, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling
Dribling David Vito Timmy
David 1 4 3
Vito 1:4 1 1:2
Timmy 1:3 2 1
- Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling yang disederhanakan
Dribling David Vito Timmy
David 1,000 4,000 3,000
Vito 0,250 1,000 0,500
Timmy 0,333 2,000 1,000
Tabel 9. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling yang dinormalkan
Dribling David Vito Timmy Eigen Vector
David 0,632 0,571 0,667 0,623
Vito 0,158 0,143 0,111 0,137
Timmy 0,210 0,286 0,222 0,239
- Mengukur konsistensi
Nilai eigen maksimum = (1,583 x 0,623) + (7,000 x 0,137) + (4,500 x 0,239)
= 3,025
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks Konsistensi yang diperoleh :
Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka :
- Menentukan prioritas elemen untuk kriteria nilai akademik, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Shooting
Shooting David Vito Timmy
David 1 1:2 2
Vito 2 1 3
Timmy 1:2 1:3 1
- Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 11 dan Tabel 12.
Tabel 11. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria yang Shooting disederhanakan
Shooting David Vito Timmy
David 1,000 0,500 2,000
Vito 2,000 1,000 3,000
Timmy 0,500 0,333 1,000
∑ 3,500 1,833 6,000
Tabel 12. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Shooting yang dinormalkan
Shooting David Vito Timmy Eigen Vector
David 0,286 0,273 0,333 0,297
Vito 0,571 0,546 0,500 0,539
Timmy 0,143 0,182 0,167 0,164
- Mengukur konsistensi
Nilai eigen maksimum = (3,500 x 0,297) + (1,833 x 0,539) + (6,000 x 0,164)
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks Konsistensi yang diperoleh :
Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka :
- Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka hasil perhitungan dinyatakan konsisten.
- Menentukan prioritas elemen untuk kriteria Passing, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 13.
Tabel 13. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing
Passing David Vito Timmy
David 1 1:3 2
Vito 3 1 3
Timmy 1:2 1:3 1
- Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 14 dan Tabel 15.
Tabel 14. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing yang disederhanakan
Passing David Vito Timmy
David 1,000 0,333 2,000
Timmy 0,500 0,333 1,000
∑ 4,500 1,666 6,000
Tabel 15. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing yang dinormalkan
Passing David Vito Timmy Eigen Vector
David 0,222 0,200 0,333 0,252
Vito 0,667 0,600 0,500 0,589
Timmy 0,111 0,200 0,167 0,159
- Mengukur konsistensi
Nilai eigen maksimum = (4,500 x 0,252) + (1,666 x 0,589) + (6,000 x 0,159)
= 3,070
Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks Konsistensi yang diperoleh :
Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka :
- Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka hasil perhitungan dinyatakan konsisten.
- Mencari total rangking
David = (0,557 x 0,623) + (0,320 x 0,297) + (0,123 x 0,252) = 0,473
= 0,321
Timmy = (0,557 x 0,239) + (0,320 x 0,164) + (0,123 x 0,159) = 0,205
Penilaian terbesar adalah David, sehingga David adalah pemain terbaik. Hasil tersebut dapat dilihat seperti pada Tabel 16.
Tabel 16. Nilai Total Hasil Rangking
Overall Composite Weight David Vito Timmy
Dribbling 0,557 0,623 0,137 0,239
Shooting 0,320 0,297 0,539 0,164
Passing 0,123 0,252 0,589 0,159
Composite Weight 0,473 0,321 0,205
2.4 Metode Profile Matching
Penelitian ini menggunakan metode Profile Matching, Profile Matching merupakan suatu metode penelitianyang dapat digunakan pada sistem pendukungkeputusan, proses penilaian kompetensi dilakukandengan membandingkan antara satu profil nilai (nilaikebutuhan kompetensi) dengan beberapa profil nilaikompetensi lainnya, sehingga dapat diketahui hasil dariselisih kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan, selisihdari kompetensi disebut gap, dimana gap yang semakinkecil memiliki nilai yang semakin tinggi .
Profile Matching adalah sebuah mekanismepengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwaterdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harusdimiliki oleh pelamar, bukannya tingkat minimal yangharus dipenuhi atau dilewati.
Langkah-langkah pada metode Profile Matching yaitu :
1. Menentukan variabel – variabel pemetaan Gap kompetensi menentukan aspek-atspek yang akan digunakan dalam memproses nilai karyawan.
2. Menghiung hasil pemetaan Gap kompetensi yang dimaksud dengan Gap disini adalah beda antara profil karyawan dengan profil standar yang diharapkan. Dapat ditunjukkan dengan rumus dibawah ini:
Setelah menentukan bobot nilai gap untuk ketiga aspek yaitu aspek kapasitas intelektual, sikap kerja dan perilaku dengan cara yang sama. Kemudian tiap aspek dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu Core Factor dan Secondary Factor.
Core factor (faktor utama) merupakan aspek (kompetensi) yang paling menonjol/paling dibutuhkan oleh suatu jabatan yang diperkirakan dapat menghasilkan kinerja optimal. Untuk menghitung core factor dibutuhkan rumus :
... (6)
NCF = nilai rata-rata core factor
NC = Jumlah total nilai core factor tiap aspek IC = Jumlah item core factor
Secondary factor (factor pendukung) adalah item-item selain aspek yang ada pada
core factor. Untuk menghitung secondary factor digunakan rumus:
... (7)
NSF = nilai rata-rata secondary factor
NS = Jumlah total nilai secondary factor tiap aspek IS = Jumlah item secondary factor
Perhitungan Nilai Total Tiap Aspek. Dari hasil setiap aspek di atas berikutnya dihitung nilai total berdasarkan presentasi dari nilai core factor dan secondary factor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja tiap-tiap profil. Untuk dapat menghitung nilai total tersebut dapat digunakan rumus :
NAK = 60% (NRC) + 40% (NRS) ... (8) N = Nilai total tiap aspek
NRC = Nilai Core factor