A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan suatu bentuk pembelajaran yang menyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. Disamping itu Pembelajaran Kelas Rangkap berarti seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda untuk membimbing belajar pada satu mata pelajaran atau lebih di jam yang sama. Guru yang mengajar dalam bentuk rangkap seperti ini seharusnya memiliki tingkat kefokusan yang double/ganda, artinya saat guru mengajar kefokusan seorang guru tidak terpecah kemana-mana dan menjadikan guru bingung untuk mengajar, apalagi mengajar di satu kelas dengan tingkatan kelas yang berbeda. Pembelajaran Kelas Rangkap menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda.
Pembelajaran Kelas Rangkap dilakukan tidak hanya karena faktor kekurangan tenaga guru, tetapi juga karena alasan letak geografis yang sulit dijangkau, ruangan kelas terbatas, jumlah siswa yang relatif sedikit, guru berhalangan hadir, atau mungkin faktor keamanan seperti di daerah pengungsi.
2. Rumusan Masalah
2.1 Apakah manfaat Pembelajaran Kelas Rangkap di Sekolah Dasar?
2.3 Bagaimana upaya yang dapat dilakukan guru untuk memelihara suasana kondusif dalam pembelajaran kelas rangkap?
3. Tujuan
3.1 Untuk menguji manfaat pembelajaran kelas rangkap di Sekolah Dasar.
3.2 Untuk menguji aneka model pembelajaran kelas rangkap yang dapat diterapkan di Sekolah Dasar.
3.3 Untuk mendeskripsikan upaya yang dapat dilakukan guru untuk memelihara suasana kondusif dalam pembelajaran kelas rangkap.
B. Pembahasan Inti
1. Manfaat Pembelajaran Kelas Rangkap di Sekolah Dasar
Penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap di SD bertujuan untuk mewujudkan pencapaian hasil belajar siswa yang bersifat akademik, sosial, dan personal dengan memanfaatkan kemandirian guru dalam mengajar dan dengan sarana pendukung yang tersedia di sekolah itu dan sekitarnya.
Udin.S (1998:19) menyampaikan seperti diidentifikasikan oleh UNESCO (1988) bahwa Pembelajaran Kelas Rangkap memiliki sejumlah manfaat atau keuntungan antara lain:
a. Guru yang sama mengajar siswa yang sama setiap tahun, dengan begitu guru akan memahami siswa sebagai individu lebih baik dan memberikan perlakuan yang tepat.
b. Siswa kelas yang tinggi dapat membantu siswa adik kelasnya yang akan memperkuat dirinya dalam belajar. c. Penilaian guru terhadap siswa akan lebih cermat dan utuh
d. Terbuka peluang yang lebih leluasa untuk pembinaan saling pengertian dan kerjasama antar siswa dari berbagai usia/kelas.
e. Setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya.
f. Lebih efisien daripada sistem pembelajaran mata pelajaran atau guru kelas.
Serta, dengan menerapkan PKR kekurangan guru atau ketidakhadiran guru dapat diatasi tanpa mengurangi intensitas pembelajaran. Namun demikian perlu diingat bahwa penguasaan guru mengenai mata pelajaran juga tetap merupakan persyaratan penting. Bila guru tidak menguasai mata pelajaran yang dirangkapnya kemanfaatan PKR akan berkurang. Penguasaan materi ini tentu saja erat kaitannya dengan ketersediaan sumber belajar bagi guru dan siswa.
2. Aneka Model Pembelajaran Kelas Rangkap yang Dapat Diterapkan di Sekolah Dasar
Model pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan di Sekolah Dasar, antara lain adalah
a. Model Pembelajaran Kelas Rangkap dengan Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS)
Berikut merupakan langkah-langkah model PBAS: Kategori Kegiatan Bentuk Kegiatan
Penyeleksian Menemukan informasi esensial Membuat catatan tentang hal
yang penting
Mengeksplorasi ide pokok
Pemahaman Melihat bahan lebih awal
Penguatan Ingatan Mengkaji ulang bahan Mengingat butir penting Mengetes sendiri
Merancang cara belajar sendiri Penjabaran Lanjutan Bertanya pada diri sendiri
Membentuk citra sendiri Menarik analogi dan metapora Pengintregasian Mengungkapkan sendiri
Membuat Ilustrasi atau diagrammenggunakan banyak sumber
Mengaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki
Menjawab permasalahan sendiri Pemantauan Mengecek apa yang telah
dikuasai
Menyadari kekuatan dan kelamahan diri sendiri
Model PBAS merupakan suatu kerangka kegiatan belajar atas prakarsa siswa atau secara mandiri, bisa dilakukan secara perorangan dan kelompok mencari dan mengolah informasi atas dorongan belajar dari diri, tanpa menunggu tugas dari orang lain tentu dengan mendapat bimbingan seperlunya dari guru.
b. Model Pembelajaran Kelas Rangkap dengan Proses Belajar melalui Kerja Sama (PBMKS)
1) Olah Pikir Sejoli (OPS)
Model ini mempunyai langkah –langkah pelaksanaan sebagai berikut:
Tahapan Rician Kegiatan
1 Murid menyimak kegiatan yang diajukan oleh guru.
2 Semua murid diberi kesempatan untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan tersebut.
3 Guru memberi isyarat agar murid secara berpasangan duduk untuk mendiskusikan jawaban yang telah dikirim sendiri dan merumuskan jawaban mereka sendiri.
4 Masingmasing pasangan diminta untuk menyampaikan jawabannya dalam diskusi kelas dan bimbingan guru.
berperan sebagai penanya, moderator atau pengatur, dan pengelola kelas.
2) Olah Pikir Berebut (OPB)
Model OPB memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Tahapan Rician Kegiatan
1 Guru mengajukan pertanyaan yang meminta banyak jawaban.
2 Murid secara perorangan berpikir dan selanjutnya memberi jawaban secara lisan. Model OPB merupakan kerangka kegiatan belajar yang menekankan pada proses berpikir menyebar atau “divergent thinking” secara dialogis. Model OPB ini diadaptasi dari model “Roundrobin” dari Kagan (1989) dalam Miler (1989). Model ini termasuk dalam ke dalam proses curah pendapat atau yang dirangsang dengan pertanyaan menyebar yakni pertanyaan yang menuntut banyak jawaban yang bervariasi. Pola PKR yuang cocok sebagai arena penerapan ini adalah pola satu atau lebih dari satu kelas dalam satu ruangan untuk membahas satu atau lebih dari satu mata pelajaran yang mempunyai topik umum yang ditata dengan penggugusan topik dan subtopik.
Tujuan model ini bukanlah untuk mendapatkan suatu kesimpulan tetapi untuk melibatkan sebanyak-banyaknya murid dalam menggali sebanyak-banyuknya pendapat. Peran guru yang utama adalah sebagai penanya sesuai tujuan pembelajaran, moderator, dan manajer kelas.
3) Konsultasi Intra Kelompok (KIK)
Model KIK merupakan kerangka kegiatan belajar kelompok dalam memecahkan masalah dengan menggunakan sumber belajar yang tersedia.
Tahapan Rician Kegiatan
1 Murid diminta menyiapkan alat tulis di tempat atau di atas meja masing-masing.
2 Satu orang untuk setiap kelompok diminta membacakan pertanyaan pertama dari beberapa pertanyaan yang telah disiapkan. 3 Semua murid berusaha untuk menjawab
pertanyaan dari buku yang tersedia atau dari hasil diskusi kelompok.
4 Murid yang tidak bertugas membaca pertanyaan pada setiap kelompok ditugasi untuk mengecek apakah murid dalam kelompok lain mengerti maksud pertanyaan yang diberikan dan menyepakati jawaban yang diberikan.
5 Bila telah dicapai kesepakatan mengenai jawaban atau pertanyaan itu, semua murid mengambil alat tulis dan menuliskan jawaban dengan kata-kata sendiri pada buku catatan masing-masing.
6 Meneruskan kegiatan untuk pertanyaan ke-2 dan seterusnya sampai merata keseluruh murid dalam masing-masig kelompok.
akan lebih cocok digunakan di kelas tinggi, dimana murid sudah bisa menuliskan buah pikirannya.
4) Tutorial Teman Sebaya (TTS)
Berikut merupakan langkah-langkahnya:
Tahapan Rician Kegiatan
1 Memilih murid yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
2 Memberikan tugas khusus untuk membantu temannya dalam bidang tertentu.
3 Guru selalu memantau proses saling membantu tersebut.
4 Memberikan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik anak yang membantu maupun yang dibantu merasa senang.
Model Tutorial Teman Sebaya (TTS) merupakan kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelasnya yang memiliki kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melakukan sesuatu kegiatan atau memahami suatu konsep.
Model TTS dirancang untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan saling membantu antar teman sebaya. Miller (1989) memberikan beberapa saran untuk dapat berhasilnya program tutorial sebagai berikut:
a) Memulai dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai. b) Menjelaskan tujuan itu kepada seluruh murid.
c) Menyiapiapkan bahan dan sumber belajar yang memadai. d) Menggunakan cara yang praktis.
e) Menghindari kegiatan yang bersifat mengulang yang telah dilakukan guru.
g) Memberikan latihan singkat mengenai kegiatan yang akan dilakukan tutor.
h) Melakukan pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutorial.
Dalam memanfaatkan tutor sebaya guru berperan sebagai manusia yang akan dimintakan keterangan, petunjuk, dan sarannya oleh murid yang ditugasi sebagai tutor sebaya. Guru harus menjaga agar murid yang menjadi tutor tidak bersikap sombong.
5) Tutorial Lintas Kelas (TLK)
Model Tutorial Lintas Kelas merupakan kerangka kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan siswa lain kelas yang lebih tinggi untuk membantu siswa kelasnya dalam memahami atau mengerjakan sesuatu.
Berikut merupakan langkah-langkahnya:
Tahapan Rician Kegiatan
1 Memilih murid yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
2 Memberikan tugas khusus untuk membantu adik kelasnya dalam bidang tertentu.
3 Guru selalu memantau proses saling membantu tersebut.
4 Memberikan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik anak yang membantu maupun yang dibantu merasa senang.
Model TLK digunakan secara lintas kelas. Murid kelas yang lebih tinggi, misalnya murid kelas VI yang pandai ditugasi untuk membantu kelompok kelas dibawahnya. Semua saran Miller (1989) untuk model TTS berlaku untuk model ini.
Model Diskusi Meja Bundara merupakan kerangka kegiatan belajar sisa yang bersifat mengundang pendapat siswa secara tertulis dalam suasana terstruktur.
Berikut langkah-langkahnya:
Tahapan Rician Kegiatan
1 Murid dibagi kedalam kelompok kecil berjumlah 3-4 orang.
2 Guru mengajukan pertanyaan yang menuntut banyak jawaban.
3 Selembaran kertas diedarkan dalam setiap kelompok, lalu secara bergilir setiap murid dalam kelompok itu menuliskan jawaban pertanyaan menurut pendapatnya sendiri.
Model DMB ini diadaptasi dari model “Roundtable” dari Kagan tahun 1989 dalam Miller (1989). Tujuan model ini ialah mengembangkan keterampilan mengemukakan ide secara tertulis melalui situasi kerja kelompok. Model ini mirip dengan model OPB, hanya dalam model OPB jawaban murid disampaikan secara lisan. Penggunaan model ini akan lebih tepat di kelas tinggi, dimana anak sudah mampu menulis dengan sangat baik.
7) Tugas Diskusi-Resitasi (TDR)
Model Tugas Diskusi – Resitasi merupakan kerangka kegiatan belajar siswa dalam rangkaian kegiatan melaksanakan tugas, mendiskusikan tugas, dan melaporkan hasil pengerjaan tugas tersebut.
Berikut merupakan langkah-langkahnya:
Tahapan Kategori Kegiatan
1 Pemberian tugas oleh guru.
Model ini cocok digunakan di kelas tinggi. Tujuan model ini tertuju pada pengembangan keterampilan akademis yang dicapai melalui situasi kerjasama. Dalam model ini guru berperan sebagai manager kelas, narasumber, dan penilai/pemonitor.
8) Aktivitas Tugas Tertutup (ATTu) dan Aktivitas Tugas Terbuka (ATTa)
Kedua model tersebut (ATTu dan ATTa) merupakan kerangka kegiatan belajar melalui pemberian tugas kepada siswa secara terarah pada satu jawaban atau banyak jawaban.
Model ATTA dan ATTU merupakan model pemberian tugas, tidak memiliki langkah khusus. Yang khas dari kedua model ini salah satunya ialah dalam sifat isi tugasnya. Tugas tertutup berbentuk tugas yang hanya memerlukan satu jawaban yang benar. Sedangkan tugas terbuka berbentuk tugas yang menuntut hasil yang beraneka ragam misalnya tugas membuat karangan.
3. Upaya Guru untuk Memelihara Suasana Kondusif dalam Pembelajaran Kelas Rangkap
Situasi ruangan tempat pembelajaran kelas rangkap berlangsung akan berbeda dengan situasi dari pembelajaran kelas tunggal. Hal yang menjadikan situasi tempat pembelajaran kelas rangkap dengan kelas tunggal merupakan adanya keragaman yang lebih pada kelas rangkap, antara lain:
1) Kelompok siswa dari dua kelas atau lebih.
2) Satu atau lebih dari satu mata pelajaran yang diajarkan. 3) Satu atau lebih dari satu topik yang dibahas.
5) Satu atau lebih dari satu ruang belajar yang dipakai, waktu yang bersamaan dihadapi serta dikelola hanya satu orang guru.
Seorang guru harus mampu menangani keragaman tersebut secara terencana, sehingga seorang guru hendaknya memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memelihara disiplin kelas untuk memungkinkan setiap siswa selalu berada dalam tugas belajarnya dan tidak mengganggu siswa lainnya.
2) Menciptakan dan memelihara suasana kelas yang menarik, artinya siswa dan guru merasa betah dan senang, artinya siswa dan guru tidak merasa bosan melakukan kegiatan belajar-mengajar di sekolahnya.
3) Selalu sadar merasa terikat oleh tujuan belajar yang telah dirumuskan dengan tepat, berani mengambil keputusan situasional yakni mengambil keputusan yang diambil pada saat berlangsungnya pembelajaran demi mencapai hasil belajar murid yang setinggi-tingginya.
C. Penutup
1. Simpulan
Pada pembahasan makalah berjudul “Aneka Model Pembelajaran Kelas Rangkap” dengan tiga rumusan rumusan masalah, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Pembelajaran kelas rangkap bermanfaat untuk mencapai hasil belajar siswa yang bersifat akademik, sosial, dan personal. b. Aneka model pembelajaran kelas rangkap antara lain adalah
(TLK), Diskusi Meja bundar (DMB), Tugas Diskusi-Resitasi (TDR), serta Aktivitas Tugas Terbuka dan Aktivitas Tugas Tertutup (ATTa dan ATTu).
c. Seorang guru dapat berupaya memelihara suasana kondusif dalam pembelajaran kelas rangkap dengan melakukan penegakkan disiplin kelas, merancang pembelajaran yang menarik, dan mampu mengambil keputusan situasional dengan tepat.
D. Daftar Pustaka
Djalil, Area, dkk. 2011. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Universitas Terbuka.