• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Akhlak Moral dan Etika (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengertian Akhlak Moral dan Etika (2)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Pengertian Akhlak, Moral dan Etika

Pengertian akhlak, moral dan etika yang mencakup tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun buruk dalam hubungannya dengan Allah Swt atau dengan sesama makhluk. Maraknya kasus perjudian, minum

miras, penyalahgunaan narkoba, pencurian, seks bebas, merupakan kebiasaan buruk yang melanda generasi muda di zaman modern. Kualitas dalam diri manusia dan kehidupan akan sangat menentukan totalitas diri atau jati diri manusia,

lingkungan sosial, dan kehidupan individu.

Perbedaan antara akhlak, moral dan etika memang tipis. Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, manusia mampu menilai perilaku orang lain, apakah itu bagus atau jelek. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Seorang muslim dikatakan sempurna jika telah memahami dan

menerapkan ayat Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Di era kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, sangat mempengaruhi karakter seseorang.

Pengertian Akhlak, Moral dan Etika

Gaya hidup glamour dan pergaulan bebas merupakan contoh dari moral yang buruk. Segala hal yang berhubungan dengan norma-norma kebenaran menjadi esensial bagi pengembangan manusia utuh dalam konteks sosial. Berikut ini adalah pengertian akhlak, moral dan etika

Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak ialah hal ihwan yang melekat pada jiwa (Sanubari). Dari situ timbul perbuatan-perbuatan secara mudah tanpa dipikir panjang dan diteliti terlebih dahulu (Spontanitas). Apabila hal ihwal atau tingkah laku itu menimbulkan

perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut pikiran dan syari’ah, maka tingkah laku itu disebut ahklak yang baik. Apabila menimbulkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka tingkah laku disebut ahklak yang buruk. Ahklak terpuji dan baik tidak akan terbentuk begitu saja, landasan dalam islam adalah Al-Quran dan al-hadits. Dari kedua landasan inilah dijelaskan kreteria demi kreteria antara kebajikan dan kejahatan, keutamaan dan keburukan, terpuji dan tercelah. Kedua Landasan itupula yang dapat dijadikan cermin dan ukuran akhlak muslim. Ukuran itu ialah iman dan takwa semakin tinggi keimanan dan ketakwaan semakin tinggi keimanan dan

(2)

Definisi akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Etika adalah studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.

Pengertian Moral

Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Pengertian akhlak, moral dan etika yang memiki objek sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Bisa dibayangkan jika hidup ini tidak ada ketiganya, maka orang akan dengan semena-mena menyakiti orang lain tanpa ada rasa bersalah ataupun berdosa.

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang akhlak (moral). Dari pengertian kebahsaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku

manusia. Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya.

Pengertian Etika

(3)

pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk.

Perbedaan Pengertian Akhlak, Moral, dan Etika 1. Akhlak: standar penentuan Al-Quran dan Hadits

2. Moral: besifat lokal/khusus

3. Etika: lebih bersifat teoritis/umum Perbedaaan antara etika, moral, dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan akhlak berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah Al-Quran dan Hadits.

Akhlak Mulia

Pengertian akhlak mulia bisa diartikan sebagai perbuatan yang terpuji dan Islami. Kata mulia yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat. Merupakan perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami).

(4)

A. Pengertian Akhlak

Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti tingkah laku, perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatandengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. (Azyumadi.2002.203-204)Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, bahwa akhlak adalah sifat yang tertanamdalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.Dari definisi-definisi tersebut, kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatanakhlak, yaitu; pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwaseseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yangdilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam

keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yangdilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan denganciri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukankarena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena inginmendapatkan suatu pujian.

B. Pengertian Moral

Secara bahasa dibentuk dari bentuk dari kata mores yang artinya adat kebiasaan. Moral iniselalu dikaitkan dengan ajaran baik/buruk yang diterima

umum/masyarakat.Moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas darisifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.Secara umum bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan

terhadapaktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika danmoral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetahui bahwa antara etika dan moralmemiliki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnyaditentukan posisinya apakah baik atau buruk.

C. Pengertian Etika

Dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yangsitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dansebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai

(5)

ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk.

Etika Dibagi Atas Dua Macam1. Etika deskriptif

Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengansituasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.

2. Etika Normatif

Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus bertindaksesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku manusia dalamkehidupan sehari hari.

D. Perbedaan Akhlak, Moral, dan Etika 1.Akhlak : standar perenentuan Al-Qur‟an dan Al

-Hadits2.Moral : besifat lokal/khusus3.Etika : lebih bersifat teoritis/umumPerbedaaan antara etika, moral, dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang

dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan akhlak berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah

(6)

PENGERTIAN ETIKA , MORAL DAN AKHLAK  Etika

Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak yang merupakan bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti, tabiat atau watak yang tercantum dalam al-qur’an sebagai konsideran. (Pertimbangan yg menjadi dasar penetapan keputusan, peraturan)

“ Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang agung” ( Q.S Al-Qalam: 4 )

Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang di lakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.

Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ethos , yang berarti adat kebiasaan.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas – asas akhlak. Ahmad Amin menegaskan etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Etika secara terminologis, menurut Ahmad Amin etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Etika dalam Encyclopedia Britania dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi tentang sifat dasar dari konsep baik dan buruk, harus, benar dan salah ( Zubair 1980)

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.

 Moral

Moral secara etimologis berasal dari bahasa latin Mores, bentuk plural dariMos yang berarti kesusilaan, tabiat atau kelakuan.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, dari W.J.S Poerwodarminto dijelaskan bahwa moral adalah ajaran tentang baik-buruk dari perbuatan.

(7)

 Akhlak

Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkah laku,

perangai, tabi’at. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi Akhlak adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.

Ibn Maskawaih menyatakan akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan. Abdullah Dirroz dalam Tatapangarsa (1984) menegaskan“ Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana

berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar ( dalam hal akhlak baik ) atau pihak yang jahat ( dalam hal akhlak yang tidak baik ).

Imam Ghozali menyatakan akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan

pertimbangan pikiran.

Akhlak yang baik disebut akhlakul karimah (akhlak mahmudah).Akhlak yang buruk disebut akhlakul mazmumah.

(8)

A. Sumber-Sumber Akhlak

Sumber akhlak adalah wahyu (al-Qur’an dan al-Hadits). Sebagai sumber akhlak wahyu menjelaskan bagaimana berbuat baik. al-Qur’an bukanlah hasil renungan manusia, melainkan firman Allah SWT yang Maha pandai dam Maha bijaksana. Oleh sebab itu, setiap muslim berkeyakinan bahwa isi al-Qur’an tidak dapat dibuat dan ditandingi oleh bikinan manusia. Sumber akhlak yang kedua yaitu al-Hadits meliputi perkataan, ketetapan dan tingkah laku Rasulullah SAW.

Dasar akhlak yang dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu:

ا ًرْيِثَك َا َرَكَذ َو َرِخ ْلا َم ْوَيْلا َو َا اوُج ْرَي َناَك ْنَمّل ٌةَنَسَح ٌة َوْسُأ ِا ِل ْوُسَر ْيِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل

Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S.al-Ahzab : 21)

Dasar akhlak dari hadits yang secara eksplisit menyinggung akhlak tersebut yaitu sabda Nabi:

َق َل ْخَ ْلا َم ِراَكَم َمّمَتُ ِل ُتْثِعُب اَمّنِا

Artinya : “Bahwasanya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak”.

Jika telah jelas bahwa al-Qur’an dan hadits rasul adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul karimah.

B. Konsep akhlak dalam Ajaran Islam

Konsep akhlak islami merupakan akhlak yang menggunakan konsep dasar

ketentuan Allah SWT. Rumusan akhlak islami yang demikian adalah rumusan yang diberikan oleh mayoritas ulama’.

Konsep kesusilaan yang nyata secara islami dapat ditegaskan sebagai berikut : Ø Konsep kebajikan yang mutlak. Islam telah mengarahkan akhlakul karimah, baik perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan, oleh karena itu wajib bagi pemeluknya melaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan;

Ø Kebaikan yang menyeluruh. Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh umat manusia, bahkan seluruh alam ini (rahmatan lil ‘alamin);

Ø Kemampuan. Akhlak islami menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada ilmu dan kemampuan yang dimiliki manusia itu;

Ø Kewajiban yang dipenuhi. Akhlak yang bersumber dari agama islam wajib ditaati setiap muslim, karena mencapai seluruh aspek kehidupan.

(9)

A. Karakteristik Akhlak Islami

Pada hakikatnya Akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam

perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa

memerlukan pemikiran. Akhlak mempunyai beberapa karakteristik atau ciri khas yaitu :

1.Bersifat umum dan terperinci.

Di dalam al-Qur’an ada materi akhlak yang dijelaskan secara umum dan ada pula yang mendetail. Misalnya dalam Q. S. al-Nahl (16) : 90, diserukan perintah untuk berakhlak secara umum; berbuat adil, berbuat kebaikan, melarang perbuatan keji, munkar dan permusuhan. Sedangkan dalam surat al-Hujurat (49) : 12, secara terperinci dinyatalan larangan untuk saling mencela dan memanggil dengan gelar yang buruk.

2.Manusiawi

Yaitu ajaran akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlaq dalam Islam. Ajaran ini diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki bukan kebahagiaan semu.

3.Universal

Maksudnya bahwa ruang lingkup akhlak itu luas sekali, yakni mencakup semua tindakan manusia baik tentang dirinya maupun orang lain atau yang bersifat pribadi, kemasyarakatan ataupun negara. Keuniversalan itu menunjukkan luasnya

cakupannya yaitu meliputi segenap aspek kehidupan secara pribadi maupun kemasyarakatan, dan menyangkut semua interaksi manusia dengan semua aspek kehidupan.[2]

4.Keseimbangan

Yaitu ajaran akhlaq dalam Islam berada di tengah antara yang mengkhayalkan manusia sebagai malaikat yang menitik beratkan segi kebaikannya dan yang mengkhayalkan manusia sebagai hewan yang menitik beratkan sifat keburukannya saja. Manusia menurut pandangan Islam memiliki 2 kekuatan dalam dirinya yaitu kekuatan baik pada hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa

nafsunya. Akhlaq Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia, jasmani dan ruhani secara seimbang, serta memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan akhirat secara berimbang pula. Bahkan memenuhi kebutuhan pribadi harus seimbang dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat.

5.Realistik

(10)

memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual. Dengan kelemahan-kelemahannya itu manusia sangat mungkin melakukan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran. Oleh sebab itu Islam memberikan

kesempatan kepada manusia yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri dengan bertaubat.[3]

6.Akhlak sebagai buah dari iman.

7.Akhlak menjaga konsistensi antara cara dan tujuan. Islam tidak mengizinkan mancapai tujuan, walaupun baik dengan cara-cara kotor yang bertentangan dengan syariat. Karena hal tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip Akhlaq

al-Karimah.[4]

(11)

Pengantar

Akhlak mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam agama Islam. Setiap aspek ajaran Islam selalu berorientasi pada pembinaan dan pembentukan akhlak. Ibadah yang disyariatkan Islam bukanlah suatu jenis ritual yang kering dan hanya mengaitkan manusia kepada satu wujud transendental serta membebaninya dengan serangkaian ritus agama yang hampa makna. Tetapi, hal itu merupakan suatu bentuk “exercise” (latihan) untuk mengkondisikan manusia agar hidup dalam suasana penuh keluhuran budi (akhlak) dalam kondisi apapun.

Misi utama Rasulullah di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak, tepat sekali jawaban Aisyah r.a. atas pertanyaan mengenai akhlak Rasulullah, yaitu: “Akhlak Nabi Muhammad saw. adalah Alquran”. Jawaban yang ringkas dan sarat makna ini menunjukkan Alquran telah menyatu dalam diri Nabi dan menjadi paradigma dalam totalitas perilaku kesehariannya, sehingga Allah memposisikan Nabi tidak hanya sebagai pembawa risalah langit, tetapi sekaligus sebagai “uswatun hasanah”

Realitas sosial sebelum “bi’tsah” Nabi telah melahirkan nilai-nilai moral yang sudah berakar dan tertancap kuat di tengah-tengah masyarakat Arab. Kehadiran misi Nabi tidak serta merta mengeliminirnya, bahkan dalam batas-batas tertentu, Nabi

mengakomodasi dan menjadikannya sebagai bagian integral ajaran Islam.

Substansi misi suci Nabi terkait erat dengan semangat “rabbaniyah dan insaniyah” yaitu pola hubungan antara dimensi vertikal (hablum min Allah) dan dimensi

horizontal (hablum min An-Naas). Jika pola hubungan ini cukup kuat dan sejati, maka akan memancar pelbagai bentuk relasi pergaulan manusia yang berbudi luhur. Dari semangat rabbaniyyah dan insaniyyah ini. Nabi membangun masyarakat

madani yang bercirikan kuat dan berorientasi kepada nilai-nilai luhur (akhlaq al-karimah). Oleh karena itu, suatu tatanan masyarakat yang sehat dan berkualitas akan terwujud bila akhlak menjadi mainstream dan terefleksikan dalam perilaku keseharian.

Karakteristik Akhlak

Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Alquran dan Sunnah, mengandung muatan universalistik dan partikularistik. Muatan universalistik merupakan “common platform”(titik persamaan) nilai-nilai moral lain yang ada di dunia, sedangkan muatan partikularistik menunjukkan cirri khas dan karakteristik akhlak Islam yang berbeda dengan yang lainnya. Ciri khas dan karakteristik akhlak Islam itu meliputi:

1) Akhlak Rabbaniyah

Akhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Ilahi merupakan

“reference source” (sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti mengandung kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajarkan oleh wahyu adalah kebaikan menurut akal dan yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu adalah keburukan menurut akal.

2) Akhlak Insaniyah

(12)

semua makhluk Allah. 3) Akhlak Jami’iyah

Akhlak jami’iyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikannya untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan baik yang berdimensi vertikal maupun yang berdimensi horisontal.

4) Akhlak Wasithiyah

Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan

keseimbangan (tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti keseimbangan antara rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan seterusnya. Allah swt. dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua kelompok manusia yang memiliki sifat saling berlawanan. Kelompok pertama hanya memprioritaskan

kehidupan dunianya, dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan membunuh kesadarannya akan kehidupan akhirat. Sedangkan kelompok yang kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di dunia dan di akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok pertama akan

mendapatkan keinginan-keinginan duniawinya, namun di akhirat tidak mendapatkan apa-apa, sedangkan kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan

kebahagiaan dunia dan akhirat. 5) Akhlak Waqi’iyah

Akhlak waqi’iyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak

memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia didasari oleh suatu kenyataan, bahwasanya manusia itu di samping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki sejumlah kelemahan. Firman Allah berikut memperjelas kondisi objektif manusia paling mendasar: “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S. 91:7-8) Ayat di atas memberikan pemahaman bahwasanya manusia memiliki dua potensi yang berhadapan secara diametral. Satu potensi menunjukkan kualitas insaniyah dan yang satunya lagi manunjukkan kelemahan.

Dalam ayat lain terdapat sebuah ilustrasi, bahwasanya kondisi realitas

menjustifikasi untuk melakukan sesuatu yang tadinya terlarang. “Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. 2:173)

Dengan memahami karakteristik akhlak Islam ini, mudah-mudah kita terpacu untuk mewujudkan akhlak Islam di pentas kehidupan sehingga harmoni tercipta di muka bumi.

(13)

Prinsip Akhlak

1. Akhlak yang baik dan benar harus didasarkan atas al-Qur’an dan as-Sunah bukan dari tradisi atau aliran-aliran tertentu yang sudah tampak tersesat.

Aliran ahlus sunah memandang baik buruk didasarkan atas agama, dan akal tidak mungkin mengetahui yang baik dan buruk tergantung pada kesesuaian dengan akal, karena akal merupakan anugerah Allah yang mulia. Al-Ghazali memandang baik buruk atas akal yang didasari dengan jiwa agama baik berdasarkan Qur’an maupun hadis. sedang Abu A'la al-Maududi memandang baik buruk ditentukan oleh pengalaman, rasio, dan intuisi manusia yang dibimbing tuhan melalui wahyu-Nya. Tampaknya pendapat yang terakhir inilah yang dapat dijadikan prinsip baik akhlak alami, karena kenyataannya akhlak merupakan

kebiasaan yang reflektif yang semestinya ditopang oleh kebenaran rasio, dan intuisi dibimbing oleh wahyu Allah.

2. Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, kepada sesama manusia, dan kepada makhluk Allah

Berakhlak kepada manusia adalah toleransi antaragama, memberikan hak sebagai tetangga, warga negara atau warga agama, ikut terlibat dalam segala hal, tidak ingin menang sendiri, bertanggungjawab atas masalah sosial, tolong menolong, saling

memaafkan, saling menghormati, dan sabar serta menahan diri. Sedangkan akhlak kepada hewan dan tumbuhan adalah melestarikan, memanfaatkan untuk kepentingan ibadah, tidak menyakiti, sehingga Nabi SAW, menyerukan agar menajamkan alat potong ketika ingin menyembelih hewan.

3. Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan akidah dan syariah, karena ketiga unsur diatas merupakan bagian integral dari syariah Allah swt.

4. Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, walaupun objek akhlak adalah kepada makhluk. Sedangkan ahklak kepada Allah harus lebih diutamakan dari pada akhlak kepada makhluk.

5. Akhlak dilakukan menurut proporsinya, misalnya seorang anak harus lebih hormat kepada orang tuanya dari pada orang lain.

(14)

A. Pengertian Akhlak

Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Arab لخا ق bentuk jamak dari kataقلخyang secara etimologis berarti budi pekerti, watak, perangai, tingkah laku atau tabi’at.

Menurut Imam Ghozali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sedangkan menurut Abdul Karim Zaidan, akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatan baik dan buruk, untuk kemudian memilih melakukan ataupun meninggalkannya. Menurut Ahmad Amin, akhlak adalah membiasakan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu apabila dibiasakan terhadap sesuatu akan dapat membentuk akhlak.

Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak ialah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya).

Islam mempunyai dua sumber pokokyaitu Al-Quran dan As-Sunnah yang menjadi pegangan dalam menentukan segala urusan dunia dan akhirat. Kedua sumber inilah juga yang menjadi sumber akhlak Islamiyyah. Prinsip-prinsip dan kaedah ilmu akhlak Islam semuanya didasarkan kepada wahyu yang bersifat mutlak dan tepat neraca timbangannya.

Apabila melihat pembahasan bidang akhlak Islamiyyah sebagai satu ilmu berdasarkan kepada dua sumber yang mutlak ini, dapatlah dirumuskan definisinya sebagai satu ilmu yang membahaskan tatanilai, hukum-hukum dan prinsip-prinsip tertentu untuk mengenalpasti sifat-sifat keutamaan agar dihayati dan diamalkan sertamengenalpasti sifat-sifat tercela untuk dijauhi guna mencapai keridhaan Allah.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran bahasa daerah, khususnya bahasa daerah Makassar saat ini dimasukkan ke dalam mata pelajaran mulok, menurut kurikulum 2013. Dalam pembelajaran bahasa,

Merespon keputusan itu, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sebagai organisasi pergerakan mahasiswa mempunyai sikap yang ingin kembali ditegaskan kepada seluruh

Kinetika hidrolisis Mocaf terasetilasi ditinjau dari laju reaksi hidrolisis.Orde reaksi ditentukan secara regresi linear dengan menentukan model reaksi yang paling

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada. Fakultas Pendidikan Olahraga

Daftar elemen pengungkapan sukarela diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Asih (2010). Dalam penelitian ini, voluntary disclosure dinyatakan dengan variabel

Latar Belakang : Proses asuhan gizi dirumah sakit dilakukan oleh ahli gizi dengan mengacu pada metode proses asuhan gizi terstandar (PAGT), namun ditemukan bahwa rumah

Rekomendasi untuk tumpahan di darat dan tumpahan di perairan ini didasarkan pada skenario tumpahan yang paling mungkin terjadi untuk material ini; namun, kondisi geografi, angin,

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berjudul “Makna Tradisi Megengan Bagi Jamaah Masjid Nurul Islam di Kelurahan Ngagel Rejo Surabaya.” Penelitian