• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor leadership sektor publik dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor leadership sektor publik dalam"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor Berpengaruh Pada Kepemimpinan Sektor Publik Di Indonesia Oleh: Gede Sandiasa

1) Pendahuluan

Tuntutan kemampuan kepemimpinan untuk memenuhi kebutuhan publik secara transfaran, terbuka, dan akuntable semakin mengemuka, ditengah-tengah carut marutnya negara ini. Keadaan sekarang banyak dipengaruhi oleh tekanan dunia global dalam era pasar bebas. Disisi lain tidak ada perubahan dan peningkatan kemampuan dari berbagai komponen bangsa ini untuk melakukan langkah antisipasi dan persiapan diri untuk menghadapi berbagai tantangan dari arus global dan era pasar bebas. Para pemimpin mengadopsi konsep penyelenggaraan negara dari negara-negara barat maupun timur tengah yang belum sepenuhnya dipahami serta tidak pernah dipikirkan apakah konsep tersebut akan begitu mudah dapat diterapkan di negara yang plural, heterogenitas yang tinggi (seperti misalnya terdiri dari berbagai etnis, agama, aliran kepercayaan, dasar nilai yang diunggulkan, potensi

wilayah berbeda, tingkat pendidikan bervariasi, tingkat penguasaan sumber ekonomi sangat jomplang, wilayah terpencar serta memiliki pengalaman historis yang berbeda.

Keadaan ini, diperparah oleh masuknya paham-paham baru dalam pengelolaan negara

maupun ekonomi, yang tidak begitu mudah untuk diserap dan dilaksanakan dalam pengelolaan negara ini khususnya menyangkut kepentingan sektor publik. Masuknya konsep-konsep ini, peran para ahli dan kalangan perguruan tinggi memberi kontribusi besar terhadap baik dalam hal memberi kemajuan maupun dampak negatif atau ekses dari

(2)

kemampuan yang handal dalam melayani kebutuhan masyarakat.

Pada sudut pandang yang lain, masyarakat jauh kemampuannya dalam menghadapi desakan-desakan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi dan pasar bebas. Komoditas ekonomi Indonesia tidak mampu bersaing di negara sendiri, sumberdaya manusia kapasitas dan kapabilitasnya belum mampu menjadi katalisator dan fasilitator masyarakat dalam menghadapi dan mengambil peluang di era kekinian. Sebagai misalnya kalangan intelektual dan perguruan tinggi yang memiliki kemampuan teknologi dan informasi sangat tinggi, tidak mampu menjadi benteng kekuatan untuk mendorong bangsa ini menjadi mapan, mampu berdiri sendiri, bangga dengan hasil karya sendiri, mengisi dan menghidupkan budaya kepemimpinan negara sendiri, bernuansa Pancasila. Mereka larut dan menjadi bagian globalisasi dan pasar bebas tanpa jati diri yang sebenarnya tidak memperoleh manfaat sama sekali dari keadaan ini. Sebenarnya apa yang diperoleh dari pengelolaan dan kepemimpinan sektor publik dengan meniru budaya dan gaya kepemimpinan negara lain. Yang ada adalah memperkaya negara lain dan mempermiskin negara sendiri, merusak mental negara, generasi muda dan seluruh aspek kehidupan bangsa ini. Liberalisme, Kepemimpinan gaya Komunis, fundamentalistik, Demokrasi ala eropa,

(3)

dengan privatisasi di sektor publik dan Terakhir SBY dengan demokratisasi dan otonomi daerah. Semua hal tersebut menjadi pembelajaran yang baik bagi bangsa ini. Kepemimpinan yang mana, semestinya cocok di negara ini, apakah salah satunya atau perpaduan dari semua model kepemimpinan yang tersedia dengan menggali unsur baik dari kepemimpinan mereka.

2) Pemahaman Kepemimpinan

Berbagai pengertian tentang kepemimpinan dari beberapa ahli terungkap dalam makalah Fitria Diah Sari, dkk (2010) seperti George R. Terry mendefinisikan kepemimpinan sebagai hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Sedangkan Ordway Tead mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya. Sedangkan Hemhill & Coon mengartikan kepemimpinan sebagai perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).

3) Kelahiran Seorang Pemimpin

Menurut Suryadi (2010) dan Saliman (2003) ada beberapa pendapat mengenai sebab-sebab ahirnya pemimpin antara lain:

1. Teori Genetis; teori ini menyatakan:

a. Pada dasarnya pemimpin itu dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan dibentuk, dan sudah ada sejak dia lahir.

b. Memang sudah ditakdirkan jadi pemimpin. 2. Teori Sosial menyatakan:

(4)

b. Setiap orang menpunyai potensi atau bakat untuk menjadi pemimipin. 3. Teori Ekologi

Teori ini muncul sebagai reaksi dari kedua teori di atas, menyatakan bahwa seorang akan sukses sebagai pemimpin jika sejak lahir sudah memiliki bakat kepemimpinan kemudian bakat itu dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan, juga sesuai dengan tuntutan ekologinya/lingkungan.

4) Tujuan Kepemimpinan

Dalam Somech (2003) menyebutkan para pemimpin harus mampu melakukan tiga hal yaitu 1) harus mampu menyesuaikan perilaku pada setiap anggota organisasi yang dipimpinnya; 2) para anggota organisasi harus memiliki kesatuan persepsi, interpretasi, tindakan-tindakan dan berbagai variabel lainnya yang dapat digerakkan dalam satu kesatuan dan yang ketiga para bawahan di setiap level memiliki kesamaan perilaku manakala menerima inisiatif dan tindakan dari pemimpinnya. Menurut Rousseau (dalam J. Thomas Wren 2007) tujuan Kepemimpinan adalah melaksanakan proses untuk menentukan kebijakan yang tepat atau benar.

5) Faktor-faktor Pendukung Kepemimpinan

(5)

Kalau memperhatikan pemahaman menyeluruh pada sektor publik di atas, maka dari pengertian kepemimpinan secara umum dan dipadukan dengan pemahaman sektor publik, penulis menyimpulkan tentang kepemimpinan sektor publik adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya, untuk dapat melakukan perilaku gunan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan publik. Oleh karena kepemimpinan publik dalam hal ini, sebagian besar dilaksanakan oleh organisasi pemerintah maka beberapa faktor dibutuhkan untuk mendukung kepentingan publik, antara lain:

a) Kesehatan rohani dan jasmani;

berbagai persoalan yang akan dihadapi oleh seorang pemimpin dalam mengendalikan organisasi publik, dari level paling rendah (desa) sampai tingkat paling tinggi (nasional) memerlukan kemampuan pikiran dan kesehatan fisik. Kesehatan rohani selain sehat kejiwaan, mereka harus memiliki kejujuran, moralitas yang tinggi, dan kemampuan emosi yang stabil. Kemampuan emosi menjadi bagian dari kesehatan rohani, seorang pemimpin sebagai contoh “the smilling general” Soeharto, memiliki emosi yang stabil, tenang, konsisten tetapi dari ketenangannya dalam menghadapi persoalan politik tekanan dari Amerika, Malaysia, Rusia, sampai pada persoalan disintegrasi bangsa seperti pemberontakan Aceh, RMS, Timtim, Papua Merdeka sampai pada demontrasi mahasiswa tetap dihadapi dengan tenang hingga kekuasaannya mencapai 30 tahun tetap berjalan tanpa hambatan. Sedangkan dalam pemerintahan SBY sekarang sepertinya kepemimpinan di negara ini tidak memiliki emosi yang stabil “latah”, sebagai contoh terjadi bencana “semua berfokus pada bencana” ada teroris semua membahas teroris (dari pimpinan nasional, pers, daerah, kepolisian, DPR, kabinet dst), dan terakhir sampai mengurus Nasaruddin juga membawa korban terjadi resuffle kabinet “negara tidak memiliki tujuan” kata Tedjo seorang budayawan nasional.

b) Faktor kemampuan berpikir abstrak (konseptual):

seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan intelektual, mampu menganalisis, berpikir logis, kreatif dan inivatif dalam menyelesaikan persoalan-persoalan organisasi publik yang ada. c) Faktor kemampuan sosial dan hubungan antar manusia dan bangsa;

(6)

yang ada diorganisasi maupun yang dilayaninya, tetapi harus mampu juga berhubungan secara global “berpikir global dan bertindak lokal” atau sebaliknya. Menjalin dan meningkatkan hubungan dengan pihak luar organisasi bahkan antar negara, karenan sekarang ini lingkaran dunia saat ini tanpa batas saling tergantung “teori sistem dunia” dan “teori dependensial” semua bergantung dan berpengaruh untuk semua. Kalau organisasi ingin eksis maka pemimpin harus memiliki kemampuan komunikasi lintas batas, multidimensial dan transnasional.

d) Faktor kemampuan teknis;

pengetahuan tentang persoalan-persoalan teknis yang menjadi bidang tanggungjawabnya. Rekruitmen staf dan manajer sebuah bidang pekerjaan harus sesuai “the right men on the right place” dengan menerapkan merits sistem dapat menghasilkan layanan publik yang profesional, cepat, efektif dan efisien kalau meminjam ukuran-ukuran negara barat “disepadankan dengan Indonesia “menajemen tepat guna dan memberi kemaslahatan bagi orang banyak”

6) Bagaimana Kepemimpinan Di Indonesia

1. Masa kepemimpinan Soekarno (periode 1945–1967) menerapkan konsep dasa sila, menawarkan konsep nawaksara kendatipun di tolak oleh DPR, peletakan pertama politik bebas aktif, solidaritas internasional, dan nation building. Kebebasan dalam politik dimana saat ini negara menganut multi partai yang mempengaruhi kabinet Soekarno jatuh bangun.

2. Masa kepemimpinan Soeharto (periode 1967-1998); Soeharto dikenal dengan sebutan “The Smilling General”. Dimasa awal kepemimpinannya menghadapi masalah ekonomi melakukan kebijakan antara pengendalian inflasi, mempermudah masukkan investasi asing, pinjaman utang luar negeri. Juga dalam masa kepemimpinannya menerapkan kebijakan-kebijakan yang kontroversial seperti normalisasi kehidupan kampus, pembatasan pers dengan UU pers 12/1982, perpolitikan dengan mayoritas tunggal (Golkar berkuasa).

(7)

peristiwa ini memberi dampak pencitraan Indonesia di mata dunia, tentang memberikan hak-hak warga Timtim untuk memilih kepemimpinan bangsa, hal ini membuat lepasnya tuntutan internasional terhadap pelanggaran ham di timur-timur.

4. Periodisasi Abdul Rahman Wahid (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2003); beliau dari kalangan progresif dan sosial demokrat, beberapa terobosan yang cemerlang dilakukan masa kepemimpinan Gus Dur, antara lain membubarkan Departemen Penerangan dan UU kebebasan pers, dimana diakui oleh kepemimpinan Gus Dur sebagai alat kepentingan pemerintah, dan juga membubarkan Departemen Sosial yang disinyalir oleh Gus Dur sebagai departemen yang korup. Terobosan yang mendasar yang membawa pengaruh besar dalam sistem organisasi kepolisian dan militer, dengan memisahkan kepolisian dan TNI. Selanjutnya Gus Dur dalam masa pemerintahan yang singkat ini mendorong percepatan otonomi daerah termasuk pemberian ijin pengibaran bendera Papua dan perencanaan referemdum bagi rakyat Aceh. Juga persoalan pencabutan larangan organisasi komunis dan masyarakat eks komunis, memberi kesempatan dan hak bagi seluruh masyarakat dalam posisi yang sama dan sederajat, dan membebaskan ajaran Marxis-Lenimisme di Indonesia.

5. Selanjutnya masa Kepemimpinan Megawati Soekarno Putri (23 Juli 2001-2004), dengan Jargon “membela wong cilik”. Berbagai persoalan yang dihadapi kepemimpinan transisi Megawati seperti persoalan di BPPN, perberlakuan darurat militer di Aceh, kasus BLBI, dan privatisasi BUMN yang menyebabkan beberapa aset negara berpindah pada pihak swasta, juga memberi dampak positif dan negatif di negara ini.

(8)

Pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk partisipasi dan kreativitas segenap komponen bangsa; penegakan hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi; dan pembangunan masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen bangsa. Konsep ideal ini sepertinya tidak membuahkan hasil yang memuaskan bangsa ini, berbagai persoalan yang menuncul menandakan ketidakadilan dan pemberantasan hak masih diarasakan berbagai kasus menunjukkan dari persoalan korupsi, penggelapan pajak, pencucian uang, teroris, komplik horisontal dan berbagai kemunduran dibidang ahlak, ekonomi dan kerusakan lingkungan. 7. Rekomendasi Kepemimpinan di Indonesia

(9)

cukup banyak, selanjutnya pada kepemimpinan SBY terakhir negara ini diperhadapkan dengan globalisasi, ruang gerak dunia tanpa batas, disisi lain kemampuan negara dan masyarakat mengalami pluralisasi diberbagai bidang kehidupan. Dalam kondisi demikian kemampuan apakah yang diperlukan oleh pemimpinan negara ini.

Menurut Saliman seorang pemimpin Indonesia harus memiliki ciri-ciri Kepemimpinan Pancasila antara lain: bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; cakap, cerdik dan jujur, sehat jasmani dan rohani, tegas, berani, disiplin dan efisien, bijaksana dan manusiawi, berilmu, bersemangat tinggi, berjiwa matang dan berkemauan keras, mempunyai motivasi kerja tinggi, mampu berbuat adil, mampu membuat rencana dan keputusan, memiliki rasa tanggung jawab yang besar, dan mendahulukan kepentingan orang lain.

Sangat luar biasa kepemimpinan Pancasila, persoalannya adalah apakah konsep ideal ini mampu terlaksana, di seluruh kepemimpinan nasional. Sebagai contoh misalnya jaman Soeharto masyarakat sepertinya merasakan jargon “gemah rimpah loh jinawi” (sejahtera lahir bathin), tapi di akhir cerita lengsernya Soeharto meninggalkan cerita yang buruk, ternyata dalam masa kepemimpinannya “stabilitas nasional” merupakan sesuatu yang semu, dipaksakan dan dimiliterisasi “dimana hak-hak rakyat dirampas” pasal 28 UUD 1945 hanya dimiliki oleh penguasa, terjadi kemunduran demokrasi bangsa yang menghasilkan dampak pada kepemimpinan belakangan

Kesimpulan

(10)

melihat kondisi sosial, ekonomi politik dan budaya, meramu hiterogenitas baik potensi budaya, ekonomi dan politik dalam ranah negara kesatuan, Mampu menjaga persatuan dan kesatuan, menanamkan konsep cinta tanah air, menjaga keutuhan wilayah Indonesia dan mengatasi berbagai persoalan di negara ini.

Daftar Pustaka

Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik. Erlangga. Jakarta

Conger, Jay A. And Ronald E. Riggio, 2007.The Practice of Leadership Developing the Next Generation of Leaders 7 by Jossey-Bass Inc., Publishers, 350 Sansome Street, San

Francisco, California 94104.

Fitria Diah Sari, dkk, 2010. Penerapan Karakteristik Kepemimpinan Yang Berkualitas Dalam Sektor Publik Di Perusahaan Listrik Negara (Pln) , Makalah Universitas UI Jakarta. http://www.gudangmateri.com

Kuczmarski, Susan Smith dan Thomas D. Kuczmarski. 1995. Values-Based Leadership. New York: Prentice Hall.

Saliman, 2003. Kepemimpinan (Konsep, Pendekatan, dan Strategi). Staff.uny.ac.id

Sanapiah, Aziz,2005. Dimensi Kepemimpinan Aparatur dalam Perspektif Pelayanan Publik: Building the Trust. www.stialan.ac.id/artikel%20 aziz.pdf

Somech, Anit. 2003. Relationships of participative Leadership with relational demography variabels: a multi-level perspectif. Jurnal of Organizational behavior, J.Organiz Behav.24,1003-1018

Suryadi, 2010. Kepemimpinan, Putra Media Nusantara, Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kualitas Sumber Daya Manusia Terhadap Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Badan Layanan Umum (Studi pada BLU Universitas Diponegoro

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah Kuantitatif yaitu untuk menganalisis penerapan konsep value for money dalam menilai kinerja pelayanan sektor

persyaratan utama untuk setiap program bantuan dengan penerapan konsep good governance di negara berkembang dan studi kasus yang terjadi di Korea Selatan, Thailand