• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH STUDI KEAMANAN MALNUTRISI DI SUB (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH STUDI KEAMANAN MALNUTRISI DI SUB (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

MALNUTRISI DI SUB-SAHARA AFRIKA

Diajukan guna memenuhi tugas UAS (Ujian Akhir Semester)

Mata Kuliah Studi Keamanan

Oleh

Christine Arieska W NIM 110910101018

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Afrika merupakan salah satu benua dengan jumlah populasi terbanyak di dunia. Hal ini memberikan satu tantangan khusus bagi negara-negara di Afrika untuk memberikan kesejahteraan yang merata bagi para penduduknya. Sayangnya, hal itu belum mampu diberikan oleh pemerintahan di masing-masing negara. Terbukti, saat ini Afrika masih tergolong miskin meskipun memiliki sumber daya alam yang melimpah. Artinya, pemerintahan di negara-negara Afrika, utamanya negara-negara yang termasuk dalam regiion Sub-Sahara belum mampu memberikan kesejahteraan bagi para penduduknya. Yang termasuk dalam kawasan Sub-Sahara antara lain, Kenya, Namibia, Bukina Faso, Kongo, Ethiopia, Ghana, Nigeria, Namibia, Rwanda, Senegal, Sierra Leone, Kameron, Uganda, Chad, Zambia, Togo, Tanzania, dan beberapa negala lainnya. Kemiskinan di Afrika kemudian membawa berbagai macam akibat bagi populasi masyarakatnya, antara lain kemiskinan, kelaparan, yang mana hal itu menyebabkan adanya malnutrisi di Afrika. Afrika merupakan benua dengan tingkat malnutrisi pada anak-anak tertinggi di dunia.

World Food Programme (WFP) mendefinisikan malnutrisi sebagai "suatu keadaan di mana fungsi fisik dari individu terganggu ke titik di mana ia tidak bisa lagi mempertahankan proses kinerja tubuh yang memadai seperti pertumbuhan, kehamilan, menyusui, pekerjaan fisik dan menolak dan pulih dari penyakit”.1 Di Afrika, malnutrisi menyumbang sepertiga dari

total kematian anak-anak dibawah lima tahun. Kematian balita, yang sebagian besar terjadi di wilayah Afrika, meningkat menjadi 43% secara global pada tahun 2005 dari 31% pada tahun 1990. Menurut WHO, diperkirakan 10,6 juta balita meninggal setiap tahun, 4,6 juta di antaranya meninggal di Wilayah Afrika.2 Malnutrisi merupakan masalah yang sangat besar

bagi Afrika, utamanya region Sub-Sahara. Hal itu disebabkan karena setiap permasalahan di Afrika saling terkait satu sama lain. Antara kemiskinan, kekurangan pangan, kebodohan, tingginya kematian anak-anak, masalah kesehatan, semuanya saling terkait satu sama lain.

Disisi lain, malnutrisi juga menimbulkan berbagai dampak negatif utamanya bagi masyarakat yang berada di region Sub-Sahara. Beberapa penyebab malnutrisi akan juga berpotensi menjadi akibat atau dampak yang ditimbulkan dari malnutrisi itu sendiri. Hal ini disebabkan karena malnutrisi akan berkaitan erat dengan kesehatan yang tentunya akan berdampak pada generasi mendatang dari penderita malnutrisi. Selain dari yang dipaparkan

1 Lihat, http://www.panafrican-med-journal.com/content/article/15/120/full/ diakses pada tanggal 3 Januari 2014

(3)

diatas mengenai penyebab sekaligus dampak malnutrisi, ada juga dampak lain yang lebih merugikan yaitu dalam bidang ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

Suatu karya ilmiah harus mampu memaparkan pokok atau inti permasalahn maupun rumusan masalah dari objek penelitian yang dikerjakan dan menjadi hal fundamentak bagi penelitian ilmiah itu sendiri. Sebagaimana gagasan Suharsimi Arikunto:3

1. “Apa penyebab malnutrisi di Sub-Sahara Afrika?”

2. “Bagaimana Dampak Malnutrisi Terhadap Perekonomian di Sub-Sahara Afrika?”

1.3 Kerangka Pemecahan Masalah 1.3.1 Teori Marxis

Marxisme menawarkan sebuah visi historis besar dalam rangka perubahan umat manusia dari keadaan asalnya dimana masyarakat skala kecil berinteraksi satu sama lainmenuju kehidupan modern dimana umat manusia terintegrasi, dan diperas, oleh kerasnya kehidupan kapitalisme global. Konsepsi historis ini tetap relevan dalam era globalisasi masa kini. Marx dan Marxisme meyakinkan bahwa peran produksi dalam mengubah lingkungan fisik dan kondisi sosial yang dihuni manusia menjadi pusat studi sosial dan politik. Marxisme menawarkan sebuah pandangan kritis atas cara-cara produksi yang bertujuan untuk menjelaskan asal dan dinamika eksploitasi kelas dan mengilhami umat manusia tentang prospek menuju hubungan sosial baru yang akan menguatkan kebebasan mereka. Marx dan Marxisme menggambarkan hubungan antara ilmu pengetahuan dan kekuasaan, mengungkapkan bagaimana pernyataan tentang ketidak-kekalan struktur memiliki dampak ideologis dalam mereproduksi batas-batas kebebasan manusia. Ketika analisis logika globalisasi dan fragmentasi muncul, Marxisme tidak memusatkan diri untuk memperjuangkan kemerdekaan negaradi tiap-tiap negara atau peradaban namun memperjuangkan kemerdekaan manusia.4

1.3.2 Konsep Keamanan Manusia (Human Security)

3 Dikutip dari Buku Karya Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. PT. Bima Aksara, 1989, Jakarta ,Hlm. 7.

(4)

Ide keamanan manusia umumnya dapat merujuk kepada Human Development Report

(HDR) PBB tahun 1994. Terkait erat dengan ide awal dari konsultan ekonomi, almarhum Mahbub ul Haq, yang sebelumnya telah memainkan peran kunci dalam pembuatan Human Development Index (HDI) dan yang kemudian menjadi kekuatan penggerak di balik Humane Governance Index (HGI) terbaru. Keamanan manusia merupakan"self-centered." Dengan demikian, Laporan menegaskan, seperti yang dilakukan Haq, bahwa objek referen keamanan manusia adalah individu atau orang. Untuk mendukung anggapan ini, Laporan mengutip dokumen pendirian PBB dan definisi asli keamanan sebagai "kebebasan dari rasa takut" seperti juga "kebebasan dari keinginan" dan "berat sama dengan wilayah dan orang-orang" bahwa perbedaan itu tersirat.5

Keamanan manusia adalah sebuah konsep normatif dengan tujuan etika tertentu yang tidak bertujuan untuk 'menjunjung tinggi security sebagai tujuan yang diinginkan' tetapi untuk meningkatkan kemampuan individu melalui persepsi yang lebih baik terhadap hak-hak mereka untuk kesejahteraan dan pemenuhan syarat hidup. Keamanan manusia tidak membatasi diri untuk mendefinisikan tujuannya dengan apa yang bertujuan untuk memberantas sesuatu. Konsep ini memikirkan ulang perdamaian di luar pemahaman klasik sebagai ‘non-war’ ini mengemban penyebab perdamaian seperti yang didefinisikan oleh Kofi Annan sebagai tidak adanya perang dan pembangunan ekonomi, keadilan sosial, perlindungan lingkungan, demokratisasi, perlucutan senjata, menghormati hak asasi manusia dan supremasi hukum' dan oleh Galtung, 'perdamaian positif 'mengandaikan penghapusan' kekerasan struktural'.6

1.3.2.1 Economic Security

Keamanan ekonomi, di mana ancaman utama adalah kemiskinan, membutuhkan penghasilan terjamin dasar - baik dari pekerjaan produktif dan remuncrative (melalui kerja oleh sektor publik atau swasta, upah kerja atau wirausaha) atau dari pemerintah yang dibiayai jaring afety sosial.7

1.3.2.2 Food Security

5 Human Security: Concept and Measurement, Kroc Institute Occasional Paper #19:OP:1, August 2000

6 Dikutip dari Tadjbakhsh, Sharbanou dan Anuradha M. Chenoy. 2007. HUMAN SECURITY concepts and implications. New York:Routledge.

(5)

Ketahanan pangan, di mana ancaman itu kelaparan, dan kelaparan mensyaratkan bahwa semua orang setiap saat harus memiliki akses fisik dan ekonomi terhadap pangan dasar - bahwa mereka berhak atas makanan, dengan menumbuhkan untuk diri mereka sendiri, dengan membeli itu, atau dengan menggunakan sistem distribusi pangan masyarakat. Ketersediaan makanan itu perlu tetapi bukan kondisi yang cukup untuk ketahanan pangan. Orang sering kelaparan karena mereka tidak mampu membeli makanan, bukan karena makanan tidak tersedia.8

1.3.2.3 Health Security

Jaminan kesehatan, di mana ancaman termasuk cedera dan penyakit, membutuhkan akses ke pelayanan kesehatan dan kealth, termasuk aman dan terjangkau keluarga berencana. Ancaman terhadap keamanan kesehatan lebih besar bagi masyarakat miskin di daerah pedesaan, terutama perempuan dan anak-anak, yang lebih terkena penyakit.9

(6)

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Penyebab Malnutrisi 2.1.1 Kekurangan Pangan

Malnutrisi yang terjadi di Afrika memberikan ancaman yang besar bagi penduduk di wilayah Afrika, utamanya bagian Sub-Saharan. Negara-negara yang termasuk dalam kawasan ini adalah negara-negara yang tergolong sebagai negara miskin dan rawan adanya konflik, seperti Sudan, Kenya, Nairobi, Namibia, dll. Penyebab rawan pangan dan kekurangan gizi di Afrika sangat beragam, multi-faktoral dan saling terkait. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 35 persen anak balita di Kenya terhambat melalui gizi buruk, rawan pangan meluas di banyak bagian pedesaan di negara itu.10 Di sisi lain, ada Uganda yang juga

mengalami permasalahan serupa. Biaya yang dihabiskan karena bencana kelaparan di Uganda yang dipublikasikan pada tanggal 18 Juni menunjukkan bahwa sekitar 15 persen dari semua kasus kematian anak yang disebabkan kekurangan gizi, dimana tujuh persen dari tahun-tahun sekolah berulang di Uganda yang terkait dengan pengerdilan,11 Secara keseluruhan, jumlah

kekurangan gizi (berat badan rendah untuk usia) orang dari segala usia di Sub-Sahara Afrika meningkat dari sekitar 90 juta pada tahun 1970 menjadi 225 juta tahun 2008, dan diproyeksikan untuk menambah 100 juta pada tahun 2015, bahkan sebelum harga pangan dunia saat ini mengalami lonjakan.12 Kenya dan Uganda merupakan dua contoh sample dari

negara-negara di bagian Sub-Sahara yang juga mengalami permasalahan serupa mengenai food insecurity yang mengakibatkan malnutrisi dan ancaman kesehatan yang ditimbulkan oleh malnutrisi.

Permasalahan utama yang masih di hadapi negara-negara ini adalah adanya kerawanan pangan dan malnutrisi. Kemiskinan dan kekurangan pangan merupakan pemicu utama kerawanan pangan di dunia. Pada tahun 2004, 121 juta penduduk Afrika bagian Sub-Sahara hidup dengan kurang dari sedikit US $ 0,50 per hari.13 Orang yang hidup dengan kurang dari

US $1,00 per hari tidak mampu membayar harga yang mereka perlukan untuk membeli makanan pokok yang mereka butuhkan, jadi konsumsi daging dan ikan untuk banyak orang

10 Lihat, http://allafrica.com/stories/201307021520.html diakses pada tanggal 5

Januari 2014

11Ibid.

12 Lihat, http://www.prb.org/Publications/Articles/2008/stuntingssa.aspx diakses pada tanggal 5 Januari 2014

13 Lihat, http://www.consultancyafrica.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=1122:food-insecurity-and-malnutrition-in-africa-

(7)

Afrika yang miskin adalah sebuah kemewahan.14 Meskipun bagian dari penduduk hidup

dalam kemiskinan ekstrim di SSA (Sub-Saharan Afrika) menurun lebih dari 10% menjadi 48% antara tahun 1999 dan 2008,15 SSA masih memiliki konsentrasi tertinggi dari ultra

miskin di dunia.16 Meskipun tingkat pertumbuhan ekonomi di SSA tergolong cepat selama

dekade terakhir, tapi ada bukti sejarah bahwa hal ini belum mampu mengurangi kemiskinan secara efektif seperti di daerah-daerah berkembang lainnya yang antara lain Asia Timur dan Pasifik.17 Sehingga dapat dikatakan bahwa malnutrisi, kerawanan pangan, dan kemiskinan

sangat berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan analisis penyebab tingginya tingkat malnutrisi di Afrika menjadi sulit dianalisis karena permasalahan ini telah berlangsung lama. Jadi, akan cukup sulit menemukan penyebab awal dari tingginya tingkat malnutrisi di Afrika, utamanya di Sub-Sahara Afrika (SSA).

Demographic and Health Surveys (DHS), dilakukan di seluruh dunia oleh Macro International dengan dukungan dari US Agency for International Development (USAID), memberikan indikator antropometrik seperti standar untuk 24 negara Sub-Sahara untuk setidaknya dua poin antara 1986 dan 2006.18 Telah ada kemajuan di beberapa negara.

Seperempat (enam) dari 24 negara survei DHS dengan tingkat populasi, kesehatan dan gizi yang sebanding di Sub-Sahara Afrika telah menunjukkan pengurangan penting dalam

stunting pada anak di bawah usia 3 lebih dari dua dekade ini, dengan penurunan minimal 2 persen per tahun. Keenam negara tersebut adalah Senegal, Namibia, Togo, Uganda, Eritrea, dan Tanzania. Senegal memiliki penurunan paling dramatis dalam pengerdilan, dari 22 persen pada tahun 1993 menjadi hanya 14 persen pada tahun 2005. Tiga negara (Botswana, Gabon, dan Gambia) tidak memiliki data trend DHS, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF menunjukkan mereka sudah memiliki tingkat rendah atau sedang stunting.19 Namun,

sebagian besar negara-negara Sub-Sahara menunjukkan tidak ada perbaikan dalam pengerdilan sejak tahun 1990 dan / atau memiliki tingkat yang sangat tinggi, dengan lebih dari 40 persen anak-anak muda sedang dan berat terhambat.20 Dari 24 negara Data trend DHS,

14Ibid.

15 Lihat, ‘PovcalNet: An online poverty analysis tool’, World Bank, 2012,

http://iresearch.worldbank.org. diakses pada tanggal 5 Januari 2014 16Ibid.

17Dikutip dari Fosu, A.K., 2009. Inequality and the impact of growth on poverty: Comparative evidence for Sub-Saharan Africa. Journal of Development Studies, 45(5), pp. 726–45.

18 Lihat, http://www.prb.org/Publications/Articles/2008/stuntingssa.aspx diakses pada tanggal 5 Januari 2014

19 Lihat, World Health Organization (WHO), World Health Statistics, Child Growth and

(8)

lima menderita dari tingkat yang sangat tinggi dan / atau memburuk stunting untuk anak di bawah usia 3 tahun: Niger, Zambia, Malawi, Rwanda, dan Madagaskar.21

2.1.2 Keadaan Dunia

Negara-negara di kawasan Afrika, khususnya di Region Sub-Sahara merupakan kawasan dengan sumber daya tambang yang cukup melimpah, seperti berlian contohnya. Inilah yang kemudian menarik negara-negara besar seperti Amerika, Jepang, negara-negara eropa, dan lainnya untuk melakukan eksploitasi terhadap negara-negara di kawasan ini. Sayangnya, warga negara dimana negara besar melakukan eksploitasi belum merasakan sepenuhnya keuntungan dari eksplotasi terhadap sumber daya alam mereka. Kebanyakan penduduk asli Afrika, malahan dijadikan buruh tambang tanpa adanya perlengkapan keselamatan yang memadai dan gaji yang mencukupi.

Beban utang negara-negara termiskin di dunia merupakan 94 persen pendapatan ekonomi per tahun mereka. Untuk negara-negara di baris untuk program HIPC gambaran ini berkisar 125 persen. Persentase utang dalam kaitannya dengan pendapatan ekspor telah mencapai keterlaluan-tingkat: Somalia 3.671 persen, Guinea-Bissau 3.509 persen, Sudan 2.131 persen, Mozambik 1.411 persen, Ethiopia 1.377 persen, Rwanda 1.374 persen, Burundi 1.131 persen. Dan situasi, jauh dari membaik, sebenarnya memburuk. Pada tahun 1980 total utang negara-negara terbelakang adalah $ 600 miliar. Pada tahun 1990 itu telah naik menjadi $ 1,4 triliun pada tahun 1997 angka itu mengejutkan $ 2170000000000. Penting untuk dicatat bahwa pada periode 1990-1997, ketika total utang meningkat sebesar $ 770.000.000.000, negara-negara ini sebenarnya telah membayar $ 1830000000000 hanya untuk bunga hutang! Bahkan lebih skandal gambar muncul jika kita membandingkan pembayaran bunga hutang dengan bantuan yang diberikan kepada negara-negara ini: untuk setiap $ 1 yang mereka terima dalam bantuan, mereka membayarkan kembali 11 dollar untuk bunga hutang.22

Dampak dari situasi ini jelas. Situasi di seluruh Afrika Sub-Sahara adalah mimpi buruk. Menurut The Economist (6/6/98), "Hampir setengah benua 760 juta orang yang 'amat sangat miskin', bertahan hidup, dikatakan oleh Bank Pembangunan Afrika ADB, kurang dari $ 1 per hari. Meskipun tanda-tanda menggembirakan di beberapa bagian dari benua, rata-rata pertumbuhan PDB riil turun pada tahun 1997 menjadi 3,7 persen dari 5 persen tahun sebelumnya. pemulihan Afrika masih rapuh dan rentan dengan sebelumnya terhadap harga komoditas dan cuaca buruk Globalisasi perdagangan dunia. dapat mendorong benua ekonomi

20 Lihat, http://www.prb.org/Publications/Articles/2008/stuntingssa.aspx diakses pada tanggal 5 Januari 2014

21Ibid.

(9)

lebih lanjut terhadap margin. Menurut Bank dunia, Afrika menarik hanya 1,5 persen dari dunia investasi asing langsung pada tahun 1996. penerima terbesar, mendapatkan 32 persen dari total, adalah Nigeria, yang, selain memiliki banyak minyak, tidak mereformasi ekonominya dalam cara bahwa Bank Dunia mengatakan sangat penting untuk menarik investasi asing."23

Situasi tersebut diperparah dengan adanya penguasan sumber daya oleh negara-negara maju, sehingga menyebabkan adanya ketimpangan di dunia. Ketimpangan sosial yang disebabkan oleh adanya kapitalisme inilah yang kemudian menyebabkan kemiskinan di Afrika, dimana hal ini kemudian berkorelasi dengan tingginya angka malnutrisi di kawasan ini.

2.2 Dampak Malnutrisi di Afrika 2.2.1 Bidang Kesehatan

Terdapat masalah kesehatan yang mengancam masyarakat Afrika, utamanya anak-anak berkaitan dengan malnutrisi. Tingginya tingkat kematian yang diakibatkan oleh malnutrisi berkaitan erat dengan penyakit-penyakit sebagai penyebab tertinggi angka kematian anak-anak yaitu diare. Pasokan air, sanitasi dan kebersihan, mengingat dampak langsung terhadap penyakit menular, terutama diare, yang penting untuk mencegah kekurangan gizi.24 Anak-anak yang meninggal akibat diare sering menderita kekurangan gizi

yang mendasari, yang membuat mereka lebih rentan terhadap diare. Setiap episode diare, pada gilirannya, membuat mereka kekurangan gizi bahkan lebih buruk. Diare merupakan penyebab utama kekurangan gizi pada anak balita.25 Ketika Anda menganggap bahwa

kurangnya nutrisi yang cukup dapat menyebabkan dalam lima tahun untuk seorang anak kehilangan hingga 15centimetre pertumbuhan, maka tidak mengherankan bahwa efek dari gizi buruk akan merusak sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan gangguan kognitif permanen, membatasi kapasitas dan peluang individu sepanjang hidup.26

2.2.2 Bidang Ekonomi

23Ibid.

24 Lihat, http://www.who.int/water_sanitation_health/diseases/malnutrition/en/ diakses pada tanggal 3 Januari 2014

25 Lihat, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/ diakses pada tanggal 5 Januari 2014

(10)

Malnutrisi di Afrika juga memberikan dampak yang cukup signifikan di bidang ekonomi yang mana hal ini akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara-negara dengan tingkat malnutrisi tinggi di Afrika. UNICEF memperkirakan bahwa malnutrisi anak kronis memakan biaya negara Afrika secara mengejutkan yaitu $25 miliar per tahun, hilangnya produktivitas dan biaya kesehatan yang mungkin dapat dihindari27, biaya sektor

pendidikan sekitar $9.500.000 (Sh814.9 juta).28 Contohnya Uganda, terdapat sebuah laporan

yang menyatakan bahwa malnutrisi memberikan kerugian bagi perekonomian negara tersebut. Laporan tersebut memperkirakan bahwa angka kematian dini terkait dengan gizi buruk mengurangi angkatan kerja Uganda sebesar 3,8 persen, membebani negara dengan biaya $317.000.000 (Sh27.1 miliar).29 Studi ini juga menemukan bahwa mengobati diare, anemia,

infeksi pernapasan dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan kekurangan gizi Uganda biaya $254.000.000, sedangkan kerugian produktivitas mencapai $201.000.000 (Sh21.7 miliar) di sektor-sektor pengguna seperti pertanian dan $116.000.000 (Sh9.9 miliar) dalam kegiatan non - manual.30 Apa yang paling mengejutkan adalah bahwa menurut laporan

tersebut, kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama telah mengurangi pendapatan nasional Uganda sebesar 5,6 persen.31

Pengembalian investasi pada gizi yang sangat tinggi. Konsensus Kopenhagen menyimpulkan bahwa intervensi gizi menghasilkan keuntungan termasuk yang tertinggi dari 17 investasi pembangunan potensial. Investasi dalam mikronutrien yang dinilai atas mereka yang liberalisasi perdagangan, malaria, serta air dan sanitasi. Program berbasis komunitas yang ditargetkan untuk anak di bawah usia dua tahun juga biaya-efektif dalam mencegah kekurangan gizi. Malnutrisi memperlambat pertumbuhan ekonomi dan melanggengkan kemiskinan melalui tiga rute - kerugian langsung dalam produktivitas dari kerugian tidak langsung status fisik miskin dari fungsi kognitif miskin dan defisit dalam pendidikan dan kerugian karena peningkatan biaya perawatan kesehatan. Biaya ekonomi Malnutrisi adalah substansial: kerugian produktivitas individu diperkirakan lebih dari 10 persen dari pendapatan seumur hidup, dan produk domestik bruto (PDB) kalah malnutrisi berjalan setinggi 2 sampai 3 persen. Meningkatkan gizi Oleh karena itu sebanyak - atau lebih-dari sebuah isu ekonomi sebagai salah satu kesejahteraan, perlindungan sosial, dan hak asasi manusia.32

27 Lihat, http://allafrica.com/stories/201307021520.html diakses pada tanggal 3 Januari 2014

(11)
(12)

BAB III. KESIMPULAN

(13)

REFERENSI

BUKU & JURNAL

1. Sub-Saharan africa. Journal of development studies, 45(5), pp. 726–45.

2. Suharsimi arikunto, prosedur penelitian. Suatu pendekatan praktek. Pt. Bima aksara, 1989, jakarta ,hlm. 7.

3. Scott burchill-andrew linklater, teori-teori hubungan internasional, nusamedia, 2013, bandung, hlm. 189.

4. Fosu, a.k., 2009. Inequality and the impact of growth on poverty: comparative evidence for

5. Tadjbakhsh, sharbanou dan anuradha m. Chenoy. 2007. Human security concepts and implications. New york:routledge.

ONLINE

1. http://www.panafrican-med-journal.com/content/article/15/120/full/

2. http://www.afro.who.int/en/clusters-a-programmes/frh/child-and-adolescent-health/ programme-components/child-health.html

3. http://allafrica.com/stories/201307021520.html

4. http://www.prb.org/publications/articles/2008/stuntingssa.aspx

5. http://www.consultancyafrica.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=1122:food-insecurity-and-malnutrition-in- africa-current-trends-causes-and-consequences&catid=61:hiv-aids-discussion-papers&itemid=268

6. http://www.marxist.com/marxism-struggle-imperialism250698.htm

7. ‘povcalnet: an online poverty analysis tool’, world bank, 2012, http://iresearch.worldbank.org.

8. http://www.prb.org/publications/articles/2008/stuntingssa.aspx

9. world health organization (who), world health statistics, child growth and nutrition data base, accessed online at www.who.int, on aug. 11, 2008.

10. http://www.who.int/water_sanitation_health/diseases/malnutrition/en/ 11. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/

12. http://www.the-star.co.ke/news/article-126559/cost-malnutrition-economic-growth

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa jamu gendong kudu laos memiliki aktivitas antidiabetes dengan mengurangi kerusakan pulau langerhans pankreas

Untuk memastikan bahwa data sudah masuk ke pusat dengan benar, maka bisa cek laporan modul data dasar pada SITT Online, seperti Data Fasyankes dan Data Tenaga Kesehatan..

Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Dalam Implementasi Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Bekerja Pada Usaha Air Minum Isi Ulang Tirtha Semadhi Denpasar Utara.. Adapun yang

asetin dengan efek antipiret Parasetamol di Indonesia tersedia dalam bentuk obat bebas namun perlu diperhatikan karena terdapat merupakan bahan yang mengurangi nyeri tanpa

Untuk mengatasi kendala tersebut, upaya yang dilakukan Bapedalda Kota Padang adalah dengan melakukan evaluasi terhadap kendala-kendala yang ada dengan cara

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu model “Writing” di perguruan tinggi yang dapat dijadikan sebagai alternatif dan pengayaan terhadap model

Es gibt verschiedene Typen von Aufgaben: die Schüler sollen verschiedene Sätze vollenden, selbst etwas schreiben, einen Hörtext hören und danach eine Aufgabe lösen, in einer

Untuk mengetahui pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan struktur aktiva terhadap profitabilitas secara simultan pada perusahaan properti dan