• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penuntun Prkatikum Mikrobiologi Peternakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penuntun Prkatikum Mikrobiologi Peternakan"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PENUNTUN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

P E T E R N A K A N

Disusun Oleh:

Dr. Ir. YUNILAS, M.P

NIP. 196806111993032001

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam

berkah rahmad dan hidayah-Nya penulis telah dapat menyelesaikan buku Modul Praktikum Mikrobiologi Peternakan pada Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Buku ini dibuat sebagai panduan mahasiswa dalam melakukan praktikum Mikrobiologi Peternakan pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Beberapa materi disajikan dengan harapan dapat memperkaya wawasan pengetahuan praktis tentang mikrobiologis khususnya dibidang peternakan. Selain membaca buku ini, mahasiswa diharapkan mencari buku-buku penunjang lain yang berhubungan dengan materi yang di praktikumkan sebagai sumber literatur.

Penulis menyadari buku ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran demi penyempurnaan buku ini dimasa yang akan mendatang sangat diharapkan. Akhir kata penulis berharap buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang akan melakukan praktikum.

Medan, Februari 2017

Penulis

(3)

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ………. ii

TATA TERTIB PRAKTIKUM ……….. iii

Latihan 1. Pengenalan Alat ……… 1

Latihan 2. Sterilisasi ………. 9

Latihan 3. Media Pertumbuhan Mikroorganisme...……… 14

Latihan 4. Teknik Isolasi Mikroorganisme ……… 20

Latihan 5. Teknik Biakan Murni ……… 26

Latihan 6. Uji Aktifitas Enzim Secara Kualitatif ………... 32

Latihan 7. Pengamatan Bakteri Secara Mikroskopis ………. 35

Latihan 8. Pengamatan Fungi/Khamir Secara Mikroskopis ………….. 39

Latihan 9. Penghitungan Jumlah Mikroba Menggunakan Metode Angka Lempeng Total (ALT)………..….. 42

Latihan 10. Penghitungan Jumlah Mikroba Mengunakan Haemocytometer……… 46

Latihan 11. Pengaruh Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Mikroba …. 49

Latihan 12. Peran Mikroba Pada Bahan Pakan Ternak ……… 54

Latihan 13. Mikrobiologi Pada Produk Peternakan …….……… 57

(4)

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1 Praktikan wajib hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai, mengenakan jas Lab, masker, sarung tangan, sandal.

2 Praktikan dan asisten wajib menguasai materi praktikum yang akan dilakukan.

3 Praktikan tidak diperkenankan memasuki laboratorium sebelum praktikum dimulai.

4 Meja kerja bebas dari peralatan pribadi seperti tas, hand phone, dompet dll. 5 Praktikan dan asisten wajib memahami tentang keselamatan kerja (safety)

laboratorium.

6 Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja dengan antiseptic dan/atau sabun 7 Meja kerja harus disterilisasi sebelum dan sesudah bekerja (tindakan aseptis) 8 Praktikan yang merusak alat atau bahan kimia, baik dilakukan sengaja atau

tidak sengaja, maka kelompok praktikum yang bersangkutan wajib mengganti alat atau bahan kimia tersebut dengan jenis dan kualitas yang sama.

9 Setiap praktikum harus menjaga kebersihan laboratorium dan mengembalikan alat dan bahan yang telah digunakan ke tempat semula dalam kondisi yang seharusnya.

10 Praktikan yang tidak mengikuti praktikum selama 3 (tiga) kali tanpa alasan yang dibenarkan tidak boleh mengikuti praktikum selanjutnya dan dianggap mengundurkan diri dari praktikum.

11 Praktikan wajib menyerahkan laporan praktikum sebelumnya apabila akan mengikuti praktikum berikutnya.

(5)

LATIHAN 1

PENGENALAN ALAT

Tujuan:

1. Mengenal peralatan digunakan dalam praktikum mikrobiologi.

2. Mengetahui fungsi dari peralatan yang digunakan secara benar dalam praktikum mikrobiologi.

Pendahuluan

Berbagai alat/peralatan serta mikroskop sangat penting diketahui sebelum

melakukan kegiatan pengamatan di laboratorium mikrobiologi. Masing-masing alat

mempunyai fungsi tersendiri seperti:

1. Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)

Di laboratorium mikrobiologi, tabung reaksi berfungsi sebagai wadah

pengenceran, menumbuhkan mikroba dan untuk uji-uji biokimiawi. Tabung reaksi

dapat ditutup dengan kapas, metal, plastik atau aluminium foil. Tabung reaksi dapat

diisi dengan media padat, semi padat dan cair. Tabung reaksi yang diisi media padat

dapat diatur menurut fungsinya dalam dua bentuk, yaitu media agar tegak (deep tube

agar) dan agar miring (slants agar). Agar miring dibuat dengan memperhatikan

kemiringan media yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu

sempit atau tidak terlalu lebar serta jarak media tidak terlalu dekat dengan mulut

tabung karena memperbesar resiko kontaminasi. Media yang diisi pada tabung reaksi

berkisar +1/3 bagian dari tabung.

2. Cawan Petri (Petri Dish)

Cawan petri berfungsi untuk kegiatan isolasi, pemurnian dan membiakkan

(kultivasi) mikroorganisme. Cawan petri terdiri dari berbagai ukuran diameter.

Cawan dengan diameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml,

sedangkan cawan berdiameter 9 cm dapat diisi media sebanyak 10 ml.

3. Ose / Jarum Inokulum (inoculating loop)

Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan mikroorganisme

(6)

nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Jarum inokulasi

ada dalam dua bentuk. Bentuk ujung jarum yang berbentuk lingkaran (loop) dan

disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut

inoculating needle/Transfer needle. Inoculating loop cocok untuk melakukan streak

di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok digunakan untuk inokulasi

secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating).

4. Mikropipet (Micropippete) dan Tip

Mikropipet berfungsi untuk memindahkan cairan yang bervolume kecil,

biasanya kurang dari 1000 μl. Ada beberapa pilihan ukuran volume dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya

(adjustable volume pipette) antara 1μl sampai 20 μl, atau mikropipet yang tidak bisa

diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette)

misalnya mikropipet 5 μl. dalam penggunaannya, mikropipet memerlukan tip.

5. Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)

Labu erlenmeyar berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan

Labu Erlenmeyer juga dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan

bahan-bahan sebagai penyususn komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba

dalam kultur cair, dll. Ada beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat

ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.

6. Beaker Glass

Beaker glass merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Di dalam

mikrobiologi, dapat digunakan untuk preparasi media, menampung akuades dll.

7. Gelas ukur (Graduated Cylinder)

Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu

erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya.

8. Batang L (L Rod) disebut juga spreader.

Batang L berfungsi dalam isolasi dan pembiakan mikroba yaitu untuk

menyebarkan cairan di permukaan media supaya mikroba yang tersuspensi dalam

(7)

9. Tabung Durham (Durham Tube)

Tabung durham berfungsi untuk menampung hasil fermentasi

mikroorganisme berupa gas. Tabung durham bentuknya seperti tabung reaksi namun

memiliki ukuran lebih kecil dibanding tabung reaksi. Tabung durham itu

ditempatkan terbalik di dalam tabung reaksi yang lebih besar dan tabung ini

kemudian diisi dengan medium cair. Setelah seluruhnya disterilkan dan medium

sudah dingin, maka dapat dilakukan inokulasi. Jika bakteri yang ditumbuhkan dalam

media tersebut memang menghasilkan gas, maka gas akan tampak sebagai

gelembung pada dasar tabung durham.

10.Termometer (thermometer)

Termometer berfungsi untuk mengukur suhu suatu larutan atau ruang

inkubator. Prinsip kerjanya yaitu mengukur suhu sesuai laju air raksa di dalam

thermometer. Termometer adalah batang kaca yang panjangnya 300 mm, diameter

6-7 mm berisi air raksa dan gas, serta dilengkapi dengan skala derajat Celcius.

Apparatus

1. Autoklaf (Autoclave)

Autoklaf merupakan alat pemanas yang digunakan untuk mensterilisasi suatu

alat atau bahan menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs)

selama kurang lebih 15 menit. Suhu yang tinggi akan membunuh microorganisme.

Autoklaf ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi

oleh bakteri, tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Endospora dapat

dibunuh pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer

normal. Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana

sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C.

Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf

mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer

panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan

waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 °C untuk

waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam

volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang

(8)

2. Oven

Oven berfungsi untuk sterilisasi kering. Alat-alat yang disterilkan

menggunakan oven antara lain peralatan gelas seperti cawan petri, tabung reaksi, dll.

Sterilisasi kering dengan oven dilakukan dengan cara memanaskan pada suhu 180oC

selama 1 jam.

3. Hot plate stirrer dan Stirre bar

Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk

menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat

dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi.

Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic stirrer seri

SBS-100 dari SBS® misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan

sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC.

4. Pembakar Bunsen (Bunsen Burner)

Bunsen adalah salah satu alat yang berfungsi untuk mensteril. Api yang

menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan

diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut. Dalam

sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling cocok untuk

memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling panas).

5. Inkubator (Incubator)

Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada

suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu.

6. Penangas air (Water bath)

Penangas air berfungsi untuk menyimpan media agar (yang digunakan untuk

analisa dengan teknik tuang/pure plate ) supaya media tetap dalam kondisi leleh/cair,

bisanya suhu diatur pada kisaran 40-45oC. Untuk menjaga air pada penangas air

tidak terkontaminasi mikro organisme maka perlu ditambahkan citric acid 0.3% dan

potassium sorbat 0.1%.

7. pH Meter

pH meter berfungsi untuk mencek derajat keasaman/pH media, karena

(9)

8. Timbangan digital / neraca digital

Neraca digital berfungsi untuk menimbang media dan juga sample atau

contoh uji saat preparasi.

9. Biological Safety Cabinet / Laminar Air Flow

Biological Safety Cabinet (BSC) atau disebut juga Laminar Air Flow (LAF)

adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola

pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasisinar UV

beberapa jam sebelum digunakan.

10. Colony counter

Colony counter adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah

perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawan karena adanya

kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala/ kuadran yang sangat

berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah koloni pada

cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset.

11. Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)

Mikroskop Cahaya merupakan salah satu alat untuk melihat sel

mikroorganisme. Kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan

mata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan

diameter lebih kecil dari 0,1 mm.

12. Mikroskop stereo (Zoom Stereo Microscope)

Mikroskop ini berfungsi untuk melihat objek yang membutuhkan perbesaran

tidak terlalu besar. Di Laboratorium Mikrobiologi, mikroskop stereo biasanya

digunakan untuk mengamati secara detail bentuk koloni dan jamur.

Alat-alat lain yang perlu diketahui di laboratorium mikrobiologi: pelobang sumuran, haemositometer, kaca obyek, kaca obyek cekung, shaker incubator, shaker resiprok, vortex, glass pin, kaca penutup, pinset, gelas arloji, disk blank, disk antibiotik, filter bakteri, tabung Durham serta

Bagian-Bagian Mikroskop

A. Lensa Okuler mikroskop yaitu: lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung

(10)

memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif. Perbesaran

bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 sampai 25 kali.

B. Tabung mikroskop yaitu: di bagian atas tabung melekat lensa okuler, dengan perbesaran tertentu (15 kali, 10 kali, dan 15 kali). Dibagian bawah tabung

terdapat alat yang disebut revolver. Fungsi adalah untuk mengatur fokus yang

dapat dinaikkan dan diturunkan dan sebagai penghubung antara lensa obyektif

dan lensa okuler.

C. Revolver yaitu: pada revolver tersebut terdapat lensa objektif. Fungsi revolver adalah mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara memutarnya

D. Lensa obyektif perbesaran lemah yaitu: lensa obyektif mikroskop: bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini menentukan struktur dan

bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir. Ciri penting lensa

obyektif adalah memperbesar bayangan obyek dengan perbesaran beraneka

macam sesuai dengan model dan pabrik pembuatnya, misalnya 10 kali, 40 kali,

dan 100 kali dan mempunyai nilai apertura (NA). Nilai apertura adalah ukuran

daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen,

sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua

benda yang terpisah.

E. Lensa obyektif perbesaran kuat

F. Meja mikroskop yaitu: merupakan tempat meletakkan objek (preparat) yang akan dilihat. Objek diletakkan di meja dengan dijepit dengan oleh penjepit.

Dibagian tengah meja terdapat lengan untuk dilewat sinar. Pada jenis

mikroskop tertentu, kedudukan meja tidak dapat dinaik atau diturunkan. Pada

beberapa mikroskop, terutama model terbaru, meja preparat dapat

dinaik-turunkan.

G. Klip

H. Kaki mikroskop.

I. Cermin mikroskop yaitu: mempunyai dua sisi, sisi cermin datar dan sisi cermin cekung, berfungsi untuk memantulkan sinar dan sumber sinar. Cermin datar

digunakan bila sumber sinar cukup terang, dan cermin cekung digunakan bila

sumber sinar kurang. Cermin dapat lepas dan diganti dengan sumber sinar dari

(11)

sudah ada sumber cahaya yang terpasang pada bagian bawah (kaki).

J. Diafragma mikroskop yaitu: berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk

dengan mengatur bukaan iris. Letak diafragma melekat pada diafragma di

bagian bawah. Pada mikroskop sederhana hanya ada diafragma tanpa

kondensor.

K. Lengan mikroskop yaitu: dengan adanya engsel antara kaki dan lengan, maka

lengan dapat ditegakkan atau direbahkan. Lengan dipergunakan juga untuk

memegang mikroskop pada saat memindah mikroskop.

L. Pemutar halus yaitu: komponen ini letaknya pada bagian lengan dan berfungsi

untuk mengatur kedudukan lensa objektif terhadap objek yang akan dilihat.

Pada mikroskop dengan tabung lurus atau tegak, pengatur kasar dan halus

untuk menaikturunkan tabung sekaligus lensa objektif. Pada mikroskop dengan

tabung miring, pengatur kasar dan halus untuk menaik turunkan meja preparat.

M. Pemutar kasar.

(12)

Lembaran Pengamatan

LATIHAN 1

PENGENALAN PERALATAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

Nama/NIM :

Fakultas/Program Studi : Hari/Tanggal : Group/Kelompok :

(13)

LATIHAN 2

STERILISASI

Tujuan:

1. Untuk mengetahui beberapa metode sterilisasi alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan mikrobiologis.

2. Untuk mengetahui hal-hal penting sebelum dan sesudah melakukan sterilisasi peralatan dalam pengamatan mikrobiologis menurut metode sterilisasi yang digunakan seperti sterilisasi fisik dan kimiawi.

Pendahuluan

Suatu proses pembebasan suatu bahan atau alat dari semua bentuk organism

hidup disebut sterilisasi. Sterilasi dapat dilakukan secara fisik mekanik dan kimiawi.

Sterilisasi secara fisik adalah sterilisasi yang dilakukan dengan pemanasan dan

penyinaran. Pemanasan (pembakaran) secara langsung seperti pemanasan jarum ose

atau pinset, pemanasan kering dengan menggunkan oven, biasanya untuk sterilisasi

alat-alat seperti tabung reaksi, cawan petri dll. Sedangkan sterilisasi bahan-bahan

yang banyak mengandung air dapat menggunaan autoklaf.

Sterilisasi menggunakan saringan berpori sangat kecil antara 0.22 mikron

sampai 0.45 mikron sehingga mikroba tertahan pada saringan biasa disebut sebagai

sterilisasi mekanik. Cara ini biasanya dilakukan untuk sterilisasi bahan yang tidak

tahan atau peka terhadap panas seperti antibiotik ataupun senyawa enzim.

Pembagian Sterilisasi

1. Sterisasi Fisik a. Pemanasan basah

- Autoklaf: pemanasan dengan uap air dengan suhu 1210C dengan tekanan 15 psi / 2 atm selama 15 menit (pada umumnya)

- Merebus (boiling) - Pasteurisasi

(14)

- LTLT (low temperature short time): pemanasan pada suhu 650C selama 30 menit

b. Pemanasan kering

- Pembakaran (incenerasi)

- Oven: pemanasan dengan udara panas pada suhu 1800C selama 2 jam atau pada suhu 2100C selama 30 menit

c. Radiasi (dengan sinar ultra violet) 2. Secara Kimia

a. Penggunaan desinfektan dan anti septik b. Penggunaan pengawet

c. Penggunaan antibiotic

(15)

Gambar 2. Sterilkan meja kerja sebelum melakukan kegiatan

3. Secara Mekanik

Filtrasi (penyaringan cairan atau penyaringan udara)

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan praktikum sterilisasi alat dan bahan biakkan guna memberikan pemahaman tentang hal-hal yang berkaitan dengan sterilisasi serta menambah pengetahuan dan keterampilan tentang teknik atau tata cara sterilisasi dalam mkrobiologi.

Bahan dan Alat

Bahan : Aquadesh, kapas, plastik, alkohol 70%, spritus, aluminium foil, kertas label, lakban bening, kain kasa steril, kapas, kertas minyak/layang-layang, selotip, serbet/lap tangan, tali (benang bola), tisu gulung, wipol (desinfektan).

(16)

Prosedur Kerja

a. Sterilisasi Kering (menggunakan oven)

1. Menyiapkan cawan petri dan tabung reaksi yang akan disterilkan

2. Mencuci hingga bersih lalu mengeringkan peralatan dengan kain lap halus. 3. Membungkus dengan kertas minyak/layang-layang

4. Diatur suhu 180 0C selama 2 jam atau pada suhu 210 0C selama 30 menit 5. Tekan tombol power

6. Setelah 2 jam atau 30 menit (tergantung suhu yang digunakan), turunkan suhu dan matikan tombol power.

7. Setelah suhu turun, peralatan yang telah disterilkan tersebut diambil dan dikeluarkan dari dalam oven lalu diletakkan di tempat yang bersih.

b. Sterilisasi Basah (menggunakan autoklaf)

1. Menyiapkan cawan petri, tabung reaksi, media agar yang akan disterilkan 2. Mencuci peralatan hingga bersih lalu mengeringkan peralatan dengan kain

lap halus.

3. Membungkus dengan kertas minyak/layang-layang

4. Masukkan semua alat yang sudah disiapkan ke dalam keranjang dan masukkan ke dalam autoclave

5. Tutup dengan rapat dan kunci pintu autoklaf 6. Tekan tombol On

7. Atur suhu 1210C pada tekanan 15 psi (2 atm) selama 15 menit

8. Tekan tombol Enter, sterilisasi akan berakhir pada saat alaram berbunyi. 9. Tekan tombol off, biarkan beberapa menit sampai suhu dalam autoklaf turun. 10.Buka pintu autoklaf dan keluarkan alat dan bahan yang telah disterilkan tadi. c. Sterilisasi Kimiawi

1. Menyiapkan cawan petri dan gelas obyek (terbuat dari bahan gelas). Mencuci hingga bersih lalu mengeringkan peralatan dengan kain lap halus.

2. Menyiapkan larutan alkohol (70%). 3. Menyiapkan kapas steril.

(17)

Kerja Aseptis:

1. Sebelum mulai kerja tangan disemprot dengan alcohol 70%

2. Meja dan lingkungan kerja disemprot dengan alcohol

3. Peralatan dan bahan yang sudah disterilkan seperti tabung/cawan/Erlenmeyer

sebaikknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminasi masuk)

dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.

4. Pinset, batang L, spider, dan lain-lain dapat disemprot alcohol terlebih dahulu

lalu dibakar.

5. Jarum inoculum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau

dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer

panas yang terjadi.

6. Usahakan bagian alat yang dipakai dalam kondisi steril didekatkan ke bagian

api.

7. Jika kerja di safety cabinet tidak perlu memakai pembakar Bunsen tapi jika

diluar safety cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin

terjamin kondisi aseptisnya

Pertanyaan:

1. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi, steril dan sterilitas? 2. Mengapa peralatan yang akan digunakan harus disterilkan?

(18)

LATIHAN 3

MEDIA PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

Tujuan:

1. Mengetahui jenis dan fungsi media.

2. Mengetahui cara membuat media pertumbuhan mikroorganisme.

Pendahuluan

Media pertumbuhan mikroorganisme (mikroba) adalah media yang terdiri

dari bahan mengandung berbagai zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikrobia

untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Media pertumbuhan mikroba dibutuhkan

mulai dari proses isolasi sampai pada tahap pengamatan pertumbuhan, morfologi,

fisiologi serta identifikasi suatu mikrobia. Media pertumbuhan bagi mikrobia ini

dapat bentuk media cair ataupun media padat.

Bahan penyusun media pertumbuhan mikroba umumnya terdiri dari bahan

dasar seperti air sebagai pelarut dan agar atau gelatin ataupun silica gel yang

berfungsi memadatkan media. Disamping itu, media pertumbuhan mikroba harus

mengandung unsur-unsur (senyawa) yang dibutuhkan oleh mikrobia untuk tumbuh

dan berkembang. Unsur-unsur tersebut terdiri dari unsur makro (C,H,O, N dan P)

dan unsur mikro (Fe, Mg serta vitamin) dan bahan tambahan lainnya seperti phenol

red yang berfungsi sebagai indikator kemasaman media dan antibiotik.

Macam-Macam Media Pertumbuhan 1. Media Berdasar Sifat Fisik

a. Media padat (solid) adalah media yang mengandung agar 1-2% sehingga setelah dingin media menjadi padat.

b. Media setengah padat (semi solid) adalah media yang mengandung agar 0.3 - 0.4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair.

c. Media cair (liquid) adalah media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (nutrient broth), LB (lactose broth).

2. Media Berdasarkan Komposisi

(19)

b. Media semi sintesis adalah media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misalnya PDA (potato dextrose agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang.

c. Media non sintesis adalah media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalya tomato juice agar, brain heart infution agar, pancreatic. 3. Media Berdasarkan Tujuan

a. Media untuk isolasi: Media ini mengandung semua senyawa essensial untuk

pertumbuhan mikroba, misalnya nutrient broth, blood agar.

b. Media selektif/penghambat: Media yang selain mengandung nutrisi juga

ditambahn suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan

pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang

diinginkan, seperti Luria bertani medium yang ditambah amphisilin untuk

merangsang e.coli, resisten antibiotic dan menghambat kontaminan yang peka.

c. Media diperkaya (enrichment): Media yang mengandung komponen dasar

untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah,

serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba

tertentu. Bakteri yang tumbuh pada media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi

sederhana untuk berkembangbiak, tetapi membutuhkan komponen kompleks:

blood tellurite agar, bile agar, serum agar.

d. Media untuk peremajaan kultur: Media umum atau spesifik yang digunakan

untuk peremajaan kultur.

e. Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik: Media ini digunakan

untuk mendiagnosis atau menganalisis metabolism suatu mikroba.

f. Media untuk karakterisasi bakteri: Media yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang indicator ditambahkan

untuk menunjukkan adanya perubahan kimia.

g. Media differsial: bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasakan karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diffential.

Syarat media biakan:

1 Mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme yang berkembang.

(20)

3 Mengandung oksigen (kultur bakteri aerob) dan pH sesuai.

4 Harus bebas dari mikroba lain dan steril.

Bahan dan Alat

Bahan : Aquadesh, Media Nutrien Agar (NA), Media Nutrien Broth (NB), Media PDA, malt ekstrak agar (MEA), kapas, kertas layang, plastik, alkohol 70%, spritus, kapas steril, aluminium foil, tissu, kertas label.

Alat: Lampu bunsen, cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, timbangan, hot plate, stirer, batang pengaduk, spatula, autoklaf, beaker glas, jarum ose, mikro pipet, pinset, gelas ukur, rak tabung reaksi, botol aquades, botol semprot/spyer, timbangan digital, autoclave, oven, incubator, lemari pendingin/freezer, stirer, vortex.

Prosedur Kerja

A. Pembuatan Media Umum (cara I):

1. Timbang media NA (Oxoid) dan NB (Oxoid), PDA, MEA sesuai prosedur di kemasan. Media ditimbang secara hati-hati lalu masukkan kedalam Erlenmeyer

2. Media yang ada di erlemnmeyer ditambah aquades dan aduk sampai homogen dengan batang 
pengaduk 


3. Setelah homogen media dipanaskan dengan hati-hati menggunakan penangas/elemen 
pemanas sambil diaduk sampai media tercampur homogen (ditunjukkan dengan warna yang kuning jernih). Perhatian: pada saat pemanasan jangan sampai terbentuk buih berlebihan sampai meluap! 
 4. Media NA dituangkan ke dalam tabung reaksi dengan volume tertentu menggunakan pipet volume: 5 ml untuk NA miring, 10 ml untuk NA tegak, lalu diautocklaf. Tutup tabung reaksi dengan penutup tabung (penutupan jangan terlalu rapat!)

5. Media NB dituangkan ke dalam tabung reaksi masing- masing tabung reaksi 8 ml. Tutup tabung reaksi dengan kapas atau penutup tabung (penutupan

jangan terlalu rapat!) 


(21)

mengoperasikan autoklaf dengan benar!) 


7. Setelah diotoklaf: media NA 10 ml dalam tabung reaksi diletakkan tegak pada rak tabung dan biarkan memadat, media NA 5 ml inkubasikan miring dan biarkan memadat. Media sisa NA tuangkan dalam cawan petri dan biarkan memadat. Media NA 15 ml dibiarkan sampai suhu 45-50oC (untuk isolasi mikroorganisme). 


8. Media NB dalam tabung reaksi biarkan dingin. Seluruh media NA dan NB ini akan digunakan untuk percobaan selanjutnya.

Gambar 3. Pembuatan media agar

B. Pembuatan Media Umum (cara II):

Bahan yang diperlukan antara lain: kentang sebanyak 100 gram, dektrosa 5

gram, aga 15 gram dan aquadest sebanyak 500 ml

Cara Kerja

1. Kentang dikupas dan iris, lalu cuci bersih dan selanjutnya direbus dengan

aquadest selama 1-2 jam 


2. Ekstrak kentang disaring menggunakan penyaring sampai 500 ml

3. Ekstrak kentang ditambah agar dan dektrosa, aduk hingga 
homogeny serta didihkan diatas kompor atau hot plate stirrer. 


(22)

dengan pH meter. 


5. Masukkan larutan ke dalam erlenmeyer atau dapat langsung 
dibuat agar pinggan atau agar miring 


6. Sterilkan media dengan autoklaf 


Nutrien Broth (NB)

Komposisi untuk media NB sama dengan NA tetapi tidak memakai agar

sebagai pemadat. Proses pembuatannyapun lebih sederhana, tidak memerlukan

panas, peptone dan beef extract akan mudah larut sempurna pada air suhu kamar jika

diaduk.

C. Pembuatan Media Selektif:

Media selektif yang dimodifikasi (Yunilas et al., 2013) untuk isolasi bakteri

selulolitik menggunakan: (0,5 g pepton, 0,5 g yeast agar, 0,1 g K2HPO4, 0,02 g

MgSO4. 7H2O, 1 g Na2CO3, 20 g agar, 0,25 g CMC, 0,25 g xylan, 0,25 g lignin,

0,25 g mannan.

Media selektif Czapek Dox Agar (CDA) yang dimodifikasi (Yunilas, 2016)

untuk isolasi fungi selulolitik yaitu: 0,2% NaNO3; 0,05% KCL; 0,05% MgSO4.7H2O; 0.001% FeSO4.7H2O; 0,05% KH2PO4; 0,04% yeast ekstrak; 2% agar dan 1% (masing-masing CMC, xylan, lignin dan manan), streptomisin 0,01 %, pH diatur 4,5.

Prosedur Kerja

1. Timbang semua bahan sesuai formulasinya, lalu masukkan kedalam Erlenmeyer

2. Media yang ada di erlemnmeyer ditambah aquades dan aduk sampai homogen dengan batang 
pengaduk 


3. Setelah homogen media dipanaskan dengan hati-hati menggunakan penangas/elemen 
pemanas sambil diaduk sampai media tercampur homogen

(23)

5. Sterilkan seluruh media dalam tabung reaksi tersebut dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit, tekanan 1 atm 121oC. (Pelajari cara mengoperasikan autoklaf dengan benar!) 


6. Setelah diotoklaf: media dalam tabung reaksi diletakkan tegak pada rak tabung dan biarkan memadat atau miring dan biarkan memadat.

Pertanyaan:

1. Jelaskan pengertian dan fungsi media pertumbuhan!

2. Mengapa media pertumbuhan yang akan digunakan harus disterilkan?

3. Jelaskan cara membuat media umum untuk pertumbuhan bakteri!

4. Pada pembuatan media selektif ada bahan tertentu dimasukkan, apa tujuan dari

penambahan bahan tersebut?

Lembaran Pengamatan

LATIHAN 3

MEDIA PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

Nama/NIM :

Fakultas/Program Studi : Hari/Tanggal : Group/Kelompok :

No. Nama Bahan Formula Metode Sterilisasi

(24)

LATIHAN 4

TEKNIK ISOLASI MIKROORGANISME

Tujuan:

1. Mengetahui teknik mengisolasi mikroorganisme dengan benar

2. Mengkarakteristik mikroorganisme yang diisolasi dari lingkungan

Pendahuluan

Mikroorganisme (mikroba) dapat diperoleh dari lingkungan sekitar kita baik

dari air, tanah, udara, substrat berupa bahan pakan ternak serta produk olahannya,

bahan pangan beserta produk olahannya, tanaman maupun hewan. Mikroorganisme

yang diperoleh beragam, dapat berupa bakteri, fungi/kapang, khamir dan sebagainya.

Untuk mendapatkan mikroba murni perlu dilakukan isolasi.

Penyediaan sampel sebagai sumber isolate mikroba dapat diperoleh dengan

berbagai cara. Ada sampel diperoleh langsung dari tanah, kotoran ternak, cairan

rumen ternak, dari bagian tanaman. Ada pengambilan sampel dari produk bahan

pangan seperti air susu, daging, ikan, terasi dll. Ada pengambilan sampel dengan

melakukan proses fermentasi untuk memperoleh mikroorganisme indigenous (MOI)

atau indigenous microorganism (IMO) yang bertujuan memacu proses penguraian

oleh mikroba. Mikroba yang tumbuh dan berkembang dari media MOI inilah yang

akan dijadikan sebagai sumber isolate sesuai tujuan isolasi.

Isolasi mikroorganisme adalah suatu upaya pemindahan mikroba diluar dari

lingkungan alamiahnya untuk mendapatkan biakan murni. Pemisahan

mikroorganisme dari lingkungan bertujuan untuk memperoleh biakan murni yang

sudah tidak bercampur lagi dengan mikroba lainnya. Prinsip dari isolasi mikroba

adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang terdapat pada

suatu substrat atau lingkungan sekitarnya. Sehingga dalam mempelajari ilmu

mikroorganisme kita harus mengerti dan memahami bagaimana mendapatkan

mikroba murni dengan cara mengisolasi dan memisahkan mikrobia tersebut sesuai

dengan tujuannya. Melalui isolasi kita dapat mempelajari morfologi, biologi ataupun

(25)

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikroba

yaitu antara lain:

1. Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi.

2. Tempat hidup atau asal mikroba tersebut.

3. Medium pertumbuhan yang sesuai.

4. Cara menginokulasi mikroba.

5. Cara menginkubasi mikroba.

6. Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dan

sesuai dengan yang dimaksud.

7. Cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi tetap merupakan kultur

murni.

Teknik Isolasi Mikroba

Teknik pengenceran (dilution method)

Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran beragam spesies

diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Pengenceran suspense mikroba pada

umumnya dilakukan dengan teknik pengenceran berseri (series of dilution). Dari

hasil pengenceran ini kemudian diambil kira-kira 1 mL untuk diencerkan lebih

lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada

suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni

yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan

memperoleh satu koloni saja.

Teknik micromanipulator

Satu ose bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam

micromanipulator, kemudian ditempatkan dalam medium encer untuk dibiakkan.

Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena

semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme,

memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.

Berbagai macam cara dalam mengisolasi mikroba, yaitu:

1. Isolasi pada medium padat

(26)

mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari

organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut

setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal.

2. Isolasi pada medium cair

Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat

tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur

cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial

pengenceran. Semakin tinggi pegenceran peluang untuk mendapatkan satu sel

semakin besar. Pada media cair pertumbuhan mikroba ditandai dengan kekeruhan

mikroba.

3. Isolasi sel tunggal

Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme

berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair.

Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali.

Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat

halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.

Bahan dan Alat:

Bahan : Sampel (sumber isolat), Aquadesh, Media Nutrien Agar (NA), Media Nutrien Broth (NB), PDA (ditambah klorampenikol 10 mg/100mL aquadest), kapas, kertas layang, plastik, alkohol 70%, spritus, kapas, aluminium foil, tissu, kertas label, Sumber isolat (ditentukan saat praktikum).

Alat: Lampu Bunsen, Cawan petri, Tabung reaksi, Erlenmeyer, Pipet volumetrik, timbangan, hot plate, stirer, batang pengaduk, spatula, autoklaf, ikubator. Prosedur Kerja:

1. Sampel sebanyak 1 gram dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi aquadest steril mengandung 0,9% NaCl fisiologis, lalu kocok menggunakan vortex supaya homogen.

(27)

Gambar 4. Teknik pengenceran

3. Hasil seri pengenceran diambil 0,1 mL atau 1 mL, lalu diinokulasi secara aseptic ke dalam cawan petri yang telah dituang media agar (NA, PDA atau media agar selektif) menggunakan metode cawan tuang (pour plate method) atau metode cawan sebar (spread plate method). Diratakan dengan membentuk angka delapan.

Dibiarkan hingga memadat.

Gambar 5. Pour Plate Method 


Gambar 6. Spread Plate Method 


4. Media yang sudah diinokulasi, diinkubasi selama 24 – 48 jam pada suhu 370C untuk pengamatan mikroba yang tumbuh.

(28)

6. Koloni bakteri yang sudah tumbuh pada medium agar umum (selektif) dipindahkan lagi ke medium yang baru untuk mendapatkan isolate murni.

Gambar 7. Morfologi koloni mikroba 


7. Pemurnian dilakukan sampai diperoleh koloni tunggal menggunakan metode cawan gores (streak plate). Isolat murni yang telah diperoleh disimpan di dalam agar miring Nutrient Agar (NA).

Pertanyaan:

1. Jelaskan pengertian isolasi dan inokulasi!

2. Jelaskan metode-metode inokulasi!

3. Jelaskan karakteristik pertumbuhan miktoba pada media padat dan media

(29)

Lembaran Pengamatan

Hasil dan Pengamatan Pengenceran Suspensi

No. Konsentrasi pengenceran Bakteri (formula)

No. Konsentrasi pengenceran Fungi (formula)

No. Konsentrasi pengenceran Yeast/Khamir (formula)

Hasil dan Pengamatan Morfologi Bakteri, Fungi dan Yeast

No. Kode Isolate

Gambar Warna Isolat

(30)

LATIHAN 5

TEKNIK BIAKAN MURNI

Tujuan:

1. Untuk mendapatkan 1 jenis mikroorganisme yang diinginkan 2. Untuk mengetahui prinsip dasar teknik biakan

Pendahuluan

Biakan murni adalah biakan yang hanya terdiri dari satu jenis

mikroorganisme, sedangkan biakan campuran adalah biakan yang terdiri dari

berbagai jenis mikroorganisme. Teknik biakan murni pertama kali dilakukan oleh

Robert Koch pada tahun 1843 – 1910, seorang ahli kebangsaan Jerman. Bakteri yang

dimurnikan adalah bakteri Bacillus anthracis penyebab penyakit antrax pada sapi dan

domba di Eropa pada saat itu.

Biakan murni dari suatu biakan campuran dapat diperoleh dengan beberapa

cara atau metode. Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis,

antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri

kultural morfologi, fisiologi, dan serologi dibutuhkan mikroorganisme yang berasal

dari satu spesies.

(31)

Gambar 9. Memindahkan biakan secara aseptis

Metode Teknik Biakan Murni

1. Metode cawan gores (streak plate method)

Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. metode

cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan

terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Ada beberapa tipe goresan yaitu:

(32)

Gambar 10. Streak PlateMethod secara Goresan Sinambung

Gambar 11. Streak Plate Method secara Goresan T

2. Metode cawan sebar (spread plate method)

(33)

Gambar 12. Metode agar sebar dan agar tuang 3. Metode cawan tuang (pour plate method)

Cara ini dasarnya ialah menginokulasi medium agar yang sedang mencair pada temperatur 45-50oC dengan suspensi bahan yang mengandung mikroba, dan menuangkannya ke dalam cawan petri steril. Setelah inkubasi akan terlihat koloni-koloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin berasal dari 1 sel bakteri, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono dkk, 1980).

Bahan dan Alat

Bahan:

Media NA, PDA, kultur bakteri, kultur jamur, wipol, alcohol. Alat:

Cawan petri, tabung reaksi, pipet serologi, propipet, jarum ose noddle, hockey stick, spatula, vortex, lampu Bunsen, Incubator, Pemanas air.

Prosedur Kerja:

1) Metode Cawan Gores

1. Media agar NA cair dituang ke dalam cawan petri secara aseptis, lalu biarkan memadat.

2. Satu ose bakteri berasal dari biakan campuran diambil kemudian diinokulasi ke dalam media NA tadi dengan cara menggores sesuai tipe goresan yang diinginkan (radian, kuadran, sinambung, tipe goresan T).

3. Media NA yang telah diinokulasi, dibungkus dengan kertas pembungkus, selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.

(34)

b) Metode Cawan Tuang

1. Koloni bakteri dari biakan campuran diambil 1 ose secara aseptis lalu dimasukan ke tabung reaksi berisi aquadest steril, kemudian lakukan seri pengeceran 10-2.

2. Hasil pengenceran diambil sebanyak 0,1-1mL dan diinokulasi ke dalam media agar NA cair suhu berkisar 45-500C.

3. Media NA yang sudah diinokulasi tersebut di vortex supaya homogen. 4. Setelah homogen media NA dituang ke dalam cawan petri secara aseptis. 5. Media NA pada cawan petri diratakan dengan cara memutar membentuk

angka delapan, lalu dibiarkan memadat.

6. Media NA yang telah padat dibungkus dengan kertas pembungkus, selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.

7. Amati pertumbuhan bakterinya!

c) Metode Cawan Sebar

1. Media agar NA cair dituang ke dalam cawan petri secara aseptis, lalu biarkan memadat.

2. Siapkan 3 tabung masing masing berisi 10 mL, 9 mL dan 9 mL aquadest. 3. Koloni bakteri dari biakan campuran diambil 1 ose secara aseptis lalu

dimasukan ke tabung reaksi berisi aquadest steril 10 ml, kemudian lakukan seri pengeceran dan dihomogen dengan vortex, hasilnya disebut suspensi. 4. Dari suspense diambil sebanyak 1 ml kemudian diinokulasi pada tabung

reaksi kedua berisi 9 mL aquadest, demikian juga pada tabung selanjutnya. 5. Hasil pengenceran dari tabung 2 dan 3 diambil masing-masing sebanyak 0,1

mL dan diinokulasi ke dalam media agar NA yang telah memadat tadi. 6. Hockey stick disterilkan dengan cara dicelup pada alcohol dan dibakar. 7. Tebarkan/sebarkan kultur bakteri dengan hockey stick secara merata dan

biarkan sampai permukaan agar mengering. 


8. Setelah mengering, bungkus dengan kertas pembungkus, selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.

(35)

d) Teknik Biakan Murni untuk jamur/fungi

1. Media agar PDA cair dituang ke dalam cawan petri secara aseptis, lalu biarkan memadat.

2. Ambil spora atau meselium dari biakan campuran, kemudian inokulasi secara aseptis ke dalam media PDA dengan cara menotolkannya pada permukaan media.

3. Bungkus dengan kertas pembungkus, selanjutnya diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu ruang atau 29 0C.

4. Amati pertumbuhan koloni fungi/jamur!

Pertanyaan:

1. Jelaskan tujuan melakukan biakan murni!

2. Jelaskan beberapa metode yang dapat dilakukan dalam biakan murni!

Lembaran Pengamatan

LATIHAN 5

TEKNIK BIAKAN MURNI

Nama/NIM :

Fakultas/Program Studi : Hari/Tanggal : Group/Kelompok : No. Kode

Isolate

(36)

LATIHAN 6

UJI AKTIFITAS ENZIM SECARA KUALITATIF

Tujuan:

1. Mengetahui kemampuan mendegradasi serat melalui uji aktifitas enzim secara kualitatif

2. Dapat menghitung indeks zona bening mikroba terhadap substrat Pendahuluan

Adanya mikroba selulolitik ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening di sekeliling isolat. Untuk melihat zona beningnya agar lebih jelas dilakukan uji kualitatif dengan penuangan 5 ml reagen congo red 1% dipermukaan medium selama 24 jam (Khokhar et al., 2012). Semakin luas zona bening dihasilkan menunjukkan semakin tinggi aktifitas selulase yang dihasilkan (Yunilas et al., 2013).

Bahan Dan Alat

Bahan:

Bahan yang digunakan untuk uji aktifitas enzim selulase meliputi: isolat bakteri, alkohol, aquadest, spritus, aluminium foil, sarung tangan, masker, kapas, media agar selektif yang dimodifikasi (Yunilas et al., 2013) menggunakan: (0.5 g

pepton, 0.5 g yeast agar, 0.1 g K2HPO4, 0.02 g MgSO4. 7H2O, 1 g Na2CO3, 20 g

agar, 0.5 g CMC), pH 6.8.

Alat:

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: incubator, autoklaf. mikroskop, erlemeyer, petri disk, tabung reaksi, rak tabung, pipet, micro pipet, stirer, vortex, bunsen, kertas cakram (cakram disk), gelas ukur, becker glass, thermometer, pH meter, hot plate, timbangan digital, oven, jangka sorong, kamera digital.

Prosedur Kerja:

1. Buat suspense bakteri berdasarkan standar Mc Farland 2. Siapkan media agar selektif

(37)

5. Inkubasi 24-48 jam, 6. Tetes lugol dan amati

Gambar 13.Diagram alir uji aktifitas enzim lignoselulolitik secara kualitatif (Yunilas et al., 2013)

Diskusi:

1. Apa yang dimksud dengan zona bening (clear zone)? 2. Kenapa terbentuk zona bening?

3. Bagaimana kemampuan isolate bakteri uji yang dilakukan dalam mendegradasi serat ?

4. Jelaskan tentang indek zona bening bakteri uji terhadap substrat! Buat suspensi bakteri, standar Mc Farland

Siapkan media agar selektif

Letakan cakram disk dibagian tengah media

Inokulasi suspensi bakteri pada cakram dist

Inkubasi 24-48 jam suhu 370C

Tetes lugol dipermukaan agar

(38)

Lembaran Pengamatan

LATIHAN 6

UJI AKTIFITAS ENZIM LIGNOSELULOLITIK SECARA KUALITATIF

Nama/NIM :

Fakultas/Program Studi : Hari/Tanggal : Group/Kelompok :

No. Kode Isolate

Diameter Isolate (Mm)

Zona Bening (Mm)

(39)

LATIHAN 7

PENGAMATAN BAKTERI SECARA MIKROSKOPIS

Tujuan:

- Mengetahui morfologi bakteri secara mikroskopis

- Mengamati dan membedakan struktur yang terdapat dalam sel bakteri Pendahuluan

Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebutmaka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri sehingga sel dapat terlihat lebih jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama.

Pelaksanaan teknik pewarnaan perlu ketelitian dan kecermatan serta mengikuti prosedur sbb:

1. Mempersiapkan kaca obyek. Kaca obyek ini harus bersih dan bebas lemak untuk membuat apusan bakteri yang akan diwarnai.

2. Mempersiapkan preparat ulas. Preparat yang baik adalah yang tipis dan kering, terlihat seperti lapisan yang tipis. Preparat ini dapat berasal dari cairan atau padat. Teknik pembuatan preparat ulas sbb:

- Kultur biakan diambil 1- 2 lup ose steril dan oles pada permukaan slide. - Tetes 1 – 2 tetes aquadest diatas biakan

(40)

Gambar 14. Teknik pembuatan pulasan bakteri dan fiksasi Alat dan Bahan

isolate bakteri, Aquadest, Alkohol, Medium MEA, Medium PDA, kapas, kaca objek, Bunsen, methilen blue, jarum ose, isolate, mikroskop, Masker, 1. Pewarna basa (pewarnaan sederhana)

Prosedur kerja:

1. Buat preparat ulas bakteri yang akan diperiksa, lalu fiksasi

2. Teteskan zat warna metilen blue pada preparat bakteri, dan biarkan selama1 menit 3. Bilas dengan air mengalir dan kering anginkan (jangan dilap atau dihapus)

(41)

Gambar 15. Teknik pewarnaan sederhana

2. Pewarna Gram/differensial

Prosedur kerja:

1. Buat preparat ulas lalu fiksasi

2. Hasil fiksasi ditetes larutan kristal violet selama 1 menit setelah itu bilas dengan air kemudian dikering anginkan beberapa saat.

3. Diberi larutan iodin/lugol (mordan) 1-2 tetes selama 30 detik, lalu dibilas dengan larutan pemucat (aseton alkohol) selama 15 detik, kemudian dibilas kembali dengan aquadest.

4. Diberi 1 tetes larutan safranin (zat warna tandingan), dibiarkan selama 1 menit kemudian dibilas dengan aquadest dan dikering anginkan.

5. Amati morfologi dibawah mikroskop cahaya pada perbesaran 1000x. Hasil pengamatan berupa (warna ungu kebiruan menunjukkan bakteri gram positif, sedang warna merah muda menunjukkan gram negatif).

(42)

Pertanyaan:

1. Apa yang dimaksud dengan morfologi bakteri secara mikroskopis? 2. Apa tujuan dilakukan pewarnaan sederhana?

3. Apa tujuan dilakukan pewarnaan gram?

Lembaran Pengamatan

LATIHAN 7

PENGAMATAN BAKTERI SECARA MIKROSKOPIS

Nama/NIM :

Fakultas/Program Studi : Hari/Tanggal : Group/Kelompok : No. Kode

Isolat

Metode Pengamatan Morfologi Sel

(43)

LATIHAN 8

PENGAMATAN FUNGI/KHAMIR SECARA MIKROSKOPIS

Tujuan:

-Untuk mengetahui morfologi fungi (kapang) atau yeast (khamir)

Pendahuluan

Jamur (fungi) banyak kita temukan disekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembap. Beberapa ahli mikologi membagi jamur menjadi dua kelompok berdasarkan bentuk tubuhnya, yaitu kapang (mold) dan khamir (yeast).

Bahan dan Alat:

Bahan: fungi/yeast hasil isolasi, Aquadest, Alkohol, Medium MEA, Medium PDA,

kapas, KOH 20 %.

Alat: Cawan petri, Hot plate, Ose loop, Handsprayer, mikroskop, Masker, objek

glass, pinset, cover glass, Bunsen, pipet tetes. Prosedur Kerja:

1. Slide kultur (Metode Heinrich’s):

o Buat medium PDA

o Cawan petri yang dilapisi kertas saring yang telah dibasahi dengan sedikit

aquades steril, lalu letakkan 2 buah batang lidi steril dengan ukuran ± 6 cm.

o Letakkan kaca objek steril diatas batang lidi sebagai penyangganya.

o Ambil medium PDA cair dengan pipet tetes lalu teteskankan diatas kaca

objek (1 tetes).

o Ambil isolat fungi dengan jarum ose, lalu menggoreskan secara langsung ke

objek glass sebelum medium PDA memadat.

(44)

Gambar 17. Metode Slide kultur (Metode Heinrich’s)

2. Prosedur yang lebih sederhana:

1. Sterilkan cawan petri yang berisi kapas yang di atasnya terdapat object glass dan cover glass. 


2. Siapkan media PDA dan dijaga supaya tetap cair. 


3. Teteskan media PDA pada object glass secara aseptis lalu tunggu 
memadat (teteskan jangan terlalu banyak). 


4. Belah media yang memadat dengan jarum inokulum yang berujung L. 


5. Ulaskan spora jamur yang akan diamati pada belahan tersebut. 


6. Tutup dengan cover glass tepat di atas media dan tekan hingga merata. 


7. Inkubasi selama 2x24 jam. 


8. Amati pertumbuhan miselium dan spora pada object glass dengan perbesaran sedang 


Gambar 18. Metode sederhana Pertanyaan :

1. Jelaskan morfologi fungi secara mikroskopis

(45)

Lembaran Pengamatan

LATIHAN 8

PENGAMATAN FUNGI SECARA MIKROSKOPIS

Nama/NIM :

Fakultas/Program Studi : Hari/Tanggal : Group/Kelompok :

No. Kode Isolat

(46)

LATIHAN 9

PENGHITUNGAN JUMLAH MIKROBA MENGGUNAKAN METODE ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)

Tujuan:

 Untuk mengetahui jumlah bakteri pada setiap mL sampel.  Penghitungan Angka Lempeng Total bakteri dan fungi.

Pendahuluan

Mikroorganisme adalah makhluk hidup cosmopolitan, terdapat dimana-mana.

Dalam air dan tanah, dalam makanan, hewan dan tumbuhan serta manusia.

Keberadaan dan besarnya populasi mikroorganisme sangat penting untuk diketahui

dan dipelajari karena memiliki karakteristik dan peran yang sangat erat interaksinya

baik dengan lingkungan abiotik maupun lingkungan biotiknya. Besarnya populasi

mikroorganisme dapat menentukan kualitas suatu produk, menentukan tata guna

suatu sumber daya, menentukan tingkat kesuburan suatu lahan dan lain-lain.

Dalam menentukan jumlah bakteri dapat digunakan beberapa cara yaitu:

1. Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell count). Pada cara ini menghitung

jumlah sel yang hidup maupun yang mati.

2. Jumlah bakteri yang hidup (viable count). Pada cara ini menghitung jumlah sel

yang hidup saja.

1. Penghitungan Bakteri Secara Keseluruhan

a. Menghitung langsung secara mikroskopik

Penghitungan jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Penghitungan

menggunakan peralatan kaca objek khusus yang bergaris (Petroff-Hauser) berbentuk

bujur sangkar. Jumlah cairan yang terdapat antara kaca objek dan kaca penutup

mempunyai volume tertentu, sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur

sangkar juga tertentu.

b. Menghitung dengan cara melihat kekeruhannya

Penghitungan cara ini menggunakan spektrofotometer atau nefelometer. Prinsip

dari Teknik ini adalah banyaknya cahaya yang diabsorbsi sebanding dengan

(47)

2. Penghitungan Jumlah Bakteri Hidup

Penghitungan jumlah mikroorganisme dengan cara viable count atau

standard plate count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikrootrganisme

hidup dalam suspense akan tumbuh menjadi 1 (satu) koloni setelah diinkubasi dalam

media biakan dan lingkungan yang sesuai. Berdasarkan hal tersebut sering digunakan

istilah colony forming units (CFU/ml) untuk menghitung jumlah mikroorganisme

hidup lempeng agar yang mengandung 30-300 koloni yang digunakan dalam

perhitungan. Lempeng agar dengan jumlah koloni > 300 kemungkinan kesalahan

perhitungan tinggi, lempeng agaer <30 lempeng tidak abash secara statistic hal ini

terjadi karena pengenceran terlalu tinggi.

Contoh perhitungan dilihat pada Table Pengamatan berikut:

Pengenceran Cawan I Cawan II Keterangan

10 -2 150 300 Dipilih  koloni cawan I

10 -3 20 25 Dipilih  koloni cawan II

Perhitungan:

Kisaran yang paling tepat menghitung koloni pada cawan adalah 25 – 250 koloni per

cawan dalam perhitungan percobaan ini.

 Jumlah koloni rata-rata  jumlah kedua cawan dikali dengan factor

pengencer

 Maka jumlah koloni (angka lempeng total) adalah:

150 + 250 X 1 = 200 X 102 koloni/ml sampel

2 10-2

Bahan dan Alat:

Bahan:

Media PCA, PDA, PDF, sampel, aquades, wipol, alcohol. Alat:

Tabung reaksi, pipet volume 1 ml steril, cawan petri, spidol/label, lampu

bunsen, penangas air.

Prosedur Kerja :

1. Sediakan 6 tabung reaksi masing-masing berisi 9 ml akuades steril,

meletakkan secara berurutan dan beri tanda 1 s/d 6.

(48)

10-1,10-2,10-3,…10-6 sampel dengan pengenceran 10-6, dengan cara

memasukkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi pertama kemudian kocok

sampai homogeny, konsentrasi larutan menjadi 10-1, kemudian mempipet 1

ml larutan dari tabung pertama masukkan ke tabung kedua dan kocok sampai

homogeny, konsentrasi larutan menjadi 10-2 demikian seterusnya sampai

tabung ke enam.

3. Sediakan dua cawan petri steril, meletakkan berurutan dan beri tanda 10-5,10-6

dengan spidol/label.

4. Mengambil larutan dari tabung ke 5 dan ke 6 masing-masing 1 ml dengan

menggunakan pipet steril dan memasukkan ke dalam cawan petri steril yang

sudah diberi tanda.

5. Menyiapkan medium PCA cair dengan suhu 400 – 450C sebanyak 2 tabung

masing-masing berisi 9 ml.

6. Memasukkan media agar ke dalam cawan petri yang berisi larutan sampel,

satu tabung untuk satu petri, menggoyangkan hingga homogeny dengan cara

memutar cawan petri searah jarum jam dan kebalikannya di atas meja,

biarkan hingga dingin dan mengeras.

7. Menginkubasikan pada suhu 220C – 370C selama 24 – 48 jam di dalam

incubator.

8. Menghitung jumlah bakteri yang tumbuh pada setiap pengenceran. Jumlah

bakteri yang ada dalam setiap 1 ml sampel adalah berbanding terbalik dengan

pengenceran, misalnya : hasil perhitungan dari pengenceran 10-6 terdapat 10

koloni maka jumlah bakteri adalah 10 x 106 sel bakteri/ml.

Pertanyaan:

1. Jelaskan pengertian ALT!

(49)

Lembaran Pengamatan

LATIHAN 9

PENGHITUNGAN JUMLAH MIKROBA MENGGUNAKAN METODE ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)

Nama/NIM :

Fakultas/Program Studi : Hari/Tanggal : Group/Kelompok :

(50)

LATIHAN 10

PENGHITUNGAN JUMLAH MIKROBA MENGGUNAKAN

HAEMOCYTOMETER

Tujuan:

- Untuk mempelajari cara penghitungan mikrobia tertentu menggunakan haemocytometer

Pendahuluan

Populasi (jumlah) mikrobia baik bakteri ataupun fungi dapat dihitung secara

langsung disebut juga penghitungan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung

jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan adalah

Haemocytometer. Jumlah cairan yang terdapat antara coverglass dan alat ini

mempunyai volume tertentu sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur

sangkar juga tertentu.

Ruang hitung yang terdapat pada haemocytometer adalah 9 kotak besar

dengan luas 1 mm2. Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang

dengan panjang 0,2 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil.

Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang

hitung ini adalah 0,1 mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang

hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui.

Bahan dan alat:

Biakan murni bakteri atau jamur (yeast) yang telah mengandung spora,

mikroskop, haemocytometer.

Prosedur kerja:

1. Haemocytometer (alat hitung) dibersihkan dengan alkohol 70 % 
keringkan dengan tissue. 


2. Teteskan ± 50 μl suspensi sel yeast (kira-kira 1 tetes) pada parit kaca pada

(51)

3. Biarkan sejenak sehingga sel diam di tempat (tidak terkena aliran 
air dari efek kapilaritas). 


4. Letakkan cover glass di atas alat hitung. 


5. Letakkan alat hitung pada meja benda mikroskop kemudian cari fokusnya pada 
perbesaran 40 x10. 


6. Lakukan perhitungan secara kasar apakah diperlukan pengenceran 
atau

tidak.

7. Jika dalam satu kotak sedang terdapat sel-sel yang banyak dan bertumpuk

maka perhitungan akan tidak akurat dan diperlukan pengenceran dengan perbandingan 1:5 atau 1:10. 


8. Hitung sampel, paling tidak sebanyak 5 kotak sedang (lebih banyak lebih

baik).

9. Hasil perhitungan dirata-rata kemudian hasil rataan dimasukkan rumus untuk

kotak sedang.

10.Jika dilakukan pengenceran maka jumlah sel/ml dikalikan faktor pengenceran. 


(52)

Gambar 19 . Kotak-kotak pada haemocytometer

Cara Penghitungan:

Luas kotak sedang
Luas kotak sedang = p x l

= 0,2 x 0,2 = 0,04 mm2

Misalnya diperoleh:
Volume kotak sedang : 20 sel dalam satu kotak sedang

= 0,04 mm2 x 0,1 mm

maka jumlah sel keseluruhan :

= 0,004 mm3 = 20 x (1/4) x 106

Kotak sedang :
Jumlah sel/ml = jumlah sel x 2,5 x 105
Dengan perhitungan yang sama maka diperoleh rumus untuk kotak kecil :

Lembaran Pengamatan

(53)

LATIHAN 11

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

Tujuan Praktikum:

1. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam uji pengaruh lingkungan

terhadap pertumbuhan mikroorganisme

2. Untuk mengetahui pembagian mikroorganisme berdasarkan pH, suhu,

tekanan osmotic dan oksigen.

Pendahuluan

Mikroba terdapat di lingkungan sekitar kita dalam jumlah yang sangat banyak

baik di air, tanah, udara, tanaman, hewan serta benda-benda lainnya. Setiap spesies

mikroorganisme memiliki cara tersendiri untuk hidup tergantung daya adaptasi

terhadap lingkungan sekitarnya. Faktor lingkungan ini dapat berupa faktor biotik dan

faktor abiotik. Faktor biotik adalah berasal dari mikrooganisme itu sendiri,

sedangkan faktor abiotik adalah berasal dari faktor luar seperti pengaruh suhu, pH,

tekanan osmose dan lain-lain.

a. Pengaruh suhu

1) Pengaruh suhu rendah

Suhu rendah sampai di bawah suhu minimumnya, menyebabkan bakteri

tidak dapat berkembang biak, pada umumnya tidak segera mematikan

bakteri, bahkan ada yang tahan bertahun-tahun pada suhu minus 70°C (tujuh

puluh derajat Celcius). Bakteri yang pathogen pada manusia umumnya

cepat mati pada suhu 0°C (nol derajat Celcius).

2). Pengaruh suhu tinggi

Suhu tinggi lebih membahayakan kehidupan bakteri dibandingkan dengan

suhu rendah. Bila bakteri dipanaskan pada suhu di atas maksimumnya, akan

segera mati. Semua bakteri, baik yang pathogen maupun tidak, dalam

bentuk vegetatifnya mati dalam waktu 30 (tiga puluh) menit pada suhu 60° -

65°C. Kenyataan ini merupakan dasar tindakan pasteurisasi.

(54)

Umumnya asam mempunyai pengaruh buruk terhadap pertumbuhan bakteri.

Kebanyakan bakteri lebih baik hidup dalam suasana netral (pH 7,0) atau sedikit

basa (pH 7,2 - 7,4), tetapi pada umumnya dapat hidup pada pH 6,5 – 7,5.

Bakteri-bakteri yang pathogen pada manusia tumbuh baik pada pH 6,8 – 7,4 yaitu sama

dengan pH darah.

e. Pengaruh O2 dari udara

Untuk melangsungkan hidupnya, manusia dan binatang membutuhkan O2

(oxygen) yang diambil dari udara melalui pernapasan. Fungsi O2 ini sudah jelas,

yaitu untuk pembakaran zat-zat makanan didalam sel-sel jaringan, sehingga

dihasilkan panas dan tenaga.

f. Pengaruh tekanan osmotik

Air ke luar masuk sel bakteri melalui proses osmosis, karena perbedaan tekanan

osmotic antara cairan yang ada di dalam dengan yang di luar sel bakteri.

Bahan dan Alat:

Bahan:

Aquadest steril, Alkohol 70%, Asam Sitrat, Bacillus subtilis, NaOH, Kapas,

Label, Medium PDA/PDB, Kertas karbon, Desinfektan, Antiseptik, Antibiotik

dan Uang logam.

Alat:

Autoklaf, Cawan petri, Inkubator, Lampu spiritus, Tabung reaksi, Rak tabung,

Spoit, Labu Erlenmeyer, Pinset, Pipet tetes dan Peper disk.

Prosedur Kerja:

1). Pengaruh suhu

- Buat suspensi bakteri pada tabung reaksi

- Ambil suspensi menggunakan spoit, kemudian dipindahkan ke tabung reaksi

yang telah berisi medium NB sebanyak 9 ml.

- Tutup dan simpan pada suhu 0-200C (kulkas), 20-500C (enkas), dan 50-1000C

(inkubator).

2). Pengaruh pH

(55)

- Ambil suspensi menggunakan spoit, kemudian dipindahkan ke tabung reaksi

yang telah berisi medium NB sebanyak 9 ml.

- Atur pH medium dengan menambahkan NaOH atau HCL sampai pH yang

diingin (3, 7, 9)

- Tutup dan simpan dalam incubator suhu 370C selama 48 jam

3). Tekanan osmotik

- Ambil 4 buah tabung yang sudah berisi media NB atau NA mengandung

NaCL masing-masing 3%, 5%, 10% dan 15%

- Ambil 1ml suspense bakteri masing-masing dimasukkan ke dalam 4 tabung

NB atau inokulasi bakteri pada NA padat dengan cara digores

- Lalu di inkubasi suhu 37 0 C selama 48 jam

- Amati pertumbuhannya

Gambar 25. Inokulasi dan inkubasi mikroba pada berbagai konsentrasi NaCl

(56)

Gambar 21. Pertumbuhan pada Agar Tegak

Gambar 22. Pertumbuhan bakteri berdasarkan kebutuhan O2

Gambar 23. Pertumbuhan bakteri berdasarkan kebutuhan O2 pada media cair

Pertanyaan:

1. Jelaskan metode yang dapat digunakan dalam pengujian pertumbuhan

mikroorganisme

2. Jelaskan pertumbuhan mikroba berbagai kondisi pH, suhu, tekanan osmotic

(57)

Lembaran Pengamatan

LATIHAN 11

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

Nama/NIM :

Fakultas/Program Studi : Hari/Tanggal : Group/Kelompok :

(58)

LATIHAN 12

PERAN MIKROBA PADA BAHAN PAKAN TERNAK

Tujuan:

1. Mengetahui cara membuat fermentasi bahan pakan ternak 2. Mengetahui manfaat mikroba pada bahan pakan ternak 3. Mengetahui mikroba yang berperan dalam proses fermentasi Pendahuluan

Untuk meningkatkan kualitas, palatabilitas, kecernaan serta daya simpan bahan pakan ternak salah satunya dapat dilakukan melalui proses fermentasi. Fermentasi bahan pakan ternak dapat dilakukan menggunakan berbagai mikroorganisme antar lain bakteri, fungi atau yeast/khamir. Fermentasi biasanya dilakukan menggunakan kultur murni dari laboratorium yang disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan.

Prosedur kerja:

Pembuatan Pakan Fermentasi

Alat dan Bahan:

Bahan yang digunakan meliputi bahan pakan seperti limbah pertanian atau perkebunan, isolat mikroba sebagai kultur starter seperti bakteri atau fungi, urea, dedak, molasses dan aquades.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: autoklaf. incubator, rak untuk fermentasi, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, bunsen, gelas ukur, timbangan digital, masker, sarung tangan, sprayer, tali, ember plastik, pisau, label, alat tulis. Prosedur Kerja:

Pembuatan inokulum

Gambar

Gambar 1.  Bagian-Bagian Mikroskop
Gambar Fungsi/Kegunaan
Gambar 2. Sterilkan meja kerja sebelum melakukan kegiatan
Gambar 3. Pembuatan media agar
+7

Referensi

Dokumen terkait