• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Seragamisasi Celana/Rok Panjang dalam Mencegah Kejadian Demam Berdarah Dengue pada Siswa Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Seragamisasi Celana/Rok Panjang dalam Mencegah Kejadian Demam Berdarah Dengue pada Siswa Sekolah Dasar"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

163

Pengaruh Seragamisasi Celana/Rok Panjang dalam Mencegah Kejadian Demam

Berdarah Dengue pada Siswa Sekolah Dasar

Effect Make Uniform of Pants/Skirt Length to Prevent The Incidence of Dengue

Hemorrhagic Fever in Elementary Students

Mada Gautama Soebowo1, Dias Irawan Prasetya2*, Soeharyo Hadisaputro2, Sakundarno Adi2 1Dinas Kesehatan Kota Semarang

Jalan Pandanaran No. 79 Semarang, No Telp: 024 8318070-8415269; Fax: 024-8318771 2Program Magister Epidemiologi Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang Program Studi Magister Epidemiologi, Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro,. Gd A Lt 5.

Jalan Imam Bardjo, SH., No.5 – Semarang *E_mail: dirasetyairawan@gmail.com

Received date: 05-01-2017, Revised date:11-12-2017 Accepted date:13-12-2017

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, khususnya di Kota Semarang. Berdasarkan data tahun 2014 dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, DBD dialami oleh kelompok umur 1-14 tahun sebanyak 1.065 penderita (65%), sedangkan pada kelompok anak usia 6-12 tahun tercatat 336 penderita (20,6%). Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DBD pada anak-anak adalah pemakaian celana/rok panjang, penggunaan repellent, pemasangan kelambu, pemasangan kasa nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah pemakaian celana/rok panjang dapat mencegah kejadian DBD pada siswa sekolah dasar. Desain yang digunakan adalah studi case control. Total sampel adalah 160 anak (tiap kelompok 80 anak) dipilih secara proporsional random sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data secara bivariat dengan uji chi-square dan multivariat dengan uji regresi logistik. Terdapat 2 variabel yang berpengaruh terhadap kejadian DBD pada anak sekolah yaitu pemakaian celana/rok panjang di rumah (p=0,003; OR=2,781; 95% CI=1,412-5,476), pemasangan kasa di jendela rumah (p=0,018; OR=2,462; 95% CI=1,166-5,200). Hasil penelitian ini menunjukkan faktor pelindung gigitan nyamuk yang terbukti paling berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah pemakaian celana/rok panjang di rumah, kemudian diikuti oleh faktor pemasangan kasa nyamuk di jendela rumah.

Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, celana/rok panjang, siswa SD

ABSTRACT

DHF is still remains a health problem in Indonesia, especially in Semarang City. Based on data from Semarang City Health Office at 2014, DHF affected the age group 1-14 years as many sufferers of 1,065 (65%), in children ages 6-12 years old groups only has recorded 336 sufferers (ITP 20.6%). Several protective factors that prevent mosquito bite in children is wearing pants/skirt length, use of repellent, installation of bednet, and installation of net mosquitoes. The aims of this research was toprove whether wearing long pants/skirt could prevent the occurrence of DHF in elementary students. The design was a case control study. Total sample was 160 children (80 children per group) selected by proportional random sampling with due regard to inclusion and exclusion criteria. Data analysis was bivariate with chi-square test and multivariate logistic regression. There were variables that may prevented the incidence of DHF in school children which were wearing pants/long skirts at home (p=0.003; Or=2,781; 95% CI=1,412-5,476), installation of net mosquitoes in the windows (p=0,018; Or=2,462; 95% CI=1,166-5,200). Results of this research showed that the occurrence of DHF in children can prevented by wearing pants/long skirts at home, and the installation of net mosquitoes at windows home.

Keywords: DHF, pants/long skirt, elementary students

PENDAHULUAN

Angka kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat secara drastis di seluruh penjuru dunia dalam beberapa dekade terakhir ini, diperkirakan pada saat ini sekitar 2,5

(2)

164

dan subtropis. Saat ini sekitar 50-100 juta kasus demam berdarah dengue ditemukan setiap tahunnya, dengan jumlah kematian sekitar 22.000 orang/tahun.1

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh WHO area wilayah negara-negara di Asia Selatan-Asia Timur (WHOSEAR), penyebaran kasus DBD di kawasan ini selalu menjadi masalah kesehatan utama. Wilayah ini telah menyumbangkan separuh lebih kasus DBD seluruh dunia. Sekitar 52% dari populasi global berisiko berada di kawasan ini. Dari 11 negara anggota, ternyata penyakit DBD merupakan penyakit endemik di 10 negara.1 DBD menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan angka kematian DBD selalu melonjak dari tahun ke tahun.2 Pada tahun 2014, sampai dengan pertengahan Desember tercatat kasus DBD di 34 provinsi di Indonesia berjumlah 71.668 orang, dan 641 orang diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut ternyata lebih rendah baik jumlah kasus maupun jumlah yang meninggal dibanding tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah kasus sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 orang.3

Seluruh kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah di tahun 2014 telah melaporkan kejadian DBD dan jumlah kasus DBD di Jawa Tengah adalah 11.081 penderita, dan angka Incidence Rate (IR) 36,2 per 100.000 penduduk. Angka Incidence Rate DBD tertinggi berada di Kota Semarang dengan 97,31 per 100.000 penduduk.4 Jumlah kejadian DBD di Kota Semarang adalah 1.628 penderita dan menyumbangkan 14,7% kasus di Jawa Tengah. Jumlah penderita DBD di Kota Semarang yang meninggal di tahun 2014 sama jumlahnya dengan angka di tahun 2013 yaitu 27 kasus kematian. Kota Semarang tercatat sebagai kota endemik kejadian DBD, dengan angka Incidence Rate (IR) bergerak fluktuatif dalam kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 2010-2014, dengan IR DBD pada tahun 2010 sebesar 368,7, pada tahun 2011 sebesar 73,87, pada tahun 2012 sebesar 70,9 pada tahun 2013 sebesar 134,2 dan pada tahun 2014 sebesar

92,43. Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan Kota Semarang di Tahun 2014, tercatat penderita DBD banyak dialami oleh kelompok umur 1-14 tahun sebanyak 1.065 penderita (65%), untuk anak-anak usia 6-12 tahun tercatat penderita sebanyak 336 anak (20,6%).5

Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa umumnya aktif menggigit dari pagi sampai petang dengan dua puncak waktu (diurnal/daybitter) antara pukul 08.00-10.00 dan pukul 15.00-17.00.2 Hal ini bersamaan waktunya dengan jam belajar anak di sekolah. Nyamuk tersebut biasa menggigit beberapa anak/siswa secara bergantian dalam waktu yang singkat (multiple bitter) di dalam satu kelas/ruangan dan hal ini akan berakibat beberapa anak/siswa terinfeksi virus dengue pada saat yang bersamaan.2 Selain itu, penyebaran nyamuk Aedes aegypti tidak hanya di dalam ruangan/indoor, tetapi terjadi pula di luar ruangan/outdoor. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Dejene, dkk tahun 2015 di Dire Dawa, Ethiopia Timur, bahwa dari total 750 kontainer yang diperiksa di dalam dan luar ruangan, terdapat 405 kontainer yang positif terdapat jentik nyamuk. Total jentik yang ditemukan pada 405 kontainer yang dinyatakan positif adalah 1.873 jentik dan teridentifikasi sebagai jentik nyamuk Aedes aegypti (n=1580;84,4%).6 Hal ini memberikan kesimpulan bahwa nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor DBD dapat berkembang biak dan menggigit di dalam ruangan maupun di luar ruangan karena ditemukan jentik nyamuk Aedes aegypti di dalam dan luar ruangan.7

(3)

165 bahwa upaya pencegahan terhadap gigitan

nyamuk yang berhubungan dengan kejadian DBD adalah penggunaan repellent dan obat nyamuk lainnya,8,11 dan beberapa penelitian yang dilakukan pada keluarga untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan praktik keluarga dengan kejadian demam berdarah hanya sebatas upaya PSN dan kebiasaan menggantung pakaian habis pakai, namun dalam penelitian ini dilakukan penambahan variabel independen, yaitu pemakaian celana/rok panjang di sekolah dan di rumah, serta variabel tingkat Maya Index sebagai indikator kepadatan vektor di sekolah dan di rumah.

Berdasarkan penjelasan dan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh penggunaan celana/rok panjang dalam mencegah kejadian DBD pada siswa sekolah dasar dengan langsung menanyakan kepada orangtua/wali dari siswa SD di Kota Semarang dengan bantuan instrument berupa kuesioner. Diharapkan setelah dilakukan penelitian terhadap faktor tersebut, dan faktor yang lainnya maka akan ditemukan cara mencegah dari gigitan nyamuk Aedes aegypti yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD selama proses belajar di sekolah maupun pada saat di rumah serta dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan untuk pengembangan program pencegahan terhadap kejadian DBD yang berbasis di sekolah dan rumah.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan terhadap orang tua/wali yang anaknya menjadi siswa SD di Kota Semarang, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Februari 2016, dengan persetujuan etik dari Komite Etik RSUP dr. Kariadi, Semarang. Ethical Clearance dengan nomor No. 061/EC/FK-RSDK/2016.

Untuk membuktikan faktor-faktor yang dapat mencegah kejadian demam berdarah dengue terhadap anak/siswa sekolah dasar di Kota Semarang, maka penelitian ini menggunakan studi case-control. Meskipun

tidak sekuat studi cohort, namun studi case-control sudah bisa digunakan untuk melihat hubungan kausalitas. Selanjutnya, dianalisa secara kuantitatif untuk mendapatkan data beberapa faktor pelindung gigitan nyamuk yang mempengaruhi kejadian DBD. Populasi sampel kasus yaitu anak/siswa SD di Kota Semarang yang terdiagnosis DBD oleh dokter puskesmas melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium (berdasarkan peningkatan hematokrit ≥ 20% dan penurunan trombosit ≤ 100.000 µl), serta memenuhi kriteria inklusi, yaitu tinggal dan melakukan perawatan kesehatan ketika terkena DBD di fasilitas kesehatan di Kota Semarang dan orangtua menyetujui dilakukan wawancara dan kriteria eksklusi, yaitu siswa yang terdiagnosis DBD dan meninggal dunia serta responden sudah pindah alamat atau susah ditemui. Populasi sampel kontrol pada penelitian ini adalah anak/siswa SD di Kota Semarang yang memeriksakan diri ke puskesmas dan didiagnosa oleh dokter tidak menderita DBD melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, serta memenuhi kriteria inklusi, yaitu tinggal dan melakukan perawatan kesehatan di fasilitas kesehatan di Kota Semarang dan orangtua menyetujui dilakukan wawancara dan kriteria eksklusi, yaitu adanya gejala demam/panas pada siswa dan responden sudah pindah alamat atau susah ditemui.

(4)

166

kecamatan secara proporsional, lalu dipilih secara acak di setiap kecamatan dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu menghitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam sub populasi yang akan dipilih sebagai sampel penelitian. Jumlah sampel pada responden kasus pada penelitian ini sebanyak 80 responden, dengan perbandingan antara responden kasus dan responden kontrol adalah 1:1, sehingga jumlah total sampel penelitian ini adalah 160 responden (80 responden kasus dan 80 responden kontrol). Masing-masing responden kasus dan responden kontrol didapatkan pada daerah yang sama, baik lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah, artinya dalam setiap wilayah diambil responden kasus dan responden kontrol secara setara sehingga memiliki karakteristik yang sama dan memiliki persamaan dalam hal risiko terhadap penularan DBD.

Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini menggunakan instrumen

kuesioner, yang ditanyakan langsung kepada orangtua siswa baik pada responden kasus maupun responden kontrol. Sedangkan data sekunder didapatkan melalui form penyelidikan epidemiologi petugas Dinas Kesehatan Kota Semarang dan lembar Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS).

Kejadian Demam Berdarah Dengue pada anak/siswa SD merupakan variabel terikat pada penelitian ini, sedangkan variabel bebasnya adalah faktor-faktor yang dapat mencegah kejadian DBD yang meliputi pemakaian celana/rok panjang di sekolah, pemakaian celana/rok panjang di rumah, penggunaan repellent di sekolah, pemakaian kelambu di rumah, pemasangan kasa nyamuk di jendela rumah, pemasangan kasa nyamuk di ventilasi rumah. Analisis secara bivariat dengan uji statistik chi square digunakan untuk menganalisa semua variabel yang akan diteliti dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik.

HASIL

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden kasus terbanyak terdapat pada kelompok umur 6-9 tahun yaitu sebanyak 47 siswa SD (58,7%)

bila dibandingkan dengan responden kontrol sebanyak 30 siswa (37,5%).

No Karakteristik Subyek ∑ (%)Kasus Kontrol ∑ (%)

1 Umur (tahun)

6 - 9 10 - 12 Total

47 58,7 33 41,3 80 100,0

30 37,5 50 62,5 80 100,0

2 Kelas responden 1

2 3 4 5 6

Total

13 16,3 15 18,7 10 12,5 13 16,3 17 21,2 12 15,0 80 100,0

(5)

167 Analisis bivariat dimaksudkan untuk

mengetahui hubungan dan besarnya faktor pengaruh (variabel independen) terhadap kejadian DBD pada anak/siswa SD (variabel dependen), berdasar analisis uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% dan α=0,05. Secara lengkap distribusi faktor-faktor yang dapat mencegah kejadian DBD pada anak/siswa SD dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Rangkuman Analisis Bivariat

No Variabel Penelitian ρ value OR 95% CI

1 Pemakaian Celana/Rok Panjang di Sekolah* 0,018 2,136 1,137–4,015 2 Pemakaian Celana/Rok Panjang di Rumah* 0,003 2,672 1,376–5,189 3 Pemakaian Repellent di Sekolah 0,617 1,286 0,480–3,447

4 Pemakaian Kelambu di Rumah 0,693 1,169 0,538–2,541

5 Pemasangan Kasa pada Ventilasi Rumah* 0,017 2,149 1,140–4,051 6 Pemasangan Kasa pada Jendela Rumah* 0,020 2,333 1,130–4,820 Keterangan : * = Variabel yang berhubungan

Tabel 2. Menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) variabel yang dapat mencegah atau merupakan faktor protektif kejadian DBD pada anak/siswa SD yaitu pemakaian celana/rok panjang di sekolah, pemakaian celana/rok panjang di rumah, pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah, dan pemasangan kasa nyamuk pada jendela rumah.

Variabel pencegah kejadian DBD yang menjadi kandidat dalam uji regresi logistik ini adalah variabel yang dalam analisis bivariat mempunyai nilai p <0,25, yaitu pemakaian celana/rok panjang di sekolah, pemakaian celana/rok panjang di rumah, pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah, dan pemasangan kasa nyamuk pada jendela rumah.

Tabel 3. Variabel Kandidat untuk Analisis Regresi Logistik

No Variabel Penelitian Nilai p OR 95% CI

1 Pemakaian Celana/Rok Panjang di Sekolah 0,018 2,136 1,137 – 4,015 2 Pemakaian Celana/Rok Panjang di Rumah 0,003 2,672 1,376 – 5,189 3 Pemasangan Kasa pada Ventilasi Rumah 0,017 2,149 1,140 – 4,051 4 Pemasangan Kasa pada Jendela Rumah 0,020 2,333 1,130 – 4,820

Empat variabel penting yang telah terpilih dimasukkan ke dalam model untuk dilakukan uji multivariat dan dianalisis secara bersama-sama. Variabel dinyatakan berhubungan jika nilai p <0,05. Hasil akhir analisis multivariat

terdapat 2 (dua) variabel pencegah yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD yaitu pemakaian celana/rok panjang di rumah dan pemasangan kasa pada jendela rumah. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut :

Tabel 4. Hasil Akhir Uji Multivariat

No Variabel B Wald ρ value OR 95% CI

1 Pemakaian celana/rok

panjang di rumah 1,023 8,748 0,003 2,781 1,412–5,476 2 Pemasangan Kasa pada

(6)

168

Hasil akhir analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda diperoleh faktor pencegah yang menjadi faktor risiko kejadian DBD adalah: a) Pemakaian celana/rok panjang di rumah dengan ρ

value=0,003 dan nilai OR=2,781; b) Pemasangan kasa nyamuk pada jendela

rumah dengan ρ value=0,018 dan nilai OR=2,462.

PEMBAHASAN

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa dari ke empat variabel yang dianalisis secara bersama-sama, hanya terdapat dua variabel yang terbukti merupakan faktor yang paling berpengaruh kuat (mempunyai nilai ρ <0,05) terhadap kejadian DBD pada anak/siswa SD yaitu pemakaian celana/rok panjang di rumah dan pemasangan kasa nyamuk pada jendela rumah. Keduanya termasuk dalam pengendalian terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti secara mekanik. Pengendalian nyamuk secara mekanik memberikan hasil yang lebih baik karena dengan pengendalian jenis ini tidak ada efek buruk yang ditimbulkan terhadap lingkungan maupun manusia.7

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pemakaian celana/rok panjang di rumah yang terbukti tertinggi secara statistik sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD pada anak/siswa SD (p=0,003) dengan OR sebesar 2,781 dan CI 95% (1,412– 5,476). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak/siswa yang tidak memakai celana/rok panjang di rumah memiliki risiko 2,781 kali untuk terkena penyakit DBD dibandingkan anak/siswa yang memakai celana/rok panjang di rumah.

Pemakaian celana/rok panjang adalah suatu kondisi dimana setiap anak/siswa yang duduk di bangku sekolah dasar diberi pakaian yang menutupi daerah paha hingga mata kaki sehingga nyamuk Aedes aegypti akan terhalang oleh pakaian pada saat akan menggigit bagian kaki anak-anak sehingga kejadian untuk terkena penyakit DBD dapat diminimalkan. Pemahaman bahwa penyakit DBD dapat

dicegah dengan pemakaian celana/rok panjang, maka orang tua dengan penuh kesadaran akan membiasakan anak-anak mereka untuk selalu memakai celana/rok panjang baik di rumah maupun di sekolah. Hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Suwanbamrung, dkk pada sekolah dasar di Thailand, juga menyatakan bahwa dalam mencegah gigitan nyamuk, dapat menggunakan pakaian dan celana panjang serta menggunakan kelambu ketika tidur13 dan penelitian di Laos, mengungkapkan anjuran bagi pekerja di bidang perhutanan untuk memakai baju lengan panjang, celana panjang dan sepatu yang tertutup sebagai bentuk perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk.14

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muchlis, dkk yang menunjukkan hasil bahwa responden yang tidak menggunakan pakaian berlengan panjang pada kelompok kasus terdapat 53 responden (91,4%) dan pada kelompok kontrol terdapat 48 responden (82,8%) sedangkan yang menggunakan pakaian berlengan panjang pada kelompok kasus ada sebanyak 5 responden (8,6%) dan pada kelompok kontrol ada sebanyak 10 responden (17,2%).15 Hasil uji diperoleh nilai Odds Ratio (OR)=2,208 (Lower Limit=0,705, Upper Limit=6,921) yang berarti bahwa responden yang tidak menggunakan pakaian lengan panjang mempunyai faktor risiko 2,208 kali terkena penyakit DBD dibandingkan responden yang menggunakan pakaian berlengan panjang.15

(7)

169 Penelitian terbaru yang menggunakan

seragam sekolah sebagai intervensi penanggulangan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor DBD adalah penelitian Pattamaporn, dkk tahun 2017 tentang uji coba penggunaan Permethrin yang diresapkan ke seragam sekolah di daerah endemis DBD. Hasil penelitian menyebutkan bahwa nyamuk Aedes aegypti yang tertangkap di ruangan kelas mengalami penurunan yang signifikan (Odds Ratio=3,5% ; 95% CI 1,1-5,5). Hal ini menunjukkan bahwa seragam sekolah berinsektisida merupakan intervensi yang tepat dalam menerapkan penanggulangan secara mekanik karena waktu sekolah merupakan waktu yang digunakan oleh nyamuk Aedes aegypti untuk menghisap darah.17 Hasil penelitian dari Orsborne, dkk juga menyatakan bahwa pemakaian baju lengan panjang dan celana panjang dapat mencegah adanya gigitan nyamuk yang dapat menyebabkan demam berdarah dengue dan zika.18

Rumah dengan keadaan jendela yang tidak terpasang kasa nyamuk, akan memudahkan nyamuk Aedes aegypti untuk masuk ke dalam rumah dan mengigit tubuh manusia terutama anak-anak pada saat tidur siang. Sehingga, memudahkan terjadinya kontak antara manusia (host) dengan gigitan nyamuk (vektor) dan meningkatkan faktor risiko terjadinya penularan DBD.

Pemasangan kasa pada jendela rumah merupakan salah satu upaya melindungi tubuh manusia dari gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pemasangan kasa pada jendela dan pintu dapat mengurangi kontak dengan nyamuk, dan secara signifikan dapat mengurangi transmisi dari penyakit akibat nyamuk.19 Sebuah hasil penelitian di India, menyatakan penggunaan kawat kasa pada jendela dan pintu rumah mampu menurunkan kontak nyamuk baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.20 Berdasarkan hasil penelitian tesis Elvin Tirtasari, dkk terdapat hubungan antara penggunaan kasa anti nyamuk dengan kejadian DBD di Kelurahan 19 November Kabupaten Kolaka (p=0,008).21 Hasil analisis multivariat, variabel pemasangan kasa nyamuk pada

jendela rumah ternyata secara statistik berpengaruh terkuat kedua setelah variabel pemakaian celana/rok panjang. Dengan p value=0,018 dan merupakan faktor pencegah yang berpengaruh terhadap kejadian DBD pada anak/siswa sekolah dasar (OR=2,462 ; 95% CI:1,166–5,200), artinya rumah anak/siswa sekolah dasar yang tidak terpasang kasa nyamuk pada jendela rumahnya mempunyai risiko 2,462 kali untuk tertular penyakit DBD dibandingkan dengan anak/siswa sekolah dasar yang di rumahnya terpasang kasa nyamuk pada jendela rumah.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Andi Dewi yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keberadaan kawat kasa nyamuk dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi (p=0,000) dan merupakan faktor risiko terjadinya demam berdarah dengue (OR=11 ; 95% CI:3,8-31,7). Hal ini dapat diartikan bahwa responden yang rumahnya tidak memakai kawat kasa nyamuk mempunyai risiko sebesar 11 kali untuk terjadinya DBD dibandingkan rumah yang tidak memakai kawat kasa nyamuk. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa 66,7% penderita DBD tidak memasang kawat kasa nyamuk pada jendela rumahnya. Hal ini memudahkan nyamuk Aedes aegypti untuk masuk berkeliaran ke dalam rumah dan menggigit tubuh manusia sehingga bisa terjadi penularan DBD.22 Hasil penelitian lainnya di Wilayah Kelurahan Perumnas Way Halim Kota Bandar Lampung memperoleh hasil bahwa ada hubungan antara pemasangan kawat kasa pada ventilasi dengan kejadian DBD dengan p value=0,038 OR=4,753 (CI 95%: 1,206-18,738).23

(8)

170

juga diperoleh pada sebuah penelitian di Lahore, Pakistan, dimana penduduk yang tidur dan tidak memasang kawat kasa pada pintu dan jendela rumah berisiko 4,82 kali terkena DBD dibandingkan yang memasang kawat kasa di pintu dan jendela rumah mereka (OR=4,82; 95% CI=1,17-19,72).27 Hasil yang sama juga didapatkan dalam penelitian Thammapalo, dkk di Thailand, yaitu besar risiko kejadian DBD pada rumah yang tidak memasang kawat kasa di jendela adalah 4 kali lipat, dibandingkan rumah yang memasang kawat kasa di jendela (OR=4.10).28 Serta penelitian Ellis, dkk di Mombasa, Kenya didapatkan rumah dengan jendela yang terbuka dan tidak ditutupi kasa, memiliki risiko terhadap infeksi dengue sebesar 2,3 kali (OR=2,30).29 Perlindungan rumah dengan kasa secara efektif berhasil mengurangi dan mengontrol transmisi vektor nyamuk di dalam rumah, baik pada vektor malaria maupun dengue. 30

Berdasarkan hasil penelitian Widodo, diketahui jika penggunaan kasa anti nyamuk pada jendela/lubang ventilasi memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian DBD di Kota Mataram tahun 2012 dengan OR=0.42% (95% CI=0,218-0,810), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasangan kasa pada ventilasi rumah oleh penduduk di Kota Mataram merupakan faktor protektif dari kejadian demam berdarah dengue (OR=0,42).16 Kasa pada pintu dan jendela rumah sangat berhubungan dengan berkurangnya transmisi nyamuk ke dalam rumah berdasarkan beberapa penelitian sistematik review yang terbaru.31

Kesalahan pada penelitian saat melakukan wawancara bisa terjadi, karena kurang jelasnya pertanyaan yang diajukan ataupun informasi yang disampaikan kepada responden. Mengingat kebanyakan responden setiap hari menggunakan Bahasa Jawa sebagai alat komunikasi, maka peneliti memilih didampingi oleh tokoh masyarakat setempat/pegawai kelurahan untuk mengantisipasi terjadinya bias informasi ini tanpa merubah makna atau isi pertanyaan tersebut.

Kejujuran responden juga merupakan hal yang mendasar karena mempengaruhi hasil penelitian ini, sehingga diperlukan cara agar responden berkata sejujurnya tentang keadaan yang dialami. Hal ini dapat dihindari dengan pendekatan personal, menjelaskan dengan sabar dan sungguh-sungguh harus meyakinkan responden bahwa informasi yang diperoleh akan dirahasiakan. Selain itu, pada saat wawancara hanya ada peneliti dan responden sehingga responden bisa dengan leluasa mengungkapkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa keraguan atau sungkan kepada pihak ketiga.

Pada penelitian ini, untuk mendukung diagnosa memakai pemeriksaan laboratorium berdasarkan pemeriksaan hematokrit ≥20% dan penurunan trombosit ≤100.000 µl, tanpa mengikutsertakan pemeriksaan laboratorium lainnya yang lebih baik/sensitif dibandingkan ke dua pemeriksaan laboratorium tersebut di atas. Hal ini dapat terjadi karena adanya keterbatasan sarana dan prasarana di puskesmas Kota Semarang, sehingga dapat menimbulkan terjadinya bias selektif. Untuk pemeriksaan laboratorium sampel kasus dan kontrol maka diperlukan sarana dan prasarana yang lebih baik agar didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium sampel kontrol sesuai yang diharapkan sehingga tidak terjadi bias selektif.

KESIMPULAN

(9)

171 SARAN

Sebaiknya pemegang program DBD di Dinas Kesehatan Kota Semarang bekerjasama dengan instansi terkait yaitu Dinas Pendidikan Kota Semarang, untuk menerapkan kebijakan pemakaian celana/rok panjang bagi anak/siswa sekolah dasar baik negeri maupun swasta di Kota Semarang, di lingkungan sekolah maupun di rumah karena berdasarkan hasil penelitian terbukti paling berpengaruh dibandingkan faktor pencegah kejadian DBD lainnya.

Dinas Kesehatan Kota Semarang hendaknya selalu bekerja sama dengan pengampu kebijakan wilayah kecamatan dan kelurahan untuk melakukan penyuluhan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terutama orang tua yang mempunyai anak di bangku sekolah dasar, tentang pentingnya pemakaian celana/rok panjang agar terhindar dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga dapat mencegah berjangkitnya penyakit demam berdarah dengue di Kota Semarang.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar besarnya kami sampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Widoyono, MPH, Prof. DR. Ir. Purwanto, DEA, selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro, Dosen Program Studi Magister Epidemiologi, Prof. Dr. dr. Soeharyo Hadisaputro, Sp.PD-KPTI FINASIM, dr. M. Sakundarno Adi, M.Sc, P.hD, Dr. dr. Muchlis AU Safro, Sp.PD-KPTI FINASIM, Dr. dr. Suhartono, M.Kes, Kasi P2B2 Dinas Kesehatan Kota Semarang dan staf, dan seluruh Kepala Puskesmas serta pemegang program P2B2 di Kota Semarang.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Dengue bulletin volume 38, December 2014. New Delhi: WHO India, 2014.

2. Kemenkes. Pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI, 2005.

3. Adhitama TY. Demam berdarah biasanya mulai meningkat di Januari. Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI, 2015.

4. Dinkes. Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2014. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015.

5. Dinkes. Profil kesehatan kota Semarang 2014. Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015.

6. Getachew D, Tekie H, Gebre-Michael T, et al. Breeding sites of aedes aegypti: potential dengue vectors in dire dawa, East Ethiopia. interdiscip perspect infect dis; 2015. Epub Ahead of Print 2015. doi: 10.1155/2015/706276.

7. Farid Iqbal M, Hasan M-U, Ahmad M, et al. Dengue vector: a major threat to human beings. Int J Adv Res Biol Sci.2014; 1:63–68. 8. Peter K. Repellent and feeding deterrent activity of a natural formulation from plant extracts on rabbit and human skin against aedes aegypti. Int J Mosq Res 2016; 3:6–10. 9. Nguyen NM, Whitehorn JS, Luong Thi Hue

T, et al. Physicians, primary caregivers and topical repellent: all under-utilised resources in stopping dengue virus transmission in affected households. Plos Negl Trop Dis. 2016;10:1–20.

10. Rodriguez-Roche R, Gould EA. Understanding the dengue viruses and progress towards their control. Biomed Res Int; 2013. Epub Ahead of Print 2013. doi: 10.1155/2013/690835.

11. Hasan A, Sulistianingsih E. Hubungan pemberantasan sarang nyamuk DBD dan pencegahan gigitan nyamuk Aedes aegypti dengan kejadian DBD. J Kesehat. 2013;iv:256–63.

12. Ratag B, Prang J, Soputan NO. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue pada pasien anak di Irina E BLU RSUP Prof.dr. R. D. Kandau Manado. Universitas Sam Ratulangi, 2013.

(10)

172

14. Tangena JA, Thammavong P, Lindsay SW, et al. Risk of exposure to potential vector mosquitoes for rural workers in Northern Lao pdr. Plos Negl Trop Dis. 2017;11:1–17. 15. Muchlis S, Ishak H, Ibrahim E. Risk factor of

efforts to avoid the mosquito bites towards DHF events in Pattingalloang Health Centre Makassar. Universitas Hasanuddin, 2011. 16. Widodo NP. faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2012. Universitas Indonesia, 2012.

17. Kittayapong P, Olanratmanee P, Maskhao P, et al. Mitigating diseases transmitted by Aedes mosquitoes: a cluster-randomised trial of permethrin-impregnated school uniforms. Plos Negl Trop Dis. 2017;11:e0005197.

18. Orsborne J, Banks SD, Hendy A, et al. Personal protection of permethrin-treated clothing against Aedes aegypti , the vector of dengue and zika virus , in the laboratory. Plos One. 2016;11:1–18.

19. Knowlton K, Solomon G, Ellman MR. Mosquito-borne dengue fever threat spreading in the americas. NDRC Issue Pap. 2012;1–16. 20. Kamath R, Gupta R, Chandrasekaran V, et al. Assessment of environmental factors associated with dengue transmission in Udupi Taluk, Karnataka. J Sci Soc. 2013;40:159–61. 21. Amrieds ET, Asfian P, Ainurafiq. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan 19 November Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016. Universitas Haluoleo, 2016.

22. Sari AD, Arsin AA, Ansar J. Environmental factors related to the prevention and advice DHF in the region of health kassi-kassi. Universitas Hasanudin, 2013.

23. Tamza RS, Dharminto. Hubungan faktor lingkungan dan prilaku dengan kejadian DBD. J Kesehat Masy. 2013;2:360–8.

24. Soghaier MA, Mahmood SF, Pasha O, et al. Factors associated with dengue fever igg sero-prevalence in South Kordofan state, Sudan, in 2012: reporting prevalence ratios. J Infect Public Health 2014;7:54–61.

25. Paramasivan R, Philip SP, Selvaraj PR. Biting rhythm of vector mosquitoes in a rural ecosystem of South India. Int J Mosq Res. 2015;2:106–13.

26. Syahribulan, Biu Fim, Hassan MS. Period of sucking activity of Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquito at Pa’Lanassang Village Barombong district Makassar South Sulawesi. J Ekol Kesehat. 2012;11:306–14.

27. Mamoona C, Hassan MM, Rashid H, et al. A matched case-control study to identify potential risk factors of dengue fever among residents of a local university, Lahore. Annals. 2015;21:173–7.

28. Thammapalo S, Meksawi S, Chongsuvivatwong V. Effectiveness of space spraying on the transmission of dengue/ dengue hemorrhagic fever (DF/DHF) in an urban area of Southern Thailand. J Trop Med. 2012;2012:1–7.

29. Ellis EM, Neatherlin JC, Delorey M, et al. A household serosurvey to estimate the magnitude of a dengue outbreak in. Plos Negl Trop Dis. 2015;9:1–10.

30. Barrera-PE M, Che-Mendoza A, Guillermo-May G, et al. Long-lasting insecticide-treated house screens and targeted treatment of productive breeding-sites for dengue vector control in Acapulco, Mexico. Trans R Soc Trop Med Hyg. 2015;109:106–15.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
Tabel 2. Rangkuman Analisis Bivariat

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini berupa kegiatan kerja praktek yang mencakup wawancara pada karyawan PT Bio

Beberapa penelitian yang membahas tentang ENSO dan sistem pendukung keputusan terhadap pertanian antara lain: Maulidiyah (2014) yang menyimpulkan bahwa estimasi

Kesimpulan yang dihasilkan dalam studi ini adalah: (1) dalam dunia fotografi menunjukkan adanya kesenjangan psikologis dan historis antara (seni) fotografi dan seni rupa di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan dan penyaluran dana zakat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Teknik analisis yang digunakan adalah

Limit switch, real time clock (RTC DS 1307) dan keypad menjadi masukan ATMEGA 8535 yang digunakan sebagai timer dengan waktu yang sudah ditentukan oleh data

Infestasi monogenea pada ikan akan menurun sejalan dengan bertambahnya umur dan ukuran ikan, semakin besar ukuran ikan maka sistem ketahanan tubuh ikan akan

untuk menjaga kualitas barang dan meningkatkan performance kerja, Engineering Process melakukan improvement (Pengembangan) pada station welding di lini assembly serta

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar ialah kegiatan-kegiatan aktif yang dilakukan siswa yang bersifat fisik dan