• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ DI STASIUN TELEVISI ANTV: Sebuah Kajian Pragmatik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ DI STASIUN TELEVISI ANTV: Sebuah Kajian Pragmatik"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR ILOKUSI

DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ

DI STASIUN TELEVISI ANTV:

Sebuah Kajian Pragmatik

SKRIPSI

Diajukan untuk: Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

DWI PRASETYO

C 0204019

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

TINDAK TUTUR ILOKUSI

DALAM SINETRON KOMEDI

CAGUR NAIK BAJAJ

DI STASIUN TELEVISI ANTV:

Sebuah Kajian Pragmatik

Disusun oleh

DWI PRASETYO

C 0204019

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum. NIP 195504091983032001

Mengetahui

Ketua Jurusan Sastra Indonesia

(3)

TINDAK TUTUR ILOKUSI

DALAM SINETRON KOMEDI

CAGUR NAIK BAJAJ

DI STASIUN TELEVISI ANTV:

Sebuah Kajian Pragmatik

Disusun oleh

DWI PRASETYO

C0204019

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal , ……….

Jabatan Nama Tanda tangan

Ketua Dra.Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum NIP 196412311994032005

………..

Sekretaris Drs. Hanifullah Syukri, M. Hum. NIP 196806171999031002

………

Penguji I Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum. NIP 195504091983032001

……….

(4)

PERNYATAAN

Nama : Dwi Prasetyo NIM : C 0204019

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi Cagur Naik Bajaj di Stasiun Televisi ANTV adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 27 Desember 2009 Yang membuat pernyataan,

(5)

MOTTO

Kebahagiaan dalam hidup adalah bukan karena kamu berbahagia Namun,

Kebahagiaan dalam hidup adalah karena kamu, orang lain menjadi bahagia

(Happiness in live is not because we live happily but happiness in live is because we make other people happy)

(6)

PERSEMBAHAN

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi Cagur Naik Bajaj dalam Stasiun Televisi ANTV .Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari semua pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Sudarno, M. A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Ahmad Taufig, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum selaku pembimbing skripsi, yang selalu mengarahkan dan memberikan motivasi serta nasihat kepada peneliti selama berlangsungnya penyusunan skripsi.

4. Drs. Wiranta, M. S. selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan semangat dan nasihat selama studi di Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

(8)

6. Staf Perpustakaan UNS dan Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kemudahan kepada peneliti untuk membaca dan meminjam buku-buku referensi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Kedua orang tua, adik dan kakakku atas segala motivasi dan curahan kasih sayangnya.

8. Kepada rekan-rekan angkatan 2002 (Wahyudianto, Pak Agus, Alfan, si Wel, Rahmanto, Danang, dll), 2003 (Tanto, mbak Maria, Rena, cilik, dll) dan terutama angkatan 2004 Gang Kobra (Achmadi joko, Damang, Pradityo, Rulis, Bayu Djatmiko, Deni, Halfidz) dan Teman-teman KMF yang selalu memberikan dorongan dan bantuan kepada peneliti selama kuliah di UNS.

9. Wanita yang kusayangi Riza Agustine yang telah banyak membantu dalam berbagai hal serta selalu memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

Selain itu, tidak lupa peneliti berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pemerhati bahasa dan dapat memperluas wawasan pembaca tentang kajian pragmatik khususnya yang berkaitan dengan sinetron komedi.

Surakarta, 27 Desmber 2009

(9)

DAFTAR ISI

JUDUL ……… i

LEMBAR PERSETUJUAN ……… ii

LEMBAR PENGESAHAN ………. iii

LEMBAR PERNYATAAN ………. iv

MOTTO ……… v

PERSEMBAHAN ……….... vi

KATA PENGANTAR ………. vii

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR SINGKATAN... xii

DAFTAR TABEL... xiii

ABSTRAK ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Pembatasan Masalah ……… 3

C. Perumusan Masalah ………. 3

D. Tujuan Penelitian ………. 4

E. Manfaat Penelitian ……… 4

F. Sistematika Penelitian ……….. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR……… 7

A. Tinjauan Pustaka……….. ………... 7

(10)

1).Definisi Pragmatik ……... 8

2). Konteks Situasi Tutur ……... 9

3). Definisi Tindak Tutur... 13

4) Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung... 18

5) Implikatur percakapan………. 21

6). Pengertian Sinetron Komedi/Humor………... 22

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 25

A. Jenis Penelitian... 25

B. Data dan Sumber Data... 25

C. Teknik Pengumpulan Data... 26

D. Metode Analisis Data ……….. 27

BAB IV ANALISIS DATA... 28

A. Tindak Tutur Ilokusi yang Digunakan dalam Sinetron Komedi Cagur Naik Bajaj di Stasiun Televisi ANTV... 28

1. Tindak Tutur Representatif... 29

2. Tindak Tutur Direktif……… 33

3. Tindak Tutur Ekspresif………. 44

4. Tindak Tutur Komisif……… 53

B. Implikatur Percakapan pada Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV... 62

1. Melarang……….... 62

2. Menyuruh………...……… 63

(11)

4. Menawarkan……….. 64

5. Menegaskan………... 65

BAB V PENUTUP ………. 66

A. Simpulan ………. 67

B. Saran ……… 68

DAFTAR PUSTAKA ………. 69

(12)

DAFTAR SINGKATAN

Sitkom : Sinetron Komedi CNB : Cagur Naik Bajaj

CNB/1/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 1 yang ditayangkan pada bulan Januari.

CNB/2/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 2 yang ditayangkan pada bulan Januari.

CNB/1/Februari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 1 yang ditayangkan pada bulan Februari.

CNB/2/Februari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 2 yang ditayangkan pada bulan Februari.

CNB/1/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 1 yang ditayangkan pada bulan Maret.

CNB/2/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 2 yang ditayangkan pada bulan Maret.

Ket:

CNB/2/Januari

CNB : Cagur Naik Bajaj 2 : Nomor data

Januari : Bulan penayangan .

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

(14)

ABSTRAK

Dwi Prasetyo. C0204019. 2009. Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi ”Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yakni 1) bagaimanakah tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi

“Cagur Naik Bajaj” ? 2) bagaimanakah implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”?

Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”

2) mendeskripsikan implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”

Jenis Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa teknik rekam, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Data dalam penelitian ini berupa semua tuturan para tokoh yang mengandung tidak tutur ilokusi dan implikatur percakapan dalam sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”. Teknik penyajian analisis menggunakan metode padan pragmatik dan berdasrkan pendekatan pragmatik.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk berpikir. Demikian tesis klasik yang ditemukan dalam dunia filsafat. Konsekuensi logis dari tesis ini ialah bahwa manusia adalah makhluk berbahasa. Manusia mengucapkan pikirannya lewat bahasa. Hubungan antara sebuah bahasa dan pikirannya sangat erat. Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep baru atau juga perasaan. Manusia dapat juga menerima pengetahuan, informasi, berita, atau pesan-pesan melalui bahasa. Mengingat bahasa sebagai alat komunikasi, realisasi penggunaan bahasa dalam masyarakat dapat terlihat pada media-media komunikasi, baik itu media elektronik seperti radio dan televisi maupun media cetak seperti koran dan majalah. Salah satu media elektronik yang paling banyak diminati oleh masyarakat adalah televisi.

(16)

dipenuhi oleh sinetron terutama pada malam hari. Salah satu tayangan televisi yang menjadi unggulan pada stasiun televisi swasta di Indonesia adalah sinetron komedi.

Sinetron komedi kebanyakan mengisahkan tentang kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari dan disajikan dalam bentuk yang lucu atau humor. Salah satu program acara sinetron komedi yang menghibur, yang bermuatann budaya dan unik adalah “Cagur Naik Bajaj” yang selanjutnya disingkat dengan CNB

yaitu merupakan sinetron komedi pertama yang diperankan dua kelompok komedian yaitu kelompok komedian Bajaj dan Cagur. Bermuatan budaya karena CNB sangat kental dalam menggambarkan tentang kebiasaan atau tingkah laku mahasiswa sekarang yang suka berantem, demo, hutang, dan lain-lain. Unik karena CNB mencampuradukan berbagai bahasa, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Sinetron komedi CNB dalam dialognya terkadang menggunakan improvisasi secara spontanitas, mereka hanya diberi teks dialog secara garis besarnya lebih dari itu merekaimprovisasi secara spontanitas. Sehingga, dialog acara tersebut Semi alami dan secara tidak langsung CNB juga mengandalkan kemampuan improvisasi.

(17)

Secara pragmatik tuturan dalam CNB banyak mengimplikasikan makna atau pesan. Pesan tersebut tertuang dalam bentuk penciptaan kehumoran yang dituangkan dalam bentuk implikatur percakapan karena penggunaan implikatur sangatlah penting dalam sitkom tersebut, selain itu juga banyak terkandung tindak tutur yang memiliki berbagai maksud.

Berkaitan dengan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil percakapan dalam acara yang bertajuk sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” di

stasiun televisi ANTV sebagai bahan penelitian. Fokus utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Tindak tutur ilokusi dan implikatur yang terjadi dalam Percakapan sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”. Berangkat dari hal ini, peneliti mengambil judul penelitian Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV, dengan menggunakan pragmatik sebagai ancangannya.

B.

Pembatasan Masalah

Peneliti menggunakan pendekatan pragmatik untuk menganalisis tindak tutur Ilokusi dan implikatur percakapan dalam dialog atau percakapan sitkom “Cagur Naik Bajaj” sebagai sarana kelucuan untuk menarik perhatian penonton. .

C.

Perumusan Masalah

(18)

1. Bagaimana tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” ?

2. Bagaimana implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”?

D. Tujuan Penelitian

Edi Subroto( 2007:98) mengatakan bahwa tujuan penelitian bersifat keilmuan jelas berkaitan erat dengan perumusan masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian harus membuat secara implisit tentang hal-hal yang akan dicapai sebagaimana yang telah dirumuskan di dalam perumusan masalah. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”

2. Mendeskripsikan implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”

E.

Manfaat Penelitian

Adanya perumusan manfaat penelitian sering diperlukan dan biasanya juga sering dikaitkan dengan masalah yang bersifat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis Edi Subroto (2007:99). Di bawah ini akan diuraikan setiap manfaat yang dimaksud sebagai berikut.

(19)

Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu

pengetahuan dan dalam hal ini ilmu linguistik atau kebahasaan. Hasil penelitian

ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai tindak tutur para

komedian yang terdapat dalam media audio visual melalui pendekatan Pragmatik.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis pada penelitian ini adalah memberikan informasi yang berarti bagi peneliti khususnya dan pemirsa televisi mengenai tindak tutur ilokusi pada sinetron komedi CNB. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk landasan kajian penelitian sejenis selanjutnya.

F.

Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah penguraian dalam suatu penelitian, diperlukan sistematika penulisan. Melalui sistematika tersebut menjadikan penulisan hasil penelitian dapat dijabarkan secara sistematis. Sistematika penulisan ini dirinci sebagai berikut.

Bab pertama merupakan pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, Pembatasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, dan Sistematika penulisan.

(20)

Bab ketiga merupakan metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian,

populasi dan sampel, data dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, dan metode dan teknik analisis data.

Bab keempat merupakan Analisis Data, menjabarkan data-data yang telah dikumpulkan, diklasifikasikan sesuai dengan kepentingan, kemudian dianalisis untuk mendapatkan deskripsi dari masalah yang diteliti berdasarkan landasan teori yang digunakan. Dari analisis didapatkan hasil penelitian yang menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab pertama.

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan pustaka

Sejauh penelusuran peneliti tentang Penelitian sejenis atau yang mempunyai korelasi dengan penelitian ini masih jarang. Mengenai pertuturan humor dengan menggunakan ancangan pragmatik sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian humor telah dilakukan dengan sumber data tulisan dari beberapa media massa cetak, akan tetapi pada penelitian pertuturan humor yang bersumber data dari media komunikasi audio visual atau televisi dan membahas tentang sitkom baru satu orang peneliti yang melakukannya.

Umi Kholifah (2006) dalam skripsinya yang berjudul ”Implikatur Percakapan dalam Sinetron Komedi Bajaj Bajuri Edisi Salon Oneng: Sebuah Kajian Pragmatik”

. Penelitian ini membahas membahas tentang tindak tutur yang mematuhinya, implikatur percakapan yang terkandung di dalam sitkom Bajai Bajuri Edisi Salon Oneng (BBESO), dan penyimpangan dan pemenuhan terhadap maksim-maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan serta adanya prinsip ironi.

(22)

B. Landasan Teori

1. Definisi Pragmatik

Morris (dalam Levinson, 1983:1) mengartikan pragmatik sebagai “the study of relation of signs to interpreters” ‘studi relasi antara tanda-tanda dengan para penafsirannya’. Tanda-tanda yang dimaksud adalah bahasa. Berawal dari

pemikiran tersebut maka muncul dan berkembanglah pragmatik sebagai salah satu cabang dari linguistik.

Levinson (1983:9), “Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a

language”. ‘Pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan antara bahasa dan konteks yang digramatikalisasi atau ditandai (terlukiskan) di dalam struktur bahasa’.

Yule (1996:3) mengatakan bahwa “pragmatics is the study of contextual meaning”. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual’. Studi ini akan melakukan penginterpretasian makana sebuah tuturan dengan memperhatikan konteks pemakaiannya dan bagaimana konteks itu mempengaruhi penutur dalam menentukan suatu tuturan.

I Dewa Putu Wijana (1996:2) dalam bukunya Dasar-DasarPragmatik

(23)

2. Konteks Situasi Tutur

Pragmatik adalah studi bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada konteks. Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah tuturan. Menurut I Dewa Putu Wijana, (1996:10) dalam mengkaji makna suatu tuturan ada beberapa aspek situasi yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.

a. Penutur dan Lawan Tutur

Konsep penutur dan lawan tutur mencakup peneliti dan pembaca dikarenakan tuturan yang bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin.

b.Konteks Tuturan

(24)

Rustono (1999:19) menjelaskan bahwa konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud. Sarana itu meliputi ekspresi dan situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian.

Alwi et al. (dalam Rustono, 1999:20) menuturkan bahwa konteks terdiri atas unsur-unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Di dalam peristiwa tutur ada sejumlah faktor yang menandai keberadaan persitiwa tutur. Hymes (dalam Rustono, 1999:20) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menandai dalam peristiwa tutur adalah 1) setting atau scene yaitu tempat dan suasana peristiwa tutur; 2) participant, yaitu penutur, mitra tutur, atau pihak lain; 3) end atau tujuan; 4) act yaitu tindakan yang dilakukan penutur di dalam peristiwa tutur; 5) key yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan di dalam mengekpresikan tuturan dan cara mengekspresikannya; 6) instrumen

(25)

Halliday dan Ruqaya Hasan (1992:16) mengatakan bahwa semua pemakaian bahasa mempunyai konteks. Ciri-ciri tekstual memungkinkan wacana menjadi padu bukan hanya antara unsur-unsurnya dalam wacana itu sendiri tetapi juga dengan konteks situasinya. Ada tiga ciri konteks situasi, yaitu.

1) Medan wacana mengacu pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh para pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta dengan unsur pokok tertentu.

2) Pelibat wacana mengacu pada orang-orang yang mengambil bagian, pada sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka, jenis-jenis hubungan peranan apa yang terdapat di antara para pelibat, termasuk hubungan-hubungan yang tetap dan sementara, baik jenis peranan tuturan mereka lakukan dalam percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubungan-hubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan mereka.

(26)

c. Tujuan tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Begitu sebaliknya Berbagai macam maksud dapat pula diutarakan dengan tuturan yang sama (I Dewa Putu Wijana, 1996:11).

d. Tuturan Sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas

Pragmatik selalu berhubungan dengan tindak verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu sehingga tuturan merupakan suatu bentuk kesatuan yang lebih konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya (I Dewa Putu Wijana, 1996:11).

e. Tuturan sebagai Produk Tindakan Verbal

Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal. Karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekpresikan kata-kata atau bahasa.

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri) (I Dewa Putu Wijana, 1996:11).

3. Definisi Tindak Tutur

(27)

terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah atau yang lainnya. Searle mengatakan bahwa komunikasi bukan sekedar lambang, kata, atau kalimat, tetapi lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang terwujud perilaku tindak tutur (the performance of speech acts).

Gunarwan (dalam Rustono 1999:33) menyatakan bahwa mengujarkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act), di samping memang mengucapkan (mengujarkan) tuturan itu. Aktivitas mengujarkan atau menuturkan tuturan dengan maksud tertentu itu merupakan tindak tutur atau tindak ujar (speech act).

Searle (dalam Suwito, 1983:33) berpendapat bahwa dalam setiap komunikasi bukanlah sekedar lambang, kata, atau kalimat, melainkan lebih tepat jika disebut produk atau hasil lambang, kata atau lebih tegasnya bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah, atau yang lainnya.

(28)

mana tindak tutur itu dilakukan,dsb. (3) tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.

a. Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai The act of saying something. Kunjana Rahardi (2005:35) menyatakan bahwa tindak lokusioner adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu.

Tindak lokusi untuk menyatakan sesuatu adalah tindak lokusi (Wijana 1996:17). Pernyataan tersebut sama dengan Rustono (1999:35) bahwa lokusi atau lengkapnya tindak lokusi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Di dalam tindak lokusi tidak mempermasalahkan maksud atau fungsi tutur. Pernyataan yang diajukan berkenaan dengan lokusi ini adalah apakah makna tuturan yang diucapkan itu. Lokusi semata-mata tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata-kata. Makna kata dalam tuturan lokusi itu sesuai dengan makna kata di dalam kamus.

Tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasi karena pengindentifikasianya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting peranaannya untuk memahami tindak tutur (Parker dalam Wijana 1996:18).

(29)

Austin mengatakan bahwa tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu (dalam Rustono, 1999:35). Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan (Rustono 1999:37). Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan. Tindak tutur ini sering disebut The act of doing something.

Searle (dalam Martinich (ed), 1996: 147-149) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis. Dasar utama pengklasifikasiannya adalah titik ilokusi atau tujuan ilokusi.

1) Tindak Tutur Asertif

Titik ilokusi asertif ialah untuk mengikat penuturnya kepada kebenaran proposisi atas hal yang dikatakannya yaitu menyatakan, melaporkan, memprediksi, menunjukkan dan menyebutkan.

2) Tindak Tutur Direktif

Titik ilokusi direktif ialah yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan sesuatu, yaitu menyuruh, memohon menuntut, menyarankan, memerintah, meminta dan menantang.

3) Tindak Tutur Ekspresif

(30)

4) Tindak Tutur Komisif

Titik ilokusi komisif ialah untuk mengikat penuturnya pada suatu tindakan yang dilakukannya pada masa mendatang dan melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam tuturan, yaitu berjanji, bersumpah, menawarkan, kesanggupan dan mengancam. 5) Tindak Tutur Deklarasi

Deklarasi didefinisikan sebagai jenis ilokusi yang bersifat khas, keberhasilan melakukan ilokusi akan menghubungkan antara isi proposisi dan realita di dunia. Penutur Deklarasi haruslah seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang khusus dalam sebuah institusi tertentu. Deklarasi ialah tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru yaitu memutuskan, melarang, mengizinkan, mengangkat dan memberikan maaf.

Menuirut Leech (1993: 287) Walaupun deklarasi merupakan tindak ujar yang menarik, jenis ini sama sekali tidak dapat mewakili tindak ujar yang khas. Alasan untuk mengatakan bahwa deklarasi bukan tindak ujar sama sekali, yaitu bahwa deklarasi adalah tindak konvensional, bukan tindak komunikatif .

Tabel 1

(31)

Tipe tindak tutur Arah penyesuaian

P = penutur

X = situasi

Representatif

Ekspresif

Direktif

Komisif

Deklarasi

Kata disesuaikan dengan

dunia

Kata disesuaikan dengan

dunia

Dunia disesuaikan dengan

kata

Dunia disesuaikan dengan

kata

Kata mengubah dunia

P meyakini X

P merasakan X

P menginginkan X

P memaksudkan X

P menyebabkan X

(32)

c. Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya

dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak tutur perlokusi disebut sebagai The act of affecting someone. Tuturan yang diucapkan seorang penutur sering memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutinary force). Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah oleh Austin dinamakan tindak perlokusi (dalam Rustono, 1999:36). Efek atau daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja, dapat pula secara tidak sengaja. Tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur inilah merupakan tindak perlokusi.

Ada beberapa verba yang menandai tindak perlokusi. Menurut Leech verba itu antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalukan, menarik perhatian, dan sebagainya (dalam Rustono, 1999:37).

Tindak perlokusi juga sulit dideteksi karena harus melibatkan konteks tuturannya. Jadi dapat ditegaskan bahwa setiap tuturan dari seorang penutur memungkinkan sekali mengandung lokusi saja, ilokusi saja, dan perlokusi saja, tetapi tidak menutup kemungkinan pula bahwa satu tuturan mengandung kedua atau tiga-tiganya sekaligus.

(33)

Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu (informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu,, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Bila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon dsb., tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (direct speech act), seperti contoh kalimat berikut.

(a) Andi memiliki lima ekor kambing. (b) Di manakah letak pulau bali? (c) Ambilkan baju saya!

Selain contoh di atas untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Bila hal ini terjadi, terbentuklah tindak tutur tidak langsung

(indirect speech act). Dapat dilihat contoh kalimatnya sebagai berikut. (d) Ada makanan di almari

(e) Di mana sapunya?

(34)

sapu itu, tetapi juga secara tidak langsung memerintah sang anak untuk mengambil sapu itu. Contoh kalimat berikut.

(f) + Don, perutku kok lapar, ya - Ada makanan di almari + Baik kuambil semua, ya? (g) Ibu : Di mana sapunya, ya?

Anak: Sebentar, bu, akan saya ambilkan. (I Dewa Putu Wijana, 1996:31)

Tindakan (-) dalam (f) dan (g) , karena ia mengetahui bahwa tuturan yang diutarakan oleh lawan tuturnya bukanlah sekedar menginformasikan sesuatu, tetapi menyuruh orang yang diajak bicara.

Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dapat dijawab secara langsung, tetapi segera dilaksanakan maksud yang terimplikasi di dalamnya. Dari uraian tersebut, tabel penggunaan modus kalimat dalam kaitannya dengan kelangsungan tindak tutur dapat diganbarkan sebagai berikut.

Tabel 2

Penggunaan modus dalam tindak tutur

Modus

Tindak Tutur

Langsung Tidak Langsung

Berita Memberitakan Menyuruh

Tanya Bertanya Menyuruh

Perintah Memerintah -

(35)

Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa kalimat perintah tidak dapat digunakan untuk mengutarakan tuturan secara tidak langsung (Wijana, 1996:32)

Jenny Thomas (1995:119) “Indirectness is a universal phenomenon: as far as we know it occurs in alll natural languages, a fact which in itself requires some

explaining” ‘tindak tutur tak langsung merupakan sebuah fenomena universal: selama kalimat tersebut terjadi pada semua bahasa sehari-hari, sebuah fakta yang terdapat dalam kalimat tersebut membutuhkan beberapa penjelasan’.

5. Implikatur Percakapan

(36)

Menurut Grice, implikatur dibedakan menjadi dua, yaitu implikatur konvensional dan implikatur nonkonvensional. “Implikatur konvensional adalah makna suatu ujaran yang secara konvensional atau secara umum diterima oleh masyarakat sedangkan implikatur nonkonvensional adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya“ (dalam Muhammad Rohmadi, 2004:55). Selanjutnya implikatur nonkonvensional dikenal dengan nama implikatur percakapan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan implikatur konvensional dan implikatur nonkonvensional (implikatur percakapan) adalah terletak pada pengguna bahasa yang terlibat dalam peristiwa tutur.

Di dalam pembahasan tentang komunikasi antar pemakai bahasa, relevansi antara konsep implikatur dan prinsip percakapan menjadi topik penting. Implikatur percakapan yang merupakan hasil interferensi dari adanya tuturan yang melanggar prinsip percakapan menjadi dasar pentingnya pembahasan kedua substansi itu. Hal itu disebabkan karena implikatur percakapan timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. Dengan kata lain, sumber dari implikatur percakapan adalah pelanggaran prinsip percakapan (Rustono, 1999:82).

6. Pengertian sinetron Komedi

Menurut Wardhana Veven, sinetron berasal dari dua buah kata yaitu sinema

(37)

karena sifanya menghibur penontonnya. Banyak orang menyebut komedi dengan istilah humor maupun jenaka. Sumarlam menjelaskan tentang pengertian Humor bahwa:

Dalam Ensiklopedia Indonesia kata humor berasal dari Yunani, yang berarti getah. Menurut kepercayaan bangsa Yunani pada zaman dahulu, tubuh manusia mengandung semacam getah yang dapat menentukan temperamen seseorang. Perbedaan temperamen dalam diri manusia, menurut kepercayaan orang Yunani, disebabkan perbedaan kadar campuran getah dalam tubuh manusia itu. Seandainya campuran itu seimbang, maka dikatakan orang tersebut mempunyai humor, tidak marah, tidak sedih, dan sebagainya (Sumarlam, 2003:137).

Di samping humor, R. J. Wkinson juga menerangkan tentang kata jenaka. Menurutnya jenaka adalah:

Menurut R. J. Wkinson jenaka berarti a farce, a partical joke, atau farcical, willing. Cerita yang beraspek humor pada umumnya mengisahkan kejenakaan atau kelucuan akibat kecerdikan, kebodohan, kemalangan, dan keberuntungan tokoh utamanya. Tokoh ceritanya kadang-kadang sangat bodoh dan tidak dapat menangkap maksud orang lain, sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu (dalam Sumarlam, 2003:137) .

(38)

namun pada saat yang sama pula dapat ditanggapi dengan kemarahan orang lain karena dianggap telah menyinggung dirinya.

Humor oleh Freud (dalam Sumarlam, 2003:137) dapat diklasifikasikan menurut motivasinya, yaitu humor yang dibuat tanpa motivasi (komik) dan humor yang secara sengaja mencapai kesenangan melalui penderitaan orang lain seperti agresi, satire, dark jokes. Jika dilihat dari sasaran yang dijadikan lelucon, humor dapat dibagi menjadi humor etnis, humor seksual, dan humor politik. Jenis humor seperti ini secara umum mempergunakan hiperbola, prinsip litotes, atau ironi.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV termasuk penelitian kualitatif. Edi Subroto berpendapat bahwa “metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang dengan menggunakan metode statistik“ (1992:5). Seperti yang disampaikan Edi Subroto bahwa penelitian kualitatif itu bersifat deskriptif. Istilah deskriptif berarti bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada, sehingga hasilnya adalah perian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan apa adanya (Sudaryanto, 1992:62).

B. Data dan Sumber Data

Suatu penelitian kualitatif, tentunya tidak lepas dari data yang diperlukan untuk memperkuat hasil penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dari sumber lisan yaitu tuturan seluruh pemain yang mengandung tindak tutur ilokusi dan tindak tutur langsung maupun tindak tutur tidak langsung dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj” . Peneliti memilih percakapan yang banyak ditemukan tindak tutur ilokusi, penggunaan implikatur dan tindak tutur langsung maupun tindak tutur tidak langsung. Dari tiga episode, ditayangkan pada bulan : Januari 2009 , Februari 2009, Maret 2009.

(40)

Menurut Edi Subroto, sumber data adalah asal data penelitian diperoleh. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang disediakan oleh alam yang dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh penulis (1992:34).

Ada pun sumber data dalam penelitian yaitu sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” yang ditayangkan pada awal bulan Januari, Februari, Maret tahun 2009.

C. Teknik Pengumpulan Data

Mengingat pentingnya data dalam suatu penelitian, maka data tersebut harus dicari atau dikumpulkan dengan teknik tertentu. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan untuk meneliti tindak tutur ilokusi dan tindak tutur langsung maupun tidak langsung dalam dialog/percakapan para pemain sitkom CNB, yang merupakan bahasa lisan adalah dengan teknik rekam. Menurut Edi Subroto, yang dimaksud dengan teknik rekam adalah pemerolehan data dengan cara merekam pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan (1992:32).

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu; teknik rekam, teknik simak dan catat. Teknik simak adalah penyimakan bahasa lisan yang secara spontan dan mengadakan pencatatan data yang relevan dan sesuai dengan sasaran serta tujuan penelitian (Edi Subroto, 1992:41). Jadi setelah data penelitian didapatkan melalui teknik rekam (berupa MP3 Player), peneliti kemudian melakukan penyimakan dan setelah itu melakukan pencatatan terhadap data tersebut.

(41)

yang ada dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj”, d) peneliti menganalisis data untuk mengetahui tindak tutur berdasarkan teori tindak tutur (lokusi, ilokusi, perlokusi), dikhususkan pada tindak tutur ilokusi, e) data yang dipilih, dikumpulkan berdasarkan masalah yang ditetapkan. Pada saat penganalisisan data, dilakukan dengan penyeleksian data, pengklasifikasian data, serta pengkodean data.

D. Metode Analisis Data

(42)

BAB IV

ANALISIS DATA

Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah penelitian. Tahap ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban yang berhubungan dengan perumusan masalah. Analisis ini meliputi (A) tindak tutur ilokusi yang digunakan oleh seluruh pendukung sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” dan (B) bentuk implikatur percakapan pada sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” .

A.

Tindak Tutur Ilokusi yang Digunakan dalam Sinetron Komedi

“Cagur Naik Bajaj ”

di Stasiun Televisi ANTV .

Mengujarkan sebuah tuturan merupakan hal penting di dalam kajian pragmatik. Mengujarkan sebuah tuturan tertentu untuk melakukan tindakan (menyuruh, memerintah), di samping memang mengucapkan atau mengujarkan tuturan itu. Kegiatan melakukan tindakan mengujarkan tuturan itulah yang merupakan tindak tutur atau tindak ujar. Bahkan dalam acara televisi pun tidak lepas dari tindakan mengujarkan tuturan seperti sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” yang ditayangkan di stasiun televisi ANTV. Sinetron komedi tersebut menggunakan tindak tutur untuk menimbulkan suatu kelucuan untuk menarik perhatian penonton. Tindak tutur yang terdapat dalam sinetron “Cagur Naik Bajaj” yang dilihat dari daya ilokusinya yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi.

1. Tindak Tutur Representatif

(43)

Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkannya. Jenis tindak tutur ini kadang-kadang disebut juga Tindak tutur asertif, ditemukan 2 macam subtindak tutur yaitu subtindak tutur

menyatakan dan melaporkan.

a. Tindak Tutur Representatif “Menyatakan”

Menyatakan dalam KBBI memiliki arti menjelaskan, menerangkan, dan mengemukakan (2005:790). Jadi, subtindak tutur “menyatakan” merupakan tindak pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur untuk

menerangkan atau menunjukkan sesuatu yang telah diamati. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data berikut. melamun dan cemberut. Bunga sebagai teman Lolok berusaha menghibur dan menanyakan perihal kegundahan yang dialami Lolok yang tak lain adalah keinginan Lolok untuk memiliki pacar.

1) Bunga : “Lok, kenapa sih? Kok dari kemaren cemberut bengong gitu, kenapa sih??”

Lolok : “Bunga, aku ini perempuan juga. Aku itu punya perasaan pengen punya pacar, emangnya kamu tiap hari dikejar-kejar ama cowok, aku kan juga pengen didikejar-kejar-dikejar-kejar ama cowok.(CNB/9/Januari)

Bunga : “Cuman itu masalahnya? Itu gampang!”

Analisis:

(44)

“keinginan”. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa “Aku itu punya perasaan pengen punya pacar, aku kan juga pengen dikejar-kejar ama

cowok”. Penutur tersebut bermaksud mengatakan kepada mitra tutur bahwa Lolok menginginkan pacar seperti cewek-cewek lainnya. Tuturan “aku pengen” menunjukkan fungsi menyatakan keinginan. Berdasarkan data dialog (CNB/9/Januari), lolok menyatakan keinginannya memiliki pacar dan menjadi primadona yang dipuja para lelaki.

Kata “pengen” berasal dari Bahasa Jawa dan diadaptasikan ke bahasa Indonesia menjadi “ingin”. Kata “ingin” dalam KBBI mengandung arti hendak; mau; berhasrat (hal 379:89).

a.2. Tindak tutur menyatakan Status

Tindak tutur “menyatakan status” sebagai berikut.

Ø Tempat : Dialog terjadi dekat tempat parkir kampus.

Konteks: Pada saat itu Andre sedang mengantar Lolok ke kampus kemudian bertemu dengan Bunga. Setelah Bunga mengetahui kalau Andre itu cowok ganteng dengan segera Bunga ngenalin diri kepada Andre dan menawarkan Andre kencan atau ngedate. Akan tetapi Andre menolak karena dia sudah mempunyai pacar.

Lolok : “Andre, makasih ya. Kamu dah mau jemput aku.”

Andre : “Gak apa-apa kok, Lok. Aku malah seneng kok nganter cewek lucu kayak kamu.”

Bunga : “Hai, nama gue Bunga, kenalin.” Andre : “Aku Andre.”

Bunga : “Andre, ya ampun namanya lucu banget! Keren lagi kayak orangnya, iya kan? Ntar sore loe ada acara gak?”

Andre : “Aku?”

Bunga : “Gak ada ya? Yes, kalau gitu mau kan entar sore ngajakin

gue jalan?”

Andre : “Wah, sorry. Kayaknya aku gak bisa deh..” Bunga : “Kenapa?”

(45)

Analisis

Pada tuturan (CNB/22/Januari) menunjukkan bahwa tuturan tersebut merupakan tindak tutur representatif. tindak tutur representatif masuk dalam sub tindak tutur menyatakan “status”. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa “Soalnya aku dah punya pacar”penutur bermaksud mengatakan bahwa dirinya (Andre) meyatakan sudah mempunyai pacar , untuk menolak tawaran Bunga. Tuturan tersebut sangat jelas berfungsi sebagai pemberian pernyataan status kepada mitra tutur bahwa penutur sudah mempunyai pacar atau kekasih.

b. Tindak Tutur Representatif “Melaporkan”

“Melaporkan” dalam KBBI memiliki arti memberitahukan (hal 566:1989).Melaporkan memiliki kata dasar “lapor” yang berarti memberitahu. Contoh tindak tutur representative “melaporkan” adalah sebagai berikut.

Tempat : Dalam kampus dekat area parkiran.

Ø Konteks :Dialog terjadi pada saat Bu Ayuk sedang makan siang di ruang dosen, tiba-tiba Lolok datang tanpa mengetuk pintu dan memberitahu kepada Bu Ayuk tentang demo para mahasiswa. 3) Lolok : “Bu Ayu, gawat bu Ayu!”

Bu Ayuk : “Lain kali kalau kamu masuk ruangan, kamu ketuk pintu dulu. Oke, ada apa?”

Lolok : Ada yang demo, bu (CNB/11/Maret) Bu Ayuk : “Apa? Ada yang demo?”

Analisis

(46)

memberitahukan atau melaporkan kepada Bu Ayuk tentang mahasiswa yang melakukan demo.

Pada tuturan (CNB/11/Maret) merupakan tindak tutur langsung dan bermoduskan kalimat berita. Tuturan ini berfungsi melaporkan secara langsung atas fakta yang diamati oleh penutur.

Tempat : Dalam kampus dekat tempat parkiran.

Ø Konteks : Ketika Narji tertangkap oleh preman tiba-tiba Deni datang dan menendang preman tersebut, kemudian Bu Ayuk dan Lolok datang melerai mereka supaya tidak berkelahi lagi. Setelah berhasil dilerai Narji memberitahukan kepada Bu Ayuk kalau preman tersebut suruhannya rentenir). marah, gak konsen. Habis saya bingung mencari jalan keluarnya, bu.”

Analisis

Tuturan pada data (CNB/13/Februari) merupakan tindak tutur representatif. Tindak tutur representatif yang masuk dalam subtindak tutur “melaporkan”. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa “ Mereka itu suruhannya rentenir, bu. Nagih hutang ke saya, bu. saya punya hutang,

bu...”.

(47)

suruhannya rentenir, karena Narji punya hutang kepada rentenir. Tindak tutur representatif “melaporkan”

Pada data (CNB/13/ Februari) merupakan tindak tutur langsung yang bermoduskan kalimat berita.

2.Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan itu. Subtindak tutur yang dapat dimasukkan ke dalam tindak tutur direktif antara lain

mengusulkan, memohon, menyuruh, mengajak, dan memberi nasihat.

a. Tindak Tutur Direktif “Menyuruh ”

“Menyuruh” berasal dari kata dasar “suruh”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyuruh memiliki arti memerintah (supaya melakukan sesuatu) (hal.1109:1989). Berikut contoh tindak tutur direktif “menyuruh”.

Tempat : Di pos bajaj

Ø Konteks : Beberapa saat setelah Isa dan Raden tiba, Melky turut hadir di Pos Bajaj beserta penumpangnya yang tak lain adalah Lolok, kemudian Lolok turun secara perlahan.

5) Melky :“Heh,badakair...ayo cepetan turun!” (CNB/4/Maret) Lolok : “Nih...”

Melky : “Yah... sepuluh ribu? Lima belas ribu! Kurang!”

Analisis

(48)

turan dari bajaj dengan cepat. Berikut contoh tindak tutur direktif “menyuruh” yang lain.

Pada data (CNB/4/Maret) merupakan tindak tutur langsung yang bermoduskan kalimat perintah.

Tempat : Depan pintu gerbang kampus

Ø Konteks : Percakapan tersebut terjadi saat Deni, Wendy, dan Narji naik bajaj. Isa. Setelah sampai di kampus, Isa meminta tarif dua puluh ribu. Namun, mereka tidak punya uang, kemudian Deni menyuruh Wendy membayar.

6) Isa : “Dua puluh ribu, sini bayar!”

Deni : “Dua puluh ribu? Biasanya sepuluh ribu, Sa?!” Isa : “Biasanya kan gue cuma membawa satu penumpang,

sekarang tiga penumpang. Ayo bayar!” Deni : Wen, bayar, Wen!” (CNB/1/Maret) Wendy : “Kok gue sih? Gue pikir Narji yang bayar.”

Analisis:

Pada Tuturan (CNB/1/Maret) merupakan tindak tutur direktif. Kata

“bayar Wen...” merupakan penanda lingual subtindak tutur direktif “menyuruh”. Tuturan Deni bermaksud menyuruh Wendi untuk membayar Isa karena Deni tidak punya uang. Pada tuturan (CNB/1/Maret) merupakan tindak tutur langsung yang menyuruh Narji secara langsung tanpa maksud yang terselubung . Ditemukan tindak tutur Direktif “menyuruh” pada data (CNB/13/Januari), dan (CNB/25/Januari).

b. Tindak Tutur Direktif “Mengusulkan”

(49)

supaya dipertimbangkan (hal 999:2005). Contoh tindak tutur direktif “mengusulkan” sebagai berikut.

Tempat : Di sebelah ruang perkuliahan.

Ø Konteks : Pada saat itu Deni dan Wendy mengalami kebingungan dalam mengerjakan tugas bahasa Inggris yang diberikan oleh Bu Ayuk, kemudian Deni mengusulkan untuk meminta perpanjangan waktu kepada Bu Ayuk agar supaya tidak mendapat nilai “E” karena pekerjaannya belum selesai.

7) Wendy :“Den, kalau Bu Ayuk marah gimana? Terus kita dikasih nilai E”

Deni :“Gini aja, gimana kalau kita minta dispensasi perpanjanganwaktu ma Bu Ayuk buat ngerjain tugas itu?” (CNB/7/Februari)

Wendy : “Gue setuju tu” (dengan tersenyum)

Analisis

Tindak tutur pada data (CNB/7/Februari) termasuk tindak tutur representatif atau asertif. Kata “Gini aja, Gimana kalau kita” merupakan subtindak tutur “mengusulkan”.Tuturan Deni pada data (CNB/7/Februari) bermaksud memberikan sebuah usulan kepada Wendy agar supaya mereka tidak mendapat nilai “E” .

Selain data (CNB/7/Februari) contoh data lain yang merupakan tidak tutur direktif dengan subtindak tutur “mengusulkan sebagai berikut.

Tempat : Di pos bajaj

(50)

untuk memukul para tukang bajaj dan bersedia menghajar Narji beserta dua temannya.

8 ) Bang Wahid : “Aden, ente yang nyantet Wendi?” Raden : “Iye, emang kenape?”

Bang Wahid : “Asal ente tahu ya Narji udah bayar Lima puluh ribu buat ngajar ente berdua paham!”

Melky : Gini aja bang, bagaimana kalau kita bayar dua kali lipat seratus ribu untuk menghajar Narji, Wendy, Deni?” (CNB/9/Maret)

Bang Wahid : “Tapi narji udah bayar ane duluan masa ane mukul yang bayar ane gimane ente?”

Analisis

Pada tuturan (CNB/9/Maret) termasuk tindak tutur direktif .Fungsi tindak tutur tersebut yang digunakan dalam data adalah fungsi “mengusulkan”. Pada Kata “Gini aja Bang” kemudian kata “bagaimana kalau” merupakan penanda lingual subtindak tindak tutur “mengusulkan” . Pada tuturan (CNB/9/Maret) Melky sebagai salah satu kelompok sopir bajaj memberikan usul atau menganjurkan kepada Bang Wahid agar supaya tidak menghajar para tukang bajaj, akan tetapi menghajar Narji beserta kedua temannya dengan imbalan dua kali lipat lebih besar dari imbalan yang diberikan oleh Narji kepada Bang Wahid.

Selain data (CNB/9/Maret), contoh lain fungsi tindak tutur mengusulkan sebagai berikut.

Tempat : Dialog terjadi di depan kampus

(51)

ganti ruginya terlalu besar, kemudian setelah mendengarkan saran dari Narji, sopir bajaj tersebut mau membayar ganti rugi sebesar

lima puluh ribu rupiah.

9) Isa : “Ayo bayar gue mau narik lagi nih”

Deni : “Gue cuman punya lima ribu (dengan menunjukkan uangnya kepada Wendy dan Narji), gue ada akal,he…!Sa, harusnya loe yang bayar”.

Isa : “Kok gue yang bayar sih?”

Deni : “Loe inget gak tadi waktu loe naik bajai loe bawanya ngebut, waktu loe ngebut jantung gue dek-dekkan ampir putus, kalau sampai jantung gue kaget terus gue kena serangan jantung

Pada tuturan (CNB/2/Maret) menunjukkan bahwa tuturan tersebut adalah tindak tutur direktif . Pada kata “Mendingan loe” merupakan penanda lingual subtindak tutur “menyarankan”. Pada tuturan (CNB/2/Maret) Narji mengatakan pada Isa bahwa “Mendingan loe sekarang bayar lima puluh ribu” . Narji bermaksud memberikan saran kepada Isa untuk membayar Deni lima puluh ribu rupiah sebagai ganti rugi dari pada membayar ratusan juta untuk operasi jantung.

Tuturan atau kata mendingan” dalam KBBI memiliki arti “lebih baik” (hal 731:2005), sehingga tuturan tersebut memiliki daya untuk membuat mitra tutur memilih saran atau usul yang diberikan oleh penutur. Contoh tindak tutur yang sejenis pada data (CNB/17/Januari).

(52)

Menasihati memiliki kata dasar yaitu nasihat dalam KBBI berarti ajaran atau pelajaran yang baik, “menasihati” dalam KBBI berarti memberi nasihat.(hal 683:1989).

Contoh tindak tutur direktif “menasihati” adalah sebagai berikut.

Tempat : Di ruang dosen.

Ø Konteks : Tuturan terjadi antara Bu Ayuk dengan Lolok .Pada saat Bu Ayuk makan siang di ruang dosen, tiba-tiba Lolok masuk ruang Bu Ayuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

10) Lolok : “Bu Ayuk, gawat Bu Ayuk!”

Bu Ayuk : “Lolok bisa gak, ketuk pintu dulu? Lolok mau kemana?”

Lolok : “Kata Bu Ayuk ketuk pintu dulu.”

Bu Ayuk : Lain kali kalau kamu masuk ruangan, kamu ketuk pintu dulu.Oke,ada apa?”

(CNB/10/Maret)

Analisis

Dialog pada data (CNB/10/Maret) merupakan tindak tutur direktif. Pada tuuran tersebut bu Ayuk merasa kurang nyaman melihat tingkah laku Lolok yang sudah terbiasa masuk ruangan tanpa ketuk pintu terlebih dahulu. Bu Ayuk sebagai seorang dosen memiliki kewajiban untuk menasihati Lolok sebagai mahasiswanya. “Lain kali” pada tuturan “Lain kali, kalau kamu masuk ruangan, kamu ketuk pintu dulu.” Merupakan tanda lingual subtindak tutur “menasihati”. Pada tuturan (CNB/10/Maret) bermaksud untuk menasihati Lolok agar supaya selalu mengetuk pintu terlebih dahulu jika mau masuk ruangan. Contoh lain tindak tutur direktif “menasehati” sebagai berikut.

(53)

Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Bunga dan Lolok. Ketika Bunga melihat Lolok sedang cemberut, kemudian Bunga datang menghampirinya dan bertanya tentang penyebab Lolok cemberut.

11) Bunga : “Eh loe disini Lok, kok masih cemberut? Kan gue dah ngasih saran cara mendapatkan perhatian cowok.”

Lolok : “Iya, gara-gara kamu menyaranin kayak gitu, aku jadi di bilang gila sama Narji!”

Bunga : “Ya habisnya sih, senyumnya berlebihan. Makanya jangan nakut-nakutin. Senyumnya itu harus alami dan menawan. Gue contohin ye…”(Kemudian Bunga mencari cowok yang lewat disekitarnya.) (CNB/11/Januari).

Analisis

Pada tuturan (CNB/11/Januari) Bunga melihat Lolok cemberut karena tidak berhasil dalam mencari perhatian cowok, kemudian Bunga menasihati Lolok agar supaya banyak cowok tertarik pada Lolok. Kata “makanya jangan nakut-nakutin” pada tuturan “Makanya jangan nakut-nakutin. Senyumnya itu harus alami dan menawan” merupakan subtindak tutur “menasehati”. Pada tuturan tersebut Bunga sebagai teman curhat Lolok merasa khawatir, karena melihat Lolok selalu dijahui cowok. Tuturan pada (CNB/11/Januari) bunga bermasud untuk menasihati Lolok Agar supaya tersenyum secara alami dan menawan serta tidak berlebihan agar supaya tidak dikatakan orang gila oleh Narji.

Tempat : Depan pintu gerbang kampus.

Ø Konteks : Tuturan terjadi antara Wendi, Deni, Narji, dan Isa. Ketika Isa mengantar Wendi, Deni, dan Narji dengan ngebut, Deni merasa kesal dan meminta ganti rugi kepada Isa.

(54)

Deni : “Gue cuman punya lima ribu...” (Dengan menunjukkan uangnya kepada Wendi dan Narji) Gue ada akal, he…! Sa, harusnya loe yang bayar.”

Isa : “Kok gue yang bayar sih?”

Deni : “Loe inget gak? Tadi waktu loe naik bajaj, loe bawanya ngebut. Waktu loe ngebut jantung gue deg-degan ampir putus, kalau sampai jantung gue kaget terus gue kena serangan jantung, operasinya tu ratusan juta! Sekarang loe

yang bayar lima puluh ribu.”

Narji : “Mendingan loe sekarang bayar lima puluh ribu.’ Wendi : “Bener, Sa. Mendingan loe bayar sekarang.”

Deni : “Cepat bayar lima puluh ribu, gue gak senang nih jantung gue

deg-degan, mending gue tuntut loe ke pengadilan.” Isa : “Jangan, ya...”

Deni : Udeh, kalo nyopir jangan ngebut.” (CNB/3/Maret)

Analisis

Pada tuturan (CNB/3/Maret) menunjukkan bahwa tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif . Deni mengatakan kepada Isa bahwa “Udeh, kalo nyopir jangan ngebut.” Deni bermaksud menasehati Isa agar supaya tidak terlalu kencang dalam membawa atau menyopir bajaj, karena bisa membuat penumpang celaka. Tuturan pada “Udeh, kalo nyopir jangan ngebut.” Merupakan penanda lingual subtindak tutur “menasehati”. Tindak tutur direktif “menasehati” terdapat pada data (CNB/10/Januari)

d. Tindak Tutur Direktif “Memohon”.

Memohon memiliki kata dasar yaitu “mohon”. Kata “mohon” dalam KBBI memiliki arti 1.minta dengan harap;berharap supaya mendapat sesuatu,2.ampunlah (untuk menyatakan maksud menolak atau mengingkari, jadi berarti tidak mau)(hal.663:1989). Selanjutnya kata “memohon” dalam KBBI berarti meminta dengan hormat. Contoh tindak tutur direktif “memohon” sebagai berikut.

(55)

Ø Konteks : Pada saat para tukang bajaj sedang rapat untuk mengantisipasi terjadinya perampokan. Kemudian datang seorang penumpang dengan wajah garang seperti preman, menyuruh salah satu dari para tukang bajaj untuk mengantarnya, akan tetapi mereka menolaknya.

Penumpang : “Saya teh gak mau ngerampok, tolong anterin ke blok M.

Analisis

Raden, Isa, dan Melky sangat berhati-hati dan takut terhadap perampok. Ketika mereka disuruh penumpang mengantar ke Blok-M, Melky dan Raden menolaknya sedangkan Isa justru memohon ampun kepada penumpang tersebut supaya tidak dirampok. Penanda Lingual subtindak tutur direktif “memohon” adalah kata Ampun bang”. Pada Tuturan (CNB/15/Januari) Isa bermaksud memohon ampun terhadap penumpang tersebut, agar supaya tidak dirampok. Isa mngira bahwa penumpang tersebut adalah perampok karena wajah penumpang tersebut sangar seperti preman.. Contoh lain tindak tutur direktif “memohon” sebagai berikut.

(56)

Tuturan yang disampaikan Narji merupakan tindak tutur direktif. Tuturan pada data (CNB/12/Februari) bermaksud untuk memohon kepada para rentenir tersebut agar supaya diampuninya karena belum punya uang untuk membayar. Subtindak tutur direktif “memohon” pada data (CNB/12/Februari) ditandai dengan penanda LingualAmpun, bang. Ampun...”.. Fungsi tuturan “ampun” pada data (CNB/12/Februari) adalah sebagai sebuah permohonan agar tidak dicelakai preman tersebut.

e) Tindak Tutur Direktif “Mengajak”.

“Mengajak” dalam KBBI memiliki arti; 1. Meminta (menyilakan, menyuruh, dsb) supaya turut (datang), 2. Membangkitkan hati supaya melakukan sesuatu (hal.14:1989). Contoh Tindak tutur direktif “mengajak” sebagai berikut.

Tempat : Dekat ruang kuliah

Ø Konteks : Percakapan berlangsung antara Narji dan Lolok. Ketika Narji sedang membaca buku, Lolok datang merayu Narji dan bermaksud mengajak Narji kencan dengannya.

15)Lolok : “Narji hari ini ganteng.” (Dengan nada rayuan.) Narji : “Masak sih?”

Lolok : “Ji, malam minggu kita jalan-jalan yuk!”

(CNB/4/Januari)

Analisis

(57)

simpati terhadap Narji.. Kata “Yuk” dalam KBBI merupakan kata seru mengajak/ ajakan (hal.1135:1989). Contoh lain Tindak tutur direktif “mengajak” sebagai berikut.

Tempat : Di lorong jalan

Ø Konteks :Percakapan terjadi antara Andre dan Lolok . ketika Lolok berangkat ke kampus Lolok melihat Andre dikejar-kejar orang gila, kemudian Lolok menolong pemuda tersebut. Setelah orang gila tersebut berhasil pergi Andre sangat senang dan merasa tertolong selanjutnya Andre mengajak kenalan Lolok.

16) Andre : “Mbak, tolong mbak!”

Lolok : “Tenang, hush…! Hush…! Pergi gak?! Dah tenang aja, orang gilanya dah pergi.”

Andre : “Hebat, baru kali ini saya ketemu cewek ditakuti orang gila! Oh ya, kenalin gue Andre (CNB/18/Januari).

Analisis

Pada tuturan (CNB/18/Januari) Andre mengajak kenalan Lolok pada tuturan “kenalin gue Andre”, merupakan penanda lingual subtindak tutur direktif “mengajak”. tuturan tersebut sangat jelas memiliki maksud bahwa bahwa Andre ingin mengajak kenalan Lolok karena telah menolong Andre. Tindak tutur direktif “mengajak”, terdapat pada data (CNB/24/Januari) dan (CNB/4/Februari)

3. Tindak Tutur Ekspresif

(58)

mengucapkan selamat, memuji, mengkritik, mengucapkan terima kasih, mengeluh, dan menyalahkan.

a. Tindak Tutur Ekspresif “Mengucapkan Terima kasih”

“Mengucapkan terima kasih” dalam KBBI berarti mengeluarkan ucapan (kata),mengatakan terimakasih (hal.1095:1989). Contoh tindak tutur ekspresif “mengucapkan terima kasih” sebagai berikut.

Tempat : Di samping kelas.

Ø Konteks :Ketika Lolok sedang sedih, Wendy datang dengan membaca puisi, kemudian Lolok merasa tersanjung dan mengira Wendy telah sengaja menghibur Lolok dengan membaca puisi tersebut dan Lolok langsung mengucapkan terima kasih kepada Wendy. Ucapan terima kasih Lolok ditanggapi dengan nada tersiksa karena pelukan Lolok yang menyesakkan dan terlalu erat.

17)Wendy : “SEMBURAT LUKA MENARI DIMATAMU,

JANGAN BERDUKA, USAH MENGARAH,

TEGARKAN HATIMU WAHAI ADINDA...” (Datang dengan membaca puisi)

Lolok : “Wendy, makasih banget ya! Kamu telah menghibur aku disaat aku sedang sedih.” (Kemudian Lolok memeluknya dengan erat.) (CNB/7/Januari)

Wendy : “Siapa yang lagi ngibur loe, Lolok? Gue lagi latihan membaca puisi terbaru gue.” (Dengan nada yang tersiksa karena Lolok memeluknya terlalu erat, kemudian Wendy pergi lagi)

Analisis

Pada data (CNB/7/Januari) merupakan tindak tutur ekspresif. Pada tuturan tersebut Lolok mengucapkan terima kasih kepada Wendy. Kata

(59)

Lolok merasa senang karena hatinya telah terhibur mendengar puisi Wendy. Tuturan tersebut sangat jelas bermaksud mengucapkan terimakasih kepada Wendy karena telah menghiburnya. Kata makasih banget” merupakan salah satu bahasa gaul yang berarti “terima kasih banyak”. Contoh lain tindak tutur direktif “mengucapkan terima kasih” sebagai berikut.

Tempat : Di sebelah ruang perkuliahan

Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Bu Ayuk dan Wendy. Ketika Bu Ayuk ingin mengucapkan terima kasih kepada Wendy.

18)Bu Ayuk : “Wendy, saya tu mau mengucapkan banyak terima kasih kepada kamukarena kamu sekarang saya hidupnya lebih tenang, saya bahagia sudah gak dkejar-kejar lagi ma Pak Dodik. (CNB /23/Januari)

Wendy : “Sama-sama bu saya seneng bisa bantu ibu juga”

Analisis

Tuturan (CNB /23/Januari) merupakan tindak tutur ekspresi. Pada tuturan tersebut Bu Ayuk mengucapkan terima kasih kepada Wendy karena telah menolong Bu Ayuk dari kejaran pak Dodik. Kata “mengucapkan banyak terima kasih” dalam tuturan “Wendy, saya tu mau mengucapkan banyak terima kasih kepada kamu karena kamu sekarang saya hidupnya lebih tenang,

(60)

tutur direktif “mengucapkan terima kasih” ditemukan pada data (CNB /2/Januari) dan (CNB /21/Januari)

b. Tindak Tutur Ekspresif “Mengkritik”

“Mengkritik” dalam KBBI memiliki arti kecaman atau tanggapan, kadang disertai uraian pertimbangan baik dan buruk terhadap suatu hasil karya (hal. 531:1989). Tuturan yang mengandung fungsi tindak tutur mengkritik hanya ditemukan pada data berikut.

Tempat : Depan pintu gerbang kampus

Ø Konteks : Percakapan berlangsung antara Isa, Deni, dan Narji. Saat itu Isa mengantar Narji dan Deni ke kampus .

19) Isa : “Dua puluh ribu, kayak kemaren biasa.’ Deni : “Kenape, Ji?”

(melihat Narji terluka setelah naik Bajajnya Isa.) Narji : “Justru loe yang bayar ke gue”

Isa : “Kok gue Ji?gue gak ngebutkan hari ini”

Narji : Loe emang gak ngebut tapi loe ngerem mendadak akibatnya tangan gue luka nie (CNB/6/Maret)

Analisis

(61)

nya dengan mengkritik Isa. Kekesalan tersebut dikarenakan Isa telah membuat tangan Narji terluka.

c. Tindak Tutur Ekspresif “Mengucapkan Selamat”

“Mengucapkan SelamatKBBI berarti mengeluarkan ucapan (kata), mengatakan atas tercapainya maksudnya (hal.1095:1989).Tuturan yang mengandung fungsi tindak tutur “mengucapkan selamat” hanya ditemukan pada data berikut.

Tempat : Di pos bajaj

Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Lolok dan Bu Ayuk. Pada saat Bu Ayuk menanyakan Santi karena biasanya mereka pulang bersama.

20) Bu Ayu : “Hai, Lolok” Lolok : “Eh, bu Ayu.”

Bu Ayuk : “Kok gak pulang bareng Santi?”

Lolok : “Gak bu, Santi lagi mau pulang sendiri,teruskan Lolok mau naik bajaj nie..bu terus mereka bertiga mau berebut siapa yang nganterin Lolok”

Bu Ayuk : Selamat ya Lolok akhirnya (CNB/11/Februari)

Analisis

(62)

d. Tindak Tutur Ekspresif “Memuji”

“Memuji” dalam KBBI berarti melahirkan keheranan dan penghargaaan kepada sesuatu (yang dianggap baik, indah, gagah, berani, dsb). Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, ada beberapa yang menggunakan fungsi tindak tutur ekspresif.

Tempat : Di pos bajaj.

Ø Konteks: Percakapan terjadi antar Isa, Wendi dan Deni. Pada saat itu mereka sedang bersenda gurau.

21) Isa : Wah loe hebat sekarang Den tambah sakti aje, mantra dah baru dibaca, Wendy udah jatuh” (CNB/8/Maret)

Raden : “Makanya jangan suka ngeremehin kesaktian gue” Melky : “Hebat banget bener-bener hebat loe”

Analisis

Pada tuturan (CNB/8/Maret) Isa mengagumi kehebatan Raden. Tuturan yang dilontarkan Isa kepada Raden merupakan tuturan pujian. Kata Wah loe hebat” dan “tambah sakti” dalamtuturan “Wah loe hebat sekarang Den tambah sakti aje, mantra dah baru dibaca, Wendy udah jatuh”

merupakan penanda lingual subtindak tutur “memuji”. Selain itu faktor pertuturan yang mendukung bahwa Raden hebat dan Sakti adalah pada kata

“mantra dah baru dibaca, Wendy udah jatuh”. Contoh lain tindak tutur Ekspresif “memuji” sebagai berikut.

Tempat : Lorong jalan belakang kampus.

Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Setelah Andre ditolong oleh Lolok dari kejaran orang gila, Andre kemudian berkenalan dengan Lolok. Usai berkenalan, Andre memuji nama Lolok yang dirasa bagus. 22)Andre : “Hebat, baru kali ini saya ketemu cewek ditakuti orang gila!

Gambar

Tabel 2 Penggunaan modus dalam tindak tutur

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kondisi inilah, penelitian mengenai “Perancangan Sistem Informasi Dan Perbaikan Pengendalian Inventori Pada Produk Matras Ocean Dengan Pendekatan

Terjadinya perbedaan bermakna ( p <0,05) pada kelompok dan juga pada indikator kesadaran diri, pengaturan diri, empati dan keterampilan sosial pada kelompok intervensi terhadap

Setelah terjadinya Revolusi Industri, generasi ke-3 keluarga Staedtler, yaitu Johan Sebastian Staedtler meneruskan usaha nenek moyangnya dengan mendirikan pabrik pensil pertama di

Ditinjau dari segi filosofi atau nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini, maka didapat beberapa hal yang menjadi nilai atau muatan-muatan dakwah yang terkandung

2.2.9 Pengakuan Dan Pengukuran Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan PSAK No 105, mudharabah adalah pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua

kesejahteraan rakyat yang diantaranya meliputi aspek ekonomi dan Pendidikan oleh pemerintah dewasa ini belum menunjukan hasil sesuai yang diharapkan rakyat Indonesia

Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Dzikir Asmaul Husna terhadap Aktualisasi Diri Jamaah Majelis Dzikir Asmaul Husna Masjid Jami’

Pengabdian Masyarakat yang diadakan di Remaja Santri Masjid Jami Al Muttaqin dan diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UBSI pada tanggal 3 Oktober 2020