• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muhammad Japar Universitas Negeri Jakarta E-mail: mjaparunj.ac.id ABSTRACT - Jurisprudential Inquiry sebagai Model Pembelajaran Alternatif untuk Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Menengah Atas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Muhammad Japar Universitas Negeri Jakarta E-mail: mjaparunj.ac.id ABSTRACT - Jurisprudential Inquiry sebagai Model Pembelajaran Alternatif untuk Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Menengah Atas"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835 49

JURI SPRUDENTI AL I NQUI RY

SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN

ALTERNATIF UNTUK MATA PELAJARAN PENDI DIKAN

KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Muhammad Japar Univer sitas Neger i Jakarta

E-mail: mjapar @unj.ac.id

ABSTRACT

his study explor es the lear ning model of civic education for Seni or Hi gh School students.The pur pose of Civic education in Senior High School ar e pr epar ing to be smar t and good citizen. In fact,l earning pr ogr am by teacher i sn’t enough to make student active. To make student active in civic eduction lear ni ng, the idea i s application Juri sprudential Inquir yas a model.Thi s qualitative case study dr aw s on interview fr om ei ght students and a teacher in Senior Hi gh School. The r esear ch show s that Jur ispr udential inquir y model can be used as an alternative model for civic educati on as it is effective, effi cient and attr acti ve.

Key wor d: learning model, civic education, lear ning model of jur isprudential inquiry

PENDAHULUAN

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional telah ter ter a dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sist em Pendidikan

Nasional yaitu mengembangkan

kemampuan dan membentuk w atak

ser ta peradaban bangsa yang

ber mar tabat dalam r angka

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ber kembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusi a yang beri man dan ber takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber akhlak mulia, sehat, ber ilmu, cakap, kr eatif, mandi r i, dan menjadi w ar ganegar a yang demokr atis dan ber tanggung jaw ab (UU No.20 Tahun 2003, 2004:5).

Di Indonesia kerangka si stemik Pendi dikan Kewar ganegaraan dibangun atas dasar paradi gma bahw a PKn secar a kur ikul er dir ancang sebagai subjek

pembelajar an yang ber tujuan

mengembangkan potensi individu agar menj adi w ar ga negar a Indonesi a yang ber akhlak mulia, cer das, parti sipatif, dan

ber tanggung jaw ab. Secar a teor etik, PKn di rancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kogni tif, afektif, dan psikomotor ik yang ber si fat konfluen atau saling ber penet rasi dan teri ntegr asi dalam konteks substansi ide, ni lai, konsep, dan mor al Pancasila, kew ar ganegar aan yang demokr atis, dan bela negar a.

(2)

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835 50

pendidikan nilai Pancasi la dan Pendi dikan Kew ar ganegar aan ser ta sebagai “subject -specific paedagogy” (pembelajaran materi subjek) bagi gur u PKn. Dengan demiki an pembelajaran Pendi dikan Kew arganegar aan juga

mer upakan upaya menjaga dan

melest ar ikan Pancasil a secar a pr eventif, yakni melakukan usaha meningkatkan penger tian, pemahaman, penghayatan dan pengamalannya melalui pendidikan, pener angan, pembinaan kesadaran

nasional, pembi naan kesadaran

w aw asan nusantar a dan usaha-usaha penget ahuan (knowledge), keter ampilan (skil ls), sikap dan nilai (at t it udes and values) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan r asa kebangsaan dan cinta tanah air ( Sumardjoko 2013).

Namun, fakta di lapangan rancangan pembelajar an yang dibuat ol eh gur u kur ang membuat sisw a belum aktif sepenuhnya.Aktivitas sisw a masih ber agam dan bel um ter tib. Dar i 37 siswa, hanya 1-2 orang yang mengaj ukan per tanyaan, Siswa hanya bertanya seputar mater i yang sudah disampaikan ol eh gur u dengan per tanyaan-per tanyaan nor matif, belum sampai pada tahap anal isis, siswa masih banyak mengobrol dan ketika guru bertanya siswa masi h menjaw ab secar a ber sama. Ar tinya sisw a belum ber ani untuk mencoba menj aw ab sendir i (Laporan Observasi SMA Neger i 1 Cibungbulan Bogor November , 2016). Model konvensional, gur u melaksanakan kegiatan pembelajar an secar a nor matif, belum menggunakan salah satu model

pembelajar an. Hanya ceramah

menj elaskan mater i l alu tanya jaw ab,

Ruang kelas masi h seder hana dan diatur sebagaimana kelas pada umumnya, belum tersedia nya medi a yang menunjang pembelajar an seper ti pr oyektor dan komputer (l aptop) dikelas hanya terdapat w hite board yang di pasang di seti ap r uang kelas. Gur u hanya memanfaatkan LKS dan buku paket sebagai sumber belaj ar . Pembelajar an har us member ikan tempat pr oses pember dayaan dir i, mul ai dar i potensi dir i secar a optimal, sehingga peser ta didik memil iki kekuatan spir itual keagamaan, pengendalian di r i, kepr ibadian, kecer dasan, akhlak mulia dan keter ampilan yang di per lukan oleh di ri nya, masyar akat, bangsa dan negar a (ABKIN, 2013:5-6).

Dalam pembelajar an PKn par a peser t a di dik per lu dikondisikan untuk selalu ber sikap kri tis dan ber per ilaku kr eatif sebagai anggota keluar ga, w arga sekolah, masyar akat, w ar ga negar a, dan umat manusia di lingkungannya secar a cer das dan baik. Pr oses pembelaj ar annya per lu di or ganisasikan dal am bentuk belajar sambil ber buat (lear ni ng by doing), belajar memecahkan masalah sosi al

(social problem solving l earning), belajar

melalui perl ibatan sosial

(socio-par t icipator y lear ni ng), dan belajar

melalui inter aksi sosi al-kultural sesuai dengan konteks kehidupan masyar akat (Sumar djoko 2013).

(3)

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835 51

untuk menjawab per soalan yang dibahas di kelas.

Pembelaj ar an dalam bentuk model di per lukan. Gustafson dan Br anch mengatakan model membantu ki ta mengkonseptualisasikan r epr esent asi dar i kenyataan, menyeder hanakan r ealitas har us sei r ing kondisi nyata terl alu kompleks untuk dipotr et. Model juga membantu kita dalam menyeleksi atau mengembangkan sar ana opresional yang tepat ser t a teknik mengaplikasi suatu metoda. Pada akhir nya, model mengilhami per tanyaan-per tnyaan penelitian yang digunakan sebagai panduan untuk mengembangkan suatu teor i yang kompr ehensif dar i pembelajar an (Kent L. Gustafson 2002, 1).

A model ia an abst ract ion of realit y; a

simplified refr esent at ion of some r eal wor ld phenomenon”(Robbins 1996, 25). Kuti pan ter sebut menjel askan bahw a model mer upakan r epr esentasi dar i beber apa fenomena yang ada di duni a nyata. Sal ah satunya adalah model pembelajar an. Suatu model pembelajar -an memperl ihatkan sel ur uh aspek pembelajar an yang ber beda-beda, dalam r angka mer aih hasil belajar ter baik

melalui antisipasi kondisi belajar tertentu, yang dideskr ipsikan secar a detil (Reigel uth 1983, 21).

Miar so membagi ber bagai macam model, setidaknya ada ti ga yaitu: 1) model konseptual yang mer upakan per wujudan dari suatu teor i atau dengan kata lain merupakan konseptualisasi teor i-teor i; 2) model pr osedur al, yang ber sifat pr eskr iptif artinya member ikan pr eskr ipsi tent ang bagai mana sesuatu. Pada hakikatnya mer upakan tahan-tahapan pr oses pembentukan suatu model; dan 3) model fi sikal, mer upakan model dalam wujud fisik. Ketiga model inilah yang menjadi dasar di dalam penelitian dan model pembelajaran mata pelajar an PKn. Model pembelajaran yang dipelopor i oleh Donal Ol iver dan James P Shaver ini didasar kan atas pemahaman masyar akat yang setiap or ang ber beda pandangan dan pr ior itas satu sama l ain, dan nilai-ni lai sosialnya sal ing ber konfr ontasi satu sama lai n. Pemecahan masalah yang kompleks dan kontr over sial di dalam konteks aturan sosial yang pr oduktif membutuhkan w ar ga negar a yang mampu ber bicar a satu sama lain dan ber negosiasi tentang keber bedaan ter sebut.

Ol eh kar ena i tu, pendidikan har us mampu menghasil kan individu calon w ar ga negar a yang mampu mengat asi konflik per bedaan dalam berbagai hal. Model pembelaj ar an ini membantu sisw a untuk belajar ber pikir secar a sist ematis tentang i su-isu kontempor er yang sedang terj adi dalam masyarakat. Dengan member ikan mereka car a-car a menganal isi s dan mendiskusi kan isu-isu sosial, model pembelaj ar an ini membantu siswa untuk ber parti si pasi dalam mendefinisikan ulang nilai-nilai

sosial. Dengan demikian model

pembelajar an Juri spr udemt ial Inquiry melatih si sw a untuk peka ter hadap per masalahan sosial, mengambil posisi (sikap) terhadap per masalahan ter sebut,

(4)

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835 52

logis dan r asional. Akhi rnya, keduanya

sama-sama dapat menganali sis

kelebihan dan kelemahan dar i masing-masing posi si (sikap) yang diambilnya. Sebaliknya, bisa saja teman yang setuju kenaikan BBM akan ber ubah sikapnya jadi tidak setuju setelah mendengar ar gument asi dar i temannya yang lain yang menurutnya lebih baik, lebih r asional , dan lebih mempunyaiimplikasi yang positif ter hadap masyar akat.

METODE

Peneliti an ini merupakan penelitian dan (R & D) model pembelajaran ber dasar kan model R & D Cycle Bor g dan Gall yang disesuaikan tujuan dan kondisi penelitian yang sebenar nya. Ker angka penelitian secar a garis besar ditata dengan ur utan sebagai ber ikut: mengumpul kan data kondisi saat ini untuk diagnosa kebutuhan; anal isis data; mengembangkan dan memi lih alter natif tindakan; ujicoba model bar u; memer iksa r eaksi ; mengumpulkan data untuk didiagnosa; mengulangi anali sis dan ; dan mer evisi model.

Metode peneli tian yang digunakan adal ah penel itian dan (Resear ch and

Development) dar i Bor g and Gall untuk

tahapan peneli tiannya dan nya mengikuti tahapan Dick dan Car ey. Dalam bidang pendidikan, R and D di ar ahkan pada pr oduk yang efektif bagi keper luan pembel ajar an dan mer upakan penelitian ter apan. Untuk per baikan

(what wor ks bet t er) daripada

kemengapaan (why), dan mementingkan kegunaannya dalam pendidikan (Gal l, dkk, 2007: 186 – 187). Pertama, Tahap Pr a Model, ter dir i dari dua langkah: Langkah per tama, Penelitian aw al melalui: a) studi li ter atur yang ber kait dengan t eor i dan konsep pembelajaran mata pelajaran PKn. Langkah kedua. Per encanaan model. Ber dasar kan anal isis studi pendahuluan dan kajian teor etik, mulai mer ancang model

pembel ajar an jur ispr udential inquir y dengan mer umuskan langkah-l angkah pembel ajar an yang r elevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar .

Kedua. Tahap Model , ter dir i dar i

langkah ketiga membuat model

pembel ajar an juri sprudential i nqury, di lanjutkan dengan langkah keempat uji coba aw al 1 dan per bai kan aw al 1, langkah kelima uji coba aw al 2 dan per baikan awal 2.Ketiga. Tahap Pener apan Model, ter dir i dar i l angkah keenam, uj i coba l apangan, dil anj utkan dengan l angkah ketujuh per baikan oper asi onal dan per baikan oper asional 1 dan dilanjutkan per baikan operasional 2. Teknik pengambi lan sampel yang di ter apkan dalam penelitian dan adalah pur posi ve sampling. Kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 yang dijadikan tempat uji coba model dilakukan dengan pur posive

sampl ing. Pemili han kelas XI

di karenakan posisi mer eka yang r elatif “tenang”, sudah setahun di SMA dan belum di si bukkan dengan per si apan Ujian Nasional. Analisis data kualitatif di jabar kan menggunakan kata-kata yang di susun ke dalam teks yang diper luas, yang disajikan dalam bentuk teks nar atif, gr afik, jari ngan dan bagan. Pr oses analisis data di dasarkan pada ti ga alur yang ter jali n secara terpadu, yai tu: r eduksi data, penyajian data, dan penar ikan kesimpulan/ ver ifikasi. Data kuantitatif berupa tanggapan, keyaki nan, per sepsi, dan per asaan, ter masuk juga data pre test dan post test ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar , dan gr afik. Secar a keselur uhan teknis anali si s data yang digunakan ber sifat deskri ptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(5)

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835 pendahuluan ter sebut maka peneliti terl ebi h dahul u menggunakan Hasil Model Pembelajar an. Hasil model pembelajar an jur ispr udent ial inquiry untuk mata pelajaran PKn di sekolah menengah atas meliputi 3 (tiga) bentuk model yaitu: 1. Model konseptual, 2.Model pr osedur al dan 3.Model fisikal.

Model konseptual mer upakan

per wujudan dari konseptual isasi teor i-teor i dan prinsip-pr insip yang teri ntegr asi membentuk model pembelajar an jur isprudent ial i nqur y. Di dalam lingkungan belajar yaitu pendidikan SMA, guru member ikan pemahaman bahw a er a globalisasi menj adi tantangan w arga negara yang demokr atis dan bertanggung jaw ab. Maka dari itu diper lukan Sumber Daya Manusia yang t er didi k dalam pembelajar an konvensional. Pembelajar

-an jur ispr udent ial inqur yter buka dalam

sumber belajar ser ta gur u dan si sw a ber bagi peran. Pr insi p yang digunakan adal ah teor i belajar mandir i, teor i komunikasi dan teor i belajar kontr uktivisme. Model Pembelajaran

juri spr udent ial inquir y memberi kan fun

lear ni ng, timbal balik, par tisipatif dan belajar kooper ati f dar i si sw a. Maka dar i itu ter jadi implementasi dar i teor i komunikasi.“Bagus, kar ena selain ki ta dapat lebih memahami mater i pelaj ar an, ki ta juga mendapat pelajar an tambahan dan pengalaman yang menari k ser ta penget ahuan bar u yang tidak diaj ar kan di sekolah” (Intan Selvya).

Secar a pr osedur al per w ujudan tahapan-tahapan model pembelajaran

juri spr udent ial inquir y, mer upakan

per paduan dari model Dick and Carr ey

ser ta model Supar man dengan

modifikasi seper lunya. Yaitu 1) Anali sis

Kebutuhan Pembelajaran PKn, 2)

Penulisan Tujuan Pembelajaran

Umumdan Tuj uan Pembelajaran Khusus, 3) Inst r umen Evaluasi Belajar, 4) Str ategi Pembelajar an (Pengorganisa-sian, Penyampaian, Pengelolaan), 5) Media, 6) Sumber Infor masi, 7) Per ancangan Silabus, 8) Perancangan Rencana Pembelajar an, 9) Per ancangan Langkah-langkah Pembelajar an (“Ayo

Menjadi War ga Negar a Yang

Ber tanggung jaw ab, Aktif, Cerdas dan Demokr atis”), 10) Evaluasi: Efektivi tas, Efi si ensi dan Daya Tar ik Model standar kompetensi budaya demokrasi, 2) satu set r encana pelaksanaan pembel ajar an (RPP) yang digunakan dalam uj icoba model pembelaj ar an, dan 3) CD rekaman pelaksanakan ujicoba model pembelajar an yang dilaksanakan di SMA sebagai contoh bagi gur u. membuatnya semakin pasif. Namun sebali knya ri fki merasa muncul kemauan untuk ikut aktif dalam membahas topik

yang disediakan. Star tegi

pengor gani sasi an pun sudah baik. Dimulai dar i pengumpulan informasi pada langkah-langkah pembelajaran tidak tumpang tindih. Str ategi penyampaian sudah sesuai dengan pembagi an kelompok namun har us sei mbang antar a pr o dan kontr a. Dan pemanfaatan w aktu menjadi hal yang har us di perhatikan

(6)

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835 54

di lakukan perbaikan model

pembelajar an sebagai ber ikut: 1) Pengumpulan i nfor masi pada langkah-langkah pembelajar an diusahakan tidak tumpang tindi h. Pada saat ujicoba lapangan sumber-sumber informasi dapat dijadikan alternatif, ar tinya sisw a dapat memilih sumber i nfor masi yang r el evan dan mudah untuk didapatkan, 2) Pengelolaan w aktu har us betul-betul di per hatikan, karena model ini tantangan utamanya adalah soal w aktu yang diper lukan. Artinya gur u dan sisw a har us dapat memanfaatkan alokasi

w aktu yang disediakan tanpa pembelajar anj ur ispr udent ial inquir y. Menur ut Ibu Ri ni, per umusan tujuan pembelajar an dinilai baik dan pengel olaan w aktu sudah mulai bisa di or ganisi r tanpa mengur angi keaktifan siswa. Rumusan tujuan dalam langkah ke IV dan ke V tel ah lebih di per jelas dan kompetensi yang ada pada kotak langkah dan tujuan pada model pembelajaran telah diper jelas, 2) Model pembelajaran yang dikembangkan telah di usahakan memuat petunjuk dalam pembelajaran sehingga mudah diikuti oleh gur u dan siswa, 3) Model pembelajar an yang di kembangkan sudah menempatkan siswa sebagai suyek pembel ajar an, 4) Per baikan r edaksi pada halaman 6 ber upa petunjuk halaman dan halaman 16 telah diperbaiki sehingga gur u dan siswa dapat lebi h mudah memahaminya. Hasil Ujicoba Efektivitas, Efisiensi dan Daya Tarik Model Pembelajar an

Evaluasi skala ter batas dilaksanakan

pada tahap implementasi model

pembelajar an juri spr udent ial inquir y. Kegiatan ini disebut juga sebagai ujicoba lapangan.Pelaksanaan uji coba model

pembelajar an dil akukan untuk

mengumpulkan data yang dapat

di jadikan acuan dalam menet apkan efektifitas, efisi ensi dan daya tar ik model pembel ajar an jur isprudent ial inquir y. Hasil Evaluasi Skala Terbatas-Tahap Pertama

Pr oses pel aksanaan evaluasi sebagai ber ikut: Peneliti ber sama gur u PKn SMA Negeri 1 Cibungbulang, Bogor

mener apkan model pembelajaran

juri spr udential inquiry di kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2. Setiap kelas menjalankan pr oses pembelajar an sesuai dengan model yang dikembangkan. Pr oses implementasi pembelajar an dilakukan 4 kali pertemuan.Kategor isasi dimensi penil aian ter di r i dar i kualitas sajian yang tertulis pada panduan pembelajaran yang diber i tajuk ”ayo menjadi w ar ganegar a yang bertanggung jaw ab, aktif, cer das, dan demokr atis”, penyajian

materi , kemanfaat an model

pembel ajar an, dan pener apan model pembel ajar an.

Dar i hasil cat atan l apangan peneliti hampir selur uh sisw a ter li hat r agu dan

malu-malu ketika mengemukakan

pendapat mer eka mengenai posisi yang sudah mer eka ambil. Suar a si sw a pun hampir tidak terdengar.Menur ut Ahmad Taufik Hidayat A.R model pembelajaran juri spr udential inquir y dapat membuat siswa lebih peka ter hadap per masal ahan sosial yang ter jadi di sekitar kita, sisw a pun bisa memahami secar a mendalam materi yang dipelaj ar i ser t a dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehar i-har i.Meskipun r agu-r agu di aw al kegiatan, menur ut Pandu kualitas tampi lan yang ditunjukan sangat menar ik. Bu Rini menambahkan bahw a materi yang disajikan efektif dalam meningkatkan keakti fan si sw a di dalam belajar . Pener apan model pembelajaran ini di dua kel as sama-sama menunj ukan bahw a guru tidak lagi berceramah melainkan st udent cent er.

(7)

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835 55

Evaluasi tahap kedua diber ikan kepada si sw a kel as XI IPA 1 dan 2 dengan menggunakan patokan nilai KKM dan posttest. Materi yang diujikan adalah

materi budaya demokr asi

meliputipenger tian dan pr insip-pr insip budaya demokrasi, macam- macam demokr asi, masyarakat madani meliputi penger tian masyar akat madani (civil society), mengidentifikasi ci ri-cir i masyar akat madani, menjelaskan pr oses

menuju masyar akat madani ala

Indonesia, mengur aikan kendala yang di hadapi bangsa Indonesi a dalam mew ujudkan masyar akat madani, dan demokr asi di Indonesia yang meliputi, pr insi p- pr insip demokr asi Pancasila, dan pelaksanaan demokr asi di Indonesia sejak orde lama, or de baru, dan r efor masi

Mater i yang sudah disampaikan di ujikan dan r ata-r ata ni lai postest 76,73 dar i ni lai standar KKM 70 untuk kelas XI IPA 1 sedangkan untuk kelas XI IPA 2 dar i ni lai standar KKM 67, hasil rata-r ata ni lai postest 75, 48. Hasil ter sebut di per kuat dengan masukan dar i par a siswa dan gur u. Ber ikut tabel pernyataan siswa dan guru:

mater i pelajar an 2 Intan

pengetahuan bar u

yang tidak

menghar gai sikap orang lain yang jur ispr udent ial

(8)

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835 56

ya dalam

kehi dupan sehar i-har i.

juri spr udent ial

inquiry dengan Juri spr udenti al Inqui ry.

Model pembel ajar an ini diper bai ki sebagai ber ikut: 1) Susunan redaksi tidak ter lalu kaku, sehingga siswa lebih tertar ik pada model yang dikembangkan, 2) Langkah-l angkah pembelajar an dalam model telah disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ter cantum dalam RPP yang merupakan bagian tak terpisahkan dar i r ancangan model.

Hasil evaluasi skala ter batas model pemelajar an ter hadap 2 kel as yaitu kelas XI IPA 1 dan IPA 2 SMA Neger i 1 Ci bungbulang, Bogor dapat disi mpulkan bahw a model pembelaj ar an mata pelajar an PKn jurispr udent i al inquir y efektif, efi sien dan menar ik sebagai model pembelajar an al ter natif. Model ini dapat diter apkan guna menciptakan pembel ajar an PKn yang lebih menar ik dan menyenangkan.

KESIMPULAN

Ber dasar kan deskr ipsi hasil penelitian dan model pembelajar an juri spr udent i al inqui ry, maka dapat ditari k kesi mpulan, sebagai ber ikut:

1. Hasil studi pendahuluan sebagai anali sis kebutuhan menunjukkan bahw a pembelajar an PKn di SMA saat ini belum cukup kondusif bagi kompetensi w ar ganegar a. Sisw a masih menganggap pelajar an PKn

adalah pelaj ar an yang

membosankan.

2. Pelajar an PKn tidak hanya

menekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotor ik. Untuk itu

diper lukan suatu model

pembelajar an yang memungki nkan

parti si pasi sisw a dalam

pembelajaran dapat ditingkatkan. 3. Hasil penelaahan ter hadap pr oses

pembelajaran PKn yang ber langsung saat ini memperl ihatkan bahw a

adanya kebutuhan untuk

mengembangkan model

pembelajaran j ur ispr udent ial inquir y. Model ini dinilai cocok untuk menjadi model alter nati f yang dapat digunakan oleh gur u.

4. Mengacu pada butir kesimpulan ketiga, maka selanjutnya diputuskan

untuk mengembangkan model

(9)

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835 57

dan model fisikal. Model konseptual mer upakan per w uj udan dan konseptuali sasi teor i-teor i dan pr insip-pr insip pembelajar an PKn yang ter integr asi membentuk model pembelajar an j ur ispr udent ial inquir y. Model prosedur al mer upakan per w uj udan langkah-langkah model pembelajar an j ur ispr udent ial inquir y. Model fisikal mer upakan wujud fisik r ekaman pelaksanaan ujicoba model pembelajar an juri spr udent ial inquiry dan langkah-langkah pembelajar an yang diber i judul “Ayo Menjadi War ganegar a yang Ber t anggung jaw ab, Aktif, Cer das dan Demokratis”.

5. Penyusunan model pembelajaran jur isprudent ial inquir y didasar kan pada analisis kebutuhan dar i penel itian pendahuluan dengan memper hatikan konsep dan teor i pembelajar an t er sebut.

6. Hasil ujicoba aw al (1) mer upakan evaluasi satu-satu member ikan

masukan bahwa pengumpulan

informasi pada l angkah-langkah pembelajar an diusahakan tidak tumpang tindi h. Pada saat ujicoba lapangan sumber -sumber informasi dapat dijadikan alter natif, ar tinya si sw a dapat memil ih sumber informasi yang r elevan dan mudah untuk didapatkan. Sel ain itu, pengelolaan w aktu har us betul-betul diper hatikan, kar ena model ini tantangan utamanya adalah soal waktu yang diper lukan. Arti nya gur u

dan siswa harus dapat

memanfaatkan al okasi w aktu yang disediakan tanpa mengganggu alokasi w aktu mata pelajar an lain. 7. Hasil ujicoba aw al (2) mer upakan

evaluasi pakar member ikan masukan bahw a rumusan tujuan

dalam langkah ke IV dan ke V t elah lebih diper jel as dan kompetensi yang ada pada kotak langkah dan tujuan pada model pembelajaran telah diper jelas. Selain i tu, model pembelajaran yang dikembangkan telah diusahakan memuat petunjuk dalam pembelajar an sehingga mudah diikuti ol eh gur u dan siswa. Oleh kar ena itu model pembelajaran

yang dikembangkan sudah

menempatkan si sw a sebagai subyek pembelajaran. Per baikan r edaksi pada hal aman 6 ber upa petunjuk halaman dan hal aman 16 telah diper baiki sehingga guru dan sisw a dapat lebih mudah memahaminya. 8. Hasil ujicaba efektifi tas, efisiensi dan

daya tar ik menunjukkan bahw a model pembel ajar an juri spr udent i al inquir y efektif, efisien dan menar ik

sebagai model pembelajaran

al ter natif bagi si sw a sekolah menengah at as.

9. Perbaikan oper asional telah dilakukan yai tu susunan r edaksi diusahakan ti dak ter lalu kaku, sehi ngga sisw a akan lebih tertar ik pada model yang dikembangkan. Perbaikan j uga dilakukan pada langkah-langkah pembelajaran dalam model telah disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ter cantum dal am RPP yang mer upakan bagian tak ter pi sahkan dari r ancangan model pembelajar an. Dar i kesi mpulan hasil penel itian ini

menunjukkan bahw a model

(10)

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835 58

DAFTAR PUSTAKA

Almond, Gabr iel A dan Sidney Ver ba, The Civi c Cult ur e Pr inceton: Pr inceton Univer sity Pr ess, 1963.

Ander son, Lori n W. and David R. Krathw ohl A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revi si on of Bloom’s Taxonomy of Educat ion Object ives New Yor k: Addison Wesley Longman, Inc., 2001

Banathy, Bella H. System Design of Educat ion: A Jour ney t o Cr eat e the Fut ure New Jer sey: Educational Technology Publ ications, 1991

Cogan, John J. and Ray Der ri cott Cit izenship for t he 21st Cent ur y: An Int r oduct ional

Pr espect i ves on Educat ion London: Kogan Page, 1998

Cr esw ell, John W. Resear ch Design: Quali t at ive & Quant it at ive Approaches London: Sage Publicati ons, Inc, 1994

Daw son, Richar d E. Polit ical Soci alizat ion Boston: Little, Brown and Company, 1969. Demain, Jack. Cit izenship and Polit i cal Educat ion Today Basingstoke: Palgr ave

Macmil lan, 2005

Dick, Walter , Lou Car ey and James O. Car ey. The Syst emat ic Desi gn of Inst ruct ional Sixt h Edit ion Boston: Pear son, 2005

Gentr y, Castell e G. Int r oduct ion to I nst r uct ional Development Califor nia: Wadsw or th Publishing Company, 1994

Gr edler, Mar gar et. Lear ning and Inst r uct ion: Theor y into Pract ice Sixt h Edit i on New Jer sey: Pear son, 2009

Guba, Egon G. and Lincoln Yvonna S. Effect ive Evaluat ion: Improving t he Usefulness of Evaluat ion Result s Through Responsive and Natur alist ic Approaches San Fr ansisco: Jossey-Bass Inc., 1981

Hahn, Car ol e L. Becoming Political: Comparat ive Pr espect ives on Cit izenshi p Educat ion New Yor k: Stat e Univer sity of New Yor k Press, 1998

Her genhahn, B.R dan Olson Matthew H. Theor ies of Learning MN: Pearson Education, 2008

Januszew ski, Alan. and Molenda, Michael. Educat ional Technology: A Defi nit ion with Comment ar y New Yor k: Law r ence Er lbaum Associates, 2008

Johnson, El aine B. Cont ext ual Teaching & Lear ning; Menjadikan Kegiatan Belajar

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna Penerj emah Ibnu Setiaw an Bandung: MLC,

2007

Joyce, Br uce et al. Models of Teaching New Jersey: Pear son Education, 2009

Piskur ich, Geor ge M. Rapid Inst r uct ional Design San Fr ancisco: Jossey-Bass Pfeiffer , 2000

Reigeluth, Char les M. and Alison A. Car r-Chellman Inst r uct ional-Desi gn Theor ies and Models Volume III: Buildi ng a Common Knowledge Base New Yor k: Taylor and fr anci s, Publisher , 2009

Reigeluth, Char les M. Inst r uct ional-Design Theor ies and Models: An Over view of t heir Cur rent St at us London: Lawr ence Er lbaum Associates, 1983

Reiser , Robert A. and Dempsey, John V. Tr ends and Issues in Inst r uct ional Design and Technology Second Edition New Jer sey: Pear son Education, Inc., 2007

Richey, Rita C. and James D. Klein Design and Development Resear ch: Met hods, St r at egies, and Issues New Jersey: Lauw r ence Er lbaum Associates, Inc., Publisher s, 2007 Robbins, Stephen R. Or gani zat ional Behavior: Concept s, Cont r over sies, Appl icat ion, edisi

(11)

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835 59

Rothw ell, William J. Mast er ing Inst r uct ional Design Process: A Syst emat ic Approach San Fr ancisco: Jossey-Bass Publisher s, 1992

Salisbur y, David F. Five Technologies for Educat ional Change New Jer sey: Educational Technology Publ ications, 2000

Seel, Nor ber t M. and Sanne Dijktra. Cur ri culum, Pl ans, and Processes in Inst r uct ional Design: Int er nat ional Perspekct ives New Jer sey: Law r ence Er lbaum Associates, Inc., Publisher s, 2004

Seels, Bar bar a B & Rita C Ri chey. Inst r uct i onal Technology: The Definit i on and Domain of t he Field Washington D.C: AECT, 1994

Supar man, M. Atw i. Desain Inst ruksional Jakar ta: Pusat Penerbitan UT, 2004

Tim ICCE UIN Jakar t a. Pendi dikan Kewargaan (Civic Educat ion): Demokr asi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani Jakar ta: Pr enada Medi a, 2003.

Gambar

Tabel 1. Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah kursus calon pengantin di masyarakat Patani oleh MAIP dilaksanakan dua kali sebulan pada hari Sabtu dan Ahad. Dalam

hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa kemampuan awal siswa kelas IV A dan IV B dalam menghafal kosakata bahasa Inggris sebelum diberikan perlakuan dengan

Dismenore primer adalah dismenore yang mulai terasa sejak menarche (haid pertama) dan tidak ditemukan kelainan dari alat kandungan atau organ lainnya4. Sekitar 10%

Pada sistem interaksi, pengindera Leap Motion [8] digunakan sebagai masukan interaksi dengan membaca fitur tangan pengguna yang ada dalam jarak efektif Leap Motion

Mata Pelajaran Nilai

bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 13 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di

Menurut UU No 20 tahun 2008, entitas kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha

Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method. All requested