Edisi 87/Tahun IX/April 2008 Gemari
Gemari 68
ASUS bunuh diri pada anak dan re-maja merupakan barometer adanya suatu ketidakmampuan anak dan re-maja dalam mengatasi masalah yang dihadapi dan kurangnya mekanisme koping yang dimiliki dalam mengatasi stress. Hal ini juga menjadi bukti dari ketidakberhasilan ke-luarga (orangtua) dan pendidik dalam mem-bekali anaknya tentang keterampilan meng-atasi masalah dalam kehidupan. Fenomena tersebut merupakan faktor penyebab pada kasus bunuh diri yang bersifat multifaktor.
Upaya preventif dapat dilakukan oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu seperti psi-kiater, dokter, perawat, psikolog, sosiolog, pen-didik, tenaga kesehatan masyarakat dan lain-lain. Masalah bunuh diri memang sangat kom-plek, dari pendekatan segi ilmu kesehatan
ma-Oleh: Suryanto, SKM *)
Optimalisasi
Peran dan Fungsi Keluarga
Di zaman sekarang ini secara perlahan-lahan tetapi pasti telah terjadi erosi terhadap fungsi
keluarga, makin sedikitnya waktu bagi orangtua untuk anak dan keluarga, meningkatnya angka
perceraian dan sikap keluarga yang tidak peduli terhadap kebutuhan tumbuh kembang
anak-anak. Dukungan keluarga dan masyarakat yang rendah dapat menyebabkan hilangnya sumber
penopang dari kekalahan atau kegagalan yang dialami seseorang dalam kehidupannya.
syarakat ada beberapa hal yang perlu disikapi sebagai upaya pencegahan secara dini yaitu perlunya meningkatkan peran, fungsi dan tugas keluarga dan dukungan dari masyarakat.
Upaya pencegahan pada tingkat keluarga
Lingkungan keluarga merupakan suatu tempat di mana anak berinteraksi sosial dengan orangtua yang paling lama sehingga upaya pencegahan yang utama difokuskan pada keluarga kemudian sekolah. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang ter-diri atas bapak, ibu, anak dan lain-lain (kakek, nenek, dan sebagainya) yang hidup di bawah satu atap dan saling berhubungan.
Masing-masing komponen keluarga harus menjalankan peran, fungsi dan tugasnya dengan rasa tanggungjawab, saling
meng-K
Keharmonisan keluarga pelajaran berharga bagi tumbuh kembang anak.
69
Edisi 87/Tahun IX/April 2008 Gemari
Gemari hormati/menghargai, penuh kasih sayang dan
tidak bersikap egois (maunya menang sendiri). Orangtua sedini mungkin harus membekali anak-anaknya ilmu agama sehingga dapat mengetahui ajaran agama secara benar. Bimbingan nilai-nilai agama dan pemberian tauladan berperilaku yang baik sangat perlu bagi anak-anak khususnya pada usia balita, prasekolah dan usia sekolah.
Orangtua perlu mengenalkan secara bijak-sana sesuai dengan umur anak, bahwa bunuh diri dalam agama (Islam) adalah hal yang dila-rang dan berdosa besar. Keluarga yang kedua orangtuanya sibuk bekerja, pola asuh kepada anak yang dilakukan oleh penggantinya seperti kakek, nenek, baby sitter dan pembantu rumah tangga jangan sampai keluar dari rel norma agama, moral dan perilaku yang benar.
Komunikasi dalam keluarga harus dilaku-kan secara hangat, harmonis dan kontinu. Komunikasi sangat penting terutama pada keluarga yang bekerja diluar kota/daerah sehingga tidak dapat berkumpul setiap hari dengan anggota keluarga. Hal ini sangat penting untuk menghindari miskomunikasi dan rasa saling curiga. Pihak orangtua harus meningkatkan fungsinya dalam hal fungsi asih, asuh dan asah serta mau dan mampu meluang-kan waktunya untuk anak-anak sehingga ameluang-kan terpenuhi kebutuhan psikologisnya.
Pemenuhan kebutuhan psikologis akan membuat anak memiliki mekanisme koping yang positif dan mampu mengatasi masalah secara adaptif. Anak tidak akan sungkan dan tidak akan takut untuk bercerita, berkeluh dan meminta pemecahan masalah kepada orang-tuanya.
Keluarga juga harus menjalankan tugasnya dalam bidang kesehatan seperti mengenal gangguan perkembangan dan gangguan kesehatan setiap anggotanya. Mengambil ke-putusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada yang sakit, cacat atau usia yang terlalu muda, memper-tahankan suasana rumah yang harmonis dan menguntungkan untuk perkembangan kepri-badian anggota keluarga, memanfaatkan dan mempertahankan hubungan baik dengan unit pelayanan kesehatan yang ada.
Di sisi lain, Pemerintah juga mengeluarkan produk hukum sebagai upaya preventif, yaitu UU nomor 23 tahun 2002 tentang Perlin-dungan Anak dan UU nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Ru-mah Tangga. Dengan UU ini diharapkan dapat menekan angka kekerasan kepada anak dan
anggota keluarga lainnya. Tindakan kekerasan pada anak dan anggota ke-luarga lainnya merupakan salah satu faktor penyebab bunuh diri pada anak dan remaja. Upaya pencegahan juga harus dilakukan di institusi pendidikan (sekolah). Para guru dan pengelola sekolah lainnya dalam memberikan proses pembelajaran dilakukan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat merasa rasa aman dan nyaman. Proses pembelajaran dan sikap para guru jangan sampai membuat anak merasa takut, cemas, malu dan lain-lain yang mampu mempengaruhi psikologis anak secara negatif dan bertindak maladaptif.
Upaya pencegahan pada tingkat masyarakat
Masyarakat dapat memberikan perhatian, bimbingan dan bantuan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang atau keluarga. Masyarakat jangan menjauhi, mengisolasi, mengejek atau mencela karena hal ini akan menambah stressor yang dira-sakan tambah berat. Kelompok-kelompok yang ada di masyarakat seperti kelompok ibu-ibu PKK, Posyandu, Dasa Wisma, Paguyuban Pengajian dan lain-lain harus berperan serta memberikan support mental secara bermakna. Sedangkan nilai budaya yang dipercaya di suatu masyarakat yang sebenarnya salah, terkait dengan bunuh diri, dapat dihilangkan secara perlahan-lahan.
Tentu seiring dengan me-ningkatnya tingkat penge-tahuan dan pendidikan keluarga dan masyarakat serta meningkatnya pema-haman dan keyakinan sese-orang pada ajaran agama secara benar. Dukungan dari masyarakat sangat ber-arti dalam upaya menekan tingginya kasus bunuh diri. Lingkungan masyarakat harus diciptakan agar sehat, agamis, bersahabat, damai dan nyaman sehingga ang-gota masyarakat betah ber-tempat tinggal di ber-tempat tersebut.
*) Penulis adalah Dosen
tetap Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan (FKIK) jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto/HNur
Suryanto, SKM