• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interpretasi Kebutuhan Tokoh Enrico dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Interpretasi Kebutuhan Tokoh Enrico dan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

INTERPRETASI KEBUTUHAN TOKOH ENRICO DAN IBU DALAM NOVEL “CERITA CINTA ENRICO” KARYA AYU UTAMI (PSIKOLOGI HUMANISTIK ABRAHAM

MASLOW)

Zul Fitrah Ramadhan (1651141019)

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar zulfitrahramadan@gmail.com

Abstrak

Artikel ini menjelaskan tentang beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi oleh kedua tokoh, yakni Enrico dan Ibu dengan menggunakan analisis psikologi humanistik Abraham Maslow. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menggambarkan berbagai kebutuhan tokoh dari yang terendah hingga tertinggi, baik yang terpenuhi maupun tidak terpenuhi. Hasil dari penulisan ini adanya pencapaian aktualisasi diri oleh tokoh Enrico.

Kata kunci: Psikologi humanistik, Abraham Maslow, aktualisasi diri.

A. PENDAHULUAN

Seperti yang dikatakan oleh Wellek dan Warren (dalam Wiyatmi, 2006) psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua studi proses kreatif. Yang ketiga studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Dan yang keempat mempelajari dampak sastra pada pembaca.

Analisis psikologi terhadap karya sastra, terutama fiksi dan drama tampaknya memang tidak terlalu berlebihan karena baik sastra maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia. Bedanya, sastra membicarakan manusia yang diciptakan Tuhan yang secara riil hidup di alam nyata. Meskipun sifat-sifat manusia dalam karya sastra bersifat imajiner, tetapi di dalam menggambarkan karakter dan jiwanya pengarang menjadikan manusia yang hidup di alam nyata sebagai model di dalam penciptaannya. Lebih-lebih salah satu tuntunan karakter tokoh adalah adanya dimensi psikologi tokoh, di samping dimensi sosial dan fisik. Dengan demikian,

dalam menganalisis tokoh dalam karya sastra dan perwatakannya seorang pengkaji sastra juga harus mendasarkan pada teori dan hukum-hukum psikologi yang menjelaskan perilaku dan karakter manusia (Wiyatmi, 2006: 106-107).

Novel “Cerita Cinta Enrico” adalah salah satu novel yang ditulis oleh Ayu Utami yang menceritakan seorang anak yang bernama Enrico, manusia yang lahir dari peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, Pemberontakan PRRI pada tahun 1958. Enrico lahir sebagai bayi gerilya yang ikut dalam ekspedisi ayahnya yang berprofesi sebagai prajurit yang bergabung dalam pemberontakan PRRI. Tapi, setelah beberapa lama kemudian ia bergaul dengan orang-orang di sekitar rumahnya dan perilakunya berubah secara drastis. Ia menjadi bejat setelah dewasa karena ia sudah terbiasa dengan kebiasaan buruknya.

(2)

yang harus dipenuhi oleh tokoh Enrico dan Ibu dalam novel tersebut.

Abraham Maslow memaparkan berbagai kebutuhan yang disajikan dalam hirarki kebutuhan dasar (basic needs hierarchy). Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan pengakuan dan cinta, kebutuhan penghargaan, kebutuhan kognitif, kebutuhan estetika, dan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis, rasa aman, pengakuan & cinta merupakan kebutuhan yang sifatnya pokok, artinya kebutuhan utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Sedangkan kebutuhan kognitif, estetika, dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi, tapi pemenuhannya tidak mutlak harus dipenuhi.

Selanjutnya, pokok permasalahan dalam penelitian tersebut adalah apa yang menyebabkan Enrico bisa berubah dan perilakunya sangat memalukan? Akankan kebutuhan Enrico tidak terpenuhi? Dan apakah tokoh Ibu tidak memiliki rasa kasih sayang terhadap rokoh Enrico sehingga kebutuhan pengakuan dan kasih sayang tidak terpenuhi?

Adapun alasan penulis melakukan penelitian tersebut adalah agar penulis mengetahui pengaruh kebutuhan yang tidak terpenuhi terhadap psikologisnya. Penulis juga ingin mengetahui pengaruh perilaku tokoh Ibu terhadap Enrico terhadap kepribadian tokoh Enrico.

B. ANALISIS KEBUTUHAN FISIOLOGIS

Kebutuhan fisiologis (physilogical needs) berkaitan dengan pemenuhan fisik manusia seperti makan, minum, pekerjaan, dan seks. Kebutuhan tersebut harus segera terpenuhi karena kebutuhan tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup. Apabila

kebutuhan fisiologis tidak dipenuhi maka bisa saja manusia bisa melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhan tersebut seperti membunuh, mencuri, dan lain sebagainya. Maslow (dalam Yusuf LN, 2007) mengemukakan bahwa manusia adalah binatang yang berhasrat dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna, kecuali untuk suatu saat yang terbatas. Apabila suatu hasrat itu telah terpuaskan, maka hasrat lain muncul sebagai penggantinya.

Di dalam novel Cerita Cinta Enrico, pada bab “Cinta Pertama”, Enrico pada waktu masih bayi ketika ia berada di hutan belantara ia kelaparan dan asupan ASI ibunya terbilang sudah habis dan bahkan Enrico pun memakan puting susu ibunya lantaran tidak kuat menahan lapar dan hausnya.

Air susu ibunya tidak mengalir. Atau mungkin terlalu sedikit. Lebih sedikit dari getah pepaya. Akibatnya, bayi lapar yang dipeluknya di dada itu pun mengenyut dengan campuran marah dan frustasi tapi sekeras apapun bayi malang itu mengeyut, lebih sedikit dari getah pepaya yang menitik. Barang kali karena hisapan itu, atau mungkin setelah giginya mulai tumbuh, bayi itu akhirnya menelan seperempat puting payudara ibunya yang tak mengalirkan susu sebanyak yang dituntutnya (Utami, 2012:5-6).

(3)

Ibu tidak bisa memenuhi kebutuhan selanjutnya seperti rasa aman.

Ibuku memiliki dunianya sendiri. Yaitu Dunia Baru yang akan datang di hari kiamat. Aku dan Ayah memiliki dunia kami. Yaitu dunia film dan tamasya hari ini. Kami semakin menyukai hiburan, baik yang kami ciptakan sendiri atau yang diciptakan film koboi. Aku sangat suka “koboi spageti”—itu, film koboi buatan Italia. Sementara itu, ibuku makin jauh sekali, dan makin membenci kesenangan-kesenangan duniawi (Utami, 2012: 92).

Namun, tokoh Ibu dalam bab “Cinta Terakhir” tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan fisiologisnya sehingga ia meninggal dunia. Kebutuhan fisiologis yang dimaksud adalah kesehatan.

Umurku sudah empat puluh satu sekarang, dan Ayah tujuh puluh lima. Ia sudah empat tahun duduk di kursi roda, dan Ibu sudah meninggal dunia tiga belas tahun lalu (Utami, 2012: 153).

C. ANALISIS KEBUTUHAN RASA AMAN

Kebutuhan akan rasa aman (security needs) berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang berupa rasa aman, tentram, dan damai. Apabila manusia sudah merasa kebutuhan rasa amannya terpenuhi, maka kebutuhan yang lebih tinggi akan muncul lagi sebagai penganti kebutuhan lama. Maslow mengatakan bahwa kebutuhan rasa aman bisa terpenuhi apabila adanya iklim yang kehidupan yang memberi kebebasan untuk berekspresi (Yusuf LN, 2007).

Kebutuhan ini sangat penting bagi setiap orang, baik anak, remaja, maupun remaja. Pada anak kebutuhan akan rasa

aman ini nampak dengan jelas sebab mereka suka mereaksi secara langsung terhadap sesuatu yang mengancam dirinya. Agar kebutuhan anak akan rasa aman ini terpenuhi, maka perlu diciptakan iklim kehidupan yang memberi kebebasan untuk berekspresi. Namun pemberian kebebasan untuk berekspresi atau berperilaku itu perlu bimbingan dari orang tua, karena anak belum memiliki kemampuan untuk mengarahkan perilakunya secara tepat dan benar. Pada orang dewasa, kebutuhan ini memotivasinya untuk mencari kerja, menjadi peserta asuransi, atau menabung uang. Orang dewasa yang sehat mentalnya, ditandai dengan perasaan aman, bebas dari rasa takut dan cemas. Sementara yang tidak sehat ditandai dengan perasaan seolah-olah selalu dalam keadaan terancam bencana besar.

Kebutuhan akan rasa aman dibutuhkan oleh tokoh Enrico dan Ibu dalam bab “ Operasi Bayi Gerilya” ketika Enrico waktu masih bayi dibawa ke peperangan PRRI bersama ayah dan ibunya. Suasana peperangan di situ sangat genting sehingga mereka harus dijemput/dipulangkan dari peperangan tersebut.

Kolonel Yani pun untuk mengadakan operasi khusus untuk menjemput ibuku dari hutan. Begitulah keputusan tambahan yang dibuat di Pulau Jawa. Namanya: Operasi Bayi Gerilya (Utami, 2012: 22).

(4)

Setelah dipukuli oleh militer, kami dikebiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan “Kebijakan” NKK/BKK. NKK-nya singkatan dari Normalisasi Kehidupan Kampus. Yang terjadi adalah, Dewan Mahasiswa dihapuskan dan mahasiswa tidak diizinkan lagi mengorganisasi diri untuk mengkritik pemerintah (Utami, 2012: 136).

D. ANALISIS KEBUTUHAN PENGAKUAN DAN CINTA

Kebutuhan pengakuan dan kasih sayang (belongingness and love) berkaitan dengan adanya rasa kepedulian dan selalu mengerti apa yang orang lain butuhkan. Teori ini biasa disebut teori mencintai dan dicintai. Kebutuhan akan pengakuan lebih dominan terhadap adanya rasa perhatian dari orang lain. Maslow mengemukakan bahwa cinta terdiri dari dua tipe. Tipe tersebut adalah B-love (Being love) dan D-love (Deficiency D-love). D-D-love adalah rasa ingin dicintai, namun cenderung bersifat individualis. Manusia yang bertipe D-love seringkali hanya mementingkan dirinya sendiri ketimbang orang lain. Tipe ini biasanya dimiliki oleh orang yang kehilangan apa yang dicintainya seperti orang tua, pasangan, atau orang yang dianggapnya dekat. Sedangkan untuk manusia yang bertipe B-love cenderung ingin mencintai orang lain yang artinya ia ingin mencintai orang yang ia suka. Orang yang bertipe ini seringkali memerhatikan kebutuhan apa yang orang lain butuhkan. Dengan kata lain tipe ini disebut sebagai tipe penolong. Tipe ini juga bisa membawa manusia kepada kebutuhan yang lebih tinggi lagi bahkan bisa mencapai pengalaman puncak (aktualisasi diri maksimal). Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka orang itu bisa mengalami gangguan emosional.

Kebutuhan akan kasih sayang, atau mencintai dan dicintai dapat dipuaskan melalui hubungan yang akrab dengan orang lain. Maslow membedakan antara cinta dengan seks, meskipun diakuinya bahwa seks merupakan salah satu cara pernyataan kebutuhan cinta. Dia sependapat dengan rumusan cinta dari Rogers yaitu: keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati.

Tokoh Enrico pada bab “Cinta Pertama” menggambarkan perilakunya yang ingin dipuji oleh tokoh Ibu ketika ia membersihkan sepatu pantovel milik ibunya. Ia berharap bisa diakui sebagai anak yang rajin. Dalam hal ini Enrico sudah memenuhi kebutuhan cinta yang bertipe D-love. Namun Enrico juga sangat mencintai Ibunya sehingga ia memenuhi kriteria B-love.

Aku akan merona ketika Ibu memuji pekerjaanku. Hatiku berdebar-debar manakala ia mengenakan pantovel itu di kakinya. Kakinya yang kokoh dengan betis penuh (Utami, 2012: 31).

Namun, tokoh Ibu dalam bab “ Patah Hati” mulai membenci Enrico pada saat Pastor melaporkan ibunya karena telah mengambil sepotong ubin gereja. Hal tersebut dilakukan Enrico agar ia bisa masuk kelompok anak kolong.

(5)

bahkan setiap hari kami tahu, siapa menempati peringkat satu. Siapa di bawahnya. Siapa di peringkat akhir. Dan siapa yang yang tidak pantas menjadi anggota kelompok. Untuk menjadi anggota, dan untuk naik atau mempertahankan peringkat, ada banyak yang harus dilakukan anak laki-laki... (Utami, 2012: 78).

Kebutuhan kasih sayang dan pengakuan bisa terpenuhi apabila seseorang mampu memenuhi kebutuhan fisiologis dan rasa amannya. Seperti dalam tokoh Ibu yang tidak bisa memenuhi kebutuhan kasih sayangnya karena kebutuhan fisiologisnya tidak terpenuhi. Kebutuhan yang dimaksud adalah kesehatan janin yang ia kandung yang seketika mengalami pendaharan ketika hendak memukul Enrico yang bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Dalam hal ini tokoh Ibu memperlakukan Enrico dengan keras dan tanpa kasih sayang.

Rupanya Ibu sangat marah dengan kelakuanku. Mungkinkah ia tahu bahwa dulu aku meminjamkan ayam-ayamnya untuk “inisiasi embit ayam’? begitu masuk rumah, Ibu telah menyambutku dengan sapu lidi di tangan. Aku tidak inign lari kelur sebab teman-temanku akan menertawakan aku. Akhirnya aku lari ke kolong ranjang. Ibuku agaknya sangat geram. Ia membungkuk untuk meraihku. Aku bersembunyi semakin ke sudut. Ibu berteriak marah sambil semakin membungkuk.

Tiba-tiba dari antara kakinya aku lihat darah menetes... (Utami, 2012: 87).

Enrico senang saat diajak ayahnya nonton di bioskop. Rasa itu menunjukkan bahwa Enrico sudah memenuhi kebutuhan kasih sayang.

Aku merayakan ulang tahunku yang ke-17 dengan ke bioskop bersama Ayah. “Hore! Kiamat tidak jadi datang. Jadi aku bisa nonton film 17 tahun ke atas,” kataku mengejek Ibu.

E. ANALISIS KEBUTUHAN PENGHARGAAN (HARGA DIRI) Kebutuhan ini sangat erat kaitanyya dengan kebutuhan pengakuan dan cinta karena kebutuhan harga diri akan muncul jika adanya pengakuan dan kasih sayang dari orang lain sehingga ia merasa memiliki harga diri. Kebutuhan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu (a) kebutuhan harga diri dan; (b) penghargaan dari orang lain. Tampaknya analisis kebutuhan ini hampir sama dengan kebutuhan sebelumnya namun di sini akan di analisis lebih dalam lagi megenai perhatian orang lain terhadap tokoh Enrico.

Memeroleh kepuasan dari kebutuhan ini memungkinkan individu memiliki rasa percaya diri akan kemampuan dan penampilannya; menjadi lebih kompeten; dan produktif dalam semua aspek kehidupan. Sebaliknya apabila seseorang mengalami kegagalan dalam memeroleh kepuasan atau mengalami lack of self-esteem maka dia akan mengalami rendah diri, tidak berdaya, tidak bersemangat, dan kurang percaya diri akan kemampuan untuk mengatasi masalah kehidupan yang dihadapinya.

Seperti pada analisis sebelumnya, tokoh Enrico sangat percaya diri bisa diterima di kelompok anak kolong. Hal ini dibuktikan dengan keberaniannya mengikuti semua persyaratan yang diajukan oleh anggota anak kolong tersebut.

(6)

pemandangan terbuka di sekililingku. Lori kadang macet dan berhenti sebentar. Itu hanya menambah rasa petualanganku. Aku sungguh-sungguh terhibur dari rasa gagalku pada ujian kedua. Kulihat si Untung ada di lori kebeberapa di belakangku (Utami, 2012: 85-86).

F. ANALISIS KEBUTUHAN KOGNITIF

Kebutuhan kognitif (cognitive needs) berkaitan dengan kebutuhan akan rasa ingin tahu manusia. Menurut Maslow, rasa ingin tahu ini merupakan ciri mental yang sehat. Kebutuhan kognitif ini diekspresikan sebagai kebutuhan untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan, mencari sesuatu atau suasana baru dan meneliti (Yusuf LN, 2007: 160).

Pemikiran yang dimiliki Enrico memiliki maksud bahwa ia tidak ingin menikah karena menurutnya menikah hanya sebuah ikatan belaka dan tidak bisa bebas mencari wanita lain untuk “ditiduri.”

Sayangnya, aku tidak pernah ingin jadi suami. Jadi, aku tidak bisa menimbang bibit-bebet-bobot cewek yang kuincar. Sikap penuh pertimbangan itu hanya cocok untuk orang yang mencari istri. Aku tidak mencari istri. Aku hanya mencari teman tidur.

G. ANALISIS KEBUTUHAN ESTETIKA

Kebutuhan estetika erat kaitannya dengan pemenuhan diri dalam hal penampilan, tutur kata, dan model kepribadian dalam diri manusia. Pemenuhan kebutuha ini dapat berupa cara berpakaian, cara mengungkapkan perkataan, menjaga ketertiban, dan lain sebagainya. Seorang yang telah memenuhi

kebutuhan estetika cenderung baik tingkat emosionalnya. Sebaliknya, apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan mengalami gangguan emosional.

Menurut Yusuf LN (2007: 160), kebutuhan estetik (order and beauty) merupakan ciri orang yang sehat mentalnya. Melalui kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan kreativitasnya dalam bidang seni (lukis, rupa, patung, dan grafis), arsitektur, tata busana, dan tata rias. Di samping itu orang yang sehat mentalnya ditandai dengan kebutuhan keteraturan, keserasian, atau keharmonisan dalam setiap aspek kehidupannya, seperti dalam cara berpakaian (rapi dengan keterpaduan warna yang serasi), dan pemeliharaan ketertiban lalu lintas.

Tokoh Ibu digambarkan oleh Enrico sebagai sosok perempuan tercantik yang pernah ia lihat. Dengan kata lain, tokoh Ibu sering memakai sepatu patovel dan pakaian yang indah.

Pantovel ibuku sangat hebat. Benda canti itu sekaligus gagah. Kecantikannya ada pada lekukan takiknya, juga haknya yang terbuat dari kayu yang ditatah sedikit meliuk. Sedangkan kegagahannya juga tampak pada haknya yang sebesar palu itu, serta kulit kokoh yang menutup seluruh tumit maupun jemari kaki, menyiratkan rasa aman dan kekuatan; serta gesper kuningan yang setampan benda-benda militer (Utami, 2012: 30).

(7)

kutu. Ibuku adalah perempuan tercantik, teranggun, dan termaju di seluruh duniaku—yang terbentang seluas tangsi militer tempat kami tinggal (Utami, 2012: 31-32).

Tokoh Enrico merasa bahwa kebutuhan kasih sayangnya sudah terpenuhi, maka ia berperilaku seperti orang gagah dan menunjukkannya kepada orang tuanya. Hal ini dibuktikan dalam kutipan di bawah ini.

Semakin berat tantanga, semakin aku merasa gagah, semakin aku merasa nikmat. Ibu membuka payungnya dan kami pun berjalan bersama-sama. Tubuhku sesungguhnya harus sedikit miring untuk menyangga tasku yang berisi kelapa dan segala macam. Tapi selalu kuusahakan jalanku tegap. Apalagi kalau aku tahu Ibu sedang memandangiku. Aku mendapatkan kepuasan dengan kegagahan. Aku merasa tak kalah jantan dari Ayah (Utami, 2012: 43-44).

H. AKTUALISASI DIRI TOKOH ENRICO DAN IBU

Aktualisasi diri dapat terwujud apabila seseorang dapat menemukan dan memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya semaksimal mungkin. Potensi dalam diri biasanya berasal dari bakat yang dimiliki oleh seseorang sejak awal. Dari bakat tersebut kemudian lahirlah potensi yang akan mengantarkan seseorang kepada tahap aktualisasi diri.

Maslow (Yusuf LN, 2007: 160) berpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk menjadi segala sesuatu yang dia mampu untuk menjadi itu. Walaupun kebutuhan lainnya terpenuhi, tidak mengembangkan atau tidak mampu menggunakan kemampuan bawaannya secara penuh, maka seseorang akan

mengalami kegelisahan, ketidaksenangan, atau frustasi.

Orang yang mencapai aktualisasi diri memiliki pengetahuan yang realistis mengenai dirinya dan mampu menerima dirinya apa adanya. Mereka mandiri, spontan, dan menyenangkan. Mereka cenderung memiliki rasa humor yang filosofis; Anda tidak akan melihat mereka melakukan lelucon yang berbau etnis atau seksual. Mereka dapat membangun hubungan yang mendalam dan intim dengan orang lain, dan mereka umumnya mencintai sesama manusia. Mereka adalah orang yang tidak mudah mengikuti orang lain tetapi sangatlah etis. Dan mereka telah mengalami pengalaman puncak (peak experience).

Bagi Maslow, juga Rogers dan Jung, tiap orang memiliki kecenderungan alami atau tuntunan untuk dapat mengaktualisasikan dirinya; artinya, dorongan untuk berkembang berasal dari dalam diri organisme alih-alih berasal dari lingkungan eksternal. Teori seperti itu terkadang disebut teori “organismik” (organismic) karena teori tersebut mengasumsikan jalan hidup alami setiap organisme (Goldstein dalam Friedman & Miriam, 2008: 352).

(8)

mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang diinginkan, dan ditakuti oleh orang lain. Ketajaman pengamatan terhadap realitas kehidupan akan menghasilkan pola pikir yang cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan sesaat. (b) Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa

adanya Orang yang telah

mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain. Dia akan membuka diri terhadap kritikan, saran, ataupun nasehat dari orang lain terhadap dirinya. (c) Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran Orang yang mengaktualisasikan diri dengan benar ditandai dengan segala tindakan, perilaku, dan gagasannya dilakukan secara spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat. Dengan demikian, apa yang ia lakukan tidak pura-pura. Sifat ini akan melahirkan sikap lapang dada terhadap apa yang menjadi kebiasaan masyarakatnya asak tidak bertentangan dengan prinsipnya yang paling utama, meskipun dalam hati ia menertawakannya. Namun apabila lingkungan/kebiasaan di masyarakat sudah bertentangan dengan prinsip yang ia yakini, maka ia tidak segan-segan untuk mengemukakannya dengan asertif (n.a: https://mafiadoc.com/7-bab-ii-tinjauan- pustaka-a-aktualisasi-diri-1-pengertian-_59f850c41723ddaca7cf78ac.html (Diakses 10 Desember 2017).

Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus

bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri. Tokoh Enrico digambarkan sebagai sosok yang pemberani. Hal itu baru diketahuinya ketika ia akan melewati ujian ketika untuk masuk anggota geng temannya. Hal tersebut dibuktikan oleh kutipan berikut.

Aku menemukan bakatku. Aku tidak takut ketinggian. Aku tidak bedebar-debar mual. Sebaliknya, aku bebedebar-debar penuh gairah. Kupanjat tiang-tiang itu. Mataku tertuju pada satu keranjang baja yang kuincar. Begitu ia lewat di depanku aku pun melompat. Hup! Aku mendarat di tengah tumpukan sak semen. Lori bergerak maju dengan derit-derit sarat. Kulihat si Untung di belakangku, masih mengambil ancang-ancang untuk melompat. Tampaknya ia ketakutan. Lori yang kutumpangi melaju. Di bawahku terbentang lembah, hijau oleh sawah dan pepohonan. Bumi semakin di bawah, aku bergantung dalam keranjang semen di ketinggian. Jika aku jatuh, aku pasti mati. Tapi pengetahuan itu menambah rasa gagahku. Aku ternyata berani (Utami, 2012: 85).

(9)

Apapun kami memutuskan untuk mempertahankan kampus. Dengan cara berbaring di jalan di pintu masuk! Lewati dulu mayat kami sebelum kau kuasai ITB. Jika panser itu memaksa, mereka akan masuk dengan melindas mati mahasiswa kami akan menjadi tameng hidup, bukan hanya bagi kampus ITB (Utami, 2012: 134).

Sedangkan tokoh Ibu tidak ditemukan berbagai gejala aktualisasi diri. hal ini dapat dikatakan bahwa tokoh Enrico sudah mencapai tahap aktualisasi diri dalam bentuk keberanian, sedangkan Ibu tidak mengalami gejala aktualisasi diri.

I. SIMPULAN

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Enrico telah mencapai tahap aktualisasi diri karena kebutuhan yang berada di bawahnya sudah terpenuhi. Sedangkan tokoh Ibu tidak mencapai tahap aktualisasi diri karena terdapat kebutuhan di bawahnya yang tidak terpenuhi.

J. DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Howard S. & Miriam W. Schustack. 2008. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern (terjemahan). Edisi ketiga. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

______. 2008. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern (terjemahan). Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Goble, F. G. 1987. Mazhab Ketiga,

Psikologi Humanistik Abraham

Maslow. Kanisius.

Utami, Ayu. 2012. Cerita Cinta Enrico (Novel). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.

Yusuf LN, H. Syamsu. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: Rosda. n.a. Aktualisasi Diri: https://mafiadoc.com.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian beberapa pertanyaan yang diteliti adalah bagaimana merancang schema untuk analisis data kesehatan, bagaimana perpindahan data dari database

Syukur Alhamdulilah Kehadiran ALLAH SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perbedaan

[r]

[r]

PA/KPA Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I) KANTOR SAR KENDARI.

[r]

Kepada peserta Seleksi Sederhana dapat menyampaikan sanggahan atas penetapan pemenang kepada Pokja ULP Kantor SAR Tanjungpinang melalui LPSE Badan SAR Nasional dalam waktu

[r]