• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Daya Saing Ekonomi Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Daya Saing Ekonomi Kabupaten Langkat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daya Saing Daerah

Setiap daerah ditantang untuk berbenah diri menghadapai era persaingan

yang tidak hanya bersifat lokal tetapi juga bersifat global. Persaingan ini menuntut

setiap bangsa, negara dan daerah untuk berbenah diri dengan memberi lingkungan

paling kondusif bagi pelaku bisnis dalam berusaha. Hal ini memerlukan strategi

yang dirumuskan oleh segenap komponen pembangunan daerah (pemerintah,

swasta, dan masyarakat sipil) untuk dapat untuk unggul tingkat regional maupun

internasional guna menunjukkan usaha yang paling kompetitif, yang dikenal

dengan istilah daya saing daerah.

Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat Departemen Perdagangan

dan Industri Inggeris (UK-DTI) adalah kemampuan suatu daerah dalam

menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka

terhadap persaingan domestic maupun internasional. Sementara itu Centre for

Urban and Regional Studies (CURDS) mendefinisikan daya saing daerah sebagai

kemampuan sektor bisnis atau perusahaan pada suatu daerah dalam menghasilkan

pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk

(2)

Menurut Boltho (1996) dalam Tirtosuharto (2009), konsep daya saing

dalam tingkatan makro adalah kemampuan nasional atau daerah untuk

memproduksi dan mendistribusi barang dan jasa dalam ekonomi internasional,

mencapai level pertumbuhan produktivitas tertinggi, dalam meningkatkan

pendapatan perkapita, menaikkan standar kehidupan. Sedangkan perspektif mikro,

Conti and Giaccaria (2001) mengatakan bahwa konsep daya saing mengarah pada

kedinamisan tuntutan pasar global dan aspek kritis dari restrukturisasi

perusahaan-perusahaan dan industri. Dalam mendefinisikan daya saing perlu diperhatikan

beberapa hal sebagai berikut:

 Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau

efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih

mendefinisikan daya saing sebagai “kemampuan suatu perekonomian”

daripada “kemampuan sektor swasta atau perusahaan”.

 Pelaku ekonomi (economic agent) bukan hanya perusahaan, akan tetapi juga

rumah tangga, pemerintah, dan lain-lain. Semuanya terpadu dalamsuatu sistem

ekonomi yang sinergis. Tanpa memungkiri peran besar sektor swasta

perusahaan dalam perkonomian, fokus perhatian tidak hanya pada itu saja. Hal

ini diupayakan dalam rangka menjaga luasnya cakupan konsep daya saing.

 Tujuan dan hasil akhir dari meningkatnya daya saing suatu perekonomian tak

lain adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk di dalam 15

perekonomian tersebut. Kesejahteraan (level of living) adalah konsep yang

maha luas pasti tidak hanya tergambarkan dalam sebuah besaran variabel

(3)

pembangunan ekonomi dalam rangka peningkatan standar kehidupan

masyarakat.

 Kata kunci dari konsep daya saing adalah “kompetisi”. Disinilah peran

keterbukaan terhadap kompetisi dengan para kompetitor menjadi relevan. Kata

“daya saing” menjadi kehilangan maknanya pada suatu perekonomian yang

tertutup.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa daya saing

daerah adalah “Kemampuan perkonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan

tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada

persaingan domestik dan internasional”(Piter Abdullah,2002).

Secara makro, potensi ekonomi daerah biasanya juga menjadi salah satu

indikator daya saing daerah tersebut. Hal itu karena potensi ekonomi suatu daerah

akan ikut membentuk kompleksitas daya saing daerah. Daya saing daerah sendiri

mempunyai pengertian yang lebih luas daripada sekedar potensi ekonomi, karena

dalam konsep daya saing daerah juga termasuk aspek kelembagaan, iklim sosial,

iklim politik, kebijakan pemerintah, manajemen dan sebagainya (Balitbang

Kabupaten Riau,2011).

2.2. Indikator Utama Daya Saing Ekonomi

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Pitter Abdullah, 2002 dengan judul

Daya Saing Daerah Konsep dan Pengukurannya di Indonesia. Indikator penentu

daya saing daerah adalah Perekonomian Daerah, Keterbukaan, Sistem Keuangan,

Infrastruktur dan Sumber Daya Alam, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Sumber

(4)

Manajemen dan EkonomiMakro. Masing-masing indikator tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

2.2.1. Perekonomian Daerah

Dalam menciptakan daya saing daerah pemerintah daerah tentu tidak

terlepas dari hubungannya dengan dunia usaha.Oleh karena itu, pemerintah daerah

juga mendukung bagi kelangsungan dunia perekonomian baik sektor umkm

daerah seperti kelangsungan dunia usaha dengan melakukan beberapa upaya,

yaitu dengan menyediakan lahan untuk produksi, mudah, dan murah,

menyediakan suplai bahan kebutuhan konsumsi sehari-hari dengan cukup dan

relatif murah serta mudah diperoleh. Selain itu, pemerintah daerah juga

menciptakan daerah yang aman, tenang, dan dinamis dengan tingkat inflasi yang

rendah.

Perekonomian daerah merupakan ukuran kinerja secara umum dari

perekonomian makro (daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasi

kapital, tingkat konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, serta tingkat biaya

hidup. Indikator kinerja ekonomi makro mempengaruhi daya saing daerah melalui

prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian setidaknya

dalam jangka pendek.

b) Akumulasi modal mutlak diperlukan untuk meningkatkan daya saing

dalam jangka panjang.

c) Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi di masa

(5)

d) Kompetisi yang didorong mekanisme pasar akan meningkatkan kinerja

ekonomi suatu daerah. Semakin ketat kompetisi pada suatu

perekonomian daerah, maka akan semakin kompetitif

perusahaan-perusahaan yang akan bersaing secara internasional maupun domestik.

2.2.2. Infrastruktur Fisik

Infrastruktur dalam hal ini merupakan indikator seberapa besar sumber

daya seperti modal fisik, geografi, dan sumber daya alam dapat mendukung

aktivitas perekonomian daerah yang bernilai tambah. Indikator ini mendukung

daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Modal fisik berupa infrastruktur baik ketersediaan maupun kualitasnya

mendukung aktivitas ekonomi daerah.

b) Modal alamiah baik berupa kondisi geografi maupun kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya juga mendorong aktivitas perekonomian daerah.

c) Teknologi informasi yang maju merupakan infrastruktur yang mendukung

berjalannya aktivitas bisnis di daerah yang berdaya saing.

2.2.3. Kelembagaan

Kelembagaan merupakan indikator yang mengukur seberapa jauh iklim

sosial, politik, hukum, dan aspek keamanan maupun mempengaruhi secara positif

aktivitas perekonomian daerah. Daerah-daerah yang dilanda konflik yang sangat

berat adalah juga daerah-daerah dengan sub indikator hukum dan keamanan dan

sub indikator sosial, politik dan budaya yang sangat rendah. Pengaruh faktor

kelembagaan terhadap daya saing daerah didasarkan pada beberapa prinsip

(6)

a) Stabilitas sosial dan politik melalui sistem demokrasi yang berfungsi

dengan baik merupakan iklim yang kondusif dalam mendorong aktivitas

ekonomi daerah yang berdaya saing.

b) Peningkatan daya saing ekonomi suatu daerah tidak akan dapat tercapai

tanpa adanya sistem hukum yang baik serta penegakan hukum yang

independen.

c) Aktivitas perekonomian ssuatu daerah tidak akan dapat berjalan secara

optimal tanpa didukung oleh situasi keamanan yang kondusif.

Faktor-faktor yang membentuk disadvantase daerah, pada umumnya

terkonsentrasi pada lemahnya sistem peradilan dengan berbagai aspeknya,

permasalahan korupsi dan suap, dan kompetensi aparat Pemda. Dengan demikian

faktor-faktor yang perlu mendapatkan prioritas pembenahan terkait dengan

kelembagaan, khususnya: masalah keadilan dan ketidakberpihakan, kejujuran,

proses peradilan, penegakan keputusan peradilan serta permasalahan pada aparat

pemerintah daerah yang dianggap sebagai factor disadvantage Propinsi Sumatra

Utara.

2.2.4. Sosial Politik

Kondisi sosial politik dapat mempengaruhi kondisi permintaan secara

tidak langsung melalui kebijakan moneter dan keuangan. Kondisi ini juga dapat

mempengaruhi sumber daya melalui kebijakan yang dibuat pemerintah yang

menyangkut tenaga kerja, pendidikan, pembentukan modal, sumber daya alam,

dan standar produk. Melalui pemerintah, dapat memperbaiki atau menurunkan

(7)

keunggulan bersaing tersebut. Walaupun demikian, di Negara maju peran

pemerintah sangat diperlukan, bahkan di Negara maju peran pemerintah tetap

dibutuhkan walaupun sistem ekonomi dan sosial sangat berorientasi pasar. Di

Negara berkembang, peran pemerintah dalam pembangunan termasuk di sektor

industri sangat mempengaruhi lingkungan, dimana dapat berakibat pada

meningkat atau menurunnya keunggulan daya saing suatu industri, Walaupun

secara bertahap campur tangan pemerintah secara langsung diharapkan dapat

dikurangi. Dengan arti kata dalam proses pertumbuhan ekonomi, tugas utama

pemerintah adalah menciptakan lingkungan usaha yang kondusif (Syahresmita,

2000:99).

2.2.5. Tenaga Kerja dan Produktivitas

Indikator sumber daya manusia dapat didekomposisikan ke dalam

beberapa sub-indikator, yaitu: karakteristik penduduk, ketenagakerjaan,

pendidikan, kualitas hidup, perilaku dan nilai sosial. Sub indikator karakteristik

penduduk dan ketenagakerjaan mencerminkan aspek kuantitas dari sumber daya

manusia, sedangkan sub-indikator pendidikan, kualitas hidup, perilaku dan nilai

sosial merupakan sisi kualitas dari semua sumber daya manusia.

Keunggulan daya saing daerah penting karena dua alasan. Pertama, untuk

menyadarkan bahwa keunggulan kompetitif suatu organisasi tidak sepenuhnya

tergantung pada kemampuan internal masing-masing organisasi. Ada

tempat-tempat dimana orang atau organisasi lebih mudah menciptakan usaha yang

kompetitif dibidang tempat lain. Hal ini tidak hanya berlaku untuk negara, tetapi

(8)

kompetitif yang harus dikenali, yaitu keunggulan kompetitif statis dan keunggulan

kompetitif dinamis. Keunggulan kompetitif statis merujuk pada faktor lokasi

geografis, sedangkan keunggulan kompetitif dinamis merujuk pada permasalahan

tenaga kerja (seperti upah, kualitas, kedisiplinan, dan produktivitas), iklim usaha,

dan faktor lain yang berpengaruh terhadap industri didaerah itu. Lokasi geografis

merupakan faktor daya saing yang sangat penting, tetapi hal tersebut juga dimiliki

banyak daerah lain.

Di samping itu ke depan kemajuan teknologi dan globalisasi lambat laun

akan mengurangi signifikan faktor lokasi. Dalam kondisi demikian, faktor-faktor

lain seperti kualitas tenaga kerja dan iklim usaha akan menjadi keunggulan

kompetitif yang penting terutama ketika didaerah lain hal itu merupakan masalah

(Bappenas, 2004).

2.2.6. Keterbukaan

Indikator keterbukaan merupakan ukuran seberapa jauh perekonomian

suatu daerah berhubungan dengan daerah lain yang tercermin dari perdagangan

daerah tersebut dengan daerah lain dalam cakupan nasional dan internasional.

Indikator ini menentukan daya saing melalui prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Keberhasilan suatu daerah dalam perdagangan internasional merefleksikan

daya saing perekonomian daerah tersebut.

2) Keterbukaan suatu daerah baik dalam perdagangan domestik maupun

internasional meningkatkan kinerja perekonomiannnya.

3) Investasi internasional mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien

(9)

4) Daya saing yang didorong oleh ekspor terkait dengan orientasi

pertumbuhan perekonomian daerah.

5) Memepertahankan standar hidup yang tinggi mengharuskan integrasi

dengan ekonomi internasional.

2.2.7. Manajemen dan Ekonomi Mikro

Dalam indikator manajemen dan ekonomi mikro pengukuran yang

dilakukan dengan pernyataan seberapa jauh perusahaan di daerah dikelola dengan

cara yang inovatif, menguntungkan dan bertanggung jawab. Prinsip-prinsip yang

relevan terhadap daya saing daerah di antaranya adalah:

1) Rasio harga/kualitas yang kompetitif dari suatu produk mencerminkan

kemampuan manajerial perusahaan-perusahaan yang berada di suatu

daerah.

2) Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan akan meningkatkan daya

saing daerah dimana perusahaan tersebut berada.

3) Efisiensi dalam aktivitas perekonomian ditambah dengan kemampuan

menyesuaikan diri terhadap perubahan adalah keharusan bagi perusahaan

yang kompetitif.

4) Kewirausahaan sangat krusial bagi aktivitas ekonomi pada masa-masa

awal.

5) Dalam usaha yang sudah mapan, manajemen perusahaan memerlukan

keahlian dalam mengintegrasikan serta membedakan kegiatan-kegiatan

(10)

2.2.8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi mengukur kemampuan daerah dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktivitas ekonomi yang

meningkatkan nilai tambah. Indikator ini mempengaruhi daya saing daerah

melalui beberapa prinsip di bawah ini:

1) Keunggulan kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang

sudah ada secara efisien dan inovatif.

2) Investasi pada penelitian dasar dan aktivitas yang inovatif yang

menciptakan pengetahuan baru sangat krusial bagi daerah ketika melalui

tahapan pembangunan ekonomi yang lebih maju.

3) Investasi jangka panjang akan meningkatkan daya saing sektor bisnis.

2.2.9. Sumber Daya Manusia

Indikator sumber daya manusia dalam hal ini ditujukan untuk mengukur

ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia. Faktor SDM ini mempengaruhi

daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

1) Angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan

daya saing suatu daerah.

2) Pelatihan dan pendidikan adalah cara yang paling baik dalam

meningktakan tenaga kerja yang berkualitas.

3) Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja juga menentukan daya saing

suatu daerah.

4) Kualitas hidup masyarakat suatu daerah menentukan daya saing daerah

(11)

2.3. Penelitian Terdahulu

Untuk memperkaya penelitian ini, maka penting untuk mengetahui dan

membandingkan dengan penelitian-penelitian serupa sebelumnya.Tinjauan

pustaka yang diambil diharapakan dapat memberikan suatu perspektif umum bagi

rencana penelitian ini, baik dari segi teori maupun dari hasil penelitiannya.Adapun

tinjauan pustakan yang disajikan adalah penelitian yang berkaitan dengan Daya

Saing Ekonomi Daerah.

Tinjauan pustaka pertama adalah jurnal penelitian yang berjudul “Analisis

Daya Saing Ekonomi Kota Medan” karya Paidi Hidayat pada tahun 2012.Tujuan

peneliti adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu daya saing

ekonomi.Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil

analisis dengan menggunakan metode AHP (Analitical Hierarcy Process)

menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap faktor penentu daya saing

ekonomi di Kota Medan tahun 2012 dipengaruhi oleh 3 faktor dengan nilai bobot

terbesar yakni faktor infrastruktur, faktor ekonomi daerah dan faktor sistem

keuangan.

Dede Indrawati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Elemen-Elemen Prakondisi Pembentukan Daerah Otonom Baru Dan Daya Saing

Investasi Daerah Otonom Baru” memberikan hasil penelitian yaitu daya saing

investasi di daerah Kabupaten Bandung Barat sudah tinggi dilihat dari

peningkatan jumlah investasi.Adapun identifikasi yang menciptakan

meningkatnya daya saing investasi di daerah Kabupaten Bandung Barat yakni

(12)

Millah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya Saing

Daerah di Jawa Tengah” memberikan hasil penelitian yaitu hasil tingkat daya

saing daerah kota di Jawa Tengah antara lain Kota Semarang menduduki

peringkat pertama pada tingkat daya saing daerah kota di Jawa Tengah dari tahun

2009 sampai tahun 2011. Sedangkan Kota Tegal menduduki peringkat terendah

pada tahun 2009 dan tahun 2011, dan Kota Magelang menduduki peringkat

terendah pada tahun 2010. Potensi Kota Semarang unggul pada hampir seluruh

indikator daya saing. Semakin unggul potensi yang dimiliki suatu daerah maka

semakin tinggi pula tingkat daya saing daerah kota tersebut.

Ira Irawati, dkk (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengukuran

Tingkat Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah,

Variabel Infrastruktur dan Sumber Daya Alam serta Variabel Sumber Daya

Manusia di Wilayah provinsi Sulawesi Tenggara” dengan menggunakan metode

AHP , maka dapat diambil kesimpulan peringkat daya saing terbaik berdasarkan

variabel perekonomian daerah, infrastruktur, sumber daya alam dan sumber daya

manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara turut mendukung

kabupaten/kota tersebut menjadi peringkat terbaik secara umum.

Tinjauan pustaka terakhir adalah penelitian yang berjudul “Daya Tarik

Investasi dan Pungli di DIY” karya Mudrajad Kuncoro dan Anggi Rahajeng.

Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi sejauh mana rejim saat ini telah

mengubah daya tarik investasi dan pungutan liar dalam melakukan bisnis di

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif.

(13)

qount terhadap pengusaha/pelaku usaha. Dan alat analisis yang digunakan alah

AHP (Analytical Hierarchy Proccess). Berdasarkan hasil temuan penelitian

diperoleh kesimpulan bahwa menurut pelaku usaha di DIY, faktor Kelembagaan

memiliki bobot terbesar dalam menentukan daya tarik investasi di DIT. Kemudian

diikuti faktor infrastruktur dan faktor sosial politik. Persamaan terhadap penelitian

ini adalah metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu metode purposive

sampling yaitu dengan menentukan sampel atau responden yang dianggap dapat

mewakili segmen kelompok masyarakat yang dinilai mempunyai pengetahuan,

pemahaman, pengaruh dan merasakan dampak terkait. Serta persamaannya

terdapat pada metode analisis yang digunakan yaitu AHP. Sedangkan perbedaan

(14)

2.4.Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

Indikator Utama Penentu Daya Saing Ekonomi

Kerangka konseptual diatas merupakan indikator penentuan daya saing

ekonomi Kabupaten Langkat (Gambar 2.1). Penentuan variabel-variabel daya

saing ekonomi Kabupaten Langkat harus sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.

Adapun variabel-variabel yang menjadi indikator utama dalam penelitian ini

berdasarkan perbandingan dari beberapa penelitian terdahulu tentang daya saing

yaitu, Ira Irawati (2008), Millah (2013), Dede Indrawati (2012), Paidi Hidayat

(2012) dan Mudrajat Kuncoro (2005).

Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Daerah

Gambar

Gambar 2.1 Indikator Utama Penentu Daya Saing Ekonomi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan Listening Team ini dalam pembelajaran diharapkan muncul kerja sama diantara para peserta didik, timbul rasa saling membantu satu sama lain

Kedua, mekanisme (sistem) yang digunakan di bursa dan pasar modal, yaitu jual-beli saham, obligasi dan komoditi tanpa adanya syarat serah-terima komuditi yang bersangkutan, bahkan

Penelitian ini mensimulasikan jenis dan mekanisme pendistribusian informasi dengan mengeksplorasi dinamika hubungan permintaan korban bencana terhadap kapasitas sumber

Waktu tahfidz atau hafalan Qur’an anak tunarungu di Rumah Abata tidak di tentukan, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak. Sedang untuk pembelajaran tahfidznya sehari

Berdasarkan hasil analisis Pearson Product Moment diperoleh nilai Pearson Product Moment (r) sebesar 0,888 dengan taraf signifikan ( p-value ) sebesar 0,000 (

Informan lain yang merupakan istri dari Kepala Lingkungan menjelaskan bahwa kegiatan yang ada di banjar adat cukup padat sehingga beliau memutuskan untuk berhenti

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian air kelapa dan pemberian berbagai dosis pupuk urea berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-5 dan ke-6, jumlah daun

Laporan keuangan entitas meliputi : Neraca; Laporan Realisasi Anggaran; Laporan Arus Kas; Catatan Atas Laporan Keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi