TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Kepik Coklat R. linearisF.
Menurut Kalshoven (1981) klasifikasi hama kepik coklat R. linearis F. adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Hemiptera Family : Alydidae Genus : Riptortus Spesies : R. linearis F.
Bentuk telur bulat dengan bagian tengahnya agak cekung. Telur yang baru diletakkan berwarna biru keabu-abuan, kemudian berubah menjadi coklat suram. Diameter telur 1,20 mm, dan stadium telur berkisar 6 – 7 hari (Marwoto, 2006).
Gambar. 1 Telur R. linearis Sumber: Foto Langsung
warnanya akan berubah. Stadium nimfa berkisar antara 16-23hari dengan rata-rata umumnya 19 hari (Tengkano dan Dunuyaali, 1976 dalam Sukriswanto, 1985).
Gambar. 2 Nimfa R. linearis Sumber: Foto Langsung
Imago R. linearis bertubuh memanjang dan berwarna kuning coklat.
Panjang badan imago betina 13 – 14 mm, sedangkan yang jantan 11 – 13 mm. Rata-rata lama stadium imago adalah 13 – 29 hari. Lama
perkembangan R. linearis dari telur hingga imago membutuhkan waktu 64,48 hari (Mawan dan Amalia, 2011).
Gambar. 3 Imago R. linearis Sumber: Foto Langsung
Gejala Serangan
Imago dan nimfa menembus menghisap cairan biji didalam polong,
pada tahap perkembangan polong dan biji. Tingkat kerusakan biji dipengaruhi pula oleh letak dan jumlah tusukan pada biji (Todd dan Turnipseed, 1974 dalam Prayogo dan Suharsono, 2005).
R. linearis menyerang polong dan menghisap isinya. Apabila polong yang diserang telah berisi akan tampak bintik-bintik hitam, dan jika polong tersebut terbuka akan tampak biji kehitam-hitaman, kosong, dan gepeng. Pada polong
muda menyebabkan biji kempis dan kadang-kadang polong gugur (Deptan, 2012).
Gambar. 4 Gejala Serangan R. linearis F. Sumber: Foto Langsung
Biologi Penggerek Polong E. zinckenella Treit.
Menurut Boror dkk (1992) klasifikasi hama penggerek polong
kedelai E. zinckenella Treit. adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Family : Pyralidae
Genus : Etiella
Pada saat diletakkan, telur E. zinckenella berwarna putih mengkilap.
Kemudian berubah kemerahan dan berwarna jingga ketika akan menetas. Telur diletakkan pada daun atau pada polong dengan jumlah sekitar 7-15 butir.
Telur biasanya berbentuk lonjong, diameter 0,6 mm (Fatmawati, 2008).
Gambar. 5 telur E. zinckenella Sumber: Foto Langsung
Larva dewasa mempunyai kepala berwarna coklat keemasan pada bagian atasnya, dengan bagian mulut berwarna coklat gelap tetapi pada larva yang masih muda, kepalanya berwarna hitam. Dibagian belakang kepala terdapat sebuah perisai berwarna hitam, tetapi pada waktu istirahat, tubuhnya berwarna hijau sedikit kemerahan yang akan lebih jelas dengan bertambahnya usia. Ada beberapa belang berwarna abuabu kecoklatan disepanjang tubuh yang lebih jelas pada saat larva masih muda (Austin dkk, 1993).
Dalam pembentukan pupa, larva yang didewasakan dalam polong kedelai tadi melakukan gerekan keluar dan selanjutnya turun menuju tanah, didalam tanah inilah dilakukan pembentukan kepompong (Kartasapoetra, 1987). Pupa berwarna coklat dengan panjang 8-10 mm dan lebar 2 mm dibentuk dalam tanah dengan terlebih dahulu membuat sel dari tanah. Setelah 9-15 hari, pupa berubah menjadi ngengat (Kalshoven, 1981).
Gambar. 7 Pupa E. zinckenella Sumber: Foto Langsung
Ngengat dewasa memiliki sayap depan berwarna coklat dengan garis kuning pucat sepanjang costa. Sedangkan sayap belakangnya berwarna coklat pucat. Lebar sayap adalah sekitar 2 cm (Evans dan Crossley, 2012).
Gambar. 8 E. zinckenella Sumber: Foto Langsung
Gejala Serangan
E. Zinckenella merupakan hama utama pada tanaman kedelai di Indonesia. Larva E. Zinckenella memakan benih (biji) kedelai sehingga dapat menyebabkan
E. Zinckenella dianggap hama penting dibandingkan E. hobsoni karena hama tersebut lebih dominan terdapat di Jawa dan daerah pertanaman kedelai lainnya di Indonesia (Edmonds, 1990).
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan hama ini adalah terdapatnya bintik atau lubang berwarna cokelat tua pada kulit polong, bekas jalan masuk larva ke dalam biji. Seringkali, pada lubang bekas gerekan terdapat butir-butir kotoran kering yang berwarna coklat muda dan terikat benang pintal atau sisa-sisa biji terbalut benang pintal. Merusak biji dengan menggerek kulit polong muda dan kemudian masuk serta menggerek biji, sebelum menggerek larva baru menetas menutupi dirinya dengan selubung putih hingga ada bintik coklat tua sebagai jalan masuk hama tersebut (Deptan, 2012).
Gambar 9. Gejala Serangan E. zinknella Sumber: Foto Langsung
Pengendalian
Insektisida Nabati Biji Sirsak (Annona muricata L.)
Acetogenin juga bertindak sebagai insektisida, acaricide, antiparasit dan bakterisida. Salah satu tanaman dalam keluarga Annonaceae yang telah dinilai kandungan senyawa aktif adalah Annona muricata Linn juga dikenal sebagai Sirsak. Ekstrak biji sirsak mengandung annonacin, bullatacin, annonin VI, goniothalamin, dan senyawa bioaktif sylvaticin (Komansilan dkk, 2012).
Kandungan aktif dalam sirsak atau famili Annonaceae adalah asetogenin yang diduga bersifat larvasidal, dan kandungan bahan asetogenin juga bersifat sebaga insektisida, akarisida, antiparasit dan bakterisida. Selain senyawa asetogenin yang bersifat bioaktif insektisida dalam tanaman famili Annonaceae terdapat juga beberapa senyawa asam karboksilat, diantaranya asam stearat, asam oleat, asam oktadekanoat, etil ester oktadekanoat, ester dioktil heksadionat dan asam palmitat (Mulyawati dkk, 2010).
Gambar. 10 Biji Annona muricata L. Sumber: Foto Langsung
Insektisida Nabati Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
phytotoxin (toxalbumin) yang terutama terdapat pada biji dan buah, seperti halnya pada jarak kepyar (Ricinus communis L.). Juga diduga bijinya mengandung hydrocyanic acid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari setiap satu ton biji terdapat 34% minyak, 48% pupuk organik dan 18% pestisida nabati. Komposisi kandungan bahan toksik/aktif pestisida nabati diduga bervariasi bergantung pada species, varietas, klon, strain serta lokasi (Deptan, 2008).
Tumbuhan jarak pagar (Jatropa curcas) merupakan tanaman beracun. Jarak pagar merupakan tanaman dari famili Euphorbiaceae. Keseluruhan bagian tanaman jarak pagar adalah beracun, terutama bagian biji. Biji jarak pagar mengandung protein curcin yang beracun (Riyadhi, 2008).
Gambar. 12 Biji Jatropha curcas Sumber: Foto Langsung
Insektisida Nabati Biji Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Salah satu tanaman yang bersifat sebagai insektisida nabati adalah mengkudu (Morinda citrifolia L.). Mursito (2005) dalam Hasnah dan Nasril (2009), menyebutkan bahwa mengkudu mengandung minyak
Ekstrak biji mengkudu sebanyak 1,0% (v/b) dapat menghambat perkembangan Sitophilus zeamais. Daya insektisida yang dimiliki oleh bahan
tersebut adalah berupa efek repellent (serangga tidak mau ada saat infestasi) dan antifeedant (mengganggu aktivitas makan) (Hayani dan Fatimah, 2004).
Gambar. 11 Biji Morinda citrifolia Sumber: Foto Langsung
Insektisida hayati Bacillus thuringiensis
Insektisida ini berisi spora yang hidup dari bakteri Bacillus thuringiensis yang menyebabkan penyakit serangga sehingga dapat dipakai untuk mengendalikan serangga. Dalam tubuh Bacillus thuringiensis terdapat empat agens toksik yaitu α-exotoksin, merupakan enzim fosfolipasa, β-exotoksin merupakan adenin nukleotida yang stabil dalam suhu, γ-exotoksin merupakan fosfolipase yang belum teridentifikasi dan stabil dalam suhu, dan δ-endotoksin merupakan parasporal inclution protein (Baehaki, 1993).
pada situs reseptor, ia melumpuhkan dan menghancurkan sel-sel dinding usus serangga, selanjutnya masuk ke rongga tubuh serangga dan aliran darah. Serangga yang rentan dapat cepat mati dari aktivitas toksin atau mungkin mati dalam 3 hari dari efek septicaemia (keracunan darah). Sebelum serangga mati,
serangga akan berhenti makan (berhenti merusak tanaman) setelah menelan Bt (Hunsberger, 2000).
Insektisida Hayati Beauveria bassiana
Beauveria bassiana merupakan cendawan entomopatogen yang memiliki kisaran inang serangga yang luas. Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. merupakan jamur patogen pada berbagai jenis serangga yang terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit. Jamur ini menginfeksi tubuh serangga inang melalui kulit. Inokulum jamur yang menempel pada kulit akan berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah kemudian menembus kulit tubuh. Penembusan dilakukan secara mekanis dan/atau kimiawi melalui enzim atau toksin. Proses selanjutnya, jamur akan bereproduksi dan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga serangga mati. Miselia jamur menembus ke luar tubuh inang, tumbuh menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia. Serangga mati dengan tubuh mengeras seperti mumi berwarna putih. Setelah itu spora akan diproduksi untuk menginfeksi inang lainnya melalui transmisi horizontal (inter/intra generasi) (Arifin dkk, 2010).
Pada suhu ≥ 250 C, patogenisitas Beauveria bassiana menurun dengan
sinar ultra-violet (UV) mereduksi patogenisitas Beauveria bassiana (Arifin dkk, 2010).
Insektisida kimia Klorpirifos
Klorpirifos adalah insektisida organofosfat berupa kristal. Nama IUPAC klorpirifos adalah O, O-dietil O-3,5,6-trikloro-2-piridil phosphorothioate dan dengan rumus molekul C9H11Cl3NO3PS. Klorpirifos ini cukup beracun dan paparan kronis telah dikaitkan dengan efek neurologis, gangguan perkembangan,
dan gangguan autoimun. Klorpirifos diproduksi dengan mereaksikan 3,5,6-trikloro-2-pyridinol dengan diethylthiophosphoryl klorida. Klorpirifos
terdaftar hanya untuk digunakan dibidang pertanian yang merupakan salah satu insektisida organofosfat yang paling banyak digunakan, menurut Amerika Serikat Environmental Protection Agency (EPA). Tanaman dengan penggunaan klorpirifos paling intens adalah kapas, jagung, almond dan pohon buah-buahan,
termasuk jeruk dan apel. Hal ini dihasilkan melalui tahapan sintesis dari 3-methylpyridine (Venugopal dkk, 2012).
Bahan aktif klorpirifos diperdagangkan sebagai DursbanR dan LorsbanR. Bahan aktif ini mempunyai rumus bangun sebagai berikut :