• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA KHILAFAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA KHILAFAH "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem politik dan pemerintahan masa Al-Khulafa’al Rasyidin di masa Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali sudah pasti berbeda setiap memegang kepimpinannya. Pada masa Khulafaur Rasyidin prinsip musyawarah dan persamaan kebebasan berpendapat menjadi realisasi dari penerapan ajaran Al- Quran dan Sunnah Rasul. Pemahaman dan penafsiran terhadap pemerintahan Khulafaur Rasyidin, dahulu dan sekarang sangat berkaitan sehingga sistem pemerintahan yang telah dibentuk dari masa ke masa berkembang menjadi seperti sekarang. Sistem pemerintahan yang dititipkan oleh pendahulunya dapat menambah wawasan pembaca tentang pemerintahan yang pernah dipraktikan dan diterapkan dalam dunia Islam hingga saat ini.

1.2 Permasalahan

- Bagaimana situasi pemerintahan dan politik Khulafaur Rasyidin ?

- Apakah pemeritahan di masa Khulafaur Rasyidin dapat diterapkan hingga saat ini ?

1.3 Tujuan Penulisan

- Untuk memahami sistem pemerintahan di masa Khulafah Rasyidin

- Untuk memahami sistem politik khulafah al rasydin

- Untuk memahami pemerintahan pasca khilafah (zaman modern)

(2)

BAB II

PEMERINTAHAN KHULAFAUR RASYIDIN I. Abu Bakar Ash-Shidiq

Khilafah Rasyidah merupakan para pemimpin ummat Islam setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, Radhiallahu Ta’ala anhu ajma’in dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang islami karena berundang-undangkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat, belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa'idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam.

Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu terpilih.

Dahulu, nama aslinya adalah Abdus Syams. Tetapi, setelah masuk Islam namanya diganti oleh Rasulullah sehingga menjadi Abu Bakar. Gelar Ash- Shiddiq diberikan padanya karena ia adalah orang yang pertama mengakui peristiwa Isra' Mi'raj. Lalu, ia pun diberi gelar Ash-Shiddiq (Orang yang percaya).

Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu disebut Khalifah Rasulullah (Pengganti Rasul Allah) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja.

(3)

penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid Radhiallahu ‘anhu adalah panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.

Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu, sebagaimana pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam, bersifat sentral :

 Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah.

 Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang

telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu selalu mengajak sahabat-sahabat nya bermusyawarah sebelum mengambil keputusan mengenai sesuatu,yang berfungsi sebagai lembaga legislatif pemerintahannya.

Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid Radhiallahu ‘anhu dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil Radhiallahu Ta’ala anhu ajma’in.

Keputusan-keputusan yang dibuat oleh khalifah Abu Bakar untuk membentuk beberapa pasukan tersebut, dari segi tata negara, menunjukkan bahwa ia juga memegang jabatan panglima tertinggi tentara islam. Hal ini seperti juga berlaku di zaman modern ini di mana seorang kepala negara atau presiden juga sekaligus sebagai pangima tertinggi angkatan bersenjata.

Adapun urusan pemerintahan di luar kota Madinah, khalifah Abu Bakar membagi wilayah kekuasaan hukum Negara Madinah menjadi beberapa propinsi, dan setiap propinsi ia menugaskan seorang amir atau wali (semacam jabatan gubernur).

(4)

Pada saat Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh "tangan kanan" nya, Umar ibn Khatthab al-Faruq Radhiallahu ‘anhu. Ketika Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar ibn Khatthab Radhiallahu ‘anhu sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar Radhiallahu‘anhu. Umar Radhiallahu ‘anhu menyebut dirinya Khalifah Rasulullah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).

Dari penunjukkan Umar sebagai penggantinya, ada hal yang perlu dicatat:

1. Bahwa Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan azas musyawarah. Ia lebih dulu mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.

2. Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya atau kerabatnya melainkan memilih seseorang yang disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.

(5)

II. Umar Ibn Al-Khathab

Ketika Abu Bakar merasakan sakitnya semakin berat, ia mengumpulkan para sahabat besar dan menunjuk Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Para sahabat setuju dan Abu Bakar meninggalkan surat wasiat yang menunjuk Umar sebagai penggantinya. Sebagaimana Abu Bakar, Umar bin khattab pun dibai’at dihadapan umat muslimin. Bagian dari pidatonya adalah:

“Aku telah dipilih jadi khalifah. Kerendahan hati abu Bakar selaras dengan jiwanya yang terbaik diantara kamu dan lebih kuat diantara kamu dan juga lebih mampu memikul urusan kamu yang penting-penting. Aku diangkat dalam jabatan ini tidaklah sama seperti beliau. andaikata aku tau ada orang yang lebih kuat daripada aku untuk memikul jabatan ini, maka memberikan leherku untuk dipotong lebih aku sukai daripada memikul jabatan ini.”

Di zaman Umar Radhiallahu ‘anhu gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash Radhiallahu ‘anhu dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash Radhiallahu ‘anhu. Iskandariah/Alexandria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, Al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.

Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu ‘anhu segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif.

(6)

1. Diwana al-kharaj (jawatan pajak) 2. Diwana alahdats (jawatan kepolisian)

3. Nazarat al-nafi’at (jawatan pekerjaan umum) 4. Diwana al-jund (jawatan militer)

5. Baitul al-mal (baitul mal)

Sumber-sumber keuangan Negara untuk mengisi baitul mal diperoleh dari alfarz, usyri, usyur, zakat dan jizya.

Umar Radhiallahu ‘anhu memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang majusi, budak dari Persia bernama Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar Radhiallahu ‘anhu tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn 'Auf Radhiallahu Ta’ala anhu ajma’in. Setelah Umar Radhiallahu ‘anhu wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman Radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah, melalui proses yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu.

Sebagai seorang negarawan yang patut diteladani ia telah menggariskan: 1. Persyaratan bagi calon negara

2. Menetapkan dasar-dasar pengelolaan negara

3. Mendorong para pejabat negara agar benar-benar meperhatikan kemaslahatan rakyat dan melindungi hak-haknya karena mereka adalah pengabdi rakyat dan bagian dari rakyat itu sendiri

4. Pejabat yang dipegang seseorang adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan dan rakyat

5. Mendidik rakyat supaya berani memberi nasihat dan kritik kepada pemerintah, pemerintah juga harus berani menerima kritik dari siapapun sekalipun menyakitkan karena pemerintah lahir rakyat dan untuk rakyat

6. Khalifah Umar telah meletakkan dasar-dasar pengadilan dalam Islam

Ia selalu mengadakan musyawarah dengan tokoh-tokoh Ansar dan Muhajirin, dengan rakyat dan dengan para administrator pemerintahan untuk memecahkan masalah-masalah umum dan kenegaraan. Ia tidak bertindak sewenang-wenang dan memutuskan suatu urusan tanpa mengikutsertakan warga umat.

(7)
(8)

III. Utsman Bin Affan

Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang majusi persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana dilakukan Rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk meninggalkan wasiat seperti dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, Umar menunjuk enam orang Sahabat sebagai Dewan Formatur yang bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu adalah Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Setelah melalui perdebatan yang cukup lama, muncul dua nama yang bersaing ketat yakni Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Keputusan terakhir diserahkan kepada Abdurrahman bin Auf sebagai ketua Dewan yang kemudian menunjuk Utsman bin Affan sebagai Khalifah.

Setelah Utsman bin Affan dilantik menjadi khalifah ketiga di negara Madinah. Ia menyampaikan pidatonya yang menggambarkan dirinya sebagai sufi, dan citra pemerintahannya lebih bercorak agama ketimbang politik belaka sebagai dominan. Dalam pidato itu usman mengingatkan beberapa hal yang penting :

1. Agar umat Islam berbuat baik sebagai bekal untuk hari kematian

2. Agar umat Islam terpedaya kemewahan hidup dunia yang penuh kepalsuan 3. Agar umat Islam mau mengambil pelajaran dari masa lalu

4. Sebagai khalifah ia akan melaksanakan perintah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul

5. Di samping ia akan meneruskan apa yang telah dilkukan pendahulunya juga akan membuat hal baru yang akan membawa kepada kebajikan

6. Umat Islam boleh mengkritiknya bila ia menyimpang dari ketentuan hukum Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan di daerah, khalifah Usman bin Affan mempercayakannya kepada seorang gubernur untuk setiap wilayah atau propinsi pada masanya kekuasaan wilayah madinah dibagi menjadi 10 propinsi:

1. Nafi’bin al-Haris al-Khuza’i, amir wilayah Mekkah 2. Sufyan bin Abdullah al-Tsaqqfi, amir wilayah Thaif

3. Ya’la bin Munabbih Halif Bani Nauful bin Abd Manaf, amir wilayah Shan’a 4. Abdullah bin Abi Rabiah, amir wilayah Al-Janad

(9)

6. Al-Mughirah bin Syu’bah al-Tsaqi, amir wilayah Kuffah 7. Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy’ari, amir wilayah Basrah 8. Muawiyah bin Abi Sufyan, amir wilayah Damaskus

9. Umar bin Sa’ad , amir wilayah Himsh

10. Amr bin al-Ash al-Sahami, amir wilayah Mesir

Sedangkan kekuasaan legislatif dipegang oleh Dewan Penasehat Syura, tempat khalifah mengadakan musyawarah dengan para sahabat terkemuka.

Prestasi tertinggi masa pemerintahan Utsman sebagai hasil majlis syura adalah menyusun Al-Quran standar, yaitu penyeragaman bacaan dan tulisan Al-Al-Quran, seperti yang dikenal sekarang. Naskah salinan Al-Quran tersebut disimpan di rumah istri nabi kemudian naskah salinannya atas persetujuan para sahabat dikirim ke beberapa daerah.

Di masa pemerintahan Utsman Radhiallahu ‘anhu (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini. Untuk mengisi baitul mal diperoleh dari alfarz, usyri, usyur, zakat dan jizya Utsman melengkapinya dengan beberapa jawatan.

Tahun-tahun berikutnya, pemerintahannya Utsman mulai goyah. Rakyat di beberapa daerah terutama Kufah, Basrah dan Mesir mulai memprotes kepemimpinannya yang dinilai tidak adil. Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap kepemimpinan Utsman Radhiallahu ‘anhu adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam Rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman Radhiallahu ‘anhu hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman Radhiallahu ‘anhu sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba’.

Padahal Utsman Radhiallahu ‘anhu yang paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

(10)
(11)

IV. Ali Bin Abi Thalib

Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga orang khalifah pendahulunya. Ia di bai’at di tengah-tengah kematian Utsman, pertentangan dan kekacauan dan kebingungan umat Islam Madinah. Sebab kaum pemberontak yang membunuh Utsman mendaulat Ali supaya bersedia dibaiat menjadi khalifah.

Dalam pidatonya khalifah Ali menggambarkan dan memerintahkan agar umat Islam : 1. Tetap berpegang teguh kepada Al-Quran dan sunnah rasul

2. Taat dan bertaqwa kepada Allah serta mengabdi kepada negara dan sesama manusia 3. Saling memelihara kehormatan diantara sesama muslim dan umat lain

4. Terpanggil untuk berbuat kebajikan bagi kepentingan umum, dan 5. Taat dan patuh kepada pemerintah

Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali Radhiallahu ‘anhu tidak mau menghukum para pembunuh Utsman Radhiallahu ‘anhu dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman Radhiallahu ‘anhu yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali Radhiallahu ‘anhu sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair Radhiallahu ‘anhu ajma’in agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah Radhiallahu ‘anha dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah Radhiallahu ‘anha ditawan dan dikirim kembali ke Madinah. Dengan demikian masa pemerintahan Ali melalui masa-masa paling kritis karena pertentangan antar kelompok yang berpangkal dari pembunuhan Utsman. Namun Ameer Ali menyatakan ia berhasil memecat sebagian besar gubernur yang korupsi dan mengembalikan kebijaksanaan Utsman pada setiap kesempatan yang memungkinkan. Ia membenahi dan menyusun arsip Negara untuk mengamankan dan menyelamatkan dokumen-dokumen khalifah dan kantor sahib-ushsurtah, serta mengkoordinir polisi dan menetapkan tugas-tugas mereka.

(12)

dengan pasukan Mu'awiyah Radhiallahu ‘anhu di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali Radhiallahu ‘anhu. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu :

 Mu'awiyah

 Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudi) yang menyusup pada barisan tentara Ali

Radhiallahu ‘anhu, dan

 Al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali)

Keadaan ini tidak menguntungkan Ali Radhiallahu ‘anhu. Munculnya kelompok al-Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah Radhiallahu ‘anhu semakin kuat. Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali Radhiallahu ‘anhu terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.

Ada beberapa kasus dan peristiwa pada masa khalifah Usman dan Ali yang tidak menyenangkan, diantaranya :

Pertama, mengenai pengangkatan empat orang sahabat Nabi terkemuka itu menjadi Khalifah dipilih dan di angkat dengan cara yang berbeda.

1) Pemilihan bebas dan terbuka melalui forum musyawarah tanpa ada seorang calon sebelumnya. Karena Rasulullah SAW tidak pernah menunjuk calon penggantinya. Cara ini terjadi pada musyawarah terpilihnya Abu Bakar dibalai pertemuan Tsaqifah Bani Sayidah.

2) Pemilihan dengan cara pencalonan atau penunjukan oleh khalifah sebelumnya dengan terlebih dahulu mengadakan konsultasi dengan para sahabat terkemuka dan kemudian memberitahukan kepada umat islam, dan mereka menyetujuinya. Penunjukan itu tidak karena ada hubungan keluarga antara khalifah yang mencalonkan dan calon yang di tunjuk. Cara ini terjadi pada penunjukan Umar oleh khalifah Abu Bakar.

(13)

4) Pengangkatan spontanitas di tengah-tengah situasi yang kacau akibat pemberontakan sekelompok masyarakat muslim yang membunuh usman. Cara ini terjadi pada Ali yang dipilih oleh kaum pemberontak dan umat Islam Madinah.

Kedua, Pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidin tidak mempunyai konstitusi yang dibuat secara

khusus sebagai dasar dan pedoman penyelenggaraan pemerintahan. Undang-undangnya adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul ditambah dengan hasil ijtihad khalifah dan keputusan Majelis Syura dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul yang tidak ada penjelasannya dalam nash syariat.

Ketiga, Pemerintahan khulafa al-Rasyidin juga tidak mempunyai ketentuan mengenai masa

jabatan bagi setiap khalifah. Mereka tetap memegang jabatan itu selama berpegang kepada syariat Islam.

Keempat, dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Madinah khulafa al-Rasyidin telah

melaksanakan prinsip musyawarah, prinsip persamaan bagi semua lapisan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, prinsip kebebasan berpendapat, prinsip keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat.

Kelima, dasar dan pedoman penyelenggaraan pemerintahan Negara Madinah adalah

(14)

KESIMPULAN

Kehidupan politik pada masa Khulafaur Rasyidin sistem pemerintahan sudah tertata rapi walaupun tidak langsung seperti sekarang, tetapi pada masa Khulafaur Rasyidin Dewan dan Departemen sudah bergerak di bidang masing-masing serta sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh para khalifah dari masa jabatan ke masa jabatan memiliki ciri-ciri dan tetap berpegang teguh kepada al-Quran dan Sunnah Rasul serta tetap menjalankan musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan.

Khilafah Rashidah berdiri tepat di hari wafatnya Rasululllah SAW. Terdiri dari 4 orang atau 5 orang shahabat nabi yang menjadi khalifah secara bergantian. Termasuk yang keempat itu adalah :

1.Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M) 2.’Umar bin khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M) 3.’Utsman bin ‘Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M) 4.Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M)

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Dedi Supriadi, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Setia

Amrullah, Kusyana, 1995, Sejarah Kebudayaan Islam, Bandung: CV Armico

Yatim Badri.2000.Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

http://id.wikipedia.org

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji karakteristik migran risen dan memetakan arus migrasi risen tahun 1980-2010 dan tahun 2015 di Provinsi D.I.Yogyakarta. Penelitian ini

Krisis finansial global mulai muncul sejak bulan Agustus 2007, yaitu pada saat salah satu bank terbesar Perancis BNP Paribas mengumumkan pembekuan beberapa sekuritas

Judul Skripsi : Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014.. Menyatakan bahwa tugas akhir

mempunyai hubungan yang kuat negatif dan berlawanan arah terhadap volume pendapatan cetak undangan, dimana nilai korelasinya adalah -0,943 ini berarti hubungan

Ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu (termasuk makanan dan binatang) yang ada di bumi adalah nikmat dari Allah, maka ini menunjukkan bahwa hukum asalnya adalah

Jumlah PKP, PDB, ekspor, inflasi, suku bunga SBI, pengeluaran investasi dan kredit ³3HQJDUXK ,QIODVL 1LODL 7XNDU Inflasi, nilai dan Jumlah Pengusaha Kena tukar rupiah, Pajak

Fakta lingual ini menunjukkan bahwa anak-anak usia 4 – 6 tahun telah memiliki kompetensi linguistik yang memadai untuk memahami fitur-fitur semantik prototipe substantiva

0 ppm (kontrol); B Dari tabel 1 diketahui bahw yang diberi ZPT sintetik 4 ppm ppm IAA memiliki pertumbuha propagul paling banyak dan tumbuh lebih tinggi