• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN KEAGAMAAN PADA ORANG YANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN KEAGAMAAN PADA ORANG YANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERKEMBANGAN KEAGAMAAN PADA ORANG YANG MENDAPATKAN KEBAHAGIAAN

Oleh:

Ahmad Fikri Sabiq

A.Latar Belakang

Manusia menyadari bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah. Oleh

karenanya, dia membutuhkan sosok yang lebih kuat darinya sebagai tempat

berlindung dari semua keburukan yang mengancamnya dan juga sebagai

tempat meminta atas segala kebutuhannya. Oleh karenanya, manusia butuh

sosok yang disebutnya sebagai Tuhan. Sosok Tuhan yang dibutuhkan manusia

ini kemudian membuat sebuah sistem yang disebut sebagai agama. Maka,

dapat diartikan bahwa sgama selain sebagai sebuah kewajiban, ia juga

merupakan sebuah kebutuhan.

Keimanan adalah bagian dari sikap keberagmaan seseorang. Iman

seseorang selalu mengalami naik dan turun. Adakalanya keiman tersebut naik

sehingga ketaatan pun bertambah. Adakalanya keimanan tersebut lemah atau

futur, yang kemudian menyebabkan ketaatan dan ketaqwannya turun.

Naik-turunnya keimanan ini tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor

inilah yang kemudian berpengaruh dalam perkembangan keberagamaan

seseorang.

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis membuat beberapa rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan keberagamaan?

2. Apa saja yang mempengaruhi perkembangan keagamaan?

(2)

2 C.Perkembangan Keagamaan

Sikap keagamaan seseorang selalu mengalami perkembangan, dimulai

ketika seseorang sebelum lahir ke dunia, dimana perkembangan keagamaannya

diajarkan oleh orang tuanya saat masih dalam kandungan, sampai ketika

seseorang dewasa. Perkembangan keagamaan ini akan terus bertumbuh dan

berkembang sesuai dengan perkembangan psikologisnya. Model atau tipe

perkembangan seseorang pun juga mengalami perkembangan. Kalau awalnya

sikap keagamaan seseorang mungkin saja hanya ikut-ikutan, seiring

perkembangan jiwanya, agama menjadi sebuah kebutuhan.

Agama bersumber pada wahyu Tuhan. Oleh karena itu, keberagamaan

pun merupakan perilaku yang bersumber langsung atau tidak langsung kepada

wahyu Tuhan juga. Keberagamaan memiliki beberapa dimensi.

Dimensi-dimensi tersebut antara lain Dimensi-dimensi pertama adalah aspek kognitif

keberagamaan, dua dari yang terakhir adalah aspek behavioral keberagamaan

dan yang terakhir adalah aspek afektif keberagamaan.1

Terkait dengan hal ini, Glock dan R. Stark menyebutkan sebagaimana

dikutip oleh Djamaluddin Ancok bahwa ada lima dimensi agama dalam diri

manusia, yakni dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan dan

praktek keagamaan (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperensial), dimensi

pengamalan (konsekuensial) dan dimensi pengetahuan agama (intelektual).2

Berdasarkan dengan dimensi keberagamaan yang disebutkan oleh Glock

dan R. Stark, ketika dimensi tersebut dikaitkan dengan agama Islam, maka bisa

disebutkan juga bahwa keberagamaan dalam Islam terdiri dari lima lima

dimensi, yaitu dimensi aqidah (iman atau ideology), dimensi ibadah (ritual),

1 Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, ed. Metodologi Penelitian Agama: sebuah pengantar,

Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989, 93.

2Djamaluddin Ancok, Fuat Nashori Suroro, Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995,

(3)

3

dimensi amal (pengamalan), dimensi ihsan (penghayatan, situasi dimana

seseorang merasa dekat dengan Allah), dan dimensi ilmu (pengetahuan).3

Kelima dimensi ini, baik dalam Islam ataupun yang disebutkan oleh

Glock dan R. Stark, merupakan aspek-aspek keberagamaan seseorang yang

selalu tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembangnya kelima dimensi

ini tergantung dari faktor-faktor yang membentuk. Ada kalanya perkembangan

tersebut tumbuh secara pelan-pelan ataupun dengan cepat.

D.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Keagamaan

Ketika dikatakan bahwa keagamaan seseorang akan mengalami

pertumbuhan dan perkembangan, maka ada faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Baik itu faktor internal ataupun faktor eksternal. Graham

menyebutkan sebagaimana dikutip oleh Sarwono bahwa ada beberapa faktor

yang mempengaruhi perilaku keberagamaan seseorang, yaitu faktor

lingkungan/tempat tinggal, faktor pribadi, jenis kelamin, sosial ekonomi,

tingkat pendidikan, dan agama orang tua.4

Dari masing-masing faktor di atas, yang paling dominan mempengaruhi

tingkat keberagamaan seseorang tentunya berbeda-beda. Ada yang faktor

lingkungan sangat berpengaruh, faktor ekonomi sangat berpengaruh, ataupun

faktor yang lain yang lebih berpengaruh. Tergantung situasi dan kondisi

seseorang dari berbagai pendekatan seperti psikologis, ekonomi, sosiologis, dll.

E.Perkembangan Agama Orang yang Mendapatkan Kebahagiaan

Rasulullah saw hadir di tengah-tengah kaumnya untuk membawa kabar

gembira dan memberikan kabar ancaman bagi para musuh-musuhnya yang

tidak mengikutinya. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa salah satu cara

dakwah Rasulullah adalah dengan membawakan kabar gembira. Hal ini

sebagaimana dalam surat Al-An’am ayat 48 sebagai berikut:

نيرذْنمو نيرّشبم اإ ني س ْرمْلا لسْرن امو

3Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroro, Psikologi .., 79.

(4)

4

Artinya: Dan para rasul yang Kami utus itu adalah untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. 5

Selain ayat di atas, ada banyak ayat yang senada demikian. Oleh

karenanya, dapat dipastikan bahwa para Rasul diutus sebagai pembawa kabar

gembira ini bukan tanpa alasan tentunya. Al-Khazandar menyebutkan bahwa

metode tabsyir yang dilakukan oleh Rasulullah ini adalah untuk

membangkitkan semangat dan membuat rajin para pengikutnya. Selain itu,

memberi kabar gembira ini juga agar bisa menghilangkan faktor-faktor

penyebab kegoncangan iman, menenangkan kelemahan manusia, dan

menghilangkan duka cita.6

Agama Islam mengajarkan salah satu wujud ekspresi dari seseorang

ketika mendapatkan kebahagiaan atau kesenangan adalah bersyukur. Allah swt

berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 152 sebagai berikut:

نورفْكت او يل اوركْشاو ْ ك ْركْذأ ينوركْذاف

Artinya: Ingatlah aku (Allah), maka aku (Allah) akan mengingatmu. Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kufur kepada-Ku.

Dari Al-Kharraz sebagaimana dikutip oleh Amir An-Najjar mengatakan

syukur itu terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Syukur dengan hati adalah mengetahui bahwa nikmat-nikmat itu berasal

dari Allah swt bukan selain dari-Nya.

2. Syukur dengan lisan adalah dengan mengucapkan al-Hamdulillah dan

memuji-Nya.

3. Syukur dengan jasmani adalah dengan tidak mempergunakan setiap anggota

badan dalam kemaksiatan tetapi untuk ketaatan kepada-Nya. Termasuk juga

mempergunakan apa yang diberikan oleh Allah swt berupa kenikmatan

dunia untuk menambah ketaatan kepada-Nya bukan untuk kebatilan.7

5Al-Qur’a Terje ah Perkata, Asbabu Nuzul, da Tafsir Bil Hadits. Se esta Qur’a , 2013, 133. 6 Mahmud Muhammad Al-Khazandar, At-Tabsyir, Terj. Muhammad Iqbal Ghozali, Beirut:

Islam House, 2009, 4.

7 Amir An-Najjar, Ilmu Jiwa dalam Tasawwuf Studi Komparatif dengan Ilmu Jiwa

(5)

5

Syukur yang merupakan ekspresi dari keadaan mendapatkan kebahagiaan

atau kesenangan menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam perkembangan

keberagamaan seseorang. Ketika seseorang bersyukur, setidaknya dia lebih

meyakini akan keberadaan Tuhannya yang telah memberikan kenikmatan

kepadanya. Lebih dari itu, dia juga melakukan hal lebih dari yang biasanya dia

lakukan, dan itu merupakan wujud perkembangan keberagamaannya.

Dari kasus tersebut, bisa dipahami bahwa kondisi bahagia atau senang

menjadi hal yang cukup penting untuk menjalankan amal keagamaan sebagai

bagian dari perkembangan agama. Karena mendapatkan kebahagiaan dan

kesenangan ini berkorelasi dengan perkembangan keberagamaan seseorang.

Terlebih ketika rasa kebahagiaan ini kemudian diekspresikan dalam bentuk

rasa syukur.

Lebih lanjut, Sigmun Freud mengatakan sebagaimana dikutip oleh

Baharuddin bahwa agama sebagai reaksi atas ketakutannya sendiri. Lebih

lanjut, Baharuddin menyebutkan bahwa manusia melakukan perilaku agama

semata-mata didorong oleh keinginan untuk menghindari keadaan bahaya yang

akan menimpa dirinya dan memberi rasa aman bagi dirinya sendiri. Untuk

keperluan itu, manusia menciptakan suatu konsep yang daoat melindungi

dirinya dari segala bahaya itu.8 Rasa aman yang disebutkan oleh Baharuddin di

atas adalah modal berharga bagi rasa bahagia dan rasa senang. Oleh karenanya,

rasa bahagia dan senang ini menjadi hal penting dalam aktualisasi

keberagamaan seseorang.

Iman itu bisa naik dan bisa turun. Keimanan seseorang, yang kemudian

terpancarkan dalam lima dimensi keagamaan sebagaimana disebutkan di atas,

mengalami kondisi naik turun. Ketika seseorang mengalami lemah iman,

intensitas kualitas dan kuantitas dimensi-dimensi keberagamaannya tentunya

juga akan melemah. Begitupun sebaliknya, ketika keimanan seseorang sedang

naik, maka sikap keberagamaannya pun akan naik.

(6)

6 F. Penutup

Dari pemaparan di atas, penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Perkembangan keberagamaan adalah perkembangan seseorang dalam hal

agama yang mencakup 5 dimensi, yaitu dimensi keyakinan (ideologis),

dimensi peribadatan dan praktek keagamaan (ritualistik), dimensi

penghayatan (eksperensial), dimensi pengamalan (konsekuensial) dan

dimensi pengetahuan agama (intelektual).

2. Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

keberagamaan seseorang, diantaranya adalah faktor lingkungan/tempat

tinggal, faktor pribadi, jenis kelamin, sosial ekonomi, tingkat pendidikan,

dan agama orang tua.

3. Ada dua alasan utama bahwa perasaan senang dan gembira menjadi hal

yang bisa memberikan pengaruh dalam perkembangan keagamaan

seseorang, pertama adalah alasan bahwa para rasul diutus untuk

memberikan kabar gembira. Yang kedua adalah logika bersyukur. Ketika

seseorang bersyukur, maka ada anjuran dan perasaan yang muncul dari

individu untuk meningkatkan keimanan dan ketaatan sebagai wujud rasa

syukur.

G.Daftar Pustaka

Abdullah, Taufik dan M. Rusli Karim. Metodologi Penelitian Agama: Sebuah

Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989.

Al-Khazandar, Mahmud Muhammad. At-Tabsyir, Terj. Muhammad Iqbal

Ghozali, Beirut: Islam House, 2009.

Al-Qur’an Terjemah Perkata, Asbabun Nuzul, dan Tafsir Bil Hadits. Bandung:

(7)

7

Ancok, Djamaluddin dan Fuat Nashori Suroro. Psikologi Islam, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1995.

An-Najjar, Amir, Ilmu Jiwa dalam Tasawwuf Studi Komparatif dengan Ilmu

Jiwa Kontemporer, Terj. Hasan Abrori, Jakarta: Pustaka Azzam, 2001.

Baharuddin. Aktualisasi Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun berbagai penelitian telah banyak membuktikan bahwa rasa percaya merupakan faktor sentral bagi kesuksesan hubungan antara penjual dan pembeli, namun penelitian

Sehubungan dengan hal di atas, maka kondisi yang dialami di SDI Nitakloang Kecamatan Nita perlu menerapkan suatu model manajemen pengelolaan kelas dalam upaya

Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya yang melimpah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

Tidak seperti pelaku dosa lainnya, mereka yang tidak membagi warisan sebagaimana yang telah ditetapkan Allah SWT tidak akan dikeluarkan lagi dari dalamnya, karena

Berangkat dari visi, misi, dan tujuan seorang Perancang Acara / Produser maka masyarakat akan lebih mengetahui tentang sesuatu hal yang kecil yang tidak banyak di

Kesimpulan yang dapat diperoleh pada penelitian ini adalah penambahan garam bledug kuwu dengan berbagai konsentrasi berpengaruh nyata terhadap nilai kadar protein,

Dari keseluruhan aspek penilaian tersebut diibaratkan bahwa semua pegawai memiliki tingkat kemampuan dan latar belakang yang sesuai dengan tuntutan kerja

Dalam penelitian mengenai kepuasan konsumen terhadap pelayanan jasa pengiriman barang terdapat variabel utama yang diteliti, variabel utama adalah kepuasan konsumen yaitu