Kartu Kredit dan Riba
Heru Kurniawan
Khoirullkurniawan@gmail.com
Program Pascasarjana Ekonomi Syariah IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jl. Perjuangan By pass No. 1 Kota Cirebon
Diajukan Untuk memenuhi Tugas Mandiri pada Matakuliah Fiqih riba Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Chozin Nasuha, M.A
Abstrak
Dalam era modern ini teknologi semakin canggih dan sangat memanjakan manusia dengan berbagai fasilitas pemenuhan kebutuhanya, salah satunya kart kredit yang di kita kenal sebagai kartu utang. Adalah beberapa pokok permasalahan dalam kartu kredit ini yakni mengenai diantara di perbolehkan dan diharamkanya dalam penggunaan kartu kredit. Tentunya semuanya mempunya konsep masing masing. Kalau kita kebali ke ushul fiqih sebenarnya segala jenis bentuk muamalah pada dasarnya adalah di perbolehkan, namun bisa jadi haram kalau ada dalil yang mengharamkan atau ada dalil yang menghalalkan. Kartu kredit tentunya jika dilihat dari sudut pandang bisa jadi haram bisa jad halal begitu juga jika dilihat dari segi konsep, bisa jadi harambisa jadi halal.
Kata kunci : kartu kredit, halal, haram
A. Pengertian 1. kartu kedit
Kartu Kredit adalah Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus (charge card) ataupun secara angsuran.
2. Hutang
mana salah satu pihak secara tunai manakala pihak kedua secara tangguh di atas tanggungannya (dengan masa yang ditetapkan atau tidak)”.1
Sook Yee Choo (2005) dalam penelitiannya pada kartu kredit menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi industri kartu kredit. Pertama, sebagai media utama bagi para banker karena biaya operasional yang cukup rendah. Kedua, sebagian besar pasar kartu kredit di negaranegara berkembang belum jenuh. Ketiga, akan menciptakan kekacauan ekonomi jika kurang efektif pada sistem pemantauan.2
B. Pandangan Terhadap Konsep Kartu Kredit
Kartu kredit yang di keluarkan oleh Perbankan pada dasarnya adalah untuk mempermudah transaksi konsumen dengan konsep penanggungan pembayaran oleh perbankan. Pandangan penulis adanya kartu kredit sangat beresiko bagi perbankan karena nasabah meminjam uang kepada bank tanpa adanya suatu jaminan di bank sehingga berpotensi kredit macet. Bagaimanapun itu penulis kira bank sudah mempertimbangkan resiko-resiko tersebut, bisa jadi dengan membatasi julah maksimum penggunaan nominal kartu kredit serta tidak semua orang dapat menikmati fasilitsas kartu kredit. Karna biasa nya bank akan menawarkan kartu kredit kepada masyrakat yang tergolong mampu untuk mengembalikan utang kreditnya.
Namun yang penulis sayangkan adalah adanya kebolehan klien untuk berhutang lagi, meski hutang yang sebelumnya belum terbayar lunas. Sebagaimana kita ketahui bahwa tiap jenis kartu kredit ada limitnya, misalnya 5 juta per bulan. Berarti dalam sebulan, pemegang kartu kredit hanya bisa belanja maksimal 5 juta saja. Lebih dari itu disebut dengan over limit.
Adanya over limit ini seharusnya bermanfaat, yaitu untuk membatasi klien agar tidak berlebihan dalam berbelanja melebihi kemampuannya dalam membayar. Sayangnya, dalam tagihan bulanan disebutkan bahwa klien tidak harus melunasi semua hutangnya yang 5 juta itu. Cukup dibayarkan 5% saja, maka untuk berikutnya sudah boleh berhutang lagi sebesar 5 juta.
Maka hutangnya jadi semakin besar, karena hutang yang sebelumnya tidak harus dilunasi seluruhnya. Kalau pada bulan-bulan berikutnya, klien itu hanya membayar cicilan minimal saja, lalu dia terus menerus berbelanja sampai mentok ke limit teratas, maka dalam waktu singkat hutangnya akan semakin bertambah, dan bunganya pun akan menjadi berkali-kali lipat jumlahnya. Disinilah terjadi apa yang orang sebut dengan bunga berbunga.3 Hal inilah yang akan menimbulkan madharat tersendiri baik bagi bank
ataupun bagi konsumen, apalagi konsumen yang sangat konsumtif.
Konsumen tergiur dengan kemudahan penggunaan kartu kredit walaupun sesungguhnya kredit adalah bunga yang tertinggi di dunia, yaitu sekitar 2% hingga 3% persen per bulan. Jadi kalau dikonversikan dengan tahun, maka bunga kartu kredit itu
1 Zaharuddin Abdul Rahman, Adakah Kad Kredit Haram Di Dalam Islam,Asas Asas Islam Dapat Di Lihat Di
Http://Darulkautsar.Net/Asas-Islam
2 Dian Safitri Pantja Koesoemasari, Kartu Kredit Islam Vs Kartu Kredit Konvensional, Fakultas Ekonomi
Universitas Wijayakusuma Purwokerto. Hal. 1
setara dengan 30% hingga 40% per tahun. Dasar pengenaan bunga inilah yang di haramkan oleh islam di tentukan dari jumlah nominal yang terpakai.
Selain itu Jika dalam kartu kredit setiap nasabah yang telat membayar maka akan dikenakan denda keterlambatan dan hal tersebut diakui seluruhnya sebagai sumber pendapatan bank. Hukumnya adalah HARAM, karena terdapat unsur Riba An-Nasiah (Riba Hutang) yang sangat dilarang di dalam Islam kerana terdapat unsur menzalimi manusia lain serta memakan harta manusia tanpa haq.4
C. Kartu Kredit Dalam Pandangan Islam
Dimalaysia Kad KBI (Kartu Kredit Syariah) yang diperkenalkan ini bertujuan untuk memenuhi tuntutan keuangan bagi orang ramai yang memerlukan satu produk keuangan yang menjadi sandaran alternatif kepada kemudahan kredit yang disediakan oleh kad kredit konvensional. Fungsinya adalah sarna dengan kad kredit konvensional, namun dari segi konsepnya adalah berbeda .5 Sedang untuk prinsip yang di gunakan dalam akad ini
adalah Ba’i Inan yakni jual beli secara tangguhan dimana bank menjual barang pada pembeli dengan ditambah laba yang kemudian pembeli harus membayar barang tersebut sedikit lebih tinggi.
Sedangakan Perkembangan kartu kredit Islam di Indonesia dimulai dengan penerbitan Fatwa No: 54/DSN-MUI/X/2006 tentang "Syariah Card" oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (Dewan Syariah Nasional). Pada fatwa ini, dewan menyatakan bahwa kartu kredit Islam, atau Syariah Card dibangun berdasarkan tiga
aqad (kontrak):
a. pertama kafalah (jaminan) yaitu penerbit kartu adalah penjamin (kafil) bagi pemegang kartu terhadap 3 merchant atas semua kewajiban bayar (dayn) yang timbul dari transaksi antara pemegang kartu dengan merchant, dan/atau penarikan tunai dari selain bank atau ATM bank penerbit kartu.
b. Kedua, qardh (pinjaman) penerbit kartu adalah pemberi pinjaman (muqrid) kepada pemegang kartu (muqtaridh) melalui penarikan tunai dari bank atau ATM bank penerbit kartu.
c. Dan ketiga, ijarah dalam hal ini penerbit kartu adalah penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap pemegang kartu.
Pada dasarnya kartu kredit yang di perbolehkan dalam islam adalah kartu kredit yang tidak mengandung riba dan mengandung asas kemaslahatan yang maksimal. Pandangan penulis mungkin pada dasarnya terlihat sama antara katu kredit konvensional dan kartu kredit syriah, penulis berpendapat agar menjadi sebuah pembeda, maka konsep yang di gunakan adalah
a. pengenaan biaya jasa per transaksi tanpa mengenakan kepada nomial pokoknya Sebagai contoh misalkan setiap transaksi maka di kenakan Rp. 100.000 berapapun nasabah membeli barang tetap di kenakan tarif 100.000 sebagai jasa (maka ini terlepas dari riba)
4 Zaharuddin Abdul Rahman, Adakah Kad Kredit Haram Di Dalam Islam,Asas Asas Islam Dapat Di Lihat Di
Http://Darulkautsar.Net/Asas-Islam. 6
5 Fadillah Mansor, Produk Kad Kredit Islam Dan Aplikasinya Di Bank Islam Malaysia Berhad (Bimb). Jurnal
b. Atau juga sebagai murabahah bil wakalah, menetapkan laba dari jumlah nominal barang yang di beli, sebagai contoh si konsumen membeli barang Rp. 100 kemudian bank menetapkan laba rata-rata dari barang adalah 10% maka konsumen harus membayar kepada bank adalah Rp. 110. Dengan cara konsumen memberikan struk belanja pada bank dalam 1 bulan itu kemudian bank yang akan menghitung berapa harga yang harus di bayar oleh konsumen (dan ini juga terbebas dari riba)
Konsepan diatas hanya sebagian kecil untuk mengatasi kartu kredit yang berbau riba, dan sebenarnya masi banyak konsep-konsep yang lain.
Kemudian bagaimana perlakukan denda pada kartu kredit Syariah, dalam kartu kredit syariah nasabah tidak akan dikenakan denda. Bank hanya boleh mengenakan biaya penagihan yang nilainya sesuai dengan kerugian riil yang terjadi akibat penagihan yang dilakukan oleh bank. Misalnya dalam penagihan, bank menghubungi nasabah melalui telepon atau mendatanginya, maka biaya riil yang akibat penagihan ini dapat dibebankan kepada nasabah. Untuk menghindari nasabah terlilit utang maka bank syariah juga telah mewajibkan pemegang kartu harus menyetor cash collateral atau goodwill investment, minimal sebesar 10% dari limit kartu.6 Oleh karena itu, kartu kredit Islam tidak diperbolehkan untuk
mengenakan bunga untuk pembayaran bahkan jika pengguna terlambat membayar.
Daftar Pustaka
Ahmad Sarwa, Bolehkah Kita Memakai Kartu Kredit, Rmah Fiqih Indonesia.2014
Dian Safitri Pantja Koesoemasari, Kartu Kredit Islam Vs Kartu Kredit Konvensional, Fakultas Ekonomi Universitas Wijayakusuma Purwokerto.
Fadillah Mansor, Produk Kad Kredit Islam Dan Aplikasinya Di Bank Islam Malaysia Berhad (Bimb). Jurnal Syariah, 12: / 2004
Zaharuddin Abdul Rahman, Adakah Kad Kredit Haram Di Dalam Islam,Asas Asas Islam Dapat Di Lihat Di Http://Darulkautsar.Net/Asas-Islam.
6 Dian Safitri Pantja Koesoemasari, Kartu Kredit Islam Vs Kartu Kredit Konvensional, Fakultas Ekonomi