• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Parasetamol Untuk Nyeri Pasca Operasi Dinilai Dari Visual Analog Scale

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Parasetamol Untuk Nyeri Pasca Operasi Dinilai Dari Visual Analog Scale"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PARASETAMOL UNTUK NYERI PASCA OPERASI DINILAI DARI VISUAL ANALOG SCALE

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

NURUL NISA ULFA 22010110110077

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

(2)
(3)

EFEKTIVITAS PARASETAMOL UNTUK NYERI PASCA OPERASI DINILAI DARI VISUAL ANALOG SCALE

Nurul Nisa Ulfa 1, Heru Dwi Jatmiko2 ABSTRAK

Latar belakang: Nyeri pasca operasi merupakan keadaan yang sudah terduga akibat trauma. Cara paling banyak untuk menilai nyeri yang bersifat subjektif adalah menggunakan VAS. Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan pendekatan multimodal analgesia dengan mengurangi efek samping penggunaan opioid.

Tujuan: Mengetahui dan membandingkan skor VAS jam ke-1 dan jam ke-24 pasca operasi dengan pemberian parasetamol intravena 1000 mg.

Metode: Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan rancangan post test only.Jumlah sampel penelitian yaitu 40 pasien kraniotomi. Pasien dibagi menjadi dua kelompok , pada kelompok kontrol diberikan infuse NaCl 0,9%100 cc tiap 6 jam selama 24 jam sebagai placebo, dan kelompok perlakuan mendapat parasetamol intravena 1000 mg sebelum induksi anestesi dilanjutkan tiap 8 jam selama 24 jam serta mencatat skor VAS ke-1 dan ke-24. Uji hipotesis yang digunakan yaitu Mann Whitney dan Wilcoxon.

Hasil: Skor VAS pada kelompok perlakuan (1,25±1,37 ; 21,00± 0,973) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (2,50± 1,051 ; 1,90± 0,553) uji Wilcoxon menunjukan hasil yang tidak signifikan sedangkan perbandingan skor VAS ke-1 antara kelompok kontrol dan perlakuan (p=0,004) dan skor VAS ke-24 (p=0,001) didapatkan nilai p<0,05 atau signifikan. Data skor VAS antara kelompok kontrol dan perlakuan menggunakan uji Mann Whitney dan didapatkan p>0,0324 yang menunjukan tidak ada perbedaan bermakna.

Kesimpulan: Pemberian parasetamol kurang efektif untuk menurunkan nyeri pasca operasi

Kata kunci: nyeri pasca operasi, parasetamol, Visual Analog Scale 1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2

Staf Pengajar Bagian Ilmu Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

(4)

EFFECTIVITY OF PARACETAMOL FOR POST OPERATIVE PAIN ASSESSED BY VISUAL ANALOG SCALE

ABSTRACT

Background: Post-operative pain is determined as a predicted condition after trauma. The most used method to measure pain qualitatively is by using Visual Analog Scale (VAS). Pain management can be done by a multi-model analgesic approach without minimizing the side effects of opioids usage.

Aims: To determine and compare VAS score at the 1st and 24th hour post surgery after the administration of 1000 mg intravenous paracetamol.

Methods: This study was a quasi-experimental study with post-test only research design. 40 patients underwent craniotomy were divided into 2 groups. The control group was given 100 cc NaCl 0.9% infusion every 6 hours for 24 hours as placebo. The treatment group was given 1000 mg intravenous paracetamol before anesthetic induction and continued every 8 hours for 24 hours. The hypothetic tests used were Mann-Whitney and Wilcoxon tests.

Results: The VAS Score on treatment group (1,25±1,37 ; 21,00± 0,973) was lower compared to control group (2,50± 1,051 ; 1,90± 0,553). The Wilcoxon test showed insignificant result whilst the comparison of the 1st VAS Score between the control and treatment group (p=0.004) and the 24th VAS Score between both groups (p=0.001) were considered significant (p<0.05).The VAS Score between both groups were analyzed using Mann-Whitney test and the result was p>0.0324 meaning there was no significant difference.

Conclusion: 7KH DGPLQLVWUDWLRQ RI SDUDFHWDPRO LVQ¶W YHU\ HIIHFWLYH to minimize post-operative pain.

(5)

PENDAHULUAN

Seperti yang tertulis dalam buku Anestesiologi UNDIP tahun 2010 nyeri pasca operasi didefinisikan sebagai keadaan yang sudah terduga sebelumnya, akibat trauma dan proses inflamasi, terutama bersifat nosiseptif, pada waktu istirahat dan seringkali bertambah pada waktu bergerak. Nyeri operasi memicu respon stress yaitu respon neuro endokrin yang berpengaruh pada mortalitas dan berbagai morbiditas komplikasi pasca operasi.1 Dan menurut definisi The International Association for the Study of Pain(IASP) tahun 1997, nyeri merupakan suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan dihubungkan dengan kerusakan jaringan nyata dan potensial terjadinya kerusakan jaringan atau digambarkan dalam keadaan yang berkaitan dengan kerusakan tersebut.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur derajat nyeri yaitu dengan visual analog scale (VAS), yaitu dengan bertanya kepada pasien mengenai derajat nyeri yang diwakili dengan angka 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri sangat hebat). Sesuai dengan kriteria Borges et al derajat rasa nyeri berdasarkan skala VAS dibagi dalam beberapa kategori yaitu 0,5-1,9 derajat sangat ringan; 2,0-2,9 ringan; 3,0-4,9 sedang; 5,0-6,9 kuat; 7,9-9,9 sangat kuat dan 10 sangat kuat sekali.2

Parasetamol memiliki aktivitas sebagai analgesik dan antipiretik, tetapi antiinflamasinya sangat rendah. Pada Cochrane DatabaseSyst Rev (2008) serta Cochrane DatabaseSyst Rev (2007), telah berhasil dibuktikan secara sistematis dan terstruktur bahwa parasetamol mampu menekan rasa nyeri pasca operasi dengan baik dengan efek samping yang jauh lebih rendah dibandingkan Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID).3,4

Beberapa penelitian tentang pemberian parasetamol menunjukan hasil yang berbeda-beda. Penelitian Ismail Muhammad dengan metode true experimental menunjukan

(6)

bahwa pemberian parasetamol 500 mg oral vs tramadol 50 mg oral, memiliki efektivitas yang sama dalam mengatasi nyeri pasca operasi, dan penelitian lain yang dilakukan oleh E.D. Mc Nicol menyatakan bahwa pasien yang diberikan parasetamol intravena 50% mendapat efek analgesik yang baik dibandingkan placebo.5,6

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian paracetamol intravena 1000 mg terhadap penurunan nyeri pasca operasi dinilai dengan VAS.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi experimental dengan rancangan post test only. Sampel penelitian diambil dari catatan medik pasien yang menjalani kraniotomi dan diberikan parasetamol melalui intravena di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel penelitian didapatkan dengan cara consecutive random sampling.

Pasien sebanyak 40 subjek penelitian yang dikelompokkan menjadi kelompok kontrol dan kelompok yang diberi perlakuan masing-masing jumlahnya 20 subjek yaitu kelompok K yang mendapatkan infuse NaCl 0.9% 100 cc tiap 6 jam selama 24 jam, analgetik PCA morfin sedangkan kelompok P mendapat infuse parasetamol 1000 mg (100 cc) tiap 6 jam selama 24 jam, analgetik PCA morfin. Kriteria inklusinya adalah pasien yang berusia 18-60 tahun dengan status fisik ASA I-II dan yang menjalani operasi kraniotomi reseksi tumor intraserebral elektif Serta mampu berkomunikasi secara verbal dan menggunakan Visual Analog Scale (VAS ), sedangkan kriteria eksklusinya seperti pasien dengan alergi parasetamol, morfin atau agen anestesi lain yang digunakan dalam penelitian, mengkonsumsi parasetamol, NSAID atau analgesik lain secara rutin. Selain itu pasien dengan gangguan hepar, hamil atau menyusui, gangguan kesadaran dan kognitif serta pasien dengan hipertensi tidak terkontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian parasetamol dengan variabel terikat adalah pnurunan nyeri pasca operasi dinilai dari VAS . Analisis data dilakukan

(7)

menggunakan uji non-parametrik Wilcoxon karena distribusi data tidak normal dan dilanjutkan dengan uji beda selisih menggunakan uji Mann Whitney.

HASIL

Karakteristik Subyek Penelitian

Data untuk jenis kelamin pada analisa karakteristik subyek penelitian disajikan dalam bentuk frekuensi, yang dibagi menjadi kelompok kontrol yaitu 7 laki-laki (35%) dan 13 perempuan (65%) sedangkan untuk kelompok perlakuan 6 laki-laki (30%) dan 14 perempuan (70%). Rata-rata usia dalam kelompok kontrol yaitu 38,9 ± 12,208 dan kelompok perlakuan 43,2 ± 12,792, selain itu data lama operasi pada kelompok kontrol adalah 279 ± 75,457 dan pada kelompok perlakuan sebesar 300 ± 97,939 kedua data tersebut disajikan dalam bentuk rerata + SD.

Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian

Variabel Kelompok p Kontrol Perlakuan Jenis kelamin Laki-laki 7 (35%) 6 (30%) 0,736£ Perempuan 13 (65%) 14 (70%) Umur 38,9 ± 12,208 43,2 ± 12,792 0,284¤ Lama operasi 279 ± 75,457 300 ± 97,939 0,452¤ Keterangan : £

Pearson Chi Square24 ¤

(8)

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 , maka dari itu data Visual Analog Scale (VAS) diuji menggunakan uji normalitas Saphiro Wilk 7 yang dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Uji Normalitas Skor VAS

Saphiro wilk Delta VAS Statistik Df p Kelompok Kontrol 0.930 20 0.155 Kelompok Perlakuan 0.847 20 0.005

Hasil menunjukan jumlah sampelnya kurang dari 50, namun uji normalitas data skor VAS pada penelitian ini memiliki sebaran data yang tidak normal (p<0,05), kemudian dilakukan transformasi data tetapi hasilnya tetap tidak normal. Oleh karena itu uji hipotesis yang digunakan berupa uji non-parametrik Wilcoxon untuk uji beda berpasangan dan juga Mann Whitney untuk uji beda tidak berpasangan7. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Uji Hipotesis perbedaan VAS ke-1 dan VAS ke-24 Variabel Kelompok p (tidak berpasangan) Kontrol Perlakuan VAS 1 2,50 ± 1,051 1,25 ± 1,372 0,004Á VAS 24 1,90 ± 0,553 1,00 ± 0,973 0,001Á p (uji berpasangan) 0,061§ 0,305§ Keterangan : § Wilcoxon test Á

(9)

Tabel Uji hipotesis perbedaan VAS ke-1 dan VAS ke-24 diatas menunjukan pada uji non-parametrik berpasangan (Wilcoxon test) VAS ke-1 terhadap VAS ke-24 pada kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan nilai p > 0,05 atau tidak signifikan, sedangkan pada uji beda tidak berpasangan (Mann Whitney test) VAS ke-1 dan VAS ke-24 antara kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan nilai p < 0,05 atau signifikan, hasil uji hipotesis pada VAS ke-1 signifikan maka perlu dilakukan uji beda selisih.

Tabel 4.Uji beda selisih VAS antara kelompok kontrol dan perlakuan

Kelompok Mean ± SD P Kontrol -0,60 ± 1,314 0,324Á Perlakuan -0,25 ± 1,020 Keterangan : Á

Mann Whitney test

Tabel 4 menunjukan uji beda Mann Whitney didapatkan nilai p = 0,324 ,jadi dapat disimpulkan selisih Visual Analog Scale dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak signifikan atau tidak terdapat perbedaan bermakna.

PEMBAHASAN

Nyeri merupakan pengalaman subjektif yang digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, walaupun demikian hal tersebut dapat dinilai dengan menggunakan VAS (Visual Analog Scale) yaitu alat bantu untuk mengukur intensitas nyeri yang dianggap paling sensitif dan akurat dalam menilai persepsi nyeri yang dialami oleh pasien.8

Hasil penelitian efektivitas parasetamol untuk nyeri pasca operasi dinilai dari Visual Analog Scale menunjukan bahwa kelompok pasien yang diberikan parasetamol intravena perioperasi dan dilanjutkan hingga 24 jam pasca operasi didapatkan tingkat

(10)

nyeri yang lebih rendah daripada kelompok kontrol namun perbedaannya tidak menunjukan angka signifikan pada uji statistik yang dilihat melalui skor VAS . Hal tersebut bisa dilihat pada grafik perbandingan skor Visual Analog Scale yang tertera pada pembahasan sebelumnya. Hal ini juga bisa dikarenakan oleh keterbatasan jumlah sampel, pemberian dosis parasetamol yang diberikan ataupun penilaian Visual Analog Scale yang bersifat subjektif. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh M.hyllested yang membandingkan dua kelompok perlakuan, yaitu pemberian NSAIDs dengan kombinasi pemberian parasetamol dan NSAIDs yang hasil penelitiannya menyatakan bahwa penambahan parasetamol efektif untuk mengurangi nyeri pasca operasi dengan hasil yang bermakna.9

Hasil penelitian yang lain, yaitu pemberian parasetamol intravena dosis tunggal pada kelompok perlakuan serta placebo untuk kelompok kontrol, hasil dari penelitian tersebut bahwa pasien yang diberikan parasetamol intravena 50% mendapat efek analgesik yang baik dibandingkan dengan kelompok placebo. Hal tersebut dikemukakan oleh E.D Mc Nicol.5

Kedua penelitian diatas menunjukan bahwa pasien yang telah menjalani operasi apabila diberikan parasetamol akan mengalami efek analgetik berupa penurunan nyeri yang lebih baik dibandingkan dengan pasien yang masuk ke dalam kelompok kontrol. Parasetamol sendiri bekerja menghambat sintesis prostaglandin di sistem saraf pusat yang merupakan aksi sentral dan memblok timbulnya impuls nyeri di perifer, selain itu parasetamol juga diduga memiliki mekanisme seratonergik dan agonis kanabioid yang berperan dalam efek analgesik.10

Keterbatasan dari penelitian ini adalah perlu juga dilakukan penilaian nyeri secara objektif melalui pemantauan hemodinamik, karena penggunaan skor Visual Analog Scale tidak memiliki nilai normal nyeri pasca operasi tertentu dalam klinis walaupun memiliki keakuratan dan sensitifitas yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena sensasi

(11)

nyeri yang dialami setiap individu berbeda-beda tergantung kondisi emosi dan pengalaman emosional sebelumnya.1

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Didapatkan perbedaan tidak bermakna antara VAS ke-1 dan VAS ke-24 kelompok kontrol terhadap VAS ke-1 dan ke-24 kelompok perlakuan. Hal tersebut menyebabkan Pemberian parasetamol kurang efektif untuk menurunkan nyeri pasca operasi

Saran

Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan kombinasi parasetamol dengan analgetik lain supaya didapatkan hasil yang bermakna dan informatif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. Heru Dwi Jatmiko SpAn KAKV, KAP yang telah memberikan saran-saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Noor Wijayahadi M.Kes, PhD selaku ketua penguji dan dr. Witjaksono, M.Kes, SpAn, KAR selaku penguji, dr. Priyo Sambodo, SpAn dan dr Bondan Irtani Cahyadi yang telah membantu selama proses pengambilan data, serta pihak-pihak lain yang telah membantu hingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Soenarjo, Jatmiko, DH. Anestesiologi. Masalah Nyeri. Semarang IDAI Jawa Tengah, 2010.

2. Rachmawati MR. Nyeri Musculoskeletal Dan Hubungannya Dengan Kemampuan Fungsional Fisik Pada Lanjut Usia. 2006. 25(4): 179-186.

3. Bedah Info. Parasetamol Mampukah Mengatasi Nyeri Pasca Operasi http: //bedah.info/2011/03/parasetamol-mampukah-mengatasi-nyeri-pasca

operasi/(accessed 10 November 2013).

4. L Toms, HJ McQuay, S Derry, RA Moore. Single Dose Oral Paracetamol (Acetaminophen) For Post Operative Pain In Adult (Review). The Cochrane Library [Internet].2012 (6). Available from: http://www.thecochranelibrary.com

5. E.D. Mc Nicol. Singedose Intravenous Paracetamol for Prevention or Treatment of Post Operative Pain. British Journal of Anaethesia 2011;106 (6):764-775

6. Muhammad Ismail. Perbedaan Efektivitas Parasetamol Oral dengan Tramadol Oral Sebagai Tatalaksana Nyeri Pasca Operasi Transuretrhal Resection of The Prostate. Andalas Journal of Health.2013. No 1 Vol 2;38-41

7. Singgih Santoso. Uji Dua Sampel. In: Singih Santoso (eds). Statistik Nonparametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.2010.p 113-158.

8. A.Price, Sylvial. Patofisiologi vol. II edisi 6. Nyeri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 2006.

9. M. Hyllested. Comparative Effect of Paracetamol, NSAIDs or Their Combination In Postoperative Pain Management. British Journal of Anaesthesia 2002;88:199-214

10.Malaise o, Bruyere o, Reginster JY. Intravenous Paracetamol: A Revie Of Efficacy And Safety in Therapeutic Use. Future Neurology 2007;22(6): 637-88.

(13)

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian
Tabel 2. Uji Normalitas Skor VAS
Tabel Uji hipotesis perbedaan VAS ke-1 dan VAS ke-24 diatas menunjukan pada uji  non-parametrik  berpasangan  (Wilcoxon  test)  VAS  ke-1  terhadap  VAS  ke-24  pada  kelompok  kontrol  dan  perlakuan  didapatkan  nilai  p  &gt;  0,05  atau  tidak  signifi

Referensi

Dokumen terkait

Biskuit terbaik parameter fisik kimia terdapat pada perlakuan proporsi bekatul jagung banding tepung terigu (100%:0%) dan penambahan baking powder 1%.. Makanan Etnik

kembali data-data yang telah diperoleh kemudian akan mempertimbangkan data- data tersebut ke dalam bentuk pemikiran-pemikiran yang barub. Pada hal

Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca skripsi dengan judul : PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, BEBAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT.. MITRA

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi untuk fisioterapis bahwa kombinasi manipulasi sakroiliaka dan latihan mobilisasi aktif dapat diberikan

Untuk mendapatkan sifat-sifat yang baik tersebut selain dilakukan doping, dilakukan juga variasi suhu saat deposisi.Variasi suhu ini dilakukan untuk mencari suhu terbaik

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Fauziah (2015) bahwa mahasiswa yang bekerja merupakan mahasiswa yang mengambil peran sebagai orang yang mempersiapkan diri dalam

paling sedikit 1/3 (satu per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan keputusan harus disetujui oleh Pemegang Saham Seri A

https://desmonchrist.wordpress.com/2010/10/13/forum-internet/ Diakses pada tanggal 12 Juni 2016. Universitas