• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Vitamin E Dalam Mengurangi Nyeri Haid (Dismenore) Pada Wanita Usia Muda Yang Dinilai Dengan Visual Analog Scale

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Vitamin E Dalam Mengurangi Nyeri Haid (Dismenore) Pada Wanita Usia Muda Yang Dinilai Dengan Visual Analog Scale"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VITAMIN E DALAM MENGURANGI

NYERI HAID (DISMENORE) PADA WANITA USIA

MUDA YANG DINILAI DENGAN

VISUAL ANALOG SCALE

TESIS

OLEH :

M. FAISAL FAHMI

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

P

P

E

E

N

N

E

E

L

L

I

I

T

T

I

I

A

A

N

N

I

I

N

N

I

I

D

D

I

I

B

B

A

A

W

W

A

A

H

H

B

B

I

I

M

M

B

B

I

I

N

N

G

G

A

A

N

N

T

T

I

I

M

M

5

5

P

P

E

E

M

M

B

B

I

I

M

M

B

B

I

I

N

N

G

G

:

:

d

d

r

r

.

.

A

A

s

s

w

w

a

a

r

r

A

A

b

b

o

o

e

e

t

t

,

,

S

S

p

p

O

O

G

G

(

(

K

K

)

)

D

D

r

r

.

.

d

d

r

r

.

.

M

M

.

.

F

F

i

i

d

d

e

e

l

l

G

G

a

a

n

n

i

i

s

s

S

S

i

i

r

r

e

e

g

g

a

a

r

r

,

,

M

M

.

.

K

K

e

e

d

d

(

(

O

O

G

G

)

)

,

,

S

S

p

p

.

.

O

O

G

G

(

(

K

K

)

)

P

P

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

D

D

I

I

N

N

G

G

:

:

d

d

r

r

.

.

I

I

c

c

h

h

w

w

a

a

n

n

u

u

l

l

A

A

d

d

e

e

n

n

i

i

n

n

,

,

M

M

.

.

K

K

e

e

d

d

(

(

O

O

G

G

)

)

,

,

S

S

p

p

.

.

O

O

G

G

(

(

K

K

)

)

d

d

r

r

.

.

H

H

e

e

n

n

r

r

y

y

S

S

a

a

l

l

i

i

m

m

S

S

i

i

r

r

e

e

g

g

a

a

r

r

,

,

S

S

p

p

.

.

O

O

G

G

(

(

K

K

)

)

d

d

r

r

.

.

E

E

d

d

y

y

A

A

r

r

d

d

i

i

a

a

n

n

s

s

y

y

a

a

h

h

,

,

M

M

.

.

K

K

e

e

d

d

(

(

O

O

G

G

)

)

,

,

S

S

p

p

.

.

O

O

G

G

(

(

K

K

)

)

Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai keahlian dalam bidang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian ini telah disetujui oleh TIM – 5 :

PEMBIMBING :

dr.Aswar Aboet, SpOG(K)

Pembimbing I Tgl.

……….

Dr.dr.M.Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG),Sp.OG(K)

Pembimbing II Tgl.

……….

PEMBANDING :

dr. Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), Sp.OG(K)

Tgl.

………..

dr. Henry Salim Siregar, Sp.OG(K)

Tgl.

……….

dr. Edy Ardiansyah, M.Ked(OG), Sp.OG(K)

Tgl.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Yang

Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat

karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun untuk

melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Studi Magister Kedokteran Klinik Obstetri dan

Ginekologi . Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini

banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian

besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam

menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

“PENGARUH VITAMIN E DALAM MENGURANGI

NYERI HAID (DISMENORE) PADA WANITA USIA MUDA YANG

DINILAI DENGAN VISUAL ANALOG SCALE”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di

Fakultas Kedokteran USU Medan.

2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), selaku Kepala Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan dan Dr. dr M. Fidel Ganis

Siregar, M. Ked (OG), SpOG(K), selaku Sekretaris Departemen

(5)

SpOG(K), selaku Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan

Ginekologi FK-USU Medan dan dr. M. Rhiza Tala, SpOG(K), selaku

Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

FK-USU Medan; Kepada Prof. Dr. M. Yusuf Hanafiah, SpOG(K), Prof. dr.

Djaffar Siddik, SpOG(K), Prof. dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K),

Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG(K), Prof. dr. R. Haryono

Roeshadi, SpOG(K), Prof. dr. T.M. Hanafiah, SpOG(K), Prof. dr. Budi

R. Hadibroto, SpOG(K), dan Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG(K), Prof.

Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K) yang telah bersama-sama berkenan

menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen

Obstetri dan Ginekologi.

3. dr. Aswar Aboet, SpOG(K) dan Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar,

M.Ked(OG), Sp.OG(K), selaku pembimbing atas kesempatan yang

diberikan kepada saya untuk meluangkan waktu yang sangat berharga

untuk membimbing , memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini

hingga selesai.

4. dr. Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), Sp.OG(K), dr. Henry Salim Siregar,

Sp.OG(K), dr. Edy Ardiansyah, M.Ked(OG), Sp.OG(K) selaku

pembanding, yang penuh dengan kesabaran telah meluangkan waktu

yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi

penulisan tesis ini hingga selesai.

5. dr. Henry Salim Siregar, Sp.OG(K), selaku Bapak Angkat saya selama

(6)

membimbing dan memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat

kepada saya dalam menghadapi masa-masa sulit selama pendidikan.

6. dr. Indra G. Munthe, SpOG(K) selaku pembimbing referat magister

saya yang berjudul “Maturasi Oosit In Vitro (In Vitro

Maturation-IVM) Pada Penanganan Infertilitas “. Terimakasih yang

sedalam-dalamnya karena telah banyak membantu saya selama masa

pendidikan

7. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU

Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan

mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Yang

Maha Pengasih membalas budi baik guru – guru saya tersebut.

8. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan

kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti

pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

9. Direktur RSUD. dr. Pirngadi Medan dan Wadir Pelayanan RSUD. dr.

Pirngadi Medan dr. Rushakim Lubis, SpOG beserta dr. Syamsul Arifin

Nasution, Sp.OG(K) sebagai Ketua SMF Obgyn RSUD. dr. Pirngadi

Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja

sama selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan

Ginekologi.

10. Ka Rumkit. Tk II. Puteri Hijau KESDAM I/BB Medan dan Ka.SMF

Obgyn Rumkit. Tk. II Puteri Hijau KESDAM , dr. M Yazim Yakub,

(7)

dan sarana serta bimbingan selama saya bertugas di rumah sakit

tersebut.

11. Direktur RSU. Haji Medan dan Kepala SMF. Obstetri dan Ginekologi

RSU. Haji Medan dr. Muslich Perangin-angin, SpOG beserta staf yang

telah memberikan kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas

di rumah sakit tersebut.

12. Direktur RSU. Sundari Medan dan Kepala SMF Obstetri dan

Ginekologi RSU. Sundari Medan dr. H.M Haidir, MHA, SpOG ; dr.Ali

Akbar Hasibuan, M. Ked(OG), SpOG ; dr. Juni Hardi Tarigan, SpOG ;

dan Ibu Bd. Sundari,Am.Keb yang telah memberikan saya kesempatan

dan bimbingan selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.

13. Direktur dan seluruh staf di bagian dan ginekologi RSUD. Sibuhuan,

Padang Lawas yang telah memberikan kepada saya kesempatan

untuk menjalani pendidikan dan segala bantuan moril selama saya

bertugas di rumah sakit tesebut.

14. Kepada Senior–senior saya yang telah banyak memberikan bantuan

dan bimbingan dan dukungannya selama ini.

15. Kepada Teman teman seangkatan saya, terima kasih atas

kebersamaan dan kerjasamanya selama pendidikan ini.

16. Kepada Seluruh junior-junior saya, terima kasih atas segala

bantuannya dan kerjasamanya selama ini

17. Teman sejawat asisten ahli dari Departemen lainnya, dokter muda,

(8)

telah ikut membantu dan bekerja sama dengan saya dalam menjalani

Program Studi Magister Kedokteran Kinik Obstetri dan Ginekologi .

18. Kepada Almarhumah ibu Hj. Asnawati Hasibuan ; beserta Ibu Hj.

Sosmalahayati; Ibu Zubaedah; Ibu Sudarmawan; Ibu Bani;

Rahmi,Amd; Vina,Amd; Anggi,Amd; Kak Asih; Kak tuty dan seluruh

pegawai lingkungan Departemen Obstetri dan ginekologi RSUP. H

.Adam Malik Medan dan RSUD. dr. Pirngadi Medan, terima kasih atas

bantuan dan dukungannya.

19. Hormat dan terimakasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada

kedua Orang Tua Saya yang tersayang ayahanda H.M. Syafii dan

Ibunda Hj. Salmiah terkasih yang telah membesarkan, membimbing,

mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari

masa kanak-kanak hingga kini. Saya ucapkan Terimakasih yang tak

terhingga juga kepada kedua mertua saya H. Ahmad Saidin dan Hj.

Rosmainiwaty. Dan saya ucapkan terimakasih banyak yang tak

terhingga kepada istri saya tercinta dr. Nadia Amalia yang telah

mendukung sepenuhnya dalam pendidikan saya selama ini, dan

kepada putri saya tercinta Nawra Azkia Fitri. Dan saya ucapkan terima

kasih juga kepada kakak, abang ipar, adik dan adik ipar saya.

Semoga Tuhan Yang Maha Baik senantiasa memberikan berkah-Nya

kepada kita semua.

Medan, Maret 2014

(9)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

ABSTRAK ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ... 4

1.3 HIPOTESIS PENELITIAN ... 5

1.4 TUJUAN PENELITIAN ... 5

1.4.1 Tujuan Umum ... 5

1.4.2 Tujuan Khusus ... 5

1.5 MANFAAT PENELITIAN ... 5

1.5.1 Manfaat bagi praktisi dan pelayanan kesehatan ... 5

1.5.2 Manfaat bagi pendidikan dan penelitian ... 5

1.5.3 Manfaat bagi masyarakat ... 6

BAB II. TINJUAN PUSTAKA ... 7

2.1 DISMENORE ... 7

2.1.1 Klasifikasi ... 8

2.1.2 Patofisiologi ... 9

(10)

2.1.4 Penatalaksanaan ... 12

2.2 PROSTAGLANDIN ... 13

2.2.1 Sintesis Prostaglandin ... 14

2.2.2 Peranan Prostaglandin Pada Dismenorea ... 17

2.3 VITAMIN E ... 18

2.3.1 Metabolisme Vitamin E ... 19

2.3.2 Efek Vitamin E Terhadap Biosintesis Prostaglandin ... 21

2.3.3 Vitamin E Sebagai Terapi Alternatif Dismenore ... 22

2.4 KERANGKA TEORI ... 23

2.5 KERANGKA KONSEP ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN ... 25

3.1 RANCANGAN PENELITIAN ... 25

3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ... 25

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 25

3.3.1 Populasi Target ... 25

3.3.2 Populasi Terjangkau ... 26

3.3.3 Populasi Penelitian ... 26

3.4 KRITERIA PENELITIAN ... 26

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 26

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 27

3.5 PERHITUNGAN BESAR SAMPEL ... 27

3.6 DEFINISI OPERASIONAL ... 28

3.7 ETIKA PENELITIAN ... 30

(11)

3.9 ALUR PENELITIAN ... 32

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

Lampiran 1. Persetujuan Etika Penelitian ... 50

Lampiran 2. Lembar kuesioner penelitian ... 51

Lampiran 3. Skala L-MMPI ... 54

Lampiran 4. Catatan harian haid dan minum vitamin E ... 56

Lampiran 5. Data Induk ... 57

(12)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Visual analog Scale ... 12

Gambar 2. Sintesis Prostaglandin ... 15

Gambar 3. Prostaglandin pathway ... 16

Gambar 4. Interaksi Prostaglandin dengan Reseptor Spesifik ... 16

Gambar 5. Peranan prostaglandin pada dismenorea ... 18

Gambar 6. Metabolisme Tokoferol ... 20

Gambar 7. Pengaruh Tokoferol pada prostaglandin pathway ... 21

Gambar 8. Consort Diagram ... 34

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian ... 35

Tabel 4.2. Derajat nyeri sebelum pemberian vitamin E ... 36

(14)

DAFTAR SINGKATAN

COX : Cyclooxygenase

DP : Reseptor Prostaglandin D

EP : Reseptor Prostaglandin E

FP : Reseptor Prostaglandin F

FPS : Face Pain Scale

GPCR : G Protein Couple Receptor

HDL : High Density Lipoprotein

IP : Reseptor Prostasiklin

NRS : Numerical Ratting Scale

NSAID : Non Steroid Anti Inflammation Drugs

PES : Prostaglandin Endoperoksidase Sintase

PGD2

PGE

: Prostaglandin D

2 : Prostaglandin E

PGF

2

2α : Prostaglandin F2

PGG2 : Prostaglandin G

α

2

PGH

2 : Prostaglandin H2

PGHS : Prostaglandin H Sintase

PGI2

PKK : Pil Kontrasepsi Kombinasi : Prostasiklin

PLA2 : Phospholipase A2

TENS : Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation

TP : Reseptor Tromboxan

(15)

VAS : Visual Analogue Scale

VDS : Verbal Descriptor Scale

VLDL : Very Low Density Lipoprotein

(16)

“PENGARUH VITAMIN E DALAM MENGURANGI

NYERI HAID (DISMENORE) PADA WANITA USIA MUDA YANG DINILAI DENGAN VISUAL ANALOG SCALE”

Fahmi MF, Aboet A., Siregar MFG., Adenin I., Siregar HS., Ardiansyah E.

Program Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan, 2013

ABSTRAK

Latar Belakang: Vitamin E mempunyai peranan dalam penghambatan sintesis prostaglandin, dimana prostaglandin berkaitan terhadap timbulnya rasa nyeri pada waktu haid.

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian Vitamin E dalam mengurangi nyeri haid (dismenore) pada wanita usia mudayang dinilai dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS)

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan uji eksperimental dengan rancangan one group pretest and posttest design. Dengan consecutive random sampling didapatkan 29 subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Seluruh subjek penelitian dinilai dengan menggunakan L-MMPI untuk penilaian kejujuran dan Visual Analog Scale (VAS) untuk menilai rasa nyeri sebelum pengobatan dan setelah pengobatan bulan pertama, kedua dan bulan ketiga siklus haid. Pengobatan dilakukan dengan pemberian Vitamin E 200 IU dua kali sehari dimulai dua hari sebelum perkiraan haid sampai haid berhenti. Pengobatan ini dilakukan pada tiga siklus haid secara berturut-turut.

Hasil: Setelah pengamatan pada bulan pertama, kedua dan ketiga terdapat penurunan derajat nyeri sedang (69% sebelum pengobatan menjadi 58,6%, 44,8% dan 34,5% setelah pengobatan). Ditemukan 13,8% subjek tidak merasakan nyeri haid pada evaluasi bulan kedua dan ketiga. Tidak ditemukan perubahan pada derajat nyeri berat. Pada penelitian ini didapat penurunan derajat nyeri yang tidak bermakna pada bulan pertama (p = 0,083), sedangkan pada bulan kedua dan bulan ketiga dijumpai penurunan derajat nyeri yang bermakna (p=0,001 dan p = 0,0001).

Kesimpulan: Pada pemberian Vitamin E dosis 400 IU perhari yang diberikan pada 2 hari sebelum menstruasi sampai selesai menstruasi terbukti bermanfaat dalam mengurangi nyeri haid (dismenore).

(17)

“PENGARUH VITAMIN E DALAM MENGURANGI

NYERI HAID (DISMENORE) PADA WANITA USIA MUDA YANG DINILAI DENGAN VISUAL ANALOG SCALE”

Fahmi MF, Aboet A., Siregar MFG., Adenin I., Siregar HS., Ardiansyah E.

Program Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan, 2013

ABSTRAK

Latar Belakang: Vitamin E mempunyai peranan dalam penghambatan sintesis prostaglandin, dimana prostaglandin berkaitan terhadap timbulnya rasa nyeri pada waktu haid.

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian Vitamin E dalam mengurangi nyeri haid (dismenore) pada wanita usia mudayang dinilai dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS)

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan uji eksperimental dengan rancangan one group pretest and posttest design. Dengan consecutive random sampling didapatkan 29 subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Seluruh subjek penelitian dinilai dengan menggunakan L-MMPI untuk penilaian kejujuran dan Visual Analog Scale (VAS) untuk menilai rasa nyeri sebelum pengobatan dan setelah pengobatan bulan pertama, kedua dan bulan ketiga siklus haid. Pengobatan dilakukan dengan pemberian Vitamin E 200 IU dua kali sehari dimulai dua hari sebelum perkiraan haid sampai haid berhenti. Pengobatan ini dilakukan pada tiga siklus haid secara berturut-turut.

Hasil: Setelah pengamatan pada bulan pertama, kedua dan ketiga terdapat penurunan derajat nyeri sedang (69% sebelum pengobatan menjadi 58,6%, 44,8% dan 34,5% setelah pengobatan). Ditemukan 13,8% subjek tidak merasakan nyeri haid pada evaluasi bulan kedua dan ketiga. Tidak ditemukan perubahan pada derajat nyeri berat. Pada penelitian ini didapat penurunan derajat nyeri yang tidak bermakna pada bulan pertama (p = 0,083), sedangkan pada bulan kedua dan bulan ketiga dijumpai penurunan derajat nyeri yang bermakna (p=0,001 dan p = 0,0001).

Kesimpulan: Pada pemberian Vitamin E dosis 400 IU perhari yang diberikan pada 2 hari sebelum menstruasi sampai selesai menstruasi terbukti bermanfaat dalam mengurangi nyeri haid (dismenore).

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak

diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu

aktifitas sehari-hari yang paling sering ditemui pada wanita muda dan

reproduktif. Dismenore adalah keluhan yang paling sering menyebabkan

wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan mendapatkan

pengobatan (Winknjosastro, 2007).

Prevalensi dismenore dalam beberapa penelitian menunjukkan

frekuensi yang cukup tinggi. Dalam suatu systemic review WHO, rata-rata

insidensi terjadinya dismenore pada wanita muda antara 16,8 – 81%. Di

Inggris dilaporkan 45 -97% wanita dengan keluhan dismenore, dimana

prevalensi hampir sama ditemui di negara-negara Eropa. Prevalensi

terendah dijumpai di Bulgaria (8,8%) dan prevalensi tertinggi di negara

Finlandia (94%) (Latthe, 2006).

Di Indonesia dismenore juga merupakan keluhan yang sering

ditemukan pada wanita usia muda. Menurut Ernawati dkk (2010), dalam

suatu penelitian pada 50 orang Mahasiswi di Semarang ditemukan

kejadian dismenore ringan sebanyak 18%, dismenore sedang 62% dan

dismenore berat 20%.

(19)

ataupun pengobatan untuk mengatasi rasa sakit saat menstruasi ini.

Dismenore sering menjadi alasan seorang mahasiswa untuk tidak masuk

mengikuti perkuliahan sehingga akan menganggu prestasi belajar. Bagi

wanita yang bekerja, dismenore akan sangat mengganggu aktifitas

sehingga akan dapat menurunkan produktifitas dan kualitas kerja. Di

Amerika Serikat, dalam suatu data review ditemukan bahwa 600 juta jam

kerja hilang akibat dari dismenore yang mengakibatkan suatu kerugian

secara ekonomi sampai 2 milliar dolar Amerika (Zhu X, et al. 2009).

Menurut Singh (2008), pada sebuah penelitian di India terhadap

mahasiswi kedokteran ditemukan 31,67% mengalami dismenore dan

8,68% diantaranya tidak dapat mengikuti perkuliahan akibat gangguan

menstruasi ini. Sedangkan di Indonesia, dalam suatu penelitian yang

dilakukan pada 100 wanita antara usia 15 – 30 tahun didapati 71%

mengalami dismenore dimana 5,6% tidak masuk sekolah atau tidak

bekerja, dan 59,2% mengalami kemunduran produktifitas kerja akibat

dismenore (Novia, 2006).

Obat-obatan penghilang rasa sakit sering kali digunakan oleh wanita

yang mengalami dismenore atau nyeri haid. Terkadang obat-obatan ini

dibeli tanpa adanya resep dari dokter. Sehingga dalam penggunaannya

sering kali mendatangkan efek samping yang tidak diinginkan jika

penggunaan obat-obatan ini tidak sesuai dengan dosis dan indikasi tepat.

Obat-obatan yang sering digunakan adalah Obat Anti Inflamsi Non

Steroid, seperti asam mefenamat, ibuprofen, piroxicam dan lain-lain.

(20)

Obat Anti Inflamasi Non-Steroid untuk mengatasi dismenore dapat gagal

ditambah lagi dengan adanya kemungkinan mengalami gangguan

gastrointestinal pada pemakaian obat ini (Zhu X, et al. 2009).

Obat Anti Inflmasi Non-Steroid ini bekerja sebagai antiprostaglandin,

dimana dismenore erat kaitannya dengan peningkatan kadar

prostaglandin menjelang menstruasi. Endometrium pada fase sekresi

memproduksi prostaglandin yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos.

Jika produksi dari prostaglandin ini berlebihan maka akan dapat

mengakibatkan kram pada otot-otot uterus, yang kemudian akan

menyebabkan iskemik dan akhirnya menimbulkan rasa nyari (Singh,

2008). Sehingga dengan melakukan penghambatan terhadap produksi

prostaglandin diharapkan dapat mengurangi rasa sakit, termasuk rasa

sakit saat haid atau dismenore.

Vitamin E disebut juga dengan tokoferol merupakan senyawa

6-hidroksikromana (tokol) yang banyak ditemukan dalam bahan makanan.

Vitamin E diketahui mempunyai peranan dalam penghambatan biosintesis

prostaglandin. Dalam suatu studi in vitro dan in vivo pada tikus ditemukan

bahwa produksi prostaglandin dapat dipengaruhi oleh vitamin E dengan

menekan aktivitas enzim fosfolipase A2 sehingga menekan metabolisme

dari asam arakidonat. Vitamin E juga meningkatkan produksi dari

prostasiklin yang mempunyai efek terhadap vasodilator dan relaksasi

terhadap otot uterus. Oleh karena itu vitamin E dianggap mempunyai efek

dalam mengurangi nyeri haid (dawood, 2006). Menurut Lefebvre dkk

(21)

dengan pemberian ibuprofen pada saat haid tidak menunjukkan

perbedaan yang bermakna dalam mengatasi rasa nyeri haid. Menurut

cunningham dkk (2008), pemberian vitamin E secara oral merupakan

salah satu terapi alternatif dalam penanganan nyeri haid, namun masih

berdasarkan dari data yang terbatas.

Adanya peranan vitamin E sebagai terapi alternatif dalam

pengobatan dismenore, mendorong peneliti melakukan penelitian untuk

melihat efektifitas vitamin E dalam mengurangi intensitas nyeri haid.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Vitamin E mempunyai peranan dalam penghambatan sintesis

prostaglandin yang berkaitan terhadap timbulnya rasa sakit pada waktu

haid. Wanita yang mengalami nyeri haid sering sekali menggunakan

NSAID sebagai obat analgesik untuk meredakan rasa sakit, namun seperti

diketahui bahwa pengunaan NSAID secara rutin tentunya akan

mempunyai efek samping. Oleh karena itu Vitamin E selain sebagai

antioksidan, suplemen vitamin E dapat digunakan sebagai salah satu

alternatif dalam mengurangi nyeri haid. Untuk itu peneliti merumuskan

pertanyaan penelitian : Bagaimana efektifitas pemberian vitamin E dalam

mengurangi rasa nyeri haid yang dinilai dengan visual assesment tool

(22)

1.3 HIPOTESIS PENELITIAN

Adanya pengaruh pemberian vitamin E dalam mengurangi intensitas

nyeri haid pada wanita muda berdasarkan Visual Analog Scale.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian Vitamin E dalam

mengurangi nyeri haid (dismenore).

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui derajat nyeri dismenore pada mahasiswa akademi

kebidanan sebelum diberikan Vitamin E

2. Mengetahui derajat nyeri dismenore pada mahasiswa akademi

kebidanan setelah diberikan Vitamin E

3. Mengetahui karakteristik wanita dengan dismenorea meliputi :

usia, usia menarche, berat badan dan Indeks Massa Tubuh.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1.5.1 Manfaat bagi praktisi dan pelayanan kesehatan

• Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu terapi

alternatif terhadap penanganan dismenore.

1.5.2 Manfaat bagi pendidikan dan penelitian

• Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian

(23)

1.5.3 Manfaat bagi masyarakat

• Dari hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan

informasi, sehingga dapat mengenali dan mengetahui mengenai

nyeri haid dan penanganannya sehingga dapat meningkatkan

kualitas dan produktifitas pendidikan dan pekerjaan.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DISMENORE

Dismenore atau nyeri haid merupakan gejala yang paling sering

dikeluhkan oleh wanita usia reproduktif. Nyeri atau rasa sakit yang siklik

bersamaan dengan menstruasi ini sering dirasakan seperti rasa kram

pada perut dan dapat disertai dengan rasa sakit yang menjalar ke

punggung, dengan rasa mual dan muntah, sakit kepala ataupun diare.

Oleh karena itu, istilah dismenore hanya dipakai jika nyeri haid tersebut

demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan

meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa

jam atau beberapa hari (Winknjosastro, 2007). Dismenore

(dysmenorrhoea) berasal dari bahasa Yunani, diman “dys” bearti gangguan/nyeri hebat / abnormalitas, “meno” berati bulan dan “rrhea”

berarti aliran, sehingga dismenore (dysmenorrhoea) dapat diartikan

dengan gangguan aliran darah haid.

Kejadian dismenore cukup tinggi diseluruh dunia. Menurut data

WHO, rata-rata insidensi terjadinya dismenore pada wanita muda antara

16,8 – 81%. Rata-rata di negara-negara Eropa dismenore terjadi pada 45

-97% wanita. Dengan prevalensi terendah di Bulgaria (8,8%) dan tertinggi

mencapai 94% di negara Finlandia (Latthe, 2006).

Dalam suatu data review Di Amerika Serikat, terjadi kerugian ekonomi

(25)

produktifitas pekerjaan akibat hilangnya jam kerja sampai 600 juta jam

kerja hilang yang diakibat oleh dismenore (Zhu X, et al. 2009). Menurut

Singh (2008), di India ditemukan diantara wanita mahasiswa 31,67%

mengalami dismenore dan 8,68% diantaranya tidak dapat mengikuti

perkuliahan akibat gangguan menstruasi ini.

Menurut Ernawati (2010), di Semarang yang dilakukan survey pada

mahasiswa ditemukan kejadian dismenore ringan sebanyak 18%,

dismenore sedang 62% dan dismenore berat 20%. Dimana hal ini akan

dapat mengganggu aktifitas dan kegiatan belajar sehingga akan dapat

mengganggu prestasi belajar mahasiswa. Hal ini dibuktikan dalam suatu

penelitian, dimana 71% dari 100 wanita usia 15 – 30 tahun yang

mengalami dismenore, 5,6% diantaranya tidak dapat masuk sekolah atau

tidak dapat bekerja, serta ditemukan 59,2% mengalami kemunduran

produktifitas kerja yang diakibatkan oleh dismenore (Novia, 2006).

2.1.1 KLASIFIKASI

Dismenore dapat dibagi atas 2 bagian berdasarkan kelainan

ginekologi, antara lain :

a. Dismenore Primer.

Merupakan nyeri haid yang tidak terdapat hubungan dengan

kelaiann ginekologi, atau kelainan secara anatomik. Kejadian

dismenore primer ini tidak berhubungan dengan umur, ras

maupun status ekonomi. Namun derajat nyeri yang dirasakan

(26)

lamanya menstruasi, merokok dan adanya peningkatan Index

Massa Tubuh. Sebaliknya gejala dismenore primer ini semakin

berkurang jika dikaitkan dengan jumlah paritas.

b. Dismenore Sekunder.

Nyeri haid yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau

kelainan secara anatomi. Gejala dismenore sekunder ini dapat

ditemukan pada wanita dengan endometriosis, adenomiosis,

obstruksi pada saluran genitaia, dan lain-lain. Sehingga pada

wanita dengan dismenore sekunder ini juga dapat ditemukan

dengan komplikasi lain seperti dyspareunia, dysuria, perdarahan

uterus abnormal, infertilitas dan lain-lain.

2.1.2 PATOFISIOLOGI

Sebelumnya banyak faktor yang dikaitkan dengan kejadian

dismenore, seperti keadaan emosional / psikis, adanya obstruksi kanalis

servikalis, ketidak seimbangan endokrin, dan alergi. Namun sekarang

timbulnya dismenore sering dikaitkan dengan adanya peningkatan kadar

prostaglandin. Dimana diketahui bahwa prostaglandin mempunyai efek

yang dapat meningkatkan kontraktilitas dari otot uterus. Dan juga

prostaglandin mempunyai efek vasokontriksi yang pada akhirnya dapat

menyebabkan iskemi pada otot uterus yang dapat menimbulkan rasa

nyeri. Konsentrasi prostaglandin selama siklus haid terjadi peningkatan

yang bermakna. Ditemukan kadar PGE2 dan PGF2α sangat tinggi dalam

(27)

haid primer (Mayo, 1997). Wanita dengan dismenore berat mempunyai

kadar prostaglandin yang tinggi selama masa siklus haid, konsentrasi

tinggi ini terjadi selama 2 hari dari fase menstruasi (cunningham, 2008).

2.1.3 DIAGNOSIS

Pada kebanyakan kasus wanita dengan gejala yang khas seperti

rasa nyeri pada perut bagian bawah yang muncul bersamaan saat haid

dan menghilang dengan pemberian terapi empirik dapat diduga dengan

diagnosa dismenore primer (cunningham, 2008). Menurut Lefebvre

(2005), dikatakan bahwa dismenore primer ditandai dengan adanya rasa

nyeri pada daerah supra pubik yang terjadi beberapa jam sebelum dan

sesudah keluarnya darah haid, namun terkadang rasa nyeri akan dapat

dirasakan selama dua sampai tiga hari haid. Dapat disertai dengan

adanya keluhan-keluhan lain seperti diare, mual dan muntah, rasa lemah,

sakit kepala, pusing, bahkan dapat juga dijumpai demam hingga hilangnya

kesadaran.

Keluhan rasa nyeri pada saat haid dengan adanya temuan massa

pada pelvik, vaginal discharge yang abnormal, daerah pelvik yang tegang, wanita dengan risiko terhadap penyakit radang panggul, adanya riwayat

seksual aktif dengan risiko penyakit menular seksual sebaiknya dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut seperti skrining untuk adanya penyakit infeksi

menular, pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat kelainan patologi pada

(28)

Kelainan seperti endometriosis, adenomiosis sering dikaitkan dengan

keluhan nyeri haid yang berlebihan.

Rasa nyeri dapat bersifat individual dan subjektif sehingga tidak ada

parameter yang dapat digunakan untuk menilai rasa nyeri secara.

Beberapa metode dapat digunakan dalam menilai rasa nyeri seperti

unidimensi dan multidimensi. Skala Unidimensi merupakan metode

sederhana dengan menggunakan satu variabel untuk menilai intensitas

rasa nyeri. Metode unidimensi yang biasa dipakai antara lain Categorical Scale, Numerical Ratting Scale (NRS), Visual Analogue Scale (VAS). Metode sederhana ini biasanya digunakan secara efektik di rumah sakit

dan klinik. Metode Categorical Scales berisi beberapa deskripsi secara verbal atau visual mengenai nyeri dari yang paling ringan sampai paling

berat. Yang termasuk dari Categorical Scale ini antara lain Verbal Descriptor Scale (VDS), Face Pain Scale (FPS) yang menunjukkan gambaran perubahan ekspresi wajah terhadap sensasi rasa nyeri.

Sedangkan metode NRS berisi tentang serial angka dari 0 sampai 10 atau

100, dimana pada awal angka diberi label tidak nyeri dan akhir angka

sangat nyeri. Pasien akan memilih kriteria nyeri yang sesuai dengan

intensitas nyeri yang meraka rasakan. Sedangkan metode VAS berisi

garis horizontal atau vertikal sepanjang 10 cm dengan label pada awal 25

garis tidak nyeri dan pada akhir garis sangat nyeri. Pasien akan memberi

tanda pada garis tersebut sesuai tingkat nyeri yang mereka rasakan.

Panjangnya jarak dari awal garis sampai tanda yang diberikan oleh pasien

(29)

Gambar 1. VISUAL ANALOG SCALE (VAS)

2.1.4 PENATALAKSANAAN

Penanganan dismenore dapat dibagi dalam tiga bagian besar :

1. Farmakologis

Yaitu penanganan dismenore dengan pemberian obat-obatan,

suplemen. Obat-obatan yang paling sering digunakan antara lain

Non Steroid Anti Inflamation Drug (NSAID) yang bekerja dengan menghambat aktivitas enzim siklooksigenase sehingga produksi

dari prostaglandin berkurang. COX –II Inhibitor yang juga bekerja

selektif terhadap penghambatan biosintesis prostaglandin juga

dapat digunakan untuk menangani nyeri haid. Pemakain

kontrasepsi hormonal dilaporkan juga dapat mengurangi nyeri

haid. Pemberian Vitamin B1, Magnesium, Vitamin E, juga

menunjukkan efek yang dapat mengurangi nyeri haid (dawood,

2006; Lefebvre, 2005; cunningham, 2008)

2. Non-Farmakologis

Penanganan non farmakologi yang dapat digunakan pada wanita

(30)

Electrical Nerve Stimulation), Akupunktur, pemakaian herbal, relaksasi, terapi panas, senam (Smith, 2009; Istiqomah, 2009;

Lefebvre, 2005).

3. Pembedahan

Terapi pembedahan pada penderita dismenore merupakan

pilihan terakhir jika dengan terapi farmakologis dan

non-farmakologis tidak berhasil sehingga diperlukannya tindakan

pembedahan dalam menangani dismenore. Terapi pembedahan

yang dapat dilakukan antara lain : laparoskopi (Laparoscopic Uterine Nerve Ablation), histerektomi, presakral neurektomi

(Dawood, 2006; cunningham, 2008; Lefebvre, 2005).

2.2 PROSTAGLANDIN

Prostaglandin pertama sekali ditemukan oleh Ulf von Euler, seorang

ilmuwan dari Swedia pada tahun 1935, dimana prostaglandin di isolasi

dari cairan semen yang dihasilkan oleh kelenjar prostat. Namun sekarang

diketahui bahwa prostaglandin dihasilkan oleh semua sel berinti diseluruh

tubuh.

Prostaglandin merupakan mediator yang sering dikaitkan dengan

rasa sakit , demam, inflamasi. Prostaglandin juga berperan dalam kondisi

fisiologis termasuk pada sistem reproduksi wanita. Prostaglandin adalah

salah satu senyawa eikosanoid yang merupakan turunan dari asam lemak

20- karbon tak jenuh seperti asam arakidonat yang aktif secara fisiologis

(31)

2.2.1 SINTESIS PROSTAGLANDIN

Prostaglandin merupakan autokrin dan parakrin yang dihasilkan oleh

hampir semua sel di tubuh manusia. Prostaglandin yang dihasilkan

merupakan turunan dari metabolisme asam arakhidonat. Asam

arakhidonat dihasilkan dari proses esterifikasi dari asam lemak pada

fosfolipid dan juga esterifikasi dari kolesterol (Fritz, et al. 2005).

Sintesis prostaglandin diawali dengan adanya rangsangan baik

secara fisik, kimiawi maupun termik seperti terbakar, endotoksin,

hipertonik dan hipotonik infus, trombus, katekolamin, bradikinin,

angiotensin, dan hormon steroid dapat merusak membran sel sehingga

memicu pembentukan asam arakhidonat dari fosfolipid yang terdapat

pada membran sel oleh enzim phospholipase (cytosolic PLA2). Asam

arakidonat ini selanjutnya akan memasuki lintasan metabolisme

siklooksigenase dan lipoksigenase. Asam arakidonat yang memasuki

lintasan metabolisme Siklooksigenase akan dikatalisir oleh enzim

cyclooxygenase (COX) yang dikenal juga dengan prostaglandin H sintase

(PGHS) atau Prostaglandin Endoperoksidase Sintase (PES) yang

mempunyai dua aktivitas yaitu siklooksigenase dan peroksidase. Dimana

siklooksigenase ini mempunyai dua isoenzim yang dikenal dengan COX-1

dan COX-2. COX-1 dapat merangsang pembentukkan prostasiklin

sedangkan COX-2 merupakan respon dari inflamasi, growth factors,

sitokin, dan juga endotoksin. Produk yang pertama sekali dihasilkan reaksi

enzimatis ini adalah Prostaglandin G2 (PGG2) kemudian akan

(32)

prekursor terbentuknya senyawa prostanoid seperti Prostaglandin D

(PGD2), Prostaglandin E (PGE2), Prostaglandin F (PGF2), Prostasiklin

(PGI2) dan Tromboxan (TX2).

Gambar 2. Sintesis Prostaglandin

Prostaglandin yang disekresikan akan berikatan pada reseptornya

yang spesifik yang berada pada target organ yang akan menimbulkan

efek yang spesifik pula. Ada beberapa reseptor dari prostaglandin yang

dikenal seperti DP, EP1-4, IP, FP, TP merupakan grup dari G Protein

Couple Receptor (GPCR) yang masing-masing akan berikatan dengan

(33)
[image:33.595.118.498.92.346.2] [image:33.595.115.503.371.657.2]

Gambar 3. Prostaglandin pathway

(34)

2.2.2 PERANAN PROSTAGLANDIN PADA DISMENORE

Selama siklus menstruasi ditemukan peningkatan dari kadar

prostaglandin terutama PGF2 dan PGE2. Pada fase proliferrasi

konsentrasi kedua prostaglandin ini rendah , namun pada fase sekresi

konsentrasi PGF2 lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi PGE2,

dimana selama siklus mestruasi konsentrasi PGF2 akan terus meningkat

kemudian menurun pada masa implantasi window. Pada beberapa kondisi

patologis konsentrasi PGF2 dan PGE2

Diketahui bahwa FP yaitu reseptor PGF

pada wanita dengan keluhan

menorrhagia secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar

prostaglandin wanita tanpa adanya gangguan haid. Oleh karena itu baik

secara normal maupun pada kondisi patologis prostaglandin mempunyai

peranan selama siklus menstruasi.

2 banyak ditemukan di

myometrium. Dengan adanya PGF2 akan menimbulkan efek

vasokontriksi dan meningkatkan kontraktilitas otot uterus. Sehingga

dengan semakin lamanya kontraksi otot uterus ditambah adanya efek

vasokontriksi akan menurunkan aliran darah ke otot uterus selanjutnya

akan menyebabkan iskemik pada otot uterus dan akhirnya menimbulkan

rasa nyeri. Dibuktikan juga dengan pemberian penghambat prostaglandin

akan dapat mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi. Begitu juga

dengan PGE2, dimana dalam suatu penelitian disebutkan bahwa dengan

penambahan PGF2 dan PGE2 akan meningkatkan derajat rasa nyeri

(35)

Menurut Mayo (1997), ditemukan konsentrasi PGF2α dan PGE2

dalam jumlah yang lebih tinggi pada endometrium dan darah haid pada

wanita yang mengalami dismenore. Dimana PGF2α dan PGE2

mempunyai efek yang berlawanan terhadap pembuluh darah yaitu

sebagai vasodilator dan vasokonstriktor. Dengan pemberian PGF2α akan

menyebabkan peningkatan kontraktilitas otot uterus pada semua fase

[image:35.595.121.514.286.516.2]

menstruasi sedangkan PGE2

Gambar 5. Peranan prostaglandin pada dismenorea

dapat menghambat kontraktilitas otot uterus.

2.3 VITAMIN E

Vitamin E adalah salah satu vitamin yang bersifat larut dalam lemak,

dan sudah lama dikenal sebagai suatu antioxidan (Regina, 1999). Vitamin

E berfungsi dalam mencegah kerusakan sel yang diakibatkan oleh radikal

bebas dalam membran sel dan plasma lipoprotein melalui reaksi

peroksidasi lipid dari asam lemak tak jenuh ganda penyusun fosfolipid

(36)

Pertama sekali Vitamin E ditemukan oleh Evans dan Bishop di

Universitas California di Berkeley pada tahun 1922, pada saat melakukan

penelitian infertilitas pada tikut betina yang diisolasi dari minyak gandum.

Aktifitas biologi dari vitamin E dikemukan oleh Machlin sebagai

pencegahan dari keadaan defisiensi vitamin E seperti fetal resopsi,

muscular dystrophy, encephalomalacia (Traber, 2000).

Vitamin E merupakan sebutan untuk dua kelas molekul yaitu

tocoferol dan tocotrienol, dimana ada empat dari masing-masing molekul

ini mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda (α, β, γ, δ). Α-tocoferol

merupakan molekul yang mempunyai aktifitas biologi yang paling besar

(Regina, 1999; Murray, 2006). Kata tocoferol itu sendiri diambil dari

bahasa Yunani, “tokos” berarti keturunan dan “pherein” yang melahirkan

dengan akhiran –ol yang bermakna bahwa molekul ini adalah alkohol

(Traber, 2000).

2.3.1 METABOLISME VITAMIN E

Vitamin E banyak ditemukan dalam bahan makanan seperti sayuran

dan minyak. Vitamin E diabsorbsi di usus dan memasuki sirkulasi

bersamaan dengan lemak. Kemudian berikatan dengan kilomikron dan

vitamin E akan ditransport dan disimpan di hati. Vitamin E yang tersimpan

akan masuk ke plasma dengan berikatan dengan VLDL dan trigliserida.

Kemudian bersamaan dengan metabolisme VLDL dan trigliserida, maka

(37)

yang kemudian akan sampai ke jaringan. Sehingga secara umum ada tiga

rute transport vitamin di plasma :

1. Melalui katabolisme lipoprotein trigliserida dengan diperantarai

oleh enzim lipoprotein lipase

2. Melalui reseptor VLDL

3. Melalui pertukaran vitamin E antara membran lipoprotein yang

banyak mengandung vitamin E dengan membran lipoprotein yang

sedikit mengandung Vitamin E.

Vitamin E akan dioksidasi menjadi metabolit yang teroksidasi akan

dieksresikan melalui kelenjar empedu dan kemudian akan mengalami

degradasi di ginjal menjadi asam tokoferol dan keluar bersamaan dengan

urin (Traber, 2000).

(38)

2.3.2 EFEK VITAMIN E TERHADAP BIOSINTESIS PROSTAGLANDIN

Prostagalandin merupakan salah satu produk dari metabolisme

asam arakidonat. Asam arakidonat merupakan asam lemak tidak jenuh

yang banyak terdapat dalam membran fosfolipid. Sehingga pelepasan

asam arakidonat dari membran fosfolipid ini akan memicu sintesis

prostaglandin. Pelepasan asam arakidonat dari membran fosfolipid terjadi

melalui reaksi enzimatis oleh enzim fosfolipase A2

Vitamin E merupakan suatu antioksidan yang dapat menghambat

pelepasan asam arakidonat dengan mekanismenya dalam menginhibisi

protein kinase C, yang dapat mempengaruhi aktifitas dari enzim

fosfolipase A

.

2 (Ziaei, 2001). Sehingga dengan adanya penghambatan

terhadap sintesis asam arakidonat akan mengurangi produksi

[image:38.595.122.493.329.711.2]

prostaglandin.

(39)

2.3.3 VITAMIN E SEBAGAI TERAPI ALTERNATIF DISMENORE

Dengan adanya mekanisme efek dari vitamin E dalam biosintesis

prostaglandin, dimana prostaglandin berperan dalam menimbulkan

sensasi rasa nyeri, maka vitamin E mempunyai peranan dalam

mengurangi rasa nyeri haid. Berdasarkan data meta analisis dikatakan

vitamin E dosis rendah < 400 IU dan Vitamin dosis tinggi adalah ≥ 400 IU

(Miller ER, 2005).

Menurut Ziaei (2001), dalam suatu penelitian dengan pemberian

vitamin E 500 IU selama 5 hari, dimulai dari hari kedua sebelum hari haid

pertama mempunyai perbedaan bermakna dibandingkan dengan plasebo

dalam mengurangi nyeri haid yang diukur diukur dengan visual analog

scale. Dilanjutkan dengan penelitan selanjutnya pemberian dengan dosis

yang lebih rendah dengan pemberian Vitamin E 200 IU selama dua

sampai empat siklus pada 2 hari sebelum haid sampai hari ketiga haid

juga ditemukan perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok dalam

(40)

2.4 KERANGKA TEORI

DISMENORE Iskemia Uterus

PGF2α, PGE2↑↑

Asam Arachidonat Fosfolipid

Fosfolipase A2 Protein Kinase C

Cyclooxygenase

Kontraksi Miometrium Vasokonstriksi Pemb. darah Estrogen

Progesteron

Umur Usia Menarche

Psikososial IMT Merokok

Vitamin E

NSAID Rangsang fisik

Rangsangan biokimia Endometriosis

Adenomiosis Mioma Cervical stenosis

Infeksi Inflamasi

Faktor Yang Tidak Diketahui

Derajat Nyeri Berdasarkan

(41)

2.5 KERANGKA KONSEP

DISMENORE Sintesis Prostaglandin

(PGF2α, PGE2)

Umur Usia Menarche Indeks Massa Tubuh Merokok

Sistem Syaraf Psikososial Minuman

Beralkohol

Derajat Nyeri berdasrkan VAS :

Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat

Vitamin E

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan uji eksperimental dengan

rancangan one group pretest and posttest design, dimana pada individu yang sama dilakukan penilaian kemudian diberikan perlakuan lalu dinilai

kembali efek setelah diberikan perlakuan. Dan akan dianalisis dengan

menggunakan Uji Marginal Homogeneity untuk data kategorik berpasangan.

O1 X O2

O1 = Nilai Pretest (nilai sebelum diberikan perlakuan)

X = Treatment (perlakuan)

O2 = Nilai posttest (nilai setelah diberikan perlakuan)

3.2. Waktu dan Tempat penelitian

Tempat penelitian di Akademi kebidanan Senior Medan . Waktu

penelitian dimulai Juli 2013 sampai Desember 2013.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Target

Populasi yang dilakukan generalisasi adalah seluruh wanita

(43)

3.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi penelitian yang sebagian dari populasi ini akan diambil

sebagai sampel penelitian, yaitu seluruh mahasiswa kebidanan yang

kuliah di Akedemi Kebidanan senior 587 siswa.

3.3.3. Sampel Penelitian

Bagian dari populasi terjangkau yang diambil untuk dilakukan

pengukuran yaitu pasien dengan dismenore, kemudian dinilai intensitas

nyeri yang dinilai dengan Visual Analog Scale. Dimana, sampel penelitian

diambil dengan cara consecutive random sampling dengan penetapan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, didapatkan 112 mahasiswa yang

menderita dismenorea.

3.4. Kriteria Penelitian

3.4.1. Kriteria Inklusi :

 Wanita produktif usia 17 -21 tahun

 Menderita dismenore

 Siklus haid yang normal yaitu : siklus haid selama 24-35 hari

dengan lama haid 4-6 hari (Fritz MA, 2005)

 Belum pernah menikah dan melahirkan

 Bersedia ikut penelitian

 Wanita yang tidak mengalami keluhan lain di daerah kandungan

dan pelvis

(44)

 Wanita yang tidak menjalani pengobatan dengan obat penghilang

nyeri

 Wanita yang tidak pernah menjalani operasi di bagian abdomen

dan pelvis

3.4.2. Kriteria Eksklusi :

 Tidak bisa mengikuti pemberian vitamin E per oral 2 x 200 IU/hari

selama 6 hari.

 Bila haid tidak keluar setelah hari ke-4 sejak dinerikan Vitamin E

3.5. Perhitungan Besar Sampel

Pada penelitian ini, digunakan rumus besar sampel untuk data

kategorik berpasangan

(Zα + Zβ )2π

Dimana

n = Besar sampel

Zα

Z

= Derifat baku alfa, kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5 % (1,96)

β

P

= Derifat baku beta, power penelitian sebesar 80 % (0,84)

1-P2

π = Besarnya diskordan (ketidak sesuaian) (0,3)

= Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna. Peneliti

menetapkan sebesar 30% (0,30)

n = Besar sampel adalah 26,1

Maka pada penelitian ini, besar sampel yang digunakan 27 orang

n =

(45)

3.6. Definisi Operasional

Haid Normal

Siklus haid normal adalah siklus haid 235 hari dengan lama haid

4-6 hari (Fritz MA, 2005)

Dismenore

Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak

diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat

menggangu aktifitas sehari-hari yang paling sering ditemui pada

wanita muda dan reproduktif (Winknjosastro, 2007).

Usia

Usia diikut yang diikut sertakan pada penelitian ini adalah 17-21

tahun, karena usia diatas 17 merupakan dianggap sudah cukup

dewasa untuk mengerti dengan informed consent yang diberikan.

Mengenai batasan usia remaja itu sendiri, para ahli

memasukkannya dalam beberapa periode. Menurut Hurlock (2004),

masa remaja dibagi kedalam dua periode :

(1) Remaja awal (early adolescence), antara usia 13 – 17 tahun untuk wanita dan usia 14 – 17 untuk laki-laki

(2) Remaja akhir (late adolescence), antara 17 – 21 tahun. Menurut Mappiare (1992) batasan usia remaja di Indonesia :

(1) Remaja awal, antara 12/13 – 17/18 tahun,

(2) Remaja akhir, antara 17/18 – 21/22 tahun.

(46)

Skala L-MMPI

Bagian dari skala validitas MMPI (Minnesota Multiphasic Personality

Inventory) untuk menilai kejujuran. Skala ini terdiri dari 15 butir

pertanyaan yang harus dijawab “Ya” atau “Tidak”. Skor diambil dari

jumlah jawaban ”tidak”.Bila Skor > 5 berarti responden cenderung

tidak jujur. Sehingga responden tersebut tidak dapat dipercaya dan

tidak diikutkan dalam penelitian (Kaplan, Saddock, 2000). Pada

penelitian ini diperlukan penilaian kejujuran karena penelitian ini

bersifat subjektif dengan penilaian oleh subjek penelitian sendiri

sehingga validitas penelitian ini sangat dipengaruhi kejujuran

responden (Gordon RM, 2011).

Vitamin E

Kapsul suplemen vitamin E sediaan 200 IU yang diberikan per oral,

pemberian dimulai kira-kira 2 hari sebelum perkiraan hari pertama

haid dengan dosis 400 IU/hari (Ziaei, 2005).

Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung sebagai berat badan dalam

satuan kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam satuan meter

dikuadratkan (m2

Intensitas Nyeri

). Klasifikasi IMT berdasarkan kriteria WHO adalah:

underweight (<18,5); normoweight (18,5–24,9); overweight (25,0– 29,9); obese (>30) (WHO,2004)

Intensitas nyeri di nilai dengan menggunankan lembar skala nyeri

(47)

untuk mengetahui lebih mendalam tentang wanita yang mengalami

dismenore.

Penilaian intensitas nyeri dikelompokkan dengan :

• Tidak Nyeri : bila skor 0

• Nyeri Ringan : bila skor 1-2

• Nyeri Sedang : bila skor 3-6

• Nyeri Berat : bila skor 7-8

• Nyeri Sangat Berat : bila skor 9-10

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini diajukan ke Komisi Etika Fakultas Kedokteran

Universitas untuk mendapatkan ethical clearance. Sebelum penelitian

dilakukan subjek penelitian diberitahu mengenai latar belakang, tujuan

penelitian dan manfaat penelitian. Jika subjek penelitian menyetujui untuk

ikut penelitian ini maka subjek penelitian diminta menandatangani lembar

(48)

3.8. Cara Kerja

1. Subyek penelitian harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Selanjutnya dilakukan informed consent bahwa subyek secara sukarela ikut dalam penelitian. Proses rekrutmen sampel melalui

pedoman wawancara dan instrumen penyaring kejujuran dengan

kuesioner Skala L-MMPI. Instrumen untuk menilai kejujuran ini

dilakukan oleh karena pada penelitian ini dinilai berdasarkan

subjektifitas dari subjek penelitian sendiri sehingga sangat

dibutuhkan kejujuran dalam menilai rasa nyeri haid yang diukur

dengan VAS. Apabila subyek cenderung tidak jujur dari hasil

penilaian kuesioner Skala L-MMPI, maka peneliti akan merekrut

subyek yang lain. Cara ukur : Skala ini terdiri dari 15 butir

pertanyaan yang harus dijawab “Ya” atau “Tidak”. Diambil dari

jumlah jawaban ”tidak”. Bila skor >5 berarti responden tersebut

cenderung tidak jujur.

2. Setelah subjek memenuhi kriteria inklusi, subjek dicatat tanggal

haid, berat badan, tinggi badan, usia menarche dan dilakukan

penilain intensitas nyeri haid oleh subjek penelitian sendiri dengan

menggunakan VAS.

3. Subjek penelitian akan diminta untuk minum vitamin E 400 IU/hari

(200 IU dua kali sehari), selama haid dimulai dua hari sebelum

perkiraan haid. Jika subjek memenuhi kriteria eksklusi maka

(49)

Dan jika siklus haid subjek tidak normal, maka subjek juga batal

menjadi subjek penelitian.

4. Penilaian dilakukan selama 3 siklus haid. Sampai jumlah sampel

memenuhi besar sampel minimal.

5. Setelah tercapai besar sampel minimal dilakukan analisis statistik.

3.9. Alur Penelitian

Kriteria Inklusi

Vitamin E 400 IU selama haid mulai 2 hari sebelum perkiraan hari I haid

Sampel

Pre Test

Post Test

Analisa Statistik

Proses perekrutan sampel dengan kuesioner Skala

L-MMPI

Pencatatan tanggal haid terakhir dan penilaian nyeri haid

dengan VAS

Pencatatan tanggal haid terakhir dan penilaian nyeri haid

dengan VAS setiap bulan selama 3 siklus

haid berturut-turut (Subjek akan dieklsusikan jika memenuhi kriteria

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari wawancara yang dilakukan pada mahasiswa akademi kebidanan

Senior Medan, didapatkan 112 mahasiswa yang mengaku mengalami

nyeri haid (dismenorea). Kemudian dilakukan penilaian L-MMPI untuk

menilai tingkat kejujuran terhadap penilaian rasa nyeri yang sangat

subjektif dirasakan oleh masing-masing individu. Dari penilaian L-MMPI

didapati 89 mahasiswa dengan nilai L-MMPI kurang dari 5. Kemudian

dilakukan penilaian terhadap derajat nyeri dan dilakukan penilaian pada

saat menstruasi bulan berikutnya. Dari pengamatan siklus haid pertama

didapati siklus haid yang tidak teratur sebanyak 9 mahasiswa haid kurang

dari 24 hari sehingga dikeluarkan dari penilaian. 10 mahasiswa tidak

dapat haid setelah 4 hari sejak diberikan vitamin E. Pada pengamatan

siklus haid kedua, dari 70 mahasiswa yang tersisa didapati 7 mahasiswa

tidak meminum obat pada hari kedua sebelum perkiraan haid, 9

mahasiswa didapati haid keluar setelah 4 hari pemberian vitamin E dan 2

mahasiswa haid tidak teratur. Pada pengamatan siklus ketiga 11

mahasiswa didapati haid keluar setelah 4 hari pemberian vitamin E. 12

mahasiswa tidak meminum vitamin E setelah haid keluar. 5 mahasiswa

tidak meminum vitamin E setelah haid keluar Penelitian ini dilakukan pada

mahasiswa sesuai dengan kriteria inklusi dengan umur rata-rata 17,59

(51)
[image:51.595.142.506.73.721.2]

Gambar 8. Consort Diagram

112 mahasiswa nyeri haid

23 mahasiswa nilai L-MMPI > 5

89 mahasiswa dilakukan penilai nyeri haid berdasarkan VAS

9 mahasiswa, haid < 24 hari. 10 mahasiswa, haid keluar setelah

4 hari minum vitamin E

70 mahasiswa dilakukan penilai nyeri haid berdasarkan VAS

siklus haid I

7 mahasiswa, tidak minum vit. E 9 mahasiswa, haid setelah 4 hari

minum vitamin E. 2 mahasiswa haid tidak teratur 52 mahasiswa dilakukan penilai

nyeri haid berdasarkan VAS siklus haid II

11 mahasiswa, haid setelah 4 hari minum vitamin E. 12 mahasiswa tidak meminum

vitamin E. 29 mahasiswa dilakukan penilai

nyeri haid berdasarkan VAS siklus haid III

Dilakukan analisa data sebelum dan sesudah pemberian vitamin E

(52)

Tabel 4.1. Karakteristik pasien

Karakteristik N = 29

Umur (Tahun), Rerata (SD) 17.59 (0.568) Usia Saat Menarche (Tahun), Rerata (SD) 12.66 (0.857) Berat Badan (kg), Rerata (SD) 47.38 (6.073) Tinggi Badan (cm), Rerata (SD) 151.97 (2.625) Lama Siklus Haid (hari), Rerata (SD) 28.32 (0.749) Lama Haid (hari), Rerata (SD) 5.54 (2.799) Index Massa Tubuh (n), (%)

• Underweight (< 18,5)

• Normoweight (18,5 – 24,9)

• Overweight (25 – 29,9)

4 (13.8) 23 (79.3)

2 (6.9)

Nilai VAS, Modus (Median)

• Sebelum Pemberian Vit. E

• Pemberian Vit. E Bulan I

• Pemberian Vit. E Bulan II

• Pemberian Vit. E Bulan III

5 (4) 3 (3) 3 (3) 3 (2)

Penelitian ini dilakukan pada wanita usia muda dengan riwayat haid

yang teratur. Dari data karakteristik subjek penelitian didapatkan usia

menarche rata-rata pada mahasiswa akademi kebidanan adalah 12,66

tahun. Rata-rata berat badan 47,38 kg, dengan tinggi badan 151,97 cm,

Rata-rata siklus haid adalah 28,32 hari dengan rata-rata lama haid adalah

5,54 hari.

Indeks Massa Tubuh dari subjek yang ikut penelitian adalah

normoweight (79,3%). Nilai modus VAS sebelum pemberian vitamin E

adalah 5 dan nilai modus VAS setelah pemberian vitamin E bulan

(53)
[image:53.595.108.533.363.589.2]

Tabel 4.2. Derajat nyeri sebelum pemberian vitamin E

Derajat Nyeri N %

Nyeri Ringan 7 24.1

Nyeri Sedang 20 69.0

Nyeri Berat 2 6.9

Berdasarkan data derajat nyeri yang dialami oleh mahasiswa akbid

sebelum pemberian vitamin E, diketahui bahwa 69% mahasiswa akbid

menderita nyeri derajat sedang, 24.1% nyeri ringan dan 6,9% mengalami

derajat nyeri berat.

Tabel 4.3. Derajat nyeri setelah pemberian vitamin E

Derajat Nyeri Tidak Nyeri (VAS 0) Nyeri Ringan (VAS 1-2) Nyeri Sedang (VAS 3-6) Nyeri Berat (VAS7-8) P Value Sebelum

Pemberian Vit. E, n (%)

0 (0) 7 (24,1) 20 (69) 2(6,9)

Pemberian Vit. E

Bulan I, n(%) 0 (0) 10 (34.5) 17 (58.6) 2 (6.9) 0,083

Pemberian Vit. E

Bulan II, n (%) 4 (13.8) 10 (34.5) 13 (44.8) 2 (6.9) 0,001

Pemberian Vit. E

Bulan III, n (%) 4 (13.8) 13 (44.8) 10 (34.5) 2 (6.9) <0,001

Pada pengamatan derajat nyeri saat haid pada bulan pertama

terlihat penurunan derajat nyeri pada derajat nyeri sedang (58,6%) dimana

sebelum pengobatan adalah 69%. Pada pengamatan bulan kedua

terdapat 13,8% subjek yang sebelumnya mengalami nyeri namun tidak

(54)

(44,8%). Pada pengamatan bulan ketiga, mahasiswa akbid yang

mengalami nyeri sedang berkurang menjadi 34,5%. Namun dari

pengamatan derajat ini, diketahui vitamin tidak berpengaruh pada derajat

nyeri berat.

Pada suatu penelitian Randomised Controlled Trial (RCT)

sebelumnya yang dilakukan oleh Zaiea et al, 2001. Dimana dilakukan

pemberian vitamin E 500 iu pada wanita usia muda didapatkan nilai VAS

sebelum pemberian vitamin E adalah 5,5 (3,0-7,5) dan terjadi penurunan

nilai VAS setelah 2 bulan pemberian vitamin E, dimana nilai VAS adalah

3,5 (0 – 5). Pada penelitian selanjutnya pada tahun 2005, dengan

pemberian vitamin E dengan dosis lebih rendah yaitu 400 iu per hari

didapati median nilai VAS setelah pemberian vitamin E 2 bulan adalah 3

dan setelah 4 bulan pemberian vitamin E median nilai VAS yang

didapatkan 0,5.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Akhlaghi et al, 2009 di Iran, pada

wanita muda usia 19-26 tahun, dengan pemberian vitamin E 200 iu per

hari. Setelah 2 bulan pemberian vitamin E yang diberikan selama 5 hari

didapatkan penurunan nilai VAS dari derajat nyeri pada penderita

dismenorea dari 5,18 menjadi 3,4.

Vitamin E diisolasi oleh Evans dkk pada 1936 dari minyak biji

gandum. Telah diketahui delapan tocoferol yang terbentuk secara alami

dengan aktivitas vitamin E. Alpha-tocopherol dipertimbangkan sebagai

vitamin E terpenting yang mencegah peroksidase asam lemak tidak jenuh.

(55)

rangkap, diturunkan dari asam arakhidonat. Pada plasma, 1-2% dari

jumlah total asam lemak terdiri dari asam arakhidonat bebas, sebagian

besar asam arakhidonat berikatan dengan fosfolipid dan ester kolesterol.

Tahap yang membatasi laju dalam pembentukan prostaglandin adalah

pelepasan asam arakhidonat bebas. Berbagai hidrolase dapat terlibat

dalam pelepasan asam arakhidonat, dengan fosfolipase A2 sebagai yang

terpenting. Fosfolipase diaktivasi oleh endotoksin, peregangan mekanis,

katekolamin, angiotensin dan steroid seks. Penurunan kadar progesteron

pada fase luteal siklus menstruasi memicu aksi litik enzimatis,

mengakibatkan peroksidase fosfolipid dan pelepasan asam arakhidonat,

dengan aktivasi pathway cyclo-oxygenase. Karena dismenorea dikarakteristikkan oleh peningkatan konsentrasi prostaglandin di cairan

menstruasi, penekanan sintesa prostaglandin menjadi terapi yang utama

pada dismenorea primer. Prostaglandin juga memiliki kontribusi terhadap

iskemia uterus, dan sensitisasi serabut saraf afferen terhadap rangsang

nyeri. NSAID merupakan terapi yang efektif tetapi dikontraindikasikan

pada sejumlah wanita, dan hanya memiliki efektifitas moderat pada

sebagian lainnya. Pil kontrasepsi kombinasi (PKK) menekan proliferasi

endometrium sekretoris yang dipicu progesteron saat fase luteal,

menyebabkan penurunan sintesis Prostaglandin dan volume cairan

menstruasi. PKK adalah terapi yang diterima untuk dismenorea pada

wanita diluar usia remaja, tetapi efektivitas PKK dosis rendah pada

dismenorea usia remaja masih belum diketahui. Terlebih lagi, peresepan

(56)

(Davis AR, 2001). Antioksidan vitamin E mencegah peroksidase fosfolipid,

pelepasan asam arakhidonat dan konversinya menjadi prostaglandin.

Penggunaan vitamin E untuk dismenorea pada wanita usia remaja

menjadi menarik karena efek signifikan yang ditunjukkan ditambah lagi

dengan ketiadaan efek samping yang signifikan dari pemberian vitamin E

[image:56.595.114.507.266.562.2]

dosis terapeutik.

Gambar 9. Derajat nyeri sebelum dan sesudah pemberian vitamin E

Pada penelitian ini didapat penurunan derajat nyeri yang tidak

bermakna pada bulan pertama (p = 0,083), namun pada bulan kedua dan

bulan ketiga dijumpai penurunan derajat nyeri yang bermakna (p=0,001

dan p = 0,0001). Hal sama juga ditemukan oleh Zaiea et al, dengan

adanya penurunan derajat nyeri pada bulan kedua dengan pemberian

0 10 20 30 40 50 60 70

sebelum Bulan I Bulan II Bulan III %

Tidak Nyeri

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

(57)

vitamin E 500 IU, dan pada pemberian 400 IU dijumpai penurunan derajat

nyeri pada bulan kedua, dan keempat.

Pada penelitian ini tidak ada perubahan pada derajat nyeri berat.

Hal ini dimungkinkan nyeri haid disebabkan oleh adanya kelainan lain

yang harus dilakukan pemeriksaan yang lebih lengkap apakah adanya

keterlibatan organik pada timbulnya rasa nyeri, seperti misalnya adanya

lesi endometriosis yang harus dibuktikan dengan pemeriksaan laparoskopi

diagnostik. Dari penelitian dilakukan oleh Nasir et al. 2004, pada

manajemen nyeri pelvik yang disebabkan dismenorea ditemukan 80%

wanita yang mengalami nyeri menstruasi yang tidak adekuat dengan

pengobatan NSAID, PKK dan pengobatan alternatif lain ditemukan lesi

endometriosis pada pemeriksaan laparoskopi. Suatu Systemic Review

juga menemukan bahwa dari wanita muda yang mengeluhkan

dismenorrhea, 70% diantaranya ditemukan endometriosis dari

pemeriksaan laparoskopik yang tidak respon terhadap pengobatan

(Janssen et, al. 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Nasehi et al, 2009 menemukan

pemberian kombinasi sejenis herbal (ekstrak buah abas) dengan vitamin

E yang dibandingkan dengan pemberian NSAID (ibuprofen) menunjukkan

adanya ada perbaikan pada derajat nyeri pada kedua kelompok yang

menilai pemberian NSAID dan pemberian kombinasi herbal dan vitamiin E

mempunyai efektifitas yang sama dalam mengurangi derajat nyeri pada

(58)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kryzhanovskii dkk, dengan

memberikan vitamin E intramuscular 2 ml pada wanita yang menderita

dismenore didapatkan peningkatan plasma β-endorphin like immunoreactivity (β-EP IR) (Kryzhanovskii et al, 1989). Endorphin diketahui suatu protein yang dapat berikatan dengan opioid reseptor pada

jaringan syaraf yang berefek mengurangi rasa nyeri (analgesic effect), memberikan rasa euphoria dan mengurangi tingkat stres (Kryzhanovskii et

al, 1989). Sehingga dengan pemberian Vitamin E dapat menjadi

penghilang rasa nyeri secara sentral. Namun bukan vitamin E berikatan

dengan reseptor opioid atau sebagai reseptor antagonis opioid, melainkan

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dismenore sering dijumpai pada wanita usia muda. Pada

pemberian Vitamin E dosis 400 IU perhari yang diberikan pada 2 hari

sebelum menstruasi sampai selesai menstruasi terbukti bermanfaat dalam

mengurangi intensitas nyeri haid (dismenore) yang terjadi setelah

pemberian selama 2 dan 3 bulan pengobatan. Vitamin dengan

efektifitasnya mengurangi nyeri, dapat digunakan sebagai terapi alternatif

pada pengobatan nyeri haid (dismenorea).

5.2. SARAN

Diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan

kadar prostaglandin pada darah menstruasi yang dapat menimbulkan rasa

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Akhlaghi, F; Zyrak, N;Nazemian, S,Effect of Vitamin E on primary

dysmenorrhea, Hayat, 2009 Vol. 15 No. 1 pp. Pe13-Pe19, en82.

Berry, PH., 2006. Pain : Current Understanding of Assessment,

Management, and Treatments. American Pain Society.

Bolton, PJ., et al. 2009. et al. 2009. Exercise for Primary dysmenorrhoea

(Protocol). The Cochrane Collaboration. Cochrane Library.

Cunningham, et al. 2008. Pelvic Pain : Dysmenorrhea. Chapter 11.

Williams Gynecology. The McGraw-Hill Companies. New York.

Davis AR, Westhoff CL. Primary dysmenorrhea in adolescent girls and

treatment with oral contraceptives. J Pediatr Adolesc Gynecol

2001;14(1):3– 8.

Dawood MY, 2006. Primary Dysmenorrhea : advance in Pathogenesis and

Management. Departement of Obstetrics and Gynecology, West

Virginia University School of Medicine. The American College of

Obstetricians and Gynecology. Lippincott williams and Wilkins. 2006.

Ernawati, dkk. 2010. Terapi Relaksasi Terhadap Nyeri Dismenore Pada

Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Semarang. Fakultas Ilmu

Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Flohe, RB., et al. 1999. Vitamin E : Function and Metablism. German

(61)

Fortier, MA., 2008. A Postgenomic Integrated View of Prostaglandin :

Implication for Other Body systems. Journal of Physiology and

Pharmacology; 59, Sppl 1, 65-89.

Fritz, Marc A. 2005, Clinical Gynecology Endocrinology and Infertility, 7 th

Edition, Prostaglandins. Lippincott Williams and Wilkins. 289-295.

French, L., 2005. Dysmenorrhea. Michigan State University College of

Human Medicine, East Lansing Michigan, USA. Am Fam Physician.

(2005) 15;71 (2):285-291.

Harel, Z., 2006. Dysmenorrhea in Adolescents and Young Adults :

Etiology and Management. Division of Adolescent Medicine/Hasbro

Children’s Hospital and Departement of Pediatrics, Brown University,

Rhode Island. J Pediatr Adolesc Gynecol (2006) 19:363e371.

Harlow SD., et al. 1996. Longitudinal Study of Risk Factors for Occurence,

Duration and Severity of Menstrual Cramps in a Cohort of College

Women. British Journal Obstetrics and Gynaecology, 1996;

103:1134-1142.

Hata, AN

Gambar

Gambar 1. VISUAL ANALOG SCALE (VAS)
Gambar 3. Prostaglandin pathway
Gambar 5. Peranan prostaglandin pada dismenorea
Gambar 6. Metabolisme Tokoferol
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil: Visual Analog Scale (VAS) terapi TENS dan IR dengan TENS, IR dan proper body mechanic pada pasien low back pain di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh fisioterapi terhadap derajat nyeri VAS (visual analogue scale) pada penderita low back pain.. Metode : Desain penelitian