• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mendeskripsikan Kemampuan Proses Sains dalam Praktikum Fisika Dasar II Materi Kalor Jenis Logam dengan Menggunakan E-Modul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mendeskripsikan Kemampuan Proses Sains dalam Praktikum Fisika Dasar II Materi Kalor Jenis Logam dengan Menggunakan E-Modul"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Mendeksripsikan Kemampuan Proses Sains...(Febrina Rosa Winda) 66

Description of Student’s Science Process Skills In Basic Physics II

Practicum Specific Heat of Metal Using E-Module

Febrina Rosa Winda1,a, Utari Prisma Dewi2,b

2Department of Physics Education, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas JambiJl.

Lintas Sumatera Jl. Jambi - Muara Bulian No.Km. 15, Mendalo Darat, Kec. Jambi Luar Kota,

Kabupaten Muaro Jambi, Jambi 36122, Indonesia

e-mail: a[email protected]

Abstract

Physics is a science that requires experimental activities to prove its truth. In the proof, it is carried out systematically and disciplined. This skill is called a science process skill. This research is a quantitative research with descriptive method. The purpose of this study was to determine the effect of using e-modules in the course of practicum and determine the level of science process skills of students. Subjects in this study were semester 2 students of Physics Education at the University of Jambi. The data collection instruments used were observation sheets that had been validated before. Data collection is assisted by observers who observe each student and then the data is processed using statistical analysis. From the results of data analysis, it was found that there was an influence of e-modules in the implementation of practicum and the average science skills of students were in the very good category.

Keywords:science process skill, e-module

Mendeskripsikan Kemampuan Proses Sains dalam Praktikum

Fisika Dasar II Materi Kalor Jenis Logam dengan

Menggunakan E-Modul

Abstrak

Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang membutuhkan kegiatan eksperimen untuk membuktikan kebenarannya. Dalam pembuktiannya dilakukan dengan sistematis, disiplin, dan jujur. Keterampilan ini disebut sebagai keterampilan proses sains. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan e-modul dalam berjalannya praktikum dan mengetahui tingkat keterampilan proses sains mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 2 Pendidikan Fisika Universitas Jambi. Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi yang telah divalidasi sebelumnya. Pengumpulan data dibantu oleh observer yang mengamati tiap mahasiswa kemudian data diolah dengan menggunakan analisis statistik. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa e-modul memberi pengaruh dalam pelaksanaan praktikum Fisika Dasar II. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata keterampilan sains mahasiswa berada di kategori SB (sangat baik).

(2)

Volume 6, Nomor 2 Desember 2019 67

I.

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan alam atau sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai alam semesta beserta isinya, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya yang dikembangkan oleh para ahli melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan secara teliti dan hati-hati. Oleh karena itulah sains selalu berlandasakan pada observasi, baik dilakukan secara sistematik yang didukung oleh teori-teori sebelumnya maupun dengan spekulasi tanpa dukungan teori lainnya [1]. Fokus utama dari pembelajaran IPA adalah memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik yang dari pengalaman itulah peserta didik memperoleh pemahaman yang cukup dalam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari [2]. Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu disiplin ilmu dengan objek kajian adalah fenomena-fenomena alam dan dapat dibuktikan secara ilmiah melalui observasi ataupun eksperimen.

Fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam. Fisika merupakan pembelajaran dengan ilmu pengetahuan yang membahas gejala-gejala dan sifat-sifat pada benda yang berada di alam[3][4]. Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang membicarakan fenomena nyata dan gejalanya[5]. Sebagai bagian dari sains, fisika memiliki peran penting di pengetahuan mengenai fenomena yang terjadi di alam semesta, dan fisika terus berubah dan juga berkembang sesuai dengan kondisi di dunia [6][7]. Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa fisika adalah ilmu yang berasal dari kegiatan observasi suatu fenomen alam

maupun prosesnya yang kemudian dibuktikan secara eksperimen. Jika terbukti maka disebeut sebagai hukum ataupun prinsip.

Ada banyak hal yang dibahas di dalam fisika untuk didalami dan dipelajari, sehingga terdapat pendidikan lanjutan yang fokus kepada pelajaran fisika yaitu di perguruan tinggi [8]. Universitas sebagai Pendidikan tinggi yang menyediakan berbagai macam fakultas sains, salah satunya adalah fakultas Pendidikan (FKIP). Program pendidikan fisika adalah bagian dari FKIP, menghasilkan lulusan yang berpengalaman dalam aspek Pendidikan, skill, dan juga sikap [9]. Salah satu mata kuliah di prodi Pendidikan Fisika Universitas Jambi adalah Fisika Dasar II yang di dalamnya terdapat kegiatan praktikum. Fisika membutuhkan investigasi untuk membuktikan konsep menjadi hokum, atau mendapatkan teori dan prinsip yang bias dilakukan dengan praktikum [10]. Praktikum atau eksperimen berkontribusi dalam mengembangkan pemahaman sains siswa, berpikir kritis, penyelidikan, penemuan, dan kemampuan memecahkan masalah di fisika [11]. Praktikum memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, karena siswa dapat memecahkan permasalahan-permasalahan sains melalui kegiatan eksperimen yang melalui hasil eksperimen nanti akan dihubungkan dengan teori yang telah dimiliki sebelumnya[12].

Fisika adalah cabang dari ilmu pengetahuan alam, dimana ilmu pengatahuan alam adalah ilmu yang berasal dari kegiatan observasi yang kemudian dibuktikan dengan kegiatan eksperimen. Dalam pembuktiannya

(3)

68 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON dilakukan dengan sistematis, disiplin,

dan jujur. Keterampilan ini disebut sebagai keterampilan proses sains [13].

Keterampilan proses sains merupakan keterampilan kognitif (mental) dan psikomotor (fisik) yang saintis gunakan dalam mempelajari sains dan melakukan penyelidikan ilmiah[14]. Keterampilan proses sains terdiri atas keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi [15][16]. Keterampilan proses sains terdiri atas observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, menyimpulkan, dan prediksi[17]. Keterampilan proses sains terintegrasi adalah alat untuk melakukan penyelidikan ilmiah, sedangkan keterampilan sains dasar merupakan media untuk membentuk pengetahuan baru[18]. Keterampilan proses sains terdiri atas observasi, pembentukan hipotesis, prediksi, investigasi, interpretasi data, dan juga komunikasi hasil [19].

Kemampuan proses sains terintegrasi berperan dalam mengendalikan variabel, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menafsirkan data, bereksperimen dan membuat kesimpulan. Keterampilan tersebut dibutuhkan agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan sains dan dapat menerapkannya untuk masalah sains di kehidupan sehari-hari sesuai dengan hakikat literasi sains[18].

Dalam melaksanakan praktikum dalam rangka mengembangkan keterampilan proses sains, maka digunakanlah penuntun praktikum sebagai penduan dalam melakukan kegiatan praktikum tersebut. Fungsi dari penuntun praktikum adalah bahan ajar yang bisa meminimalkan

peran dosen, menjadikan mahasiswa semakin aktif dan memperoleh pengetahuan yang bermakna, menjadikan mahasiswa memperoleh kreatifitas berpikir dan keterampilan olah tangan sehingga memudahkan pendidik dalam melaksanakan pengajaran di dalam laboratorium [20]. Penuntun praktikum selain sangat membantu dalam proses pelaksanaan praktikum, tapi juga dapat melatih keterampilan proses mahasiswa atau praktikan[3].

Dunia pendidikan ikut berkembang beriringan dengan perkembangan teknologi. Salah satu perkembangannya adalah munculnya e-learning. E-learning merupakan bentuk pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi [21]. E-learning adalah pendekatan belajar dan mengejar berbasis media elektronik dan juga perangkat yang digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pelatihan[22][23].

Penuntun praktikum

merupakan hal yang esensial dalam proses perkembangan keterampilan sains peserta didik, maka perlu adanya pengembangan dalam penentun tersebut. Oleh sebab itu segala kekurangan yang ada dipraktikum harus dibenahi. Penuntun praktikum berbasis hard copy tidak terlalu efektif dan efisien. Selain karena terdapat pemborosan penggunaan kertas, penuntun juga sulit jika dibawa kemana-mana. Solusi dari permasalahan di atas adalah membuat penuntun berbasis e-learning yang diterapkan dalam bentuk mobile learning yaitu e-modul[3].

Mobile learning adalah pembelajaran yang bias disederhanakan melalui penggunaan perangkat mobile. Mobile learning

(4)

Volume 6, Nomor 2 Desember 2019 69 adalah pembelajaran yang siswanya

tidak menetapkan lokasi siswa. Penggunaan mobile learning bias digunakan di mana saja, kapan saja, dan lebih fleksibel dan menghemat waktu. [24]

Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti merasa perlu diadakan suatu penelitian untuk mengukur kemampuan proses sains mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Jambi dalam praktikum Fisika Dasar II dan melihat pengaruh penggunaan e-module yang digunakan terhadap jalannya praktikum dalam rangka perkembangan proses sains mahasiswa.

II.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Subjek dari penelitian ini adalah 40 mahasiswa semester 2 Pendidikan Fisika Universitas Jambi tahun akademik 2018/2019. Adapun objek yang diamati adalah keterampilan proses sains mahasiswa dalam melakukan praktikum kalor jenis logam, dan mengetahui pengaruh peggunaan e-module terhadap berjalannya praktikum. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang telah divalidasi sebelumnya dan observasi dibantu oleh observer yang mengamati mahasiswa.

Lembar observasi terdiri atas beberapa indikator yang diwakili dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan tiap pernyataan terdiri atas skala likert, yaitu STB (sangat tidak

baik) dengan skor 1 , TB (tidak baik) dengan skor 2, B (baik) dengan skor 3, dan SB (sangat baik) dengan skor 4.

Dalam penelitian ini peneliti fokus pada indikator kesimpulan dan klasifikasi untuk KPS Dasar. Dimana untuk indikator kesimpulan terdiri atas 7 pernyataan, sedangkan indikator klasifikasi terdiri atas 1 pernyataan. Adapun untuk KPS Terintegrasi, indkator yang dipilih adalah menyusun tabel data dengan 4 pernyataan dan mengumpulkan dan menggorganisasikan data terdiri atas 3 pernyataan. Setelah data diperoleh, data diolah dengan menggunakan bantuan IBM Statistic SPSS 25 untuk analisis statistik.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data diolah dengan bantuan IBM Statistic SPSS 25. Untuk hasil data KPS Dasar, indikator kesimpulan dan klasifikasi, diperoleh data pada tabel 1. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa untuk indikator kesimpulan yang terdiri atas 6 pernyataan diperoleh rata-rata sebesar 20,0 dengan nilai tengah 20,0 dan nilai terbanyak 23,0. Adapun nilai terbesar yang didapat adalah 24,0 dan terendah adalah 16.

Setelah dikategorisasi didapatkan 18 mahasiswa berada di kategori Baik dengan persentase 45% dan 22 mahasiswa berada di kategori Sangat Tidak Baik dengan persentase 55%. Sedangkan untuk kategori Sangat Tidak Baik dan Tidak Baik sebanyak 0% atau tidak terdapat mahasiswa yang masuk dalam kategori tersebut.

(5)

70 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON Tabel 1. Analisis KPS Dasar

Mean Me Mo Max Min

Indikator Skor Kategori f %

kesimpulan 6 – 10,5 Sangat Tidak Baik 0 0 20,0 20,0 23,0 24,0 16,0 10,51 – 15 Tidak Baik 0 0 15,1 – 19,5 Baik 18 45 19,5 – 24 Sangat Baik 22 55 Jumlah 40 100 klasifikasi 1 – 1,75 Sangat Tidak Baik 0 0 3,47 3,0 3,0 4,0 3,0 1,76 – 2,5 Tidak Baik 0 0 2,51 – 3,25 Baik 21 52,5 3,26 – 4 Sangat Baik 19 47,5 Jumlah 40 100

Dari tabel 1 dapat dibuatkan diagram seperti pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Diagram Tingkat Kemampuan Menyimpulkan Untuk indikator klasifikasi yang terdiri atas 1 pernyataan diperoleh rata-rata sebesar 3,47 dengan nilai tengah sebesar 3,0 dan nilai terbanyak adalah 3,0. Adapun nilai tertinggi yang diperoleh adalah 4,0 dan terendah adalah 3,0. Setelah dikategorisasi diperoleh 21 mahasiswa berada di kategori Baik dengan persentase 52,5% dan 19 mahasiswa berada di kategori Sangat Tidak Baik dengan

persentase 47,5%. Sedangkan untuk kategori Sangat Tidak Baik dan Tidak Baik sebanyak 0% atau tidak terdapat mahasiswa yang masuk dalam kategori tersebut. Dari data ini dapat dibuatkan diagram seperti pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Diagram Tingkat Kemampuan Mengklasifikasi

Selanjutnya untuk hasil data KPS Terintegrasi indikator membuat tabel

dan mengumpulkan dan

mengorganisasikan data, diperoleh data pada tabel 2.

Untuk indikator menyusun tabel yang terdiri atas 4 pernyataan

(6)

Volume 6, Nomor 2 Desember 2019 71 diperoleh rata-rata sebesar 13,83

dengan nilai tengah 14,0 dan nilai terbanyak 12,0. Adapun nilai terbesar yang didapat adalah 16,0 dan terendah adalah 11,0. Setelah dikategorisasi didapatkan 17 mahasiswa berada di kategori Baik

dengan persentase 42,5% dan 23 mahasiswa berada di kategori Sangat Tidak Baik dengan persentase 57,5%. Sedangkan untuk kategori Sangat Tidak Baik dan Tidak Baik sebanyak 0% atau tidak terdapat mahasiswa yang masuk dalam kategori tersebut.

Tabel 2. Analisis KPS Terintegrasi

Mean Me Mo Max Min

Indikator Skor Kategori f %

Menyusun Tabel

4 – 7 Tidak Baik Sangat 0 0

13,83 14,0 12,0 16,0 11,0 7,1 – 10 Tidak Baik 0 0 10,1 – 13 Baik 17 42,5 13,1 – 16 Sangat Baik 23 57,5 Jumlah 40 100 Mengumpulkan dan Mengorganisasikan Data

4 – 6 Tidak Baik Sangat 0 0

10,65 11,0 12,0 12.0 9.0

6,1 – 8 Tidak Baik 0 0

8,1 – 10 Baik 18 45

10,1 – 12 Sangat Baik 22 55

Jumlah 40 100

Dari data tabel 2 dapat dibuatkan diagram seperti pada Gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Diagram Tingkat Kemampuan Menyusun Tabel Untuk indikator meng-umpulkan dan mengorganisaikan data yang terdiri atas 3 pernyataan diperoleh rata-rata sebesar 10,65 dengan nilai tengah 11,0 dan nilai terbanyak 12,0. Adapun nilai terbesar yang didapat adalah 12,0 dan terendah adalah 9,0. Setelah dikategorisasi didapatkanlah 18

mahasiswa berada di kategori Baik dengan persentase 45% dan 22 mahasiswa berada di kategori Sangat Tidak Baik dengan persentase 55%. Sedangkan untuk kategori Sangat Tidak Baik dan Tidak Baik sebanyak 0% atau tidak terdapat mahasiswa yang masuk dalam kategori tersebut. Dari data ini dapat dibuatkan diagram seperti pada Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Diagram Tingkat Kemampuan Mengumpulkan dan

Mengorganisasikan Data

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 40 subjek

(7)

72 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON penelitian, yaitu mahasiswa semester

2 Pendidikan Fisika Universitas Jambi tahun 2018/2019 yang melakukan praktikum kalor jenis logam dengan menggunakan bantuan e-module, peneliti dapat menyimpulkan bahwa rata-rata mahasiswa sudah berada di kategori Baik dan Sangat Baik. Penggunaan e-module memberikan manfaat yang besar karena selain dapat diakses dengan mudah, e-module juga dapat memuat informasi tanpa batas sehingga langkah-langkah yang diberikan kepada mahasiswa dalam melakukan praktikum benar-benar terperinci. Praktikum perlu mengalami perbaikan dan pengembangan karena penuntun merupakan salah satu elemen penting dalam kegiatan praktikum yang akan mengembangkan keterampilan proses sains praktikan.

Hasil ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Misalnya oleh penelitian yang dilakukan Zulvianda, Hanum, & Nazar (2014) menunjukkan bahwa pengembangan e-module mendapatkan respon yang positif [27]. Hasil yang sama juga ditunjukkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pathoni, dkk (2017) bahwa persepsi mahasiswa terhadap e-modul fisika atom dan inti yakni rata-rata sebesar 83,5% (materi struktur inti) dan 89 % (materi radioaktivitas) dengan kategori sangat baik [28]. Penelitian yang dilakukan oleh Asrial, dkk (2019) menyimpulkan bahwa e-modul lebih menarik dan dapat

memberikan peningkatan yang

signifikan [29]. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Astalini, Darmaji, Kurniawan, Anwar, &

Kurniawan (2019), the highest

percentage in the experimental class contained in the communication indicator and the indicator classification. While the highest

percentage of grade control contained in the indicator compiles the data table. So it can be said that with the use of guide books effective based mobile learning is more than the use of printed guide books[30].

Keterampilan proses terdiri atas keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan dasar merupakan landasan bagi pengembangan berikutnya yaitu keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar terdiri atas enam indikator, yaitu

kemampuan observasi,

menyimpulkan, mengukur, komunikasi, klasifikasi, dan prediksi[31]. Dari penelitian yang peneliti lakukan diperoleh rata-rata mahasiswa sudah berada dikategori Baik dalam empat indikator yang peneliti amati, yaitu untuk KPS Dasar dengan indikator kemampuan menyimpulkan dan mengklasifikasi, dan untuk KPS Terintegrasi dengan indikator kemampuan menyusun tabel dan mengumpulkan, mengorganisasikan data.

Untuk indikator kemampuan mengklasifikasi artinya mahasiswa telah mampu dengan baik melakukan pengklasifikasian karakteristik data percobaan kalorimeter (terlihat dalam membuat tabel). Untuk indikator kemampuan menyimpulkan artinya mahasiswa telah mampu dengan baik melakukan :

a. Mengutarakan alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur suhu

b. Mengutarakan nilai pada skala yang ditunjukkan termometer ketika pengukuran suhu air dalam kalorimeter dan saat dicampur dengan kubus materi yang telah dipanaskan didalam kalorimeter.

(8)

Volume 6, Nomor 2 Desember 2019 73 c. Mahasiswa mengutarakan data

dalam tabel untuk pengukuran suhu kubus materi saat pemanasan, serta suhu saat dalam kalorimeter

d. Mengutarakan nilai pada skala utama dan skala nonius neraca ohauss yang ditunjukkan ketika pengukuran massa kalorimeter e. Mengutarakan nilai pada skala

utama dan skala nonius neraca ohauss yang ditunjukkan ketika pengukuran massa kubus materi f. Mengutarakan nilai pada skala

utama dan skala nonius neraca ohauss yang ditunjukkan ketika pengukuran massa kalorimeter yang berisi air dan kubus materi

Untuk indikator kemampuan menyusun tabel artinya mahasiswa telah mampu dengan baik melakukan: a. Mahasiswa membuat tabel (massa kolorimeter, massa kubus materi, massa air dalam kalorimeter, suhu air dalam kalorimeter, suhu kubus materi saat pemanasan, suhu campuran air dan kubus materi dalam kalorimeter) data hasil pengukuran.

b. Mahasiswa membuat label (judul kolom) yang sesuai untuk masing-masing kolom.

c. Mahasiswa dapat membuat tabel data berulang untuk percobaan. d. Mahasiswa membuat kolom

nomor untuk memperjelas adanya pengukuran berulang.

Untuk indikator kemampuan

mengumpulkan dan

mengorganisaikan data artinya mahasiswa telah mampu dengan baik melakukan :

a. Mahasiswa membuat tabel data hasil percobaan

b. Mahasiswa menuliskan hasil pengukuran pada tabel

c. Mahasiswa menampilkan data dalam bentuk grafik data hasil percobaan

IV.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa mahasiswa semester 2 Pendidikan Fisika Universitas Jambi yang melakukan praktikum kalor jenis logam dengan e-modul sebagai penuntunnya, rata-rata berada di kategori yang Sangat Baik untuk keterampilan proses sains dasar dengan indikator kesimpulan dan menyimpulkan, serta keterampilan proses sains terintegrasi dengan indikator menyusun tabel dan mengumpulkan dan meng-organisasikan data. Dari hasil statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan e-module lebih efektif dan efisien sebagai penuntun praktikum untuk meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa.

REFERENSI

[1] A. Surjana, “Dasar-Dasar IPA : Konsep dan Aplikasinya”, Bandung : UPI Press, 2014. [2] Arlianti, “Peningkatan Hasil

Belajar Peserta Didik dengan Menggunakan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran IPA di Kelas III SDN 50 Bulu’datu Palopo”, PiJIES : Pedagogik Journal of Islamic Elementary School October, vol.1, no.2, 15 – 2, 2018.

[3] Darmaji, Astalini, D. A. Kurniawan, dan N. R. Nasih, N. R, “Persepsi Mahasiswa pada Penuntun Praktikum Fisika Dasar II Berbasis Mobile Learning,” Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, dan

(9)

74 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON Pengembangan, vo.4, no.4, 516 –

523, 2019.

[4] Astalini, D. A Kurniawan, Darmaji, L. Rofiatus, dan R. Perdana, R, “Charactertistics of Student’s Attitude to Physics in Muaro Jambi High School”, Humanities & Social Sciences Reviews, 7 (2) : 91 – 99, 2019. [5] Maison, Astalini, Darmaji, D. A

Kurniawan, R. Perdana, dan L. Anggraini, “The Phenomenon of Physicology Senior High School Education: Relationship of Students' Attitudes toward Physic, Learning Style, Motivation” Universal Journal of Education Research, vol.7, no.10 : 2199 – 2207, 2019.

[6] Astalini, Darmaji, D. A. Kurniawan, R. Perdana, dan D. S. Putra, “A study relationship attitude toward physics, motivation, and character discipline students senior high school, in Indonesia”, IJLT : International Journal of Learning and Teaching, vol.11, no.3, 99 – 109, 2019.

[7] Maison, Astalini, D. A. Kurniawan, dan L. R Sholihah, “Deskripsi Sikap Siswa SMA Negeri pada Mata Pelajaran Fisika”, EDUSAINS, vol.10, no.1, 160 – 167, 2018.

[8] Astalini, Darmaji, A. Rahayu, A., dan Maison,”Pengembangan Penuntun Praktikum Berbasis Keterampilan Proses Sains Menggunakan Model Problem Solving”, EDUSAINS, vol. 10, no. 1, 83 – 96, 2019

[9] Darmaji, D. A. Kurniawan, dan A. Suryani, “Effectiveness of Basic Physics II Practicum Guidelines Based on Science Process Skills”,

JIPF : Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika, vol.4, no.1, 1 – 7, 2019. [10] Darmaji, D. A. Kurniawan, dan

Irdianti, “Physics Education Student’s Science Process Skills”, IJERE : International Journal of Evaluation and Resarch in Education, vol.8, no.2, 293 – 298, 2019.

[11] W. Kurniawan, Jufrida, F. R. Basuki, R. Ariani, dan O. Fitaloka, “Virtual Laboratory Based Guided Inquiry : Viscosity Experiment”, JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika), vol.4, no.2, 91 – 98, 2019.

[12] M. Lestari dan N. Diana, “Keterampilan Proses Sains (KPS) pada Pelaksanaan Praktikum Fisika Dasar I”, Indonesian Journal of Science and Mathematics Education, vol.1, no.1, 49 – 54, 2018.

[13] Darmaji, Astalini, D. A. Kurniawan, H. Parasdila, Irdianti, S. Hadijah, dan R. Perdana, “Practicum Guide : Basic Physics Based of Science Process Skill”, Humanities & Social Sciences Reviews, vol.7, no.4, 151 – 160, 2019.

[14] F. R. Basuki, Jufrida, D. A. Kurniawan, I. P. Devi, dan O. Fitaloka, “Tes Keterampilan Proses SAINS : Multiple Choice Fomat”, Jurnal Pendidikan Sains (JPS), vol.7, no.2, 101 – 111, 2019.

[15] Maison, Darmaji, Astalini, D. A. Kurniawan, dan P. S. Indrawati, “Science Process Skills and Motivation”, Humanities & Social Science Reviews, vol.7, no.5, 48 – 56, 2019.

[16] Darmaji, D. A. Kurniawan, A. Suryani, dan A. Lestari, “An Identification of Physics

(10)

Pre-Volume 6, Nomor 2 Desember 2019 75 service Teachers’s Science

Process Sckills Through Science Process Skills-Based Practicum Guidebook”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, vol. 7, no.2, 239 – 245, 2018.

[17] Darmaji, D. A. Kurniawan, H. Parasdila, dan Irdianti., “Description of Science Process Skills Physics Education Students at Jambi University in Temperature and Heat Materials”, The Educational Review, vol. 2, no.9, 485 – 498, 2018.

[18] Handayani. G, Adisyahputra, dan R. Indrayanti, “Hubungan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi dan Kemampuan Membaca Pemahaman Terhadap Literasi Sains pada Mahasiswa Calon Guru Biologi”, Biosfer : Jurnal Pendidikan Biologi (BIOSFERJPB), vol.11, no.1, 21 – 31, 2018.

[19] Darmaji, D. A. Kurniawan, Astalini, W. Kurniawan, K. Anwar, dan A. Lumbantoruan, ”Student’s Perception of Electronic Module in Physics Practicum”, Journal of Education and Learning (EduLearn), vol.13, no.2, 288 – 294, 2019.

[20] W. Arianti, M. Qaddafi, dan Zukarnain, “Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia Dasar untuk Mahasiswa Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar”, Jurnal Biotek, vol.5, no.2, 52 – 72, 2017. [21] S. N. Hanum, “Keefektifan

E-learning sebagai Media Pembelajaran (Studi Evaluasi Model Pembelajaran E-learning SMK Telkom Sandhy Putra

Purwokerto)”, Jurnal Pendidikan Vokasi, vol.3, no.1, 91 – 102, 2013.

[22] Astalini, D. A. Kurniawan, U. Sulistiyom, dan R. Perdana, “E-Assessment Motivation in Physics Subjects for Senior High School” iJOE : International Journal of Education, vol.15, no.11, 4 -15, 2019.

[23] B. H. Khan dan M. Ally, “International Handbook of E-learning Volume 1 : Theoretical Perspective and Research”, New York : Routledge, 2015.

[24] Darmaji, D. A. Kurniawan, dan Astalini, “Mobile Learning in Higher Educayion for The Industrial Revolution 4.0 : Perception and Response of Physics Practicum”, iJIM : International Journal of Interactive Mobile Technologies, vol. 13, no. 9, 4 – 19, 2019.

[25] H. Zulviada, L. Hanum, dan M. Nazar, “Pengembangangan E-modul Kimia SMA pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK), vol.1, 2014.

[26] H. Pathoni, Jufrida, I. Saputri, dan W. Sari, “Persepsi Mahasiswa

Terhadap E-Modul

Pembelajaran Mata Kuliah Fisika Atom dan Inti”, JEP : Jurnal Eksakta Pendidikan, vol. 1, no. 1, 55 – 62, 2017.

[27] Asrial, Syahrial, D. A. Kurniawan, R. Septianingsih, dan R. Perdana, R, “Multimedia Innovation 4.0 in Education : E-Modul Ethnoconstrucctivism”,Universa l Journal of Education Research, vol. 7, no. 10, 2098 – 2107, 2019. [28] Astalini, Darmaji, W. Kurniawan, K. Anwar, dan D. A. Kurniawan,

(11)

76 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON “Effectiveness of Using E-Module

and E-Assessment. iJIM : International Journal of Interactive Mobile Technologies, vol. 13, no. 9, 21 – 39, 2019. [29] Putri, S. U., “Pembelajaran Sains

untuk Anak Usia Dini”, Bandung : UPI Sumedang Press, 2019.

Referensi

Dokumen terkait

A certain (small) degree of corruption is useful for business .... Corruption is rooted in our culture; people believe they should grease someone’s palm to get the job done

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat aspek metakognitif yaitu: aspek kesadaran, aspek strategi kognitif, aspek perencanaan dan aspek pengecekkan

Instagram sebagai front stage atau panggung depan beauty influencer dalam mengabadikan aktivitas yang diunggah didalamnya, yang mana Instagram merupakan platform

Berdasarkan hasil penelitian diketahui tidak ada hubungan antara kecemasan dalam melakukan OSCA dengan hasil evaluasi.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Dalam mode kontrol tekanan proporsional, setpoint dapat diatur secara eksternal dalam jarak dari 25 % head maksimum ke setpoint yang ditetapkan pada pompa atau dengan

Pada octave, suatu persamaan polynomial ditulis dalam bentuk vektor yang berisi koefisien- koefisien dari persamaan tersebut. Koefisien dari persamaan polynomial disusun

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian dosis kompos kascing dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi bawang

Data tingkat kemiskinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tingkat kemiskinan kabupaten / kota pada masing-masing daerah di Provinsi Jawa Tengah yang dinyatakan