• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Frasa Berdasarkan Persamaan Distribusinya Dengan Golongan Kata Dalam Bahasa Arab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Struktur Frasa Berdasarkan Persamaan Distribusinya Dengan Golongan Kata Dalam Bahasa Arab"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR FRASA BERDASARKAN PERSAMAAN

DISTRIBUSINYA DENGAN GOLONGAN KATA DALAM

BAHASA ARAB

Syindi Oktaviani R. Tolinggi

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Email: syindioktaviani0410@gmail.com

DOI: 10.24252/saa.v7i2.10313 Abstrak

Frasa adalah satuan gramatika yang berupa gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam susunan kalimat. Di dalam bahasa Arab, istilah frasa tidak begitu populer di kalangan pengkaji bahasa Arab di Indonesia atau pun di dunia Arab sendiri. Ada pun istilah frasa di dalam bahasa Arab, ada yang mengartikan dengan tarkib dan ibaroh. Frasa berdasarkan persamaan distribusinya dengan golongan kata di dalam Bahasa Arab dibagi menjadi enam bagian, yaitu: Frasa nominal (يمسا), frasa adjektifal (يفصو), frasa numerial/bilangan (يددع), frasa adverbial (يفرظ), frasa preposisional (ةلمج هبش) dan frasa verbal (يلعف).

Kata kunci : Frasa; Bahasa Arab

PENDAHULUAN

Frasa adalah satu gramatikal yang terbentuk dari dua kata atau lebih dan memiliki hubungan antar unsur pembentuknya tidak melebihi batas fungsi dari unsur klausa. Artinya adalah frasa tersebut selalu berada dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu: [1] Subjek (S), [2] Predikat (P), [3] Objek (O), dan [4] Keterangan (K).

Di dalam bahasa Arab, istilah frasa -apapun terjemahannya- tidak begitu popular di kalangan pengkaji bahasa Arab di Indonesia ataupun di dunia Arab sendiri. Disebut demikian karena buku-buku Nahwu `sintaksis Arab` pada umumnya tidak ada yang mengemukakan definisi tentang frasa. Selain itu tidak ada bab atau sub-bab yang mengemukakan istilah frasa sebagai kepala pembahasan. Meskipun demikian, bukan berarti dalam bahasa Arab tidak ada konsep frasa. Dalam buku-buku nahwu banyak dibahas berbagai struktur yang pada dasarnya merupakan struktur frasa, misalnya: jar-majrûr, na`at man`ût, idhafah dan lain-lain.

Frasa dapat dikelompokan berdasarkan sejumlah kriteria, yaitu berdasarkan persamaan distribusinya dengan golongan kata, berdasarkan tipe strukturnya dan berdasarkan unsur pembentukannya. Adapun yang menjadi pokok pembahasan penulis dalam artikel ini adalah struktur frasa berdasarkan persamaan distribusinya dengan golongan kata.

Frasa dalam golongan ini dibagi menjadi enam bagian, yaitu: Frasa nominal (يمسا), frasa adjektifal (يفصو), frasa numerial (يددع), frasa adverbial (يفرظ), frasa preposisional ( هبش ةلمج) dan frasa verbal (يلعف).

(2)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengertian Frasa

Berikut adalah beberapa pengertian frasa dalam pandangan para pakar bahasa:

Menurut Ramlan, frasa adalah suatu konstruksi gramatikal yang secara potensial terdiri atas dua kata atau lebih, yang merupakan unsur dari suatu klausa dan tidak bermakna proposisi.1 Menurut Kridalaksana, frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya

tidak predikatif.2 Menurut Cook, (1971) dalam Tarigan, (1986) yang dikutip oleh Imam

Asrori, mengatakan bahwa frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa.3

Lyons, yang dikutip oleh Ayuba Pantu, berpendapat bahwa frasa ialah satu kelompok kata yang secara gramatikal sepadan dengan satu kata dan tidak mempunyai subyek dan predikat sendiri. Ini berarti bahwa hubungan antara kata-kata atau unsur-unsur yang membentuk frasa tidak berstruktur subyek-predikat. Contohnya, kontruksi “ibu mandi” bukan frasa, melainkan klausa. Karena keduanya adalah subyek-predikat.4 Abdul Chaer,

mengatakan bahwa frasa lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.5

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa ada dua hal yang ditetapkan mengenai frasa, pertama, frasa merupakan satuan gramtikal yang terdiri dari atas dua kata dan kedua, merupakan hubungan antar unsur pembetuknya tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Frasa ada untuk mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat, yang mana pembentuk frase tersebut merupakan morfem bebas dan bukan morfem terikat. Frasa di dalam Bahasa Arab

Istilah frasa apapun terjemahannya dalam bahasa Arab- tidak popular di kalangan pengkaji bahasa Arab di Indonesia ataupun di dunia Arab sendiri. Disebut demikian karena buku-buku nahwu `sintaksis Arab` pada umumnya tidak ada yang mengemukakan definisi tentang frasa. Selain itu tidak ada bab atau sub bab yang mengemukakan istilah frasa sebagai kepala pembahasan. Meskipun demikian, bukan berarti dalam bahasa Arab tidak ada konsep frasa. Dalam buku-buku nahwu banyak dibahas berbagai konstruksi yang pada dasarnya merupakan konstruksi frasa, misalnya: jar-majrûr, na`at man`ût, idhafah dan lain-lain.6

Badri, mengemukakan definisi frasa dengan istilah ibarah, sebagaimana berikut:

1M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksi, (Yogyakarta: Karyono, 1987), h. 151. 2H. Kridalaksana, Kamus Linguistic, (Yogyakarta: Gramedia, 1993), h. 32.

3Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa-Klausa-Kalimat, (Malang: Misykat, 2004), h. 32. 4Ayuba Pantu, Sintaksis Bahasa Arab: Studi Analisis Kontrastif dengan Bahasa Indonesia,

(Gorontalo: Sultan Amai Press, 2011), h. 42.

5Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Cet. 4; Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 222.

(3)

وكتت .يدانسلاا ريغ بيكرتلا يبرعلا يوحنلا ىف اهب دصقي و ةرابعلا وا ةيدانسا ريغ ةقلاع امهنيب نيتملك نم ن

.ةدحاو ةملك اهب لدبتسي نا نكمي ىتح ةكسامتم ةدحو اهنم لعجي يقايس طبارت امهنيب نيتملك نم فلاتي يوغل ءانب

Frasa atau ibarah adalah konstruksi kebahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih, hubungan antar kata dalam konstruksi itu tidak predikatif dan dapat diganti dengan satu kata saja.7 Sedangkan definisi menurut Hasanain, berbeda dengan ibarah menurut Badri. Hasanain

mengemukakan frasa dengan istilah tarkib.

نلا حلصت و اهضعبب طبترت رص انعلا نم ةعومجم هب دصقي بيكرتلا اهنا يا ةلمجلا ىف ةدحاو ةفيظ و لغشت

.لاعف وا امسا اهرصانع عومجمب لدبتسيف ةدرفم ةملك ايوحن يواست

Frasa atau tarkib adalah gabungan unsur yang saling terkait dan menempati fungsi tertentu dalam kalimat atau suatu bentuk yang secara sintaksis sama dengan satu kata tunggal dalam arti gabungan kata tersebut dapat diganti dengan satu kata saja.8

Jadi, dapat disimpulkan bahwa frasa adalah satu gramatikal yang terbentuk dari dua kata atau lebih dan memiliki hubungan antar unsur pembentuknya tidak melebihi batas fungsi dari unsur klausa. Artinya adalah frasa tersebut selalu berada dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu: [1] Subjek (S), yang mencakup mubtada’ musnad ilaih, fa`il, naibul fa`il, ism kāna dan ism inna. [2] Predikat (P), yang mencakup khabar, musnad, khabar kāna dan khabar inna. [3] Objek (O), yaitu maf`ul bih. [4] Keterangan (K), yang berupa mafā`il dan hāl.9

Contohnya:

ريثك و ريبك ةمطاف باتك

M H _______ _______ P S

Struktur kalimat di atas terdiri dari dua bentuk yang lebih rendah tatarannya yang berhubungan secara predikatif, yaitu:

(a) ةمطاف باتك (buku Fatimah), Sebagai subjek (b) ريثك و ريبك (besar dan banyak) sebagai predikat

Struktur pada bagian (a) terbentuk dari dua kata yaitu باتك (buku) dan ةمطاف

(Fatimah), yang membentuk frasa, di mana kata باتك sebagai unsur inti atau pusat, sedangkan kata ةمطاف sebagai penjelas dari unsur inti/pusat tersebut. Adapun bagian (b), terbentuk dari kata ريثك و ريبك (besar dan banyak). Unsur-unsur pada (a) dan (b) tersebut

7K.I. Badri, Bunyatu-l Kalimah wa Nuzhau-l Jumlah (Diktat perkuliahan Diploma Am), (Jakarta:

LIPIA, 1986), h. 28.

8S.S Hasanain, Dirasat fi ilmi-l lughah al Washfy wa At-Tarikhiy, wa Al-Muqaran, (Riyadh: Darul

Ulum li Thiba`ah wa an-Nasyr, 1984), h. 164-165.

(4)

secara keseluruhannya menempati fungsi tertentu di dalam sebuah kalimat atau klausa, yaitu fungsi S pada bagian (a) dan fungsi P pada bagian (b). sehingga, berdasarkan pada definisi yang ada, dapat dipahami bahwa struktur pada (a) dan (b) masing-masing merupakan satu bentuk frasa tersendiri. Demikianlah dua kata atau lebih yang membentuk satuan gramatikal yang tidak melebihi batas fungsi atau tidak berhubungan predikatif disebut frasa.

Frasa berbeda dengan kata majemuk, meskipun sama-sama terdiri dari gabungan kata. Kata majemuk penggabungannya begitu erat, kedua-duanya adalah merupakan pokok kata dan menimbulkan pengertian baru dan khusus serta tidak dapat diberi keterangan secara terpisah. Contoh: ‘Meja hijau’ adalah kata majemuk karena memiliki pengertian baru dan khusus yakni sidang pengadilan. Sedangkan ‘meja hijau (meja yang hijau)’ yang bukan berarti sidang pengadilan adalah frasa. ‘Mata sapi’ yang berarti telur yang digoreng secara utuh tanpa dihancurkan adalah kata majemuk. Sedangkan ‘mata sapi (yang berarti matanya sapi)’ adalah frasa. Dalam bahasa Arab contoh dari kata majemuk adalah قْي ِرَّطلا ُعِطاَق (perampok) tidak bisa pahami ُعِطاَق ‘alat pemotong’ dan قيرطلا artinya ‘jalan’. atau ِب ْرَحْلا ُنْبِا

(pandai berperang) tidak bisa kita pahami kata perkata, نبا artinya ‘anak‘ sedangkan برحلاartinya ‘perang’.

Berdasarkan pengelompokan frasa, frasa dikelompokan berdasarkan sejumlah kriteria, misalnya berdasarkan persamaan distribusinya dengan golongan kata, berdasarkan tipe strukturnya dan berdasarkan unsur pembentukannya.

Namun yang menjadi pokok pembahasan penulis dalam artikel ini adalah pembagian struktur frasa berdasarkan persamaan distribusinya dengan golongan kata.

Frasa Berdasarkan Persamaan Distribusinya dengan Golongan Kata

Frasa dalam golongan ini dibagi menjadi enam bagian. Yaitu: Frasa nominal (يمسا), frasa adjektifal (يفصو), frasa numerial (يددع), frasa adverbial (يفرظ), frasa preposisional ( هبش ةلمج) dan frasa verbal (يلعف).

Frasa Nominal (يمسا)

Dalam bahasa Arab frasa nominal disebut dengan mudhaf dan mudhaf ilai و فاضملا )هيلا فاضملا)10 karena merupakan gabungan dua atau beberapa nomina. Frasa ini disingkat

dengan frasa idhofi yang mana frasa ini berunsurkan nomina (N1) yaitu mudhaf dan nominal (N2) yaitu mudhaf ilaih. Nominal mudhof merupakan unsur inti atau pusat, sedangkan monima mudhaf ilaih merupakan atribut.

Contoh:

ِذاتسلاا ُتيب Baitul ustâdzi = Rumah Guru

10Idhafah atau mudhaf-mudhaf ilaih adalah dua isim (nomina) yang diantara keduanya seolah-olah

ada harf jar. Mudhaf ketentuannya tidak memakai al-, tanwin, nun musanna dan nun jamak mudzakkar salim. Sedangkan mudhaf ilaih harus majrur.

(5)

ِذيملاتلا اَباتكKitâbattilimidzi = Dua Buah Buku Siswa-Siswa

اهدلو Waladuhâ = Anak laki-lakinya (pr)

Struktur ِذاتسلاا ُتيب berunsurkan kata dari jenis nomina (N1) ُتيب yang merupakan unsur inti dan nomina (N2) ِذاتسلاا yang merupakan atribut. Sama halnya dengan frasa ِذيملاتلا اَباتك yang terdiri dari kata اَباتك yang terbentuk dari mutsana atau bentuk ganda dari باتك dan kata

ِذيملاتلا. Struktur kata اهدلو juga memiliki unsur nominal sebagai unsur pusat (N1) yaitu kata دلو

dan dhamir muttasil (bersambungan) اه sebagai atribut (N2).

Contoh di atas menunjukkan kepemilikan. Yang berarti: ِذاتسلاا ُتيب (rumah milik ustadz) dan ِذيملاتلا اَباتك (dua buku miliki para siswa) dan اهدلو (anak laki-lakinya -pr-).

Frasa Adjektifal (يفصو)

Frasa adjektifal dalam bahasa Arab terbentuk melalui penyesuaian kata benda dengan kata sifat, baik dalam sifat bilangan maupun jenis.

Di dalam bahasa Arab frasa ini dikenal dengan sifah wal maushuf (فوصوملا و ةفصلا) atau na`at man`ut.11 Frasa ini terbentuk oleh nomina maushuf/man`ut yang merupakan unsur

pusat yang diikuti oleh adjektiva (sifah/na`at) sebagai atribut. Contoh:

ٌريبك ٌباب Bâbun kabÎrun = Pintu Besar

ا

ُديدجل ُتيبلا Albaitu aljadÎdu = Rumah yang Baru itu

Struktur frasa ٌريبك ٌباب berunsurkan kata dari jenis nomina ٌباب sebagai unsur pusat dan kata ٌريبك dari adjektiva sebagai atribut. Demikian halnya frasa ُديدجل ُتيبلا barunsurkan nomina,

ُتيبلا sebagai unsur pusat dan adjektiva ُديدجل ا sebagai atribut.

Contoh di atas menunjukkan pensifatan. Ada yang mensifati (sifah/na`at) dan ada yang disifati maushuf/man`ut. Yang berarti: ٌريبك ٌباب (pintu yang besar) dan ُديدجلا ُتيبلا (rumah yang baru itu).

Frasa Numerial/Bilangan (يددع)12

11Na`at atau sifat ialah apa yang disebut sesudah isim untuk menjelaskan keadaan atau hal-hal yang

berkaitan dengan isim tersebut. Harus ada kesesuaian antara sifat dan yang disifati. Jika yang disifati mudzakar maka sifatnya pun harus mudzakkar. Begitupun sebaliknya, jika yang disifati muannas maka sifatnya pun harus muannas. Apabila yang disifati itu adalah mufrod, mutsanna maupun jamak maka sifatnya harus mengikuti apa yang disifati. Sama halnya jika yang disifati diawali dengan –alif lam maka sifatnya harus ber-alif lam.

12Dalam bahasa Arab, frasa ini disebut dengan دودعملاو ددعلا. `Adad (bilangan) dan ma`dud (yang

dihitung) mempunyai aturan tersendiri di dalam bahasa Arab. Selain terdapat dua jenis (mudzakkar dan muannas), juga mengalami perubahan bentuk baik `adad maupun ma`dud sesuai kasusnya. Selain itu pula `adad jenis mudzakkar digunakan untuk ma`dud jenis muannas, sebaliknya `adad jenis muannas digunakan untuk ma`dud jenis mudzakkar.

(6)

Frasa numerial/bilangan (`adady) merupakan frasa yang terbentuk atas unsur bilangan yang merupakan unsur pusat/inti disebut dengan `adad dan diikuti oleh unsur atribut yaitu nomina ma`dud.

`Adad sendiri ada dua macam, yakni asliyi dan tartibiyyi. `Adad asliyi digunakan untuk menghitung. Sedangkan `adad tartibiyyi menunjukkan urutan.

Di bawah ini diruikan beberapa contoh dari `adad asliyi dan `adad tartibiyyi dalam bentuk tabel.

`Adad Asliyyi

No Mudzakkar Makna Muannas Makna

1 ٌدحاو ٌملق Satu pulpen ٌةدحاو ةرايس Satu mobil 2 ِنانثا ِناملق Dua pulpen ناتنثا ناترايس Dua mobil 3 ملاقا ُةثلاث Tiga pulpen تارايس ثلاث Tiga mobil 4 ملاقا ُةعبرا Empat pulpen تارايس عبرا Empat mobil 5 ملاقا ُةسمخ Lima pulpen تارايس سمخ Lima mobil Struktur frasa ٌدحاو ٌملق terbentuk atas unsur `adad ٌدحاو dan nomina ٌملق, sama halnya dengan frasa ِنانثا ِناملق terdiri dari unsur `adad ِنانثا dan nomina ِناملق. Hingga contoh nomer 5.

Pada contoh di atas, ma`dud jenis mudzakkar tetapi `adadnya jenis muannas. Sebaliknya, ma`dud jenis muannas tetapi `adadnya mudzakkar. Terdapat juga perbedaan bentuk ma`dud, yakni ملاقا berbentuk jamak, ًاملق berbentuk mufrad mansub sedangkan ملق

berbentuk mufrad majrur. Bilangan دحاو (satu) dan bilangan نانثا (dua) berbeda dengan bilangan tiga dan seterusnya yang terletak sesudah ma`dud.

Adapun bilangan yang menunjukkan `adad tartibiyyi (urutan) tidak jauh berbeda dengan bilangan untuk menghitung, yakni ada yang mudzakkar dan ada pula yang muannas. Tetapi penggunaannya yang berbeda, mudzakkar digunakan untuk mudzakkar serta muannas digunakan untuk muannas. Selain itu, terdapat dua bilangan yang berbeda yakni bilangan untuk yang kesatu dan keenam. Yang kesatu adalah لولاا untuk mudzakkar dan ىلولاا untuk muannas. Dan yang keenam adalah سداسلاuntuk mudzakkar dan ةسداسلا untuk muannas.

Abdulmassih mengemukakan bahwa isim atau nomina yang terletak sesuadah `adad, dalam hal ini adalah ma`dud, ada yang berbentuk tunggal dan ada yang berbentuk jamak. Begitu juga i`rob (perubahannya) ada yang majrur dan ada yang mansub. Ma`dud berbentuk jamak majrur mulai dari tiga sampai sepuluh, mufrad mansub dari sebelas sampai Sembilan puluh sembilan dan mufrad majrur untuk ratusan dan ribuan.

(7)

`Adad Tartibiyyi

Muannas Makna Mudzakkar Makna

Pertama ىلولاا ةفرغلا Ruangan yang pertama لولاا بابلا Pintu yang pertama Ke-2 ةيناثلا ةفرغلا Ruangan yang kedua يناثلا بابلا Pintu yang kedua Ke-3 ةثلاثلا ةفرغلا Ruangan yang ketiga ثلاثلا بابلا Pintu yang ketiga Ke-4 ةعبارلا ةفرغلا Ruangan yang keempat عبارلا بابلا Pintu yang keempat Ke-5 ةسماخلا ةفرغلا Ruangan yang kelima سماخلا بابلا Pintu yang kelima Ke-6 ةسداسلا ةفرغلا Ruangan yang keenam سداسلا بابلا Pintu yang keenam Ke-7 ةعباسلا ةفرغلا Ruangan yang ketujuh عباسلا بابلا Pintu yang ketujuh

Ke-8 ةنماثلا ةفرغلا Ruangan yang

kedelapan نماثلا بابلا

Pintu yang kedelapan

Ke-9 ةعساتلا ةفرغلا Ruangan yang

kesembilan عساتلا بابلا

Pintu yang kesembilan

Ke-10 ةرشاعلا ةفرغلا Ruangan yang

kesepuluh رشاعلا بابلا

Pintu yang kesepuluh

Struktur frasa ىلولاا ةفرغلا (muannats) dan frasa لولاا بابلا (mudzakkar) terbentuk atas unsur `adad ىلولاا dan لولاا dengan nomina ةفرغلا dan بابلا, sama halnya dengan frasa pada nomer 3 sampai 10.

Berbeda dengan struktur pada `adad asliyyi, pada `adad tartibiyyi, ma`dud jenis mudzakkar tetap berpasangan dengan `adadnya jenis mudzakkar pula. Sebaliknya, ma`dud jenis muannas tetap dengan `adadnya muannas.

Setiap unsur yang ada di dalam frasa `adady memiliki hubungan yang saling terpadu. Artinya, setiap unsur dalam frasa tersebut tidak dapat dipisahkan oleh unsur yang lain dan tidak dapat dirubah urutannya. Apabil urutan bilangan dan nomina itu dirubah atau pun disisipi oleh unsur lain, maka tidak lagi termasuk ke dalam kategori frasa `adady.

Frasa Adverbial (يفرظ)13

Frasa ini di dalam bahasa Arab disebut dengan فرظلا .Jenis ini berunsurkan zharaf (adverbial, Adv) diikuti Adv. Zharaf terbagi menjadi dua. Kata keterangan waktu (zharaf zamân14) dan kata keterangan tempat (zharaf makân)15.

(8)

Zharaf zaman ( نامزلافرظ (

NO Zharaf zamân Makna

1 ةعاس Jam 2 موي Hari 3 عوبسا Pekan 4 رهش Bulan 5 ةنس Tahun 6 حابص Pagi 7 ءاسم Sore 8 راهن Siang 9 ليل Malam 10 لبق Sebelum 11 دعب Setelah 12 لوط Selama 13 للاخ Di tengah-tengan 14 ءانثا Sedang, di waktu 15 ةنهرب Sekejap 16 ةظحل Sesaat 17 دغ Besok 18 نيح Ketika

14Zharaf zamân ialah isim zamân (waktu) mansub yang disebutkan untuk menerangkan waktu

terjadinya suatu pekerjaan. Zharaf zamân di-nashab-kan dengan memperkirakan makna fii (pada/dalam). Setiap kata benda yang menjadi keterangan waktu terjadinya sebuah aktivitas keadaan huruf terakhirnya harus dibaca nasab. Sedangkan kata yang terletak setelah zharaf zamân harus dijar-kan.

15Zharaf makân adalah kata benda mansub yang disebutkan untuk menunjukkan tempat terjadinya

sebuah aktivitas. Zharaf makân (tempat) di-nhasab-kan dengan memperkirakan makna fii. sama halnya dengan dzharaf zamân, setiap kata benda yang menunjukkan tempat terjadinya sebuah aktivitas keadaan huruf terakhirnya harus dibaca nashab. Sedangkan kata yang terletak setelah zharaf makân harus dijar-kan.

(9)

19 نلاا Sekarang16

Contoh:

Ayah saya telah datangsebelum subuh dari Jakarta (اتركاج نم ِحبصلا َلبق يبا ءاج )

Frasa yang bergaris bawah adalah bentuk dari zharaf zamân. Frasa حبصلا لبق berunsur adverbia لبق dan adverbia حبصلا yang mana keduanya mempunyai distribusi yang sama antara kata sebelum dan pagi. Frasa ini dikategorikan sebagai frasa keterangan atau zharaf sebab distribusi frasa tersebut sama dengan distribusi kata keterangan.

Zharaf makân )ناكملا فرظ)

No Zharaf makân Makna

1 ماما Di depan 2 ءارو Di belakang 3 َنيمي Di sebelah kanan 4 َراسي Di sebelah kiri 5 ىلع Di atas 6 تحت Di bawah 7 نيب Di antara 8 لوح Di sekitar 9 انه Disini 10 كانه Disana Contoh:

Saya telah duduk di depan ustadz

ِذاتسلاا َماما ُتسلج

Frasa yang bergaris bawah adalah bentuk dari zharaf makân.Frasa ِذاتسلاا ماما berunsur adverbia ماما dan adverbia ِذاتسلاا yang mana keduanya mempunyai distribusi yang sama antara kata di depan dan ustadz. Frasa ini dikategorikan sebagai frasa keterangan atau zharaf sebab distribusi frasa tersebut sama dengan distribusi kata keterangan.

16Abu Hilya Salsabila, Empat Langkah Membaca dan Menerjemahkan Kitab Gundul, (t.t.:

(10)

Frasa Preposisional (ةلمجهبش)

Frasa ةلمج هبش merupakan frasa yang berunsurkan preposisi (harf jar atau zharf) sebagai penanda diikuti N sebagai petanda.

Contoh:

ِفصقملا َنم َملقلا ُتيرتشا

Saya telah membeli sebuah pulpen dari pasar

ِةبتكملا َماما َكرظتني َوه

Dia menunggumu di depan perpustakaan

Struktur frasa فصقملا نم berunsur proposisi نم dan N فصقملا. Sedangkan frasa َماما

ِةبتكملا berunsur proposisi ماما dan N ةبتكملا. Frasa Verbal (يلعف)

Frasa verba dalam bahasa Arab disebut dengan يلعف karena terdapat kata kerja atau verb di dalamnya. Contoh:

1. نوملعت فوسلاك 2. نوملعت– لاك

Satuan نوملعت فوس merupakan struktur frasa yang terdiri atas penanda tanfis atau فوس

dan verba/kata kerja نوملعت sebagai unsur pusat/inti. Sebagai unsur pusat/inti, kata نوملعت

dapat menempati distribusi frasa نوملعت فوس sebagaimana tampak pada (2). Dengan kata lain, frasa نوملعت فوسmempunyai distribusi yang sama dengan kata نوملعت.

1. هيبا يلا يغصي اركبناك 2. هيبا يلا يغصي – اركب

Sebagaimana نوملعت فوس, satuan يغصي ناك pada (1) juga berupa konstruksi frasa. Frasa ini terdiri atas verba bantu ناك atau verba pusat يغصي. Hubungan antara unsur inti pada satuan itu tidak melampaui batas fungsi. Artinya, kedua unsur ناك dan يغصي itu secara bersama-sama menempati satu fungsi tertentu, yaitu fungsi predikat atau khabar. Verba

يغصي pada satuan tersebut merupakan unsur pusat. Sebagai unsur pusat maka dia dapat menggantikan frasa itu sebagaimana tampak pada (2).

KESIMPULAN

Frasa adalah satuan gramatika yang berupa gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam susunan kalimat. Di dalam bahasa Arab, istilah frasa tidak begitu

(11)

populer di kalangan pengkaji bahasa Arab di Indonesia atau pun di dunia Arab sendiri. Ada pun istilah frasa di dalam bahasa Arab, ada yang mengartikan dengan tarkib dan ibaroh. Frasa berdasarkan persamaan distribusinya dengan golongan kata di dalam bahasa Arab dibagi menjadi enam bagian, yaitu: Frasa nominal (يمسا), frasa adjektifal (يفصو), frasa numerial/bilangan (يددع), frasa adverbial (يفرظ), frasa preposisional (ةلمج هبش) dan frasa verbal (يلعف).

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. 2013. Ilmu Nahwu, Cet. 29; Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Arsyad, Azhar. 2013. Dasar-dasar Penguasaan Bahasa Arab, Cet. 18; Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Asrori, Imam. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa-Klausa-Kalimat. Malang: Misykat, 2004.

Badri, K.I. 1986. Bunyatu-l Kalimah wa Nuzhau-l Jumlah (Diktat perkuliahan Diploma Am), Jakarta: LIPIA.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum, Cet. 4; Jakarta: Rineka Cipta.

Dayyab, Hifni Bek. 2007. Kaidah Tata Bahasa Arab, Cet. 10; Jakarta: Darul Ulum Press. Hasanain, S.S. 1984. Dirasat fi ilmi-l lughah al Washfy wa At-Tarikhiy, wa Al-Muqaran,

Riyadh: Darul Ulum li Thiba`ah wa an-Nasyr.

Kridalaksana, H. 1993. Kamus Linguistic, Yogyakarta: Gramedia.

Pantu, Ayuba. 2011. Sintaksis Bahasa Arab: Studi Analisis Konstraktif dengan Bahasa Indonesia. Gorontalo: Sultan Amai Press.

Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksi, Yogyakarta: Karyono.

Salsabilah, Abu Hilya. n.d. Empat Langkah Membaca dan Menerjemahkan Kitab Gundul. Bekasi: Ukhwatuna.

Referensi

Dokumen terkait

Wilayah Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu wilayah terparah dihantam oleh tsunami pada akhir tahun 2004. Tsunami merupakan dampak dari

Maka setelah melalui pertimbangan tersebut dipilihlah nilai (C/I) min adalah 20,2 dB yakni pada modulasi 64-QAM dengan code rate 5/6. Hal ini dikarenakan pada nilai C/I

Bagi kepentingan kehidupan berbangsa dan bernegara, program Diklat PTK PNF berguna untuk menjaga segenap warga negara dari praktek pendidik dan tenaga kependidikan serta

bahwa kampanye adalah sepenuhnya kegiatan komunikasi persuasi. Aktivitas kampanye selalu berusaha untuk mempengaruhi orang lain dan mengajak orang lain untuk

Benar bahwa yang bersangkutan telah bekerja pada paket tersebut diatas terhitung sejak mulai tanggal 18 Agustus s/d 15 Desember 2015... Sadewa Raya B6/19 Pondok Sani

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penyerapan energi sinar tampak yang optimum dengan metode tiosianat pada panjang gelombang 460 nm, pH 2, waktu stabil 15 menit,

Proses pengidentifikasi motivasi petani padiyang berusahatani terhadap kearifan lokal ataupun dari luar perlu dilakukan karena belum ada kajian tentang hal ini

Hasil akhir analisis faktor-faktor risiko dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) berdasarkan kejadian didapatkan aspek-aspek risiko, yaitu; aspek