• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan siswa terhadap kata penghubung dalam kalimat majemuk Bahasa Indonesia pada kelas V MI Arrahmaniyah Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan siswa terhadap kata penghubung dalam kalimat majemuk Bahasa Indonesia pada kelas V MI Arrahmaniyah Depok"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

ECHA ZULFAH

NIM 109018300011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Majemuk Bahasa Indonesia Kelas V Mi Arrahmaniyah

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan seksama tentang pengethuan siswa terhadap kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V Mi Arrahmaniyah Depok. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret-Desember 2014 di MI Arrahmaniyah Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Adapun yang berperan dalam penelitian ini, meliputi: peneliti sendiri, Kepala Sekolah dan guru bahasa indonesia kelas V MI Arrahmaniyah Depok. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan trianggulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang dikatakan mampu menganalisis pengetahuan kata penghubung dalam kalimat majemuk apabila memperoleh nilai 6,5 ke atas. yang memperoleh kurang dari 6,5 dapat dikatakan belum mampu menganalisis kata penghubung dalam kalimat majemuk. Oleh karena itu, siswa yang mendapat nilai 6,5 ke bawah masih perlu diberi pengayaan agar mereka memiliki wawasan yang luas tentang materi kata penghubung dalam kalimat majemuk.

(7)

ii

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah Swt, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah ini yang berupa skripsi dengan judul “Pengetahuan Siswa Terhadap Kata Penghubung dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Pada Kelas V MI Arrahmaniyah Depok”. Shalawat serta salam teriring kepada baginda Rasulullah Saw, sebagai pembawa peradaban yang membawa manusia keluar dari masa kegelapan dan kebodohan menuju masa yang penuh cahaya dan semoga salam tetap tercurah pada keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan tidak terlepas dari dukungan dan doa dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Allah Swt membalas jasa dan pengorbanan mereka yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, M.A. Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Asep Ediana Latip, M.Pd., Sekretaris Jurusan/Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

iii

masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian. 7. Untuk keluargaku: ibunda S. Khotimah, S. Pd. I tercinta yang selalu

mendoakan, memberikan kasih sayang, nasihat, dan motivasi. Serta untuk adik-adikku tersayang Mega Purnamasari, Balqis Hanna Amelia.

8. Untuk tetehku: Qothrun Nada, Hafilah Hanna Sholihah yang selalu memberi semangat penulis.

9. Untuk seseorang Ade Anshori yang selalu memberi motivasi dan semangat kepada penulis.

10.Teman-teman prodi PGMI angkatan 2009 dan 2010, khususnya (Dinda, Deva, Nenk, Jehan, Dewi, Shinta, Tanti, Diyah, Lyna) yang selalu berbagi canda, tawa, tangis, kebahagiaan, serta dukungan dan motivasi. Semoga silaturahmi ini tidak hanya berhenti sampai di sini.

11.Serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas segala bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah Swt semoga segala perhatian, motivasi, dan bantuannya dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan membutuhkannya.

Jakarta, 5 Desember 2014

(9)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. . Latar Belakang ... 1

B. . Identifikasi Masalah ... 5

C. . Pembatasan Masalah ... 5

D. . Rumusan Masalah ... 6

E. TujuanPenelitian ... 6

F. .. ManfaatPenelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teori 1. Kata penghubung (konjungsi) a. Pengertian kata penghubung atau konjungsi ... 8

b. Jenis konjungsi ... 10

2. Kalimat a. Pengertian Kalimat ... 16

b. Unsur-Unsur Kalimat... 17

c. Struktur kalimat ... 19

3. Kalimat majemuk a. Pengertian Kalimat Majemuk ... 20

(10)

v

B. Kerangka Berpikir ... 28

C. Penelitian Relevan ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Penelitian ... 32

B. Tempat Penelitian ... 33

C. Metode Penelitian ... 33

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 35

E. Kontrol Terhadap Validitas Internal ... 40

F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 43

G. Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah ... 46

B. Hasil Penelitian 1. Hasil Observasi ... 49

2. Hasil Wawancara ... 62

3. Hasil Dokumentasi ... 63

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

BAB V PENUTUP A. . Kesimpulan ... 65

B. Saran-saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

vi

Tabel 3.2 Keadaan siswa kelas V MI Arrahmaniyah ………..36

Tabel 3.3 Pedoman penilaian observasi ………..37

Tabel 3.4 Pedoman observasi ………..37

Tabel 3.5 Pedoman wawancara terhadap kepala sekolah ………38

Tabel 3.6 Pedoman wawancara terhadap guru b. Indonesia …………38

Tabel 3.7 Kriteria besar korelasi ……….41

Tabel 3.8 Klasifikasi interprestasi index kesukaran ………42

Tabel 3.9 Klasifikasi interprestasi daya pembeda ………...42

Tabel 4.1 Daftar guru, wali kelas, dan jumlah jam mengajar ………..47

Tabel 4.2 Struktur MI Arrahmaniyah ………..48

Tabel 4.3 Rekap data siswa MI Arrahmaniyah ………...48

Tabel 4.4 Sarana dan prasarana ………...49

Tabel 4.5 Skor analis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk ………..50

Tabel 4.6 Ketentuan nilai skor analisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk ………..51

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi analisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk ………..52

(12)

vii

Tabel 4.11 Kata penghubung karena (soal no 3) ………..54

Tabel 4.12 Kata penghubung karena (soal no 4) ………..55

Tabel 4.13 Kata penghubung karena (soal no 5) ………..55

Tabel 4.14 Kata penghubung tetapi (soal no 6) ………56

Tabel 4.15 Kata penghubung atau (soal no 7) ………..56

Tabel 4.16 Kata penghubung atau (soal no 8) ………..56

Tabel 4.17 Kata penghubung tetapi (soal no 9) ……….57

Tabel 4.18 Kata penghubung atau (soal no 10) ………57

Tabel 4.19 Kata penghubung dan (soal no 11) ……….58

Tabel 4.20 Kata penghubung dan (soal no 12) ……….58

Tabel 4.21 Kata penghubung dan (soal no 13) ……….59

Tabel 4.22 Kata penghubung melainkan (soal no 14) ………..59

Tabel 4.23 Kata penghubung seperti (soal no 15) ………59

Tabel 4.24 Kata penghubung seandainya (soal no 16) ………60

Tabel 4.25 Kata penghubung ketika (waktu) (soal no 17) ………60

Tabel 4.26 Kata penghubung bahkan (bukan waktu) (soal no 18) ……61

Tabel 4.27 Kata penghubung tidak menyatakan perlawanan (soal no 19) ……….61

(13)
[image:13.595.116.511.203.574.2]
(14)

ix Lampiran 3. Instrumen Observasi

Lampiran 4. Instrumen Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 5 Instrumen Wawancara Guru Bahasa Indonesia Lampiran 6. Intrumen Penelitian

Lampiran 7 Kunci Jawaban

Lampiran 8 Korelasi Skor Butir Dengan Skor Total Lampiran 9 Reliabilitas Tes

Lampiran 10 Daya Pembeda Lampiran 11 Tingkat Kesukaran Lampiran 12 Hasil Observasi Guru

Lampiran 13 Hasil Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 14 Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia Lampiran 15 Hasil Tes

(15)

1

A. Latar Belakang

Semua orang pasti berpendapat yang sama bahwa pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh yang sifatnya dinamis untuk mengubah kehidupan manusia di masa yang akan datang. Dengan menerapkan sistem pendidikan yang baik dan terarah, maka kita dapat mencapai suatu tujuan pendidikan yang diharapkan.

Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan berkualitas. Menurut Undang-Undang Sisdiknas, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.1

Pendidikan merupakan usaha manusia secara sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia dalam menghadapi tantangan zaman.Perkembangan zaman harus diimbangi pembekalan terhadap peserta didik dengan segala kemampuan dalam berbagai kehidupan.Oleh karena itu, sekolah sebagai institusi pendidikan berkewajiban membekali pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui mata pelajaran. Pemberian bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada peserta didik ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang melibatkan pengirim pesan (guru), penerima pesan (peserta didik), dan pesan itu sendiri (mata pelajaran).

1

(16)

Berdasarkan perkembangan sejarah bahasa di Indonesia , selain berfungsi sebagai bahasa Nasioanal, bahasa Indonesia juga merupakan alat komunikasi, karena bahasa Indonesia secara umum dapat dengan mudah diterima dan dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Pada dasarnya bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat, yang berupa lambing bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Seperti yang telah kita ketahui bersama keluarga adalah tempat pertama kali manusia mengenal bahasa, keluarga merupakan tempat mengenal sesuatu hal yang belum pernah diketahui sebelumnya, sebagai contoh pada saat mulai belajar berbicara atau berkomunikasi antar individu.

Sesuai dengan perubahan waktu dan kemajuan peradaban manusia, ilmu bahasa juga senantiasa turut mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi masyarakat. Karena itu, dituntut untuk senantiasa, memberi perhatian yang serius terhadap pemakaian bahasa Indonesia. Mempelajari, mengkaji, membina, dan mengembangkan bahasa adalah wujud perhatian terhadap bahasa. Realisasi perhatian tersebut, disalurkan melalui pengajaran bahasa, mengkaji unsur-unsur bahasa, penertiban buku-buku bahasa, dan pembinaan melalui pendidikan formal dan media komunikasi massa.

Dalam menulis seseorang harus memiliki pengetahuan dan persyaratan yang harus dikuasai. Persyaratan tersebut menyangkut masalah kebahasaan dan nonkebahasaan. Yang menyangkut masalah kebahasaan misalnya penguasaan kosa kata secara aktif, penguasaan kaidah-kaidah gramatikal terutama yang menyangkut morfologi, tata kalimat dan sintaksis.

(17)

Masalah nonkebahasaan, meliputi isi karangan, kemampuan bernalar yang baik dan mekanisme karang mengarang dan bentuk-bentuk karangan tertentu seperti narasi, eksposisi, argumentasi dan deskripsi. Pelajaran karang mengarang telah diberikan kepada siswa sejak mereka duduk di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama sampai Sekolah Menengah Atas. Materi pelajaran bahasa Indonesia yang diberikan baik di Sekolah Dasar maupun di Sekolah meengah Pertama sampai Sekolah Menengah Atas pada dasarnya sama, yaitu materi yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa dan kebahasaan atau tata bahasa.

Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pengetahuan bahasa dan sastra Indonesia di sekolah adalah pendidikan di bidang kelas kata. Ruang lingkup kajian kelas kata cukup luas dan kompleks, sebab itu, agar pembahasan di dalam skripsi ini tidak mengambang, penulis hanya mengkaji satu aspek kajian kelas kata, yaitu kata penghubung dalam kalimat majemuk. Penelitian tertarik pada aspek kajian ini, sebab umumnya di kalangan siswa MI Arrahmaniyah Depok masih banyak yang belum mampu menganalisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk secara implisit dan konsisten.

(18)

memudahkan orang untuk memahami apa yang ingin disampaikan, baik secara lisan maupun tertulis.”2

Sekolah MI Arrahmaniyah ini yang akan menjadi target penulis dalam melaksanakan penelitian. MI Arrahmaniyah berlokasi di jalan masjid Al-ittihad Bojong Pondok Terong Cipayung Depok. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1990 jumlah guru yang mengajar disekolah ini berkisar anatara 18 guru dan 2 staff sekolah. Manurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Maret 2014 melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru kelas V semester genap di MI Arrahmaniyah Depok tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar masih terlihat sedikit monoton. Metode belajar guru masih secara konvensional. Proses belajar mengajar B. Innodesia masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Peran serta siswa belum menyeluruh sehingga menyebabkan deskriminasi dalam kegiatan pembelajaran.

MI Arrahmaniyah tempat Penulis mengadakan penelitian ini merupakan sekolah swasta yang berada di Depok, Jawa Barat. Tepatnya berada di alamat Jl. Masjid jami Al-Ittihad no 39 Bojong Pondok Terong Cipayung Depok Jawa Barat. Sekolah ini dipimpim oleh ibu Hj. Nurjanah, S.Pd. Penulis memilih sekolah ini karena penulis menganggap sekolah ini cukup menarik untuk diteliti. MI Arrahmaniyah itu sendiri merupakan sekolah favorit di daerah Depok. Selain tempatnya strategis untuk pendidikan karena jauh dari keramaian sekolah ini juga mempunyai sarana dan pra sarana yang cukup lengkap untuk mengajarkan peserta didik. Sekolah ini memiliki rombongan belajar sebanyak 16 rombel. Namun begitu, peneliti lihat cara mengajar guru di sekolah ini masih banyak yang menggunakan metode konvensional. Di mana guru lebih aktif selama pembelajaran dibandingkan siswa. Padahal kurikulum sekarang menuntut para guru agar lebih kreatif dan inofatif dalam memilih metode yang digunakan untuk mengajar.

2

(19)

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan metode pembelajaran diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru melainkan juga dari sumber lainnya, sehingga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama mata pelajaran B. Indonesia.

Dalam beberapa penulisan kalimat majemuk yang terdapat pada KTSP dan silabus dilakukan oleh siswa MI Arrahmaniyah Depok, dengan menggunakan kata penghubung yang dituangkan dalam kalimat majemuk serta cara siswa mengerjakan soal-soal bahasa Indonesia yang diberikan di dalam kelas dan hasil ujian tersebut masih banyak ditemukan kekeliruan siswa menempatkan kata penghubung di dalam kalimat majemuk.

Dari masalah yang ada, penulis mencoba melakukan penelitian lebih dalam dengan judul “Pengetahuan Siswa terhadap Kata Penghubung dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia pada Kelas V MI Arrahmaniyah Depok”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang akan di identifikasikan adalah:

1. Tidak cermat menentukan kata penghubung yang harus dipakai dalam kalimat majemuk tertentu.

2. Kurang memahami penempatan yang tepat suatu kata penghubung dalam kalimat majemuk.

3. Rendahnya model dan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

C. Pembatasan Masalah

(20)

1. Kurang memahami penempatan yang tepat suatu kata penghubung dalam kalimat majemuk.

2. Rendahnya model dan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dijelaskan, maka perumusan masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan siswa dalam Penggunaan Kata Penghubung dalam Kalimat Majemuk?

2. Bagaimana model dan strategi pembelajaran yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar?

E. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya, penelitian bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui gambaran yang jelas dan bersifat empiris tentang analisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa menggunakan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia.

2. Dapat membantu semua pihak yang terkait dalam pelajaran bahasa Indonesia, untuk mengetahui masalah yang dihadapi, solusi masalah tersebut, dan upaya menganalisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V MI Arrahmaniyah Depok.

(21)
(22)

8

atau ahli, terutama yang berkenaan dengan bidang kajian penelitian ini untuk memandu dan memudahkan peneliti dalam merampungkan pembahasan yang diinginkan. Berbagai pendapat atau teori itu diuraikan secara rinci di bawah ini.

A. Kata Penghubung (Konjungsi)

1. Pengertian kata penghubung atau konjungsi

Konjungsi atau yang lazim disebut juga kata penghubung adalah bagian dari kategori kata-kata tugas dalam bahasa Indonesia. Kata tugas yang dimaksud adalah kata yang tidak memilki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal. Dalam kamus besar bahasa Indonesia atau sering kita sebut KBBI, “ konjungsi adalah kata atau ungkapan penghubung antar kata, antar frasa, antar kalusa, dan antar kalimat.”1

Sedangkan menurut Kamus Linguistik “konjungsi adalah partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraph.”2

Konjungsi menurut Mansur Muslich adalah “kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Contohnya dan, kalau, atau.”3 Menurut Minto Rahayu kata penghubung atau konjungsi dapat “dimaksudkan sebagai rambu untuk menunjukkan perpautan antar kalimat. Dengan kata rangkai, pembaca akan diingatkan bahwa kalimat yang dibacanya berhubungan dengan kalimat sebelumnya.”4

Konjungsi juga berfungsi sebagai penghubung antara bagaian satu dengan bagian lainnya.

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi Ke-3, Hlm. 587

2

Harimurti Kridalaksana. 1986. “Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia”. Jakarta: Gramedia, h. 131.

3

Mansur Muslich, garis-garis besar tatabahasa baku bahasa Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 112.

4

(23)

Konjungsi (kata penghubung ) menurut Widjono adalah “bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan (merangkai) unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat (yaitu subjek, prediket, objek, pelengkap, dan keterangan), sebuah kalimat dengan kalimat lain, dan (atau) sebuah paragraph dengan paragraf lain.”5

Pendapat lain mengatakan kata penghubung (konjungsi) adalah “kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaksis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran.”6

Hasan alwi, dkk., berpendapat “konjungsi atau kata penghubung dalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.”7

Selanjutnya definisi lain mengungkapkan “kata penghubung atau konjungsi adalah kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata-kata dengan kata-kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Umpamanya kata dan, karena, dan ketika.”8

Dari semua pernyataan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata penghubung atau konjungsi adalah satuan kata atau gabungan kata yang bertugas menghubungkan unsur-unsur kalimat atau dua satuan lebih antara satuan kata dengan satuan kata, satuan frasa dengan satuan frasa, dan satuan klausa dengan satuan klausa, atau satuan kalimat dengan satuan kalimat bahkan juga dapat menghubungkan bagian-bagaian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran.

5

Widjono, bahasa Indonesia mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi. (Jakarta: graindo, 2011), h. 151

6

Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. (Jakarta: Gramedia pustaka Utama, 1986), h. 102.

7

Hasan Alwi, Dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 296.

8

(24)

2. Jenis konjungsi

Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu9:

a. Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif atau kata penghubung koordinatif, lazimnya dipahami sebagai kata penghubung yang bertugas menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang cenderung sama tataran atau tingkat kepentingannya. Konjungsi koordinatif juga bertugas menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang memiliki status sama.10

Dengan kata lain, konjungsi koordinatif adalah sebuah kata yang berfungsi sebagai penghubung antara dua unsur atau lebih dan kedua unsur tersebut memilki status sintaksis yang sama. Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain, karena konjungsi ini selain menghubungkan klausa, juga dapat menhubungkan kata. Konjungsi-konjungsi tersebut antara lain11 : dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, dan sedangkan.

Menurut Abdul Chaer, “konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua konstituen atau lebih yang yang kedudukannya sederajat.”12

Sedangkan konjungsi koordinatif menurut Anton M Moeliono “konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan kedua unsur itu memiliki status sintastis yang sama.”13

Kata yang termasuk kelompok konjungsi koordinatif, yakni: 1) Konjungsi dan menandai hubungan penambahan

2) Konjungsi atau menandai hubungan pemilihan 3) Konjungsi tetapi menandai hubungan perlawanan

9

Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, h. 296. 10

Kunjana Rahardi, penyuntingan bahasa Indonesia untuk karang mengarang. (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 14

11

Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, h. 297. 12

Abdul Chaer, Pengantar Semantic Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), Hlm. 169

13

(25)

4) Konjungsi sedangkan menandai hubungan pertentangan 5) Konjungsi serta menandai hubungan pendampingan 6) Konjungsi melainkan menandai hubungan perlwanan 7) Konjungsi padahal menandai hubungan pertentangan

Konjungsi ini berbeda dengan konjungsi lain, karena di samping menghubungkan klausa dapat juga menghubungkan kata. Meskipun demikian, frasa yang dihasilkan bukanlah frasa preposisional. Contoh:

a) Ibu petani dan ayahnya juga petani

b) Nita belajar menulis dan Adit belajar membaca c) Dia mencari saya dan adik saya

d) Badannya kurus dan mukanya sangat pucat

e) Aku yang dating ke rumahmu atau kamu yang dating ke rumahku f) Dia menangis, tetapi isterinya hanya terdiam saja

g) Yang kita cari adalah hotel yang sederhana, tetapi bersih h) Ibu sedang memasak, sedangkan ayah membaca Koran

b. Konjungsi subordinatif

Hasan Alwi, dkk., berpendapat bahwa “ konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang tidak memiliki status sintaksis yang sama”.14

Sedangkan menurut Kunjana Rahardi konjungsi subordinatif adalah konjungsi atau kata penghubung yang bertugas menghubungkan dua buah klausa atau lebih. Klausa-klausa yang dihubungkan tersebut tidak memiliki status sintaksis atau status kalimat yang sama.15 Konjungsi atau kata penghung subordinatif ini yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Konjungsi ini dapat dibagi menjadi beberapa kelompok:

1) Konjungsi subordinatif waktu: sesudah, setelah, sejak, selesai, ketika, sebelum.

Contoh:

14

Mansur Muslich, garis-garis besar tatabahasa baku bahasa Indonesia. h. 113 15

(26)

a) Saya sedang mandi ketika dia datang

b) Kami tak dapat berbuat apa-apa sebelum ada putusan pengadilan.

2) Konjungsi subordinatif pengandaian: seandainya. Seumpamanya, andaikan, sekiranya.

Contoh:

a) Andaikata engkau tidak bersalah, aku berani membelamu

b) Seandainya aku tidak ditugaskan di kota ini, kita tidak dapat bertemu lagi

3) Konjungsi subordinatif syarat, misalnya: jika dan kalau Contoh:

a) Ibu Ita akan naik haji jika tanahnya laku

b) Kalau kegairahan sudah menjadi kebiasaan rasa takut dan gelisah tidak akan mendekat

4) Konjungsi subordinatif tujuan, misalnya: agar dan supaya. Contoh:

a) Agar siswanya lulus ujian, ia menyelenggarakan pelajaran tambahan

b) Jangan diungkit-ungkit perkara itu supaya tidak timbul lagi perselisihan.

5) Konjungsi subordinatif konsesif, misalnya: meskipun dan walaupun. Contoh:

a) Meskipun hari hujan, dia datang juga.

b) Elisabeth sudah siap menjadi ratu, walaupun ia masih muda belia.

6) Konjungsi subordinatif pemiripan, misalnya: seolah-olah dan seakan-akan.

Contoh:

(27)

7) Konjungsi subordinatif pengakibatan, misalnya: sehingga dan sampai.

Contoh:

a) Saya betul-betul terpesona kepadanya, sehingga saya terus menatapnya

b) Sangat asiknya membaca sampai mereka lupa makan

8) Konjungsi subordinatif penyebab, misalnya: karena dan sebab. Contoh:

a) Hari ini dia tidak masuk kantor karena sakit b) Bibi sangat kesepian sebab tidak mempunyai anak

9) Konjungsi subordinatif penjelasan, misalnya: bahwa. Contoh:

a) Kami mendengar kabar bahwa ayahnya meninggal kemarin

10) Konjungsi subordinatif cara, misalnya: dengan Contoh:

a) Heri duduk dengan tangan terikat pada bagian belakang

c. Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, atau klausa kedua unsur memiliki status sintaksis yang sama.16 Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frase atau klausa yang dihubungkan. Misalnya:

1) Baik…, maupun …, (maupun) …. 2) Tidak hanya …, tetapi (…) juga …. 3) Demikian (rupa) … Sehingga …. 4) Apa (kah) … atau ….

5) Entah …, …, entah ….

16

(28)

6) Jangankan…, …, pun …. Contoh:

a) Baik anda, maupun istri anda, maupun mertua anda akan menerima cindera mata

b) Tidak hanya kita harus setuju, tetapi kita juga harus patuh c) Kita harus mengerjakan demikian rupa sehingga hasilnya

benar-benar baik

d) Apakah anda setuju atau tidak, kami pun tetapmelaksanakannya e) Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan

gagasannya

f) Jangankan orang lain, orang tuanya sendiri pun tidak dihormati

d. Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi antarkalimat adalah kata penghubung yang menghubungkan ide atau gagasan pada kalimat yang satu dengan dengan ide atau gagasan pada kalimat yang lainnya. Konjungsi ini selalu berada di awal kalimat karena memang tugas pokoknya adalah mengawali kalimat yang baru.17

Cara penulisan konjungsi antarkalimat harus selalu diawali dengan huruf kapital. Selain itu juga selalu harus diikuti dengan tanda koma. Konjungsi ini terdiri atas beberapa kelompok, yaitu:

1) Konjungsi yang menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu yang berbeda ataupun yang bertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Misalnya konjungsi biarpun begitu.

Contoh:

a) Kami tidak sepaham dengan mereka Kami tidak berani menegurnya

b) Kami tidak sepaham dengan mereka. Biarpun begitu, kami tidak berani menegurnya.

17

(29)

2) Konjungsi yang menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya. Misalnya konjungsi sesudah itu.

Contoh:

a) Rika mencuci kakinya Rika pergi ke tempat tidur

b) Rika mencuci kakinya. Sesudah itu, Rika pergi ke tempat tidur. 3) Konjungsi yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain

diluar dari yang telah dinyatakan sebelumnya. Misalnya konjungsi selain itu.

Contoh:

a) Pak Rudi mengalami penyakit demam tulang Dia juga mengidap penyakit tekanan darah rendah

b) Pak Rudi mengalami penyakit demam tulang. Selain itu, dia juga mengidap penyakit tekanan darah rendah.

4) Konjungsi yang menyatakan adanya hal, peristiwa atau keadaan lain yang mengacu kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya. Misalnya konjungsi sebaliknya

Contoh:

a) Para pencuri tidak menghiraukan tembakan polisi. Mereka melawan polisi itu dengan tangan besi.

b) Para pencuri tidak menghiraukan tembakan polisi. Sebaliknya mereka melawan polisi itu dengan tangan besi.

5) Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sebenarnya. Misalnya konjungsi sesungguhnya

Contoh:

a) Persoalan yang akan dialaminya memang rumit Persoalan itu sudah dipikirkan jauh sebelumnya.

b) Persoalan yang akan dialaminya memang rumit. Sesungguhnya persoalan itu sudah jauh dipikirkan sebelumnya.

(30)

Contoh:

a) Wartawan itu baru tahu soal/kasus pembunuhan itu. Dia baru mulai menggarapnya.

b) Wartawan itu baru tahu soal/kasus pembunuhan itu. Bahkan, dia baru mulai menggarapnya.

7) Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan yang sebelumnya. Misalnya konjungsi akan tetapi.

Contoh:

a) Situasi Aceh sudah mulai aman terkendali. Masyarakat Aceh tetap waspada setiap hari.

b) Situasi Aceh sudah mulai aman terkendali. akan tetapi, masyarakat Aceh tetap waspada setiap hari.

B. Kalimat

1. Pengertian Kalimat

Lazimnya, kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Dapat diakatakn sebagai satuaan bahsa terkecil karenaa sesungguhnya di atas tataran kalimat itu masih terdapaat satuan kebahasaan lain yang jauh lebih besar.18 Kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan ataupun tulis, yang mengungkapkan pikiran dan gagasan yang utuh.19

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dank eras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengna intonasi akhir yang diikutin oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses

18

Kunjana rahardi. 2010. “Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi”. Yogyakarta: Erlangga. Hlm. 76

19

(31)

fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda Tanya (?), atau tanda seru (!). sementara itu di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma(,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda t anya, tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan denga jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda Tanya, dantanda seru melambangkan kesenyapan.20

2. Unsur-Unsur Kalimat

Kalimat memiliki unsur-unsur kalimat21.. Apabila dalam suatu kalimat terdapat unsur-unsur tersebut maka akan menghasilkan sebuah kalimat yang benar dan bermakna yang baik. Sehingga dapat didengar dan dimengerti dengan jelas oleh pendengar.

a. Subjek

Unsur pertama dalam kalimat ialah subjek. Apabila kalimat tersebut merupakan kalimat aktif. Maka subjek berada didepan predikat. Namun, apabila kalimat tersebut merupakan kalimat pasif. Maka, subjek berada dibelakang predikat. Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan subjek dalam suatu kalimat. Cara yang digunakan adalah dengan menggunakan pertanyaan.

Siapa + yang + predikat apabila suatu subjek itu adalah subjek orang, atau

Apa + yang + predikat apabila yang menjadi subjek itu bukan orang. Perhatikanlah kalimat berikut ini:

Rani sedang membaca.

Dengan menerapkan rumus sebelumnya, maka pertanyaanya adalah „siapa yang sedang membaca?‟. Jawabannya tentu adalah „Rani.

Maka, subjek kalimat tersebut adalah „Rani‟.

20

Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, h. 311 21

(32)

Di dalam rumah itu telah ditemukan bom berukuran besar yang siap meledak.

Pada kalimat di atas, subjek kalimatnya ialah terima kasih. Alasannya, predikatnya ialah kami ucapkan. Maka, rumusan pertanyaan untuk mengidentifikasi subjeknya ialah apa yang telah ditemukan di dalam rumah itu?. Adapun jawabannya ialah bom yang berukuran besar yang siap meledak.

b. Predikat

Cara yang paling mudah digunakan untuk mengidentifikasi predikat kalimat adalah dengan menggunakan formula pertanyaan „bagaimana‟ atau „mengapa‟.

Perhatikanlah kalimat berikut ini: Rano menangis tersedu-sedu.

Dengan menerapkan rumus sebelumnya, maka pertanyaanya adalah „mengapa Rano‟ atau „bagaimana Rano?‟. Jawabannya tentu adalah „menangis tersedu-sedu‟. Maka, predikat dalam kalimat tersebut adalah „menangis tersedu-sedu‟.

c. Objek

Adanya suatu objek kalimat apabila predikat kalimat tersebut merupakan verba atau kata kerja yang sifatnya aktif transitif. Kalimat yang memiliki verba transitif, yang lazimnya berawalan „me-‟. Maka dalam kalimat tersebut terdapat objek kalimat. Perhatikanlah kalimat berikut ini:

Rasyid menerima hadiah.

Unsur hadiah adalah objek dalam kalimat tersebut. Alasannya kata hadiah hadir setelah kata kerja berawalan „me‟.

d. Pelengkap

(33)

posisi yang sama, objek dapat menempatinya. Sedangkan, persamaan antara objek kalimat dan pelengkap kalimat ialah:

Keduanya harus hadir melengkapi kata kerja dalam kalimat Keduanya tidak dapat diawali oleh preposisi atau kata depan Keduanya menempati posisi di belakang kalimat

Ciri yang dapat menunjukkan bahwa suatu bentuk kebahasaan itu ialah pelengkap, bahwa verba yang mendahuluinya merupakan verba berawalan „ber‟. Selain itu, bentuk-bentuk berafiks „ke-an‟ seperti kehilangan, kedatangan, kemasukan selalu diikuti oleh pelengkap. Perhatikan kalimat berikut ini:

Randi kehilangan dompet.

Dalam kalimat tersebut bahwa „dompet‟ adalah pelengkap dalam kalimat tersebut.

e. Keterangan

Keterangan berfungsi untuk menambahkan informasi pada kalimat. Informasi yang hendak ditambahkan dapat berupa tempat, waktu, cara, syarat, sebab, tujuan, dan sebagainya. Dalam suatu kalimat, keterangan diawali oleh preposisi atau kata depan. Perhatikan kalimat berikut ini:

Ayah pergi ke Bandung kemarin.

Unsur kemarin merupakan keterangan dalam kalimat tersebut.

3. Struktur kalimat

Menurut strukturnya, kalimat Bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

a. Struktur kalimat dasar atau tunggal

Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satui predikat.22 Kalimat dasar atau kalimat tunggal, atau kalimat sederhana adalah kalimat yang hanya memiliki satu subjek dan satu predikat. 23

22 Zaenal Arifin, dkk, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,

(34)

Oleh karena itu, suatu kalimat yang apabila terdiri dari subjek dan predikatnya lebih dari satu. Maka, kalimat tersebut bukan dikatakan sebagai kalimat dasar atau tunggal.

Dalam Bahasa Indonesia dikenal 6 struktur atau pola kalimat tunggal, yakni:

1) Subjek (Kata Benda) + Predikat (Kata Kerja) Mahasiswa berdiskusi.

2) Subjek (Kata Benda) + Predikat (Kata Kerja) + Objek (Kata Benda)

Mereka menonton film.

3) Subjek (Kata Benda) + Predikat (Kata Kerja) + Objek (Kata Benda) + Objek (Kata Benda)

Paman Ahmad memberikan saya hadiah. 4) Subjek (Kata Benda) + Predikat (Kata Sifat)

Dosen itu baik.

5) Subjek (Kata Benda) + Predikat (Kata Bilangan) Harga pulpen itu lima ribu rupiah.

6) Subjek (Kata Benda) + Predikat (Kata Benda) Rohman peneliti.

C. Kalimat Majemuk

1. Pengertian Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa, sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat yang baru di samping pola yang sudah ada. 24

Jadi Kalimat majemuk adalah kalimat yang terbentuk atas dua pola kalimat atau lebih. Artinya kalimat itu memiliki dua subjek dan dua predikat.

23

Kunjana Rahardi. 2010. “Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi”, h. 77 24

(35)

Contoh:

1) Ayah menulis surat, ibu berdiri disampingnya.

2) Ayah menulis surat, sambil ibu berdiri disampingnya.

Kalimat majemuk merupakan perluasan kalimat tunggal yang membentuk satu atau lebih pola kalimat baru disamping pola kalimat yang sudah ada. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua kalimat tunggal atau lebih.

Contoh:

(a) Kakak sedang membaca buku

(b) Ketika adik tidur dan kakak sedang membaca buku, ayah pergi ke kantor.

Kalimat majemuk dapat dibentuk dari paduan beberapa buah kalimat tunggal. Dalam pembentukannya ada yang memerlukan kata penghubung ada pula yang tidak.

Tidak Berpenghubung Berpenghubung

1. Dia makan, dia kenyang

2. Kami tidak setuju, kami protes

3. Keadaan di dalam kota kembali tenang

1. Karena hujan-hujanan, ia menjadi sakit

2. Daripada menganggur, lebih baik engkau bekerja di kebun 3. Dia pura-pura tidak tahu

padahal dia tahu banyak

2. Jenis Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk dapat dikelompokkan dalam empat jenis sebagai berikut:25

a. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal menjadi sebuah kalimat yang lebih besar, dan tiap-tiap kalimat tunggal yang digabungkan itu tidak kehilangan unsur- unsurnya.26

25

(36)

Contoh:

1) Ayah berangkat ke kantor. Ibu pergi ke pasar. 2) Ayah berangkat ke kantor dan ibu pergi ke pasar.

3) Ia pelajar paling pandai di kelasnya. Ia disenangi teman-temannya.

4) Ia pelajar paling pandai di kelasnya, sebab itu disenangi teman temannya.

Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang mempunyai dua klausa atau lebih yang berkedudukan setara. Tidak ada klausa atau pola kalimat yang menduduki suatu fungsi pada kalimat yang lain. Jadi, tidak ada yang menduduki anak kalimat.

Pada garis besarnya, kalimat majemuk setara dibagi menjadi tiga yaitu:

a) Kalimat majemuk setara sejalan Contoh:

(a) K1 = Para siswa bekerja dengan giat K2 = Guru-guru mengatur ruangan

K3 = Kepala sekolah mempersiapkan acara

KMS = Para siswa bekerja dengan giat, guru-guru mengatur ruangan, dan kepala sekolah mempersiapkan acara

(b) K1 = Ruang itu disapu K2 = Lantainya dipel K3 = Temboknya dihiasi

KMS = Mula-mula ruangan itu disapu, setelah itu lantainya dipel, kemudian temboknya dihiasi

b) Kalimat majemuk setara berlawanan Contoh :

(a) K1 = Kakaknya pintar sekali K2 = Adiknya bodoh sekali

KMS = Kakaknya pintar sekali, tetapi adiknya bodoh sekali.

26

(37)

Kakaknya pintar sekali, sebaliknya adiknya bodoh luar biasa (b) K1 = Anda belajar dengan baik

K2 = Anda akan tidak lulus

KMS = Anda belajar dengan baik atau anda akan tidak lulus c) Kalimat majemuk setara penunjukan

(a) K1 = Dayu sudah mengetahui masalah itu K2 = Dayu tidak heran

KMS = Dayu sudah mengetahui masalah itu, karena itu Dayu tidak heran

(b) K1 = Dia sedang sakit

K2 = Dia tidak ikut bertanding

KMS = Dia sedang sakit, karena itu dia tidak ikut bertanding

b. Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya dirapatkan. Hal itu terjadi karena kata-kata atau frase dalam bagian-bagian kalimat itu menduduki fungsi yang sama. Proses perapatan dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu fungsi kalimat yang sama itu.

1) Kalimat majemuk rapatan subyek Contoh:

a) K1 = Pakaian itu dicuci K2 = Pakaian itu dijemur K3 = Pakaian itu disetrika

KMR : Pakaian itu dicuci, dijemur dan disetrika

K1 P2 P3

2) Kalimat majemuk rapatan predikat Contoh:

(38)

K3 = Tasnya dilemparkan

Bukunya, pensilnya, dan tasnya dilemparkan

S1 S2 K3

3) Kalimat majemuk rapatan objek Contoh:

(a) K1 = Adik mencuci pakaian itu K2 = Kakak menjemur pakaian itu

KMR : Adik mencuci dan Kakak menjemur pakaian itu

c. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat, salah satu pada bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat.27

Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas, sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru, selain pola yang sudah ada.

Bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk pola kalimat baru disebut anak kalimat, sedangkan bagian yang tetap atau lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat.

Contoh:

1) Kalimat tunggal

Lusiana / menyaksikan / pertunjukan. 2) Kalimat majemuk bertingkat

Lusiana / menyaksikan / siswa-siswa / menari. Uraian kalimat:

27

(39)

Lusiana=Subjek, menyaksikan=predikat, siswa-siswa=subjek; menari=predikat.

Lusiana menyaksikan = induk kalimat

Siswa-siswa menari = anak kalimat pengganti objek penderita Ketika saya masih tidur ayah berangkat ke sekolah.

anak kalimat induk kalimat

Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara atau sederajat yakni yang satu menjadi bagian yang lain. Proses terjadinya kalimat majemuk bertingkat sesungguhnya berasal dari sebuah kalimat tunggal.

Bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat yang tidak mengalami pergantian/perubahan dinamai induk kalimat sedangkan bagian kalimat yang majemuk yang berasal dari kalimat tunggal yang sudah mengalami pergantian/perubahan dinamai anak kalimat.

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang hubungan antara unsur-unsurnya tidak sederajat. Salah satu unsurnya ada yang menduduki induk kalimat sedangkan unsur lainnya sebagai anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat antara lain meliputi jenis-jenis sebagai berikut:

a) Kalimat majemuk hubungan pengandaian yang ditandai oleh kata penghubung jika, seandainya, dan andaikata.

Contoh:

(a) Jika tidak hujan, ia akan datang ke pesta itu.

(b) Seandainya engkau tidak hadir malam itu, kami tidak mendapat uang sedemikian banyak.

(40)

b) Kalimat majemuk hubungan perbandingan ditandai oleh kata sambung ibarat, seperti, bagaikan, daripada, dan laksana.

Contoh:

(a) Pak Bahrun menyayangi semua keponakannya seperti dia menyayangi anak kandungnya.

(b) Lebih baik cepat lima menit di sini, daripada terlambat sama sekali.

c) Kalimat majemuk hubungan penyebaban ditandai oleh kata sambung sebab, karena, dan oleh karena.

Contoh:

(a) Borobudur tentu bukan nama resminya, sebab biasanya suatu bangunan mempunyai nama resmi yang diberikan maknanya dalam keagamaan.

(b) Dia tidak pergi ke sekolah karena sakit.

(c) Teori transformasi lahir oleh karena ketidak puasan para linguis muda terhadap teori struktural.

d) Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata sambung sehingga, sampai-sampai, dan maka.

Contoh:

(a) Ia bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit.

(b) Berjam-jam ia berjalan sampai-sampai kakinya bengkak. (c) Mengenai eksposisinya, dibandingkan dengan

museum-museum Angkatan Perang yang telah saya lihat di Eropa Barat, maka apa yang saya lihat di Beograd itu adalah yang paling modern.

a) Kalimat majemuk hubungan cara ditandai oleh kata sambung dengan.

(41)

(a) Kesebelasan Persib Bandung berhasil mempertahankan kemenangannya dengan cara memperkokoh pertahanan mereka.

f) Kalimat majemuk hubungan penjelasan ditandai kata sambung bahwa, dan yaitu.

Contoh:

(a) Aku baru mengerti hari ini bahwa Dina benar-benar menaruh perhatian kepadaku.

(b) Kebun itu telah disiangi ayah yaitu dengan memangkas dan membuang pohon-pohon yang tumbuh disekitarnya.

g) Kalimat majemuk hubungan waktu, ditandai kata sambung ketika, sewaktu dan semasa.

Contoh:

(a) Pekerjaan itu sudah selesai ketika ayah datang dari kantor. Menurut Darisman dilihat dari segi bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri dari satu klausa, sedangkan kalimat majemuk terdiri dari dua klausa atau lebih.

Kalimat majemuk bertingkat banyak macamnya, misalnya kalimat majemuk bertingkat dengan kata hubung sesudah, sebelum, ketika, dan sementara (menyatakan waktu). Selain itu kalimat majemuk bertingkat dengan kata hubung jika (menyatakan syarat), sekiranya dan seandainya (menyatakan pengandaian).

Berikut ini contoh kalimat majemuk bertingkat :

1. Kalimat majemuk bertingkat menggunakan kata sebelum, sesudah, ketika, dan sementara (hubungan antar klausanya menyatakan waktu).

Contoh:

(42)

Ketika liburan tiba, kami pergi ke rumah nenek.

Sementara Budi bermain bola, Rima menonton di halaman rumah.

2. Kalimat majemuk bertingkat menggunakan kata jika (hubungan antar klausanya menyatakan syarat).

Contoh:

Jika hari tidak hujan, aku akan ke rumahmu.

Jika Udin naik kelas, ibu akan membelikannya sepeda.

3. Kalimat majemuk bertingkat menggunakan kata sekiranya dan seandainya (hubungan antar klausanya menyatakan pengandaian).

Contoh:

Seandainya kamu rajib belajar, pasti nilaimu tidak jelek.  Sekiranya Rima naik kelas, ibu pasti senang.

d. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran adalah gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Dalam kalimat majemuk campuran, sekurang-kurangnya dibentuk tiga kalimat tunggal.

Contoh:

1) Pekerjaan ini selesai, ketika ayah datang dari kantor, dan ibu selesai memasak.

B. Kerangka Berpikir

Dengan memperhatikan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pada bagian ini diuraikan kerangka pikir yang dapat dijadikan pegangan untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini.

(43)

1. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata, fungsi dan kegunaannya dalam pembentuk-bentukan kalimat perlu dicermati.

2. Untuk memahami penggabungan kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk, sangat diperlukan penggunaan yang benar dan matang, supaya penulis dari pembentukan kalimat rancu dan sumbang.

3. Guru bahasa Indonesia yang baik dalam pengajaran kata penghubung untuk membentuk kalimat majemuk harus sesuai dengan Kurikulum KTSP bahasa Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka kemampuan memahami kata penghubung digunakan tes objektif sebanyak 20 nomor yang diujikan kepada peserta. Selanjutnya peneliti menganalisis hasil pekerjaan tersebut sehingga diperoleh suatu gambaran tentang kemampuan siswa menganalisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia. Berdasarkan hal itu, berikut ini akan diuraikan kerangka pikir yang dijadikan landasan berpikir peneliti.

C. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Widowarti dalam skipsinya yang berjudul

“Analisis Penggunaan Konjungsi Pada Karya Tulis Siswa SMU Kelas III

dan Implikasinya Bagi Pembelajaran Keterampilan Menulis”. Hasil penelitian yang Widowarti dapatkan bahwa penggunaan konjungsi koordinatif lebih sering digunakan daripada subordinatif. Konjungsi yang paling sering digunakan siswa yaitu konjungsi yang menyatakan menambah, sedangkan konjungsi yang jarang digunakan adalah konjungsi yang menyatakan waktu.28

28

[image:43.595.113.514.124.700.2]
(44)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Maria dalam skripsinya yang berjudul “Konstribusi Penguasaan Konjungsi Subordinatif Kepada Kemampuan Menulis Kalimat Menulis Subordinatif Oleh Siswa Kelas X SMA Tahun

Pelajaran 2007/2008”. Dalam penelitian tersebut Maria menekankan

penggunaan konjungsi subordinatif dalam menulis sebuah kalimat. Analisis data tersebut menyatakan bahwa penggunaan konjungsi subordinatif yang sering digunakan adalah konjungsi subordinatif “sampai, dengan, bahwa dan kalau”. Konjungsi yang digunakan siswa sudah tepat dalam penggunaanya, sehingga dapat dikatakan konjungsi subordinatif yang digunakan dalam menulis kalimat subordinatif sudah dikuasai oleh siswa.29

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ratu Nurrah seorang mahasiswi UIN Jakarta. Dalam skripsinya Ratu meneliti “Upaya Peningkatan Penggunaan Konjungsi pada Karangan Argumentasi Siswa,”. Seperti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada umumnya, skripsi tersebut menitikberatkan penelitiannya pada upaya-upaya yang ditempuh untuk meningkatkan penggunaan konjungsi. Berdasarkan pada uraian-uraian tersebut, pada penelitian ini peneliti mencoba untuk menganalisis penggunaan konjungsi pada tajuk rencana secara lebih kompleks, serta efektifitasnya sebagai sumber belajar.30

Berdasarkan beberapa penelitian diatas, dapat penulis simpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan penulis berbeda dengan apa yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lainnya. Widowati melakukan penelitian dengan menekankan konjungsi mana yang sering digunakan, konjungsi koordinatif atau subordinatif. Maria melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konjungsi subordinatif yang digunakan siswa dalam menulis kalimat subordinatif. Ratu Nurrah melakukan penelitian dengan menitikberatkan penelitiannya pada

29

Maria, Upaya Peningkatan Penggunaan Konjungsi pada Karangan Argumentasi Siswa, (Jakarta: UIN Jakarta, 2011)

30

(45)
(46)

32

Penelitian ini dilakukan di MI Arrahmaniyah Depok yang beralamat di Jl. Raya Masjid Jami Al Ittihad Bojong Pondok Terong Cipayung Depok. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014, dari bulan Januari sampai bulan April 2014. Penelitian dilakukan setelah pengurusan izin penelitian, uji coba instrumen dan penyempurnaan instrument. Adapun waktu penelitian dalam proses pengumpulan data sebagai berikut :

Tahapan Waktu

Proses Awal Penelitian

1. Persetujuan Judul Penelitian oleh Kajur

7 Januari 2014

2. Seminar Proposal Skipsi 25 Januari 2014 3. Bimbingan Skripsi oleh Dosen

Pembimbing yang bersangkutan

9 Maret 2014 s/d September 2014

Penyususnan Data

1. Revisi Bab I Maret 2014

2. Revisi Bab II April 2014

3. Revisi Bab III Oktober 2014

4. Revisi Bab IV November 2014

5. Revisi Bab V

Laporan Penelitian

1. Survei Awal di MI Arrahmaniyah Depok

20 Oktober 2014

2. Penyebaran Uji Instrumen 11 November 2014 3. Pengumpulan data dari MI

Arrahmaniyah Depok

(47)

4. Wawancara dengan kepala sekolah dan guru bahasa Indonesia

11 November 2014

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah MI Arrahmaniyah Depok yang berlokasi di di Jl. Raya Masjid Jami Al Ittihad Bojong Pondok Terong Cipayung Depok. Yang akan diteliti disini adalah Pengetahuan Siswa Terhadap Kata Penghubung dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Pada Kelas V MI Arrahmaniyah Depok. Adapun yang berperan dalam penelitian ini, meliputi: peneliti sendiri, Guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas V MI Arrahmaniyah Depok.

[image:47.595.117.510.232.607.2]

Berikut adalah jadwal penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

No Nama Kegiatan Bulan

Oktober November

1 Survei awal ke sekolah 2 Observasi

3 Wawancara 4 Pengumpulan data

C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara-cara berpikir untuk melakukan penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai suatu proses yang terdiri atas sejumlah kegiatan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.1 Jadi metode penelitian adalah suatu

1

(48)

cara atau upaya untuk memperoleh fakta yang sistematis untuk mewujudkan kebenaran.

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, metode ini bertujuan untuk menggambarkan, mendeskripsikan atau melukiskan secara sistematis mengenai situasi atau kejadian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wina Sanjaya dalam buku Penelitian Pendidikan,

“Penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat dan model dari fenomena tersebut”.2

Dalam pendekatan metode kualitatif ini, peneliti mengamati secara lebih mendalam lagi mengenai hal-hal yang terkait dengan masalah yang ada.

“penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti

penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena

lainnya”.3

[image:48.595.118.513.141.753.2]

Dalam pendekatan metode kualitatif ini dapat diketahui dengan cara mendalami situasi sosial yang ada di lapangan seperti yang terdapat pada gambar berikut ini:

Place/tempat

Actor/orang activity/aktivitas

2

Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet.1, h.47

3

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya: 2011), h. 99

(49)

Gambar 3.1 Situasi sosial(social situation)4

Penelitian deskripsi biasanya tidak diarahkan untuk menguji hipotesa, melainkan untuk mencari informasi untuk mengambil kesimpulan. Berdasarkan proses sifat dan analisis datanya, penelitian ini bersifat eksploratif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Karena penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala nyata yang ada dilapangan.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah. Pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.5 Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Observasi

Banyak yang beranggapan observasi sebagai aktifitas sempit yakni mengamati sesuatu dengan penglihatan. Dalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut juga pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.6 Observasi ini merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Arrahmaniyah Depok.

Dalam observasi, ada tiga komponen yang menjadi obyek penelitian, yaitu: Place (Tempat), Actor (Pelaku) dan Activities

4

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta: 2012), cet: 15, h. 287

5

Maman Abdurrahman, Panduan Praktis Memahami Penelitian, h.85 6

(50)

(Aktivitas).7 Place atau tempat disini adalah lingkungan kelas di Sekolah. Actor atau pelaku disini adalah guru mata pelajaran yang terkait penelitian dan siswa. Activities atau aktivitas disini adalah penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk Bahasa Indonesia siswa kelas V. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan yaitu di MI Arrahmaniyah Depok.

a) Place (Tempat)

Tempat yang menjadi obyek penelitian disini ialah MI Arrahmaniyah Depok yang berlokasi di di Jl. Raya Masjid Jami Al Ittihad Bojong Pondok Terong Cipayung Depok.

b) Actor (Pelaku)

[image:50.595.115.512.181.648.2]

Adapun actor (pelaku) yang diobservasi/diamati dalam penelitian ini adalah Keseluruhan siswa yaitu kelas V A-B-C MI Arrahmaniyah yang berjumlah 93 orang. Yang masing-masing kelasnya terdiri dari 31 orang. Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti sampel sebanyak 20 siswa.

Tabel 3.2

Keadaan Siswa Kelas V MI Arrahmaniyah Depok

No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 2. 3. V A V B V C 20 15 12 11 16 19 31 31 31

Jumlah 47 46 93

c) Activities (aktivitas)

Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran, untuk mengetahui penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Arrahmaniyah Depok.

7

(51)
[image:51.595.119.510.198.682.2]

Dalam panduan observasi, penulis membuat pedoman observasi sebagai berikut

Tabel 3.3

Pedoman Penilaian Observasi

Skor Keterangan

4 Sangat Baik

3 Baik

2 Cukup

1 Kurang

Tabel 3.4

Pedoman Observasi

Dimensi Indikator No. Item

Strategi Pembelajaran

a. Kesesuaian materi b, c, d, e

b. Keruntutan materi f

c. Penguasaan kelas g

d. Alokasi waktu h

e. Memotivasi siswa i, j, k f. Adanya kegiatan eksplorasi l g. Adanya kegiatan elaborasi m h. Adanya kegiatan konfirmasi n

i. Pemanfaatan media p

(52)

2. Wawancara

[image:52.595.115.516.125.597.2]

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.8 Percakapan yang dimaksud disini adalah percakapan antara pewawancara dengan yang diwawancarai. Dalam wawancara ini peneliti memberikan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan daftar pertanyaannya (instrumen) dalam bentuk pedoman wawancara kepada Kepala Sekolah dan Guru Bahasa Indonesia. Tujuan dari wawancara ini adalah penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Arrahmaniyah Depok.

Tabel 3.5

Pedoman Wawancara terhadap Kepala Sekolah

Dimensi Indikator No Item

Aktivitas Kepala Sekolah

Pengalaman kepala

sekolah 1, 2

kompetensi guru 3,4,5 Perhatian kepala

sekolah terhadap keprofesionalan guru

6

kerjasama kepala

sekolah dengan guru 7,8

Tabel 3.6

Pedoman Wawancara kepada Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Dimensi Indikator No.

Item

Aktivitas Guru

Pengalaman guru 1, 2

Hasil belajar bahasa Indonesia terhadaap 3,4

8

(53)

penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk di kelas V

Kesulitan dalam mengajar penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk di kelas V

4,5

Strategi yang digunakan agar siswa lebih

paham 6,7,8

Evaluasi yang digunakan 9

Pentingnya mengajarkan penggunaan kata

penghubung dalam kalimat majemuk 10

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, dan agenda.9 Tujuan dari studi . dokumentasi ini adalah sebagai bukti dar hasil penelitian.

4. Tes

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.10

Tes yang diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda (PG). Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Tes dalam teknik penelitian merupakan sebagai cara yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa setelah memperoleh pengajaran.

9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 206 10

(54)

E. Kontrol Terhadap Validitas Internal

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.11

Keabsahan suatu data dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan yangdidasarkan atas kriteria tertentu. Ada empat kriteria dalam teknik pemeriksaan data, yaitu kredibilitas, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.12

Untuk mengukur validitas soal tersebut menggunakan program ANNATES versi 4.0.2. Penghitungan validitas dengan menggunakan program ANNATES dinyatakan valid jika memiliki nilai dalam batas signifikansi di bawah ini.13

df (N-2) P = 0,05 P = 0,01 df (N-2) P = 0,05 P = 0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208

Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.

11

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 211

12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 321 13

Merina Khoirunisa, Penggunaan PendekatanContextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Peserta Didik Kelas VIII.1 Mts. Al Makmur Ciganjur,

(55)

Dari hasil penghitungan terhadap 40 butir soal yang diujicobakan, maka soal yang tidak valid disisihkan. Butir soal yang valid berjumlah 25 soal, dan yang tidak valid berjumlah 15 soal.

2. Reliabilitas

Suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang baik jika alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walau dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), dimanapun dan kapanpun. Selain pengujian validitas, sebuah tes juga hasrus memiliki reliabilitas. Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.

[image:55.595.120.509.272.659.2]

Tes hasil belajar yang baik harus memiliki reliabilitas yang harus dipercaya, artinya setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berulang kali terhadap subyek yang sama, hasilnya selalu relatif sama. Uji ini dilakukan dengan menggunakan program ANNATES versi 4.0.2 dengan kriteria kategori reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kriteria Besar Korelasi

Nilai Korelasi Kriteria

r

11 0,20 Tidak ada korelasi 0,20

r

11 0,40 Korelasi rendah 0,40

r

11 0,70 Korelasi sedang 0,70

r

11 0,90 Korelasi tinggi 0,90

r

11 1,00 Korelasi sangat tinggi

r

11 = 1,00 Korelasi sempurna

3. Indeks Kesukaran Soal

(56)

merupakan salah satu analisis kuantitatif proporsi atau perbandingan siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes.

[image:56.595.118.516.194.591.2]

Indeks kesukaran rentangnya dari 0,0 – 0,1. Semakin besar indeks kesukaran menunjukkan semakin mudah butir soal dan sebaliknya semakin rendah indeks kesukaran menunjukkan semakin sulit butir soal. Tingkat kesukaran dapat diketahui dengan menggunakan program ANNATES. Tingkat kesukaran yang baik adalah P = 0,5 atau 0,15.14 dengan klasifikasi sebagai berikut:

Table 3.8

Klasifikasi Interprestasi Indeks Kesukaran

Nilai IK Interprestasi

IK = 0,00 Sangat sukar

0,00 IK 0,30 Sukar

0,30 IK 0,70 Sedang

0,70 IK 1,00 Mudah

IK = 1,00 Sangat mudah

Hasil penghitungan butir soal menunjukkan dari 40 butir soal yang diujikan terdapat 20 butir soal sangat mudah, 8 butir soal mudah, 7 butir soal sedang, 2 butir soal sukar, dan 3 butir soal sangat sukar.

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang menjawab dengan benar (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang menjawab salah (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Untuk mengetahui daya pembeda dapat

14

(57)
[image:57.595.114.515.184.584.2]

dilakukan dengan program ANNATES versi 4.0.2. Klasifikasi interprestasi daya pembeda tiap butir soal yang digunakan adalah sebagai berikut:15

Table 3.9

Klasifikasi Interprestasi Daya Pembeda

Nilai Dp Interprestasi

0,00 – 0,20 Buruk

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

Hasil 40 butir soal yang diujikan menunjukkan terdapat 4 soal berkategori baik sekali, 2 soal berkategori baik, 10 soal berkategori cukup, dan 24 soal berkategori buruk.

F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Untuk

Gambar

Gambar 3.1
gambaran tentang
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
gambar berikut ini:
+7

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH5.

Hasil penelitian antara Motivasi, Kepemimpinan, Komitmen Organisasi dan Lingkungan kerja berpengaruh terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai Pada Badan Pemberdayaan

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, karena atas berkat, pertolongan, pendampingan, rahmat, dan kasihNya, Penulis dapat

Hambatan dalam pengelolaan perpustakaan sebagai sumber belajar adalah fasilitas gedung atau ruangan yang kurang layak, koleksi buku yang masih terbatas,

Unit penampil berbasis PC ( Personal Computer ) pada sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik mampu menampilkan grafik frekuensi harmonisa dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; (2) tidak ada

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan apabila dikaitkan dengan teori, dalam penerapan petunjuk teknis kegiatan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas

Dari segi ukuran sektor informal adalah mereka yang berusaha sendiri atau usaha mikro yang mempunyai pekerja tidak lebih dari 20 orang.. Kelembagaan