PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM PEREKONOMIAN MASYARAKAT
POSTED BY ALIWEAR ⋅ 17 MEI 2012
aliran kendali negara (state control) kurang mendukung kehadiran sektor informal yang luas. Memang ada pandangan bahwa negara tidak dapat berbuat banyak ketika berhadapan dengan sektor informal. Mereka yang menganut perspektif kendali negara (state control) mengusulkan agar pembangunan sektor moderen perlu dipercepat melalui intervensi negara bahkan bila perlu negara harus mempunyai kendali atas semua sektor. Bagi mereka sektor informal adalah sektor marginal atau sektor sisa yang akan terkikis dengan sendirinya jika sektor moderen berkembang sehingga terbuka lapangan kerja yang luas (Morrisson 1995).
Sektor moderen ternyata tidak mampu menyiapkan pekerjaan seperti yang diharapkan. Pertumbuhan angkatan kerja di negara berkembang sangat cepat. Selain itu krisis ekonomi yang sering melanda negara negara berkembang menyebabkan terhambatnya mereka mengembangkan sektor moderen. Investasi di negara berkembang lebih banyak mengandalkan pinjaman luar negeri dan sangat terbatas. Pemerintah sangat terbataskemampuannya dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Setelah menghadapi berbagai masalah di atas pemerintah mulai membangun pandangan yang berbeda tentang sektor informal. Sektor ini tidak lagi dianggap sebagai sektor marjinal tapi merupakan sektor ekonomi yang membantu pemerintah memecahkan masalah pengangguran di dalam negeri.
keuangan karena praktek korupsi yang meluas. Dengan masuk ke sektor informal mereka bisa menghindari pungutan yang membebani keuangan mereka. Namun karena bergerak di sektor informal maka otomatis mereka tidak mendapat pelayanan publik yang memadai dibanding dengan mereka yang bergerak di sektor formal. Biasanya mereka yang bergerak di sektor publik mendapat perlindungan jaminan hak milik dari negara. harapan pemerintah sebagai penyelamat ekonomi nasional (Morrisson 1995).
Setelah sektor informal mendapat pengakuan maka timbul pertanyaan bagaimana menumbuhkan sektor ini? Selama ini kebijakan ekonomi neo-klasik lebih berpihak kepada usaha besar. Oleh karena itu kebijakan mekanisme pasar seolah olah lebih menguntungkan usaha besar daripada usaha kecil. Hernando de Soto adalah ahli ekonomi yang secara konsisten melihat bahwa kebijakan mekanisme pasar juga cocok untuk sektor usaha informal atau usaha mikro (De Soto 2000). Campur tangan pemerintah yang tidak terlalu banyak akan memberi kesempatan sektor informal tumbuh secara mandiri dan kuat.Oleh karena itu de Soto menginginkan pemerintah harus menghapus atau mengurangi aturan yang terlalu membelenggu sektor informal berkembang. Perkembangan sektor informal yang pesat akan membantu pemerintah dalam penciptaan lapangan kerja.
Banyak tulisan yang dibuat telah mengakui peran sektor informal dalam perekonomian negara-negara berkembang. Namun sampai pada definisi belum ada konsensus untuk itu. Dalam usaha untuk menghindari kerancuan sektor informal dapat dijabarkan sebagai aktivitas ekonomi yang berada di luar sektor swasta maupun sektor publik yang terdaftar. Merujuk pada definisi ini, usaha-usaha di sektor informal mencakup aktivitas ekonomi mikro dan kecil yang tidak terdaftar baik oleh pemerintah maupun otoritas lainnya. Pada umumnya, usaha informal tidak mengikuti peraturan berkaitan dengan ketenagakerjaan, pajak atau memiliki ijin. Morrisson (1995), mengemukakan untuk memahami sektor informal, 3 hal harus diperhatikan:
1. Ukuran. Dari segi ukuran sektor informal adalah mereka yang berusaha sendiri atau usaha mikro yang mempunyai pekerja tidak lebih dari 20 orang. 2. Kelembagaan yang informal. Dari segi
kelembagaan/aturan sektor informal mencakup
perusahan yang tidak terdaftar atau tidak memenuhi kewajiban administrasi legal seperti, keselamatan kerja, pajak, dan hukum perburuhan.
3. Modal yang terbatas. Baik modal fisik maupun
modal manusia per pekerja di sektor informal adalah rendah dan bahkan sangat terbatas. Dengan kata lain sedikit sekali menggunakan modal fisik dan modal manusia yang berkualitas.
sektor informal dikategorikan sebagai usaha mikro. Dengan perubahan nama ini diharapkan tidak ada beban pemerintah memberi perhatian yang cukup untuk jenis usaha ini.
Orang pertama yang memperkenalkan konsep sektor informal adalah Keith Hart, seorang antropolog sosial. Sektor informal menurut Hart merupakan bagian dari angkatan kerja daerah urban yang bekerja di luar sektor formal (Gerxhani 2000). Hart menyamakan sektor informal dengan usaha sendiri (self-employed). Jadi menurut Hart mereka yang menerima upah secara teratur bekerja di sektor formal sedang mereka yang berusaha sendiri dan pendapatannya tidak teratur bekerja di sektor informal. Walaupun konsep sektor informal pada awalnya hanya terbatas pada usaha sendiri tapi pembedaan tersebut berhasil menarik perhatian para ahli tentang sektor ini.
Gerxhani (2000) mencoba mengemukakan beberapa ciri sektor informal, yaitu:
1. Jaringan sosial dan entry yang mudah. Para pelaku usaha di sektor informal mempunyai jaringan sosial yang kuat dan dapat dipakai sebagai
perlindungan di masa sulit. Selain sektor informal tidak membutuhkan syarat khusus untuk masuk berusaha.
2. Otonom dan fleksibel. Banyak orang memilih masuk sektor informal karena mereka mempunyai fleksibilitas, kebebasan dan atonomi. Mereka bisa mengatur jam kerjanya.
3. Kemampuan bertahan. Sektor informal bisa bertahan terhadap tekanan struktural dari luar. Oleh karena itu pemerintah diharapkan membantu
B. Keuntungan dan Kerugian Kehadiran Sektor Informal
Banyak tulisan yang pesimis dengan kehadiran sektor informal. Menurut pemahaman mereka sektor ini adalah sektor marjinal dan untuk orang miskina. Sektor ini dianggap tidak produktif sehingga tidak akan mempunyai konribusi terhadap pendapatan negara. Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor ini mempunyai potensi yang besar dalam akumulasi modal bagi pembangunan sebuah wilayah. Klarita Gerxhani mencoba mengidentifikasi keuntungan dan kerugian kehadiran sektor informal di suatu wilayah dari sisi ekonomi, sosial, dan politik (Gerxhani 2000).
1. Keuntungan Kehadiran Sektor Informal a. Ekonomi
1. menjamin tingkat kompetisi dan fleksibilitas produksi
2. memberi sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal
3. sektor ini mendorong upah di sektor formal untuk bergerak ke bawah
4. menyediakan harga barang dan jasa yang murah 5. memberi pendapatan yang cukup untuk indvidu
tertentu
6. upah tenaga kerja sangat murah 7. upah yang murah dengan biaya
administrasi/birokrasi yang murah mengakibatkan produktivitas modal sektor ini cukup tinggi
8. pengalaman beberapa negara menunjukkan bahwa penurunan gdp dapat ditutupi dengan kenaikan yang cepat sektor informal
b. Sosial
1. kegiatan sektor informal memberi peluang
memnuhi kebutuhan dasar dan peluang
meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mereka 2. sektor informal memberi kebebasan untuk
berinisiatif dan berkreasi
3. walaupun pendapatan dari sektor ini mungkin kecil namun lebih baik dari pada tergantung pada
tunjangan subsidi pemerintah atau mati kelaparan c. Politik
1. kehadiran sektor informal dapat berperan sebagai katup pengaman terhadap ketidakpuasan
masyarakat luas atau ketegangan sosial
2. kegiatan sektor informal sering didorong dan dimanfaatkan para politisi untuk meningkatkan pengaruh politik mereka
2. Kerugian Kehadiran Sektor Informal a. Ekonomi
1. sektor informal tidak mempunyai kemampuan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah 2. muncul distorsi dari sektor informal terhadap
indikator tingkat kesempatan kerja, tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan ekonomi
3. sektor informal jarang membayar pajak sehingga pendapatan negara menurun akibatnya terjadi defisit anggaran belanja
4. lebih jauh dari itu sektor informal menekan kenaikan pajak
5. kehadirannya memicu persaingan yang tidak sehat terhadap pengusaha yang bergerak sektor formal baik nasional maupun internasional
6. jika sektor informal tersebar secara meluas di sebuah negara maka akan memicu kesenjangan teknologi antar negara
7. mereka yang berkiprah di sektor ini mempunyai produktivitas dan pendapatan rendah
8. kehadiran sektor informal mempunyai korelasi
b. Sosial
1. mereka yang terlibat di sektor informal lebih melarat dari mereka yang terlibat di sektor formal. Hal ini tercermin dari kondisi tempat kerja yang buruk dan mereka tidak menerima tunjangan sosial apa pun
2. penduduk lain mendapat informasi yang keliru tentang pendapatan nasional karena mereka yang terlibat di sektor informal memperoleh keuntungan karena tidak membayar pajak atau kewajiban lain. Ini tidak adil untuk mereka yang bekerja di sektor formal c. Politik
1. oleh karena kegiatan ekonomi sektor informal tidak tercatat sehingga tidak dimasukkan dalam
perhitungan statistik pendapatan. Ini akan
mengurangi penilaian terhadap kinerja pemerintah sebagai pembuat keputusan
2. kehadiran mereka mendorong korupsi dan lobi politik yang membawa akibat negatif
kerja bagi penduduk yang tidak terserap ke pasar tenaga kerja formal.
Jenis usaha yang masuk dalam sektor informal sangat bervariasi, mulai dari yang legal hingga yang ilegal. Ada beberapa sub-sektor yang di dalam sektor informal yang menjadi tempat penampungan mereka yang mau berusaha di sektor informal (Coate 2006). Sub-sektor tersebut meliputi:
1. Eceran (retailing): Sektor ini meliputi pedagang asongan, pedagang kakilima (PKL), dan pedagang koran
2. Transportasi: mobil sewaan, taksi gelap, ojek, andong, becak, dan tukang pikul
3. Jasa pribadi: tukang semir, tukang sepatu, tukang pijat, tukang kayu dan tukang kebun
4. Penyewaan: penyewaan kursi, penyewaan perlatan pesta, dan rentenir
5. Jasa keamanan: penjaga malam, pengawal dan tukang parkir.
6. Perjudian: penjual loteri dan penjual nomor buntut 7. Barang bekas: pemulung sampah, dan penjual
barang bekas
8. Pekerja seks komersil (PSK) 9. Pengemis
10. Kriminal: copet, mencuri, dan merampok
Pembagian sektor formal dan informal dalam beberapa hal masih sering kabur. Salah satu pembedaan adalah sektor formal diatur pemerintah sedang sektor informal kurang diatur pemerintah. Dalam kenyataan sektor informal ternyata sering diatur oleh pemerintah. Misalnya, pemerintah mengatur tentang lokasi pedagang kakilima sehingga tidak bentrok dengan pengusaha di sektor formal. Sering terjadi sektor informal bisa juga membangun mitra dengan sektor formal melalui subkontrak. Sektor informal menjual produk yang dihasilkan sektor formal dan sebaliknya sektor formal dapat menjual produk sektor informal. Jadi pembedaan di atas hanya berguna untuk kepentingan analisis dalam rangka pembuatan kebijakan.
C. Rangkuman
sektor ini walaupun dengan pendapatan yang tidak terlalu besar. Sebenarnya tidak semua yang terjun ke sektor ini karena alasan kemiskinan. Ada juga pengusaha yang sengaja masuk ke sektor ini karena tidak terlalu diganggu oleh masalah birokrasi yang mahal. Dalam hal hal tertentu sektor ini dapat menggalang kerja sama dengan sektor formal sehinga batas antara sektor informal dan sektor formal menjadi kabur.
1. Pengertian
a. Ekonomi Formal
Ekonomi formal dapat diartikan sebagai usaha yang membutuhkan
syarat-syarat tertentu agar dapat melakukan kegiatan usaha, seperti izin usaha, jumlah
modal, proposal kegiatan, dan susunan pengurus. Persiapan untuk memasuki
bidang perekonomian formal harus benar-benar mempertimbangkan segala hal
yang berhubungan dengan perekonomian tersebut. Ciri-ciri bidang ekonomi formal adalah sebagai berikut: - Memiliki izin
- Adanya keharusan membayar pajak - Tunduk terhadap kebijakan dari negara - Secara umum keuntungannya besar
- Pembukuan dilakukan secara teratur karena transaksinya banyak dan perlu
dianalisis
6
b. Ekonomi Informal
Penggunaan asli 'sektor informal' istilah dikaitkan dengan model
pembangunan ekonomi yang dikemukakan oleh W. Arthur Lewis, yang digunakan
untuk menggambarkan pekerjaan atau mata pencaharian terutama generasi dalam
dunia berkembang. Itu digunakan untuk menggambarkan jenis pekerjaan yang
dipandang sebagai jatuh di luar sektor industri modern. Sebuah definisi alternatif
menggunakan keamanan kerja sebagai ukuran formalitas, mendefinisikan peserta
dalam perekonomian informal sebagai orang-orang 'yang tidak memiliki pekerjaan
keamanan, pekerjaan keamanan dan jaminan sosial". Sementara kedua definisi ini
menyatakan kurangnya pilihan atau lembaga dalam keterlibatan dengan ekonomi
informal, partisipasi juga dapat didorong oleh keinginan untuk menghindari
peraturan atau perpajakan. Ini mungkin bermanifestasi sebagai tenaga kerja tidak
dilaporkan, tersembunyi dari negara untuk pajak, jaminan sosial atau tujuan hukum
2. Perbedaan antara ekonomi formal dan ekonomi informal
Untuk lebih mudah memahami maka perbedaan ini dibentuk berupa tabel, sebagai
berikut:
Ekonomi Formal Ekonomi Informal Memiliki Izin Usaha
Tidak memiliki izin usaha Berskala besar
Berskala kecil
Teknologi yang digunakan modern Teknologi yang digunakan
sederhana
Sepenuhnya menjalankan peraturan pemerintah
Tidak sepenuhnya tunduk dengan aturan pemerintah Keuntungan relatif besar Keuntungan relatif kecil
3. Hubungan antara ekonomi formal dan ekonomi informal
Hubungan antara ekonomi formal dan informal merupakan salah-satu kajian
penting dalam studi tentang ekonomi informal. Paling tidak hubungan tersebut dapat
dilihat dari dua perspektif yaitu pendekatan konflik dan pendekatan fungsional. Pada
pendekatan konflik melihat bahwa kehadiran sektor informal diperlukan untuk
mendukung perkembangan sektor formal. Kehadiran penjual makanan di sekitar proyek
pembangunan diperlukan bagi pekerja-pekerja harian yang dibayar murah oleh
perusahaan formal. Jika tidak ada penjual makanan tersebut maka pekerja-pekerja
harian harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk bisa mendapatkan makanan
sejenis yang terdapat di dalam gedung sepanjang jalan perusahaan tersebut. Mungkin
saja sebagian pendapatan dikeluarkan hanya untuk itu. Dengan demikian, seperti itulah
yang sering dilontarkan adalah, sektor informal mensubsidi sektor formal. Kata subsidi
tersebut merupakan penghalus dari kata eksploitasi. Sedangkan pendekatan fungsional melihat hubungan tersebut sebagai sesuatu yang
saling menguntungkan antara sektor formal dan informal. Istilah mereka adalah dimana
informal juga, misalnya pekerja PT yang membeli makanan di warung yang kecil.
4. Sektor-sektor dari ekonomi formal dan ekonomi informal
a. Sektor Usaha Formal Dalam Perekonomian Indonesia 1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Sebagai realisasi dari pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945 maka didirikanlah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN adalah bada usaha yang
modalnya sebagian besar/seluruhnya milik pemerintah/negara. Badan usaha
milik pemerintah pusat disebut BUMN, sedangkan badan usaha yang modalnya
milik pemerintah daerah disebut BUMD (Badan Usaha Milik Daerah). BUMN
8
1969 perusahaan negara digolongkan menjadi 3 jenis yaitu :
a) Perusahaan Jawatan (PERJAN) b) Perusahaan umum (PERUM)
c) Perusahaan Perseroan (PERSERO)
2. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
BUMS/perusahaan suasta adalah perusahaan yang diberikan wewenang untuk
menyelenggarakan kegiatan ekonomi di luar perusahaan negara dan koperasi
Peranan BUMS dalam perekonomian nasional. Menggali dan memfaatkan
potensi ekonomi yang belum digarap oleh perusahaan negara Membantu
pemerintah memenui kebutuan masyarakat Meningkatkan penerimaan defisa
negara dari perusahaan suasta yang melakukan kegiatan ekspor, impor
Membantu mempercepat pertumbuan ekonomi Meningkatkan lapangan kerja
dalam upaya mengatasi pengangguran Bentuk-bentuk Perusahaan swasta
Perusahaan swasta dalam menjalankan usahannya dapat berbentuk perseroan
terbatas, persekutuan komanditer, persekutuan fima, dan perusahaan
perseorangan.
3. Koperasi
4 sebagai berikut:
“Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejateraan ekonomi dan sosisl Berperan serta secara efektif dealam upaya
mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat”
“Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya. Berusaha untuk
mewujutkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan
uasaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi”
9
dari ekonomi formal. Contoh ekonomi informal seperti, pedagang kaki lima,
pemilik warung kecil, penjaja makanan keliling, wirausaha kecil, dan lain
sebagainya.
Referensi
Alam. 2005. Ekonomi Jilid 3. Jakarta: Esis.
Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Haryanto, Sindung. thn. Sosiologi Ekonomi. T4: penerbit.
Nazara, Suahasil. 2010. Ekonomi Informal di Indonesia: ukuran, komposisi dan evolusi.