Studi Tentang Pekerja Di Bawah Umur Sektor Informal Perkotaan
(Kasus Pada Penyemir Sepatu Di Kota Medan)Irzal Idris
Program Pasca Sarjana
Program Studi Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Peningkatan jumlah penduduk di wilayah perkotaan menimbulkan sejumlah kekhawatiran sehubungan dengan kemampuan kota mengakomodasikan peningkatan tersebut. Permasalahan lain muncul dalam menciptakan infrastruktur kota, pemukiman, kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja yang produktif.
Untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, masyarakat berupaya sendiri untuk mengejar ketertinggalan dengan menciptakan lapangan kerja sendiri. Situasi ini umumnya terjadi di kota-kota besar dan dikenal sebagai kelompok informal perkotaan dengan keterbatasan sumberdaya.
Krisis ekonomi juga telah mengakibatkan banyak orang tua dan keluarga yang mengalami keterpurukan ekonomi, kehilangan pekerjaan, dan menurunnya daya beli. Keadaan ini semakin memunculkan kegiatankegiatan sektor informal yang dijalankan oleh anak-anak di bawah umur (di bawah 15 tahun) untuk bekerja di sektor informal ini.
Salah satu akibat yang timbul dari kondisi tersebut adalah tidak terpenuhinya hak dan kebutuhan anak untuk tumbuh kembang. Sehingga banyak anak-anak yang terpaksa meninggalkan orang tua dan rumah serta sekolah guna mencari nafkah di jalanan. Fenomena ini juga dapat dilihat di Kota Medan, di mana belakangan ini terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah anak-anak yang turun ke jalan untuk memenuhi kebutuhannya.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sosial-ekonomi keluarga pekerja di bawah umur. Mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi masuknya anak di bawah umur ke sektor informal. Dan untuk mengetahui dampak pekerja di bawah umur terhadap anak dan keluarganya.
Sampel penelitian ini adalah penyemir sepatu di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah sebanyak 30 orang, di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonian sebanyak 28 orang dan di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas sebanyak 30 orang.
Metode penelitian utama adalah metode penelitian survey dengan menggunakan keusioner dan wawancara mendalam tanpa kuesioner. Selain dengan analisis stistik deskriptif juga digunakan analisis statistik non-parametrik dan analisis regresi berganda. Sedangkan untuk hal-hal yang tidak dapat dikuantifikasi, dianalisis dengan analisis kualitatif.
Hasil penilitian menggambarkan penyemir sepatu yang menjadi responden berasal dari berbagai suku diantaranya: Batak Toba, Batak Karo, Mandailing, Minangkabau, Melayu, Jawa dan Suku-suku lain. Sebagian dari mereka tidak lagi bersekolah bahkan ada yang tidak pernah bersekolah. Usia mereka umumnya antara 11 - 15 tahun dan semua berjenis kelamin laki-laki. Kebanyakan mereka memiliki jumlah saudara 3 hingga 6 orang, pendidikan orang tua pada umumnya tamat Sekolah Dasar (SD) sampai SLTA, hanya sebagian kecil perguruan tinggi dan pekerjaannya sebagian besar wiraswa staf pedagang kecil dan keliling, tukang becak. Sebagian
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
lainnya lahir dan bertempat tinggal di luar Kota Medan dan mereka tinggal bersama orang tua. Masuknya anak ke sektor informal sebagi penyemir sepatu karena dorongan dari lingkungan dan desakan orang tua. Mudah, murah dan adanya teman-teman di sekitar tempat tinggal yang bekerja menyemir menjadi penarik anak-anak memasuki kegiatan tersebut.
Secara umum jam kerja rata-rata per hari dan status pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan penyemir sepatu. Sedangkan pengalaman tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Variabel bebas yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi, secara serentak mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel terikatnya. Terdapat perbedaan yang signifikan pendapatan penyemir sepatu menurut lokasi bekerja.
Kegiatan menyemir sepatu memberi dampak bagi anak dalam bentuk perlakuan kasar dan pungutan paksa oleh preman dan penyemir yang lebih tua dan juga perlakuan tidak mengenakkan seperti sering tidak menerima upah dari pengguna jasa. Sebagian besar dari mereka yang tidak lagi bersekolah masih memiliki keinginan bersekolah, namun karena kurangnya biaya dan waktu serta perasaan malu menyebabkan mereka tidak lagi bersekolah. Pekerja anak juga memberikan dampak bagi keluarga terutama dalam membantu membiayai keperluan keluarga sehari-hari.
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara