• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Penggunaan Auto-Synchronizer Dalam Memparalel Alternator

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Penggunaan Auto-Synchronizer Dalam Memparalel Alternator"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER

DALAM MEMPARALEL ALTERNATOR

Oleh:

Nama : Darwis Girsang

Nim : 02 5203 029

Karya Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu persyaratan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan (S.S.T)

PROGRAM DIPLOMA-IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

(2)

STUDI PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER DALAM MEMPARALEL ALTERNATOR

Oleh:

Nama: Darwis Girsang

Nim : 02 5203 029

Disetujui oleh:

Pembimbing Karya Akhir

Ir.Arman Sani,MT

Nip. 131 945 349

Diketahui Oleh: Ketua Program Diploma-IV Teknologi Instrumentasi Pabrik

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Prof.Dr.Ir.Usman Bafaai

Nip. 130 365 322

PROGRAM DIPLOMA-IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan, kesehatan, kekuatan, kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini.

Dalam Karya Akhir ini penulis mencoba untuk membahas tentang penggunaan auto-synchronizer dalam mempararel alternator. Seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dengan penulisan Karya Akhir ini. Dalam menyelesaikan Karya Akhir ini penulis menghadapi berbagai kesulitan-kesulitan, namun berkat bantuan berbagai pihak maka kesulitan itu lebih mudah diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Arman Sani,MT selaku Dosen Wali dan Dosen Pembimbing.

2.

Bapak Ir.Riswan Dinzi,MT yang banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan Karya Akhir ini.

3.

Kedua orangtua saya yang telah memberikan bantuan baik

moril maupun materi serta doa-doanya.

4. Bapak Dr.Ir.Armansyah Ginting,M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknik.

5. Bapak Prof.Dr.Ir.Usman Baafai, selaku ketua Program Studi Instrumentasi Pabrik.

(4)

7. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Teknologi Instrumentasi Pabrik. 8. Bang Martin dan seluruh staf jurusan yang membantu penulis.

9. Sahabat-sahabatku 02 dan 01 di Instrumentasi Pabrik. Khususnya buat parhobas yang selalu menemani mulai dari awal kuliah sampai penulisan Karya Akhir ini selesai. Selalulah menjadi sahabatku dan tetaplah berjuang.

10. Sahabatku Afser, Ranap, Kiuk, Mas Hendra, Ida, Lia yang selalu memberikan saya semangat dan bantuan selama penulisan Karya Akhir ini.

11. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan.

Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih banyak kekurangan baik dari penyusunan kata-kata maupun tata bahasanya. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan yang tidak berkenan dalam penulisan Karya Akhir ini. Dan penulis berharap Karya Akhir ini dapat berguna bagi siapa saja yang membutuhkan terutama untuk jurusan Instrumentasi Pabrik yang tercinta dan khususnya bagi penulis.

Medan, Hormat saya,

(5)

ABSTRAK

Dalam suatu sistem pembangkit tenaga listrik jarang sekali dijumpai satu generator yang menyuplai beberapa beban yang besar karena untuk melayani bebas yang besar akan membutuhkan pembangkit yang besar pula. Oleh karena itu dibangun beberapa buah pembangkit yang dioperasikan secara pararel untuk mempertinggi kontinuitas pelayanan beban.

Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan maka pekerjaan yang diinginkan lebih mudah dan praktis sehingga untuk menanggulangi masalah dalam mempararel alternator ke bus-bar maka dapat diatasi dengan cara otomatis menggunakan auto-synchronizer. Auto-synchronizer inilah yang mengatur frekuensi, tegangan dari alternator.

(6)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

ABSTRAK DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang 1.2.Tujuan Pembahasan 1.3.Rumusan Masalah 1.4.Batasan Masalah 1.5.Metode Pembahasan 1.6.Sistematika Pembahasan

BAB II. Dasar Teori

2.1.Teori Umum 2.2.Potensiometer

2.2.1.Konstruksi

2.2.2.Simbol Potensiometer 2.2.3.Prinsip kerja

2.3.LED (Light Emiting Diode) 2.3.1.Konstruksi

(7)

2.3.3.Prinsip Kerja 2.4.C/B (Circuit Breaker)

2.4.1.Konstruksi 2.4.2.Simbol 2.4.3.Prinsip Kerja 2.5.Relay

2.5.1.Konstruksi 2.5.2.Simbol 2.5.3.Prinsip Kerja

BAB III ALTERNATOR

3.1.Teori Umum

3.1.1.GGL (Gaya Gerak Listrik) 3.2.Teori Alternator

3.2.1.Kecepatan dan Frekuensi 3.2.2.Reaktans Sinkron

3.2.3.Langkah-Langkah Menentukan % Pengaturan 3.2.4.Alternator Tanpa Beban

3.2.5.Alternator Berbeban

3.2.6.Pengaturan Tegangan Alternator

3.3.Mengoperasikan Alternator Dengan Mesin Diesel Sebagai Penggerak Mulanya

(8)

BAB IV PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER T4500 DALAM MEMPARALEL ALTERNATOR

4.1.Prinsip Kerja Auto-synchronizer T4500 4.2.Konstruksi

4.3.Motorized Potensiometer

4.3.1.Apikasi Motorized Potensiometer 4.3.2.Fungsi

4.3.3.Perubahan Potensiometer

4.4.Analisa Penggunaan Auto-synchronizer T4500

Pada Apikasi Synchronization and Load Sharing T4800.

BAB V. PENUTUP

5.1.Kesimpulan 5.2.Saran

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Konsruksi dari Potensiometer Gambar 2.2.Simbol Potensiometer

Gambar 2.3.Dioda LED

Gambar 2.4.Simbol Dioda LED Gambar 2.5.Circuit Breaker

Gambar 2.6.Simbol Circuit Breaker Gambar 2.7.Relay

Gambar 2.8.Simbol Relay

Gambar 3.1.Rangkaian Ekivalen Alternator Beban Nol Gambar 3.2.Alternator Keadaa Tapa Beban

Gambar 3.3.Alternator Berbeban

Gambar 3.4.Diagram Perubahan Tegangan V Untuk Faktor Kerja Yang Berbeda-beda

Gambar 3.5.Karakteristik V unuk Arus Jangkar I

Gambar 3.6.Diagram Fasor Yang Disederhanakan Dari Generator AC Gambar 3.7.Memparalel Alternator Dengan Alat Pendeteksi

Lampu Sinkronoskop Hubung Terang

Gambar 4.1.Diagram Rangkaian Auo-syncronizer Dalam Memparalel Alternator Ke Bus-Bar

Gambar 4.2.Voltage Matching (Pengatur Tegangan) Gambar 4.3.Auto-syncronizer T4500

(10)

DAFAR TABEL

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam membangun suatu pembangkit Tenaga Listrik, jarang sekali dijumpai satu generator untuk menyuplai beberapa beban yang besar. Karena untuk melayani beban yang besar akan membutuhkan pembangkit yang besar pula.

Untuk membangun suatu pembangkit yang besar ternyata kurang menguntungkan, karena akan menimbulkan kesulitan dalam hal dimensi pembangkit dan transportasi untuk pengangkutan peralatan pembangkit dan juga tidak efisien untuk melayani beban yang tidak berfluktuasi setiap saat. Karena itu dibangunlah beberapa buah pembangkit yang dioperasikan secara paralel, sehingga akan mempertinggi kontinuitas pelanyanan beban.

Dalam memparalel altenator ke bus-bar harus dipenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain :

1. Frekuensi alternator harus sama dengan frekuensi bus-bar. 2. Tegangan alternator harus sama dengan tegangan bus-bar. 3. Urutan fasa antara alternator dan bus-bar harus sama.

(12)

terjadinya gangguan-gangguan tersebut serta mempermudah pekerjaan dalam memparalel aternator ke bus-bar maka diusahakanlah memparalel alternator secara otomatis.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis membuat laporan Karya Akhir yang diberi judul :“STUDI PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER DALAM

MEMPARALEL ALTERNATOR”

Dengan memparalel alternator menggunakan auto-synchronizer akan mempermudah pekerjaan serta menghindari gangguan-gangguan pada sistem, karena alat ini dapat menyesuaikan tegangan, frekuensi dan urutan fasa. Jadi persyaratan dalam memparalel alternator dapat diatur oleh auto-synchronizer tersebut.

1.2Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan Karya Akhir adalah untuk mengkaji suatu peralatan yang berfungsi untuk memparalel alternator. Peralatan yang dikaji disini adalah auto-syncronizer T4500 buatan Jerman.

Dengan demikian diharapkan Karya Akhir ini dapat menjadi bahan masukan untuk penyelesaian masalah dalam memparalel alternator.

1.3Rumusan Masalah

(13)

1.4Batasan Masalah

Dalam Karya Akhir ini penulis akan memparalel alternator secara otomatis dengan menggunakan auto-synchronizer. Disini penulis membatasi penggerak alternator yaitu dengan menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mulanya.

1.5Metode pembahasan

Dalam membahas suatu objek, kelengkapan data suatu objek merupakan bagian yang harus dipenuhi. Untuk melengkapi data tersebut maka penulis melakukan metode pengambilan data sebagai berikut :

1. Studi pustaka sebagai referensi untuk laporan Karya Akhir ini

2. Studi lapangan, berupa wawancara dengan pembimbing di industri dan melihat langsung ke lapangan terhadap objek yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan Karya Akhir ini penulis membuat sistematika penulisan dengan urutan sebagai berikut:

- BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan pembahasan, rumusan masalah, batasan masalah, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan.

- BAB II. DASAR TEORI

(14)

- BAB III. ALTERNATOR

Pada bab ini menjelaskan tentang rangkaian dasar alternator, prinsip kerja alternator, pengoperasian PLTD.

- BAB IV.PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER DALAM

MEMPARALEL ALTERNATOR.

Pada bab ini menjelaskan tentang diagram auto-synchronizer untuk memparalel alternator ser ta cara kerjanya.

- BAB V PENUTUP

(15)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Teori Umum

Dalam memparalel alternator dengan menggunakan auto-synchronizer adalah salah satu penanggulangan masalah yang sering terjadi dalam menyesuaikan tegangan dan frekuensi yang dibangkitkan alternator.

2.2 Potensiometer (Resistor Variabel)

Resistor Berubah (variable), ialah sebuah resistor yang nilainya dapat berubah-ubah dengan jalan menggeser atau memutar toggle pada alat tersebut. Sehingga nilai resistor dapat kita tetapkan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jenis ini, potensiometer kita bagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Model putar 2. Model slide

Akan tetapi pada bab ini penulis hanya membahas potensiometer jenis model putar, dimana alat ini berfungsi untuk mengatur (menambah/mengurangi) frekuensi dan tegangan yang dibangkitkan oleh alternator.

2.2.1 Konstruksi

(16)

Gambar 2.1 Konstruksi dari potensiometer

2.2.2 Simbol Potensiometer

Adapun simbol dari potensiometer adalah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Simbol potensiometer

2.2.3 Prinsip Kerja

(17)

1. Potensiometer pada Motorized

Apabila frekuensi yang dibangkitkan oleh alternator belum sama dengan frekuensi bus-bar, maka potensiometer ini diputar (decrease/increase) sampai mencapai harga frekuensi yang diinginkan.

2. Pada Matching Voltage

Apabila tegangan yang dibangkitkan oleh alternator belum sama dengan tegangan dari bus-bar, maka potensiometer ini diputar (decrease/increase) sampai mencapai tegangan yang diinginkan.

2.3 LED (Light Emiting Diode)

(18)

Apabila elektron bertemu dengan lubang, ia akan jatuh ke tahap tenaga lebih rendah, dan melepaskan tenaga dalam bentuk foton.

Panjang gelombang cahaya dipancarkan, dan dengan itu warnanya, bergantung kepada jurang jalur tenaga bagi bahan yang digunakan, yang membentuk simpang p-n. Di dalam dioda silikon dan germanium, elektron dan lubang bergabung semula oleh transisi bukan radiatif yang tidak menghasilkan sebarang keluaran optikal. Bahan yang digunakan di dalam LED mempunyai jurang jalur terus dengan tahap tenaga menghasilkan gelombang inframerah, cahaya tampak, ataupun gelombang ultraungu.

2.3.1 Konstruksi

Pada awalnya, LED dibuat menggunakan semikonduktor galium arsenida, tetapi kemajuan sains dan teknologi membolehkan LED dibuat bagi menghasilkan panjang gelombang cahaya yang lebih pendek, membolehkan berbagai warna LED yang lain dihasilkan.Warna cahaya yang dihasilkan LED bergantung kepada semikonduktor yang digunakan seperti berikut:-

• Aluminium galium arsenida (AlGaAs)- merah dan inframerah

• Aluminium galium fosfida (AlGaP) - hijau

• Aluminium galium indium fosfida - jingga-merah berkecerahan tinggi, jingga, kuning dan hijau

(19)

• Galium fosfida - (GaP) - merah, kuning dan hijau

• Galium nitrida (GaN) - hijau, hijau tulen (atau hijau zamrud), dan biru serta putih (jika ada Batas Kuantum AlGaN)

• Indium galium nitrida (InGaN) - hampir ultraungu, hijau kebiruan dan biru

• Silikon karbida (SiC) sebagai substrat - biru

• Silikon (Si) sebagai substrat - biru (dalam pembangunan)

• Nilam (Al2O3) sebagai substrat - biru

• Zink selenida (ZnSe) - biru

• Berlian (C) - ultraungu

• Aluminium nitrida (AlN), aluminium galium nitrida (AlGaN), aluminiu galium indium nitrida (AlGaInN) - hampir hingga jauh ke ultraungu (sehingga 210 nm)

(20)

Gambar 2.3 Dioda LED

2.3.2 Simbol Dioda LED

Adapun simbol dari LED adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.

(21)

2.3.3 Prinsip Kerja

Apabila frekuensi dan tegangan yang dibangkitkan oleh alternator telah sama dengan tegangan bus-bar, maka lampu indikator (LED) Volt.OK akan menyala, yang berarti synchronizer tidak bisa memutuskan suplay dari bus-bar atau dari alternator.

Δ

2.4 C/B (Circuit Breaker)

Circuit Breaker adalah saklar sebagai pemutus atau penghubung antara alternator dengan bus-bar.

2.4.1 Konstruksi

Gambar 2.5 adalah Gambar dari circuit breaker, dimana penulis hanya mencantumkan beberapa gambar saja.

(22)

2.4.2 Simbol

Adapun simbol dari Circuit Breaker (C/B) ini adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 .6.

C/B

Gambar 2.6 Simbol Circuit Breaker

2.4.3 Prinsip Kerja

Apabila tegangan dan frekuensi dan tegangan antara alternator dengan bus-bar telah sama maka circuit breaker ini terhubung sehingga alternator dan bus-bar telah sinkronisasi.

2.5 Relay

Relay adalah suatu tombol elektrik yang bekerja berdasarkan prinsip elektro magnet, dimana relay ini akan menutup serta membuka secara otomatis. Ketika kontak dilewati oleh arus listrik yang menimbulkan magnetis maka kontak ini akan menutup, dan akan membuka ketika kontak tidak dialiri arus listrik.Relay mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda.

(23)

Pada umumnya relay mempunyai tiga kontak,yaitu: COM (Common), NO (Normally Open), NC(Normally Close). Double pole sama dengan single pole, hanya saja double pole mempunyai dua kontak untuk membuka dan menutup. Memilih relay harus sesuai dengan tegangan dan arus beban yang sebanding, dan relay dipasang dengan tepat atau dengan posisi yang mantap. Memillih relay harus bisa mengendalikan arrus dan tegangan coil dengan mudah.

2.5.1 Konstruksi

Adapun Gambar dari konstruksi (Gambar dasar) dari relay ini adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Relay

2.5.2 Simbol

Adapun simbol dari relay adalah seperti yang ditunjukkan pada

(24)

Gambar 2.8 Simbol Relay

2.5.3 Prinsip Kerja

(25)

BAB III ALTERNATOR

3.1 Teori Umum

Tegangan output dari generator sinkron (alternator) adalah tegangan bolak-balik, karena itu generator sinkron disebut juga generator ac.

Perbedaan prinsip antara generator dc dengan generator ac adalah untuk generator dc, kumparan jangkar ada pada bagian rotor dan terletak diantara kutub-kutub magnit yang tetap di tempat, diputar oleh tenaga mekanik. Pada generator sinkron, konstruksinya sebaliknya, yaitu kumparan jangkar disebut juga kumparan stator karena berada pada tempat yang tetap, sedangkan kumparan rotor bersama-sama dengan kutub magnit diputar oleh tenaga mekanik.

3.1.1 GGL (Gaya Gerak Listrik)

Jika kumparan rotor yang berfungsi sebagai pembangkit kumparan medan magnet yang terletak diantara kutub magnet utara dan selatan diputar oleh tenaga air atau tenaga lainnya, maka kumparan rotor akan timbul medan magnet atau fluks yang bersifat bolak-balik atau fluks putar. Fluks putar ini akan memotong-motong kumparan stator, sehingga pada ujung-ujung kumparan stator timbul gaya gerak listrik (ggl) karena pengaruh induksi dari fluks putar tersebut.

Gaya gerak listrik yang timbul pada kumparan stator juga bersifat bolak-balik, atau berputar dengan kecepatan sinkron terhadap kecepatan putar rotor.

Adapun besar ggl induksi kumparan stator atau ggl induksi armatur per phasa adalah :

ph

(26)

Dimana;

Ea = Gaya gerak listrik per phasa (Volt) F = frekuensi output alternator (Hertz) M = Jumlah kumparan per phasa

= 2

Z

Z = Jumlah konduktor seluruh slot per phasa

Kd = Faktor distribusi. Hal ini diperlukan karena kumparan armatur atau alternator tidak terletak didalam satu slot melainkan terdistribusi dalam beberapa slot per phasa.

φ = Fluks magnet perkutub per phasa

Sehingga persamaan (3.1) diatas dapat juga ditullis:

ph

Ea = 4,44.f.

2

Z .φ.Kd………(3.2)

Fluks magnet yang dihasilkan oleh kumparan rotor tidak seluruhnya tercakup oleh kumparan stator. Dengan perkataan lain, pada kumparan stator terdapat fluks bocor dan hal ini diyatakan dengan hambatan armatur (Ra) dan reaktansi bocor atau reaktansi armatur (XL).

3.2 Teori Alternator

(27)

Rangkaian ekivalen alternator dalam keadaan beban nol dapat dilihat seperti Gambar 3.1.

XL Ra

+

-Rf Ea

Vt If

Gambar 3.1 Rangkaian ekivalen alternator beban nol.

Keterangan Gambar 3.1:

If = Arus kumparan medan atau arus penguat Rf = Hambatan kumparan medan

Ra = Hambatan armatur

XL = Reaktansi bocor (Reaktansi armatur)

Vt = Tegangan output Ea = Gaya gerak listrik armatur

Generator ac bekerja dengan prinsip sama dengan generator dc, yaitu prinsip induksi elektromagnetik, juga terdiri dari:

(28)

Stator merupakan elemen diam yang terdiri dari belitan-belitan jangkar, sedangkan rotor merupakan elemen yang berputar terdiri dari belitan-bellitan medan.

Perbedaan penting antara generator dc dengan generator ac, yaitu pada generator dc jangkar yang berputar dan medan sistem diam, sedangkan generator ac sebaliknya.

Rotor ada dua tipe, yaitu:

(1) Kutub menonjol; yaitu tipe yang dipakai untuk alternator-alternator kecepatan rendah dan menengah

(2) Silinderis halus; yaitu digunakan alternator-alternator dimana kecepatannya amat tinggi.

3.2.1 Kecepatan dan Frekuensi

Dalam suatu alternator hubungan tertentu antara kecepatan putar (N) dari rotor, frekuensi (f) dari emf yang dibangkitkan dan jumlah kutub-kutub (P).

Hubungan tersebut adalah:

f =

120

PN

………..(3.3)

Dimana;

(29)

Sehubungan dengan persamaan ini, maka untuk f = 60 cps, harga P dan N dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti yang ditunjukkan Tabel 3.1

Tabel 3.1 Hubungan harga P dan N

P 2 4 6 12 24 36

N 3600 1800 1200 600 300 200

3.2.2 Reaktans Sinkron

Selain dar reaktans bocor ada juga reaktans khayal Xa yang terdapat dalam belitan jangkar dalam menimbulkan jatuh tegangan yang harus diberikan pada reaksi jangkar yaitu Ixa.

XL + Xa = Xs………..………(3.4)

Dimana Xs disebut reaktans sinkron.

Jatuh tegangan total alternator pada keadaan berbeban adalah:

IRa + jIXs = I (Ra + jXs) = IZs………..(3.5) Dimana Zs dikenal sebagai impedans sinkron.

3.2.3 Langkah-Langkah Menentukan % Pengaturan

Langkah-langkah menentukan % pengaturan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan harga V

2. Menentukan IX L

(30)

4. Menentukan bentuk kurva beban nol, dan tentukan arus penguatan untuk E, misalnya IF1

5. Menetukan IF2 untuk keperluan reaksi jangkar

6. Jumlahkan If1 dan If2 secara vektor, dengan sudut antara keduanya 90 +φ

7. Baca pada kurva beban nol harga emf yang mempunyai arus medan If, yaitu = E0. Akhirnya pengaturan dapat ditentukan.

3.2.4 Alternator Tanpa Beban

Pada generator sinkron atau alternator, keadaan tanpa beban (ditunjukkan pada Gambar 3.2a) mengandung arti bahwa arus armatur (Ia) = 0, dengan demikian besar tegangan terminal adalah:

Vt = Ea = E0……….(3.6)

Oleh karena itu besar ggl armatur adalah merupakan fungsi dari fluks magnit, maka armatur dapat juga ditulis

Ea = f (φ)……….(3.7)

If

Rf Ea

Ra

XL

Vt Ia = 0

(31)
[image:31.595.153.483.90.469.2]

(b)

Gambar 3.2 (a) Alternator keadaan tanpa beban

(b) Grafik hubungan antara arus penguat medan (If) dan Ea

Dari persamaan 3.7 diatas, jika arus penguat medan diatur besarnya maka akan diikuti kenaikan fluks dan akhirnya juga pada ggl armatur. Pengaturan penguat arus medan pada keadaan tertentu besarnya, akan didapatkan besar ggl armatur tanpa beban dalam keadaan saturasi. Secara grafik hubungan antara arus penguat medan (If) dan Ea terukis pada Gambar 3.2b.

3.2.5 Alternator Berbeban

(32)

Fluks putar jangkar ini bersifat mengurangi atau menambah fluks putar yang dihasilkan oleh kumparan rotor. Hal ini tergantung pada faktor daya beban. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 3.3

Dengan adanya fluks putar armatur akibat timbulnya arus armatur, maka pada kumparan timbul reaktans pemagnit Xm. Reaktans pemagnit bersama-sama dengan reaktans bocor dikenal dengan nama reaktans sinkron (Xa) dan secara matematis ditulis:

Xa = XL + Xm ……….(3.8)

[image:32.595.138.450.335.544.2]

Dengan demikian bagian rangkaian listrik dari generator sinkron (alternator) berbeban, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Alternator Berbeban

3.2.6 Pengaturan Tegangan Alternator

Diagram vektor pada Gambar 3.4 memperlihatkan bahwa perbedaan antara tegangan terminal V dalam keadaan berbeda, dengan tegangan E0 pada saat tidak

(33)

φ φ

[image:33.595.159.451.104.516.2]

φ

Gambar 3.4 Diagram perubahan tegangan V untuk Faktor Kerja yang berbeda-beda

(34)

Pengaturan tegangan =

V V E0

[image:34.595.158.443.168.504.2]

………..(3.9)

Gambar 3.5 Karakteristik V terhadap arus jangkar I

3.3 Mengoperasikan Alternator dengan Mesin Diesel Sebagai Penggerak Mulanya.

(35)

menegerakkan rotor alternator tersebut. Dalam pengoperasiannya biasanya rotor alternator tersebut dikopel langsung ke rotor mesin diesel, sebagian besarnya putaran alternator tersebut sama dengan besar putaran yang dihasilkan mesin diesel.

Cara mengoperasikan PLTD adalah sebagai berikut :

Pada keadaan awal mesin siesel di start, lalu putarannya dinaikkan sampai satu kecepatan putaran tertentu untuk pemanasan mesin diesel tersebut. Putaran mesin dinaikkan secara perlahan dengan mengatur governor mesin diesel, hingga dicapai suatu harga frekuensi yang dibangkitkan alternator pada harga yang diinginkan. Bila harga frekuensi yang dibangkitkan alternator telah tercapai, maka tegangan alternator kita naikkan dengan memperbesar arus medan alternator secara perlahan-lahan. Apabila tegangan yang dibangkitkan alternator telah sesuai dengan harga yang diinginkan maka alternator talah siap untuk dibebani.

3.4 Memparalel Alternator

Untuk melayani beban yang berkembang, ada kalanya kita harus memparalel dua atau lebih alternator dengan maksud memperbesar kapasitas daya yang dibangkitkan.

Selain untuk tujuan diatas, kerja paralel juga sering dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada mesin ( alternator ) yang harus dihentikan, misalnya untuk istirahat atau reperasi. Untuk maksud memparalel ini, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :

(36)

(2) Frekuensi kedua alternator atau alternator dengan jala-jala harus sama.

(3) Urutan phasa kedua alternator harus sama

G

If

V L1 L2 L3

[image:36.595.156.503.174.412.2]

R S T

Gambar 3.6 Memparalel generator / alternator dengan alat pendeteksi lampu sinkronoskop hubung terang.

Keterangan Gambar 3.6: V = Voltmeter L1 = Lampu 1

L2 = Lampu 2

L3 = Lampu 3

G = Generator ac If = Arus medan

(37)

diatur hingga tegangan terminal generator tersebut sama dengan jala-jala. Untuk mendekati frekuensi dan urutan phasa kedua tegangan (generator dengan jala-jala) digunakan alat pendeteksi yang pada Gambar 3. 6 berupa lampu sinkronoskop lampu terang. Benar tidaknya hubungan paralel diatas, dapat dilihat dari lampu tersebut. Jika rangkaian untuk paralel itu benar (urutan phasa sama) maka lampu L1, L2, L3 akan hidup mati dengan frekuensi fL - fG cycle. Sehingga apabila ketiga

lampu sedang tidak berkedip berarti fL = fG atau frekuensi tegangan generator dan

jala-jala sudah sama. Untuk mengetahui bahwa phasa kedua tegangan (generator dan jala-jala) sama, dapat dilihat dari lampu L1, L2 dan L3 yang untuk hubungan

seperti Gambar 3.7, L1 mati dan L2, L3 menyala sama terang. Frekuensi tegangan

(38)

BAB IV PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER T4500

DALAM MEMPARALEL ALTERNATOR

4.1 Prinsip Kerja

T4500 dilengkapi dengan penyinkronan otomatis dari sebuah generator dengan waktu yang singkat, dengan mengontrol frekuensi melalui servomotor listrik atau Motorized potensiometer.

Penambahan dan pengurangan sinyal dengan pengatur keseimbangan frekuensi, dimana perbedaan fekuensi diset dengan sangat akurat. Jika perbedaan frekuensi positif (pengatur +0,1 s/d +1,0 Hz) dan perbedaan tegangan (10 %) sesuai dengan yang diinginkan, Penutupan sinyal (0,7 sec) tercapai, pengatur waktu diset lebih dulu untuk phase yang sama (range 20-200 msec), dimana kontak akan menutup pada 0 perbedaan (phase sama) dengan sebuah perbedaan frekuensi yang agak besar.

Auto-synchronizer hanya bekerja jika tegangan sesuai dengan yang diinginkan, dimana lampu indikasinya (LED) akan menyala. Volt OK-aktif, berarti synchronizer tidak dapat memutuskan hubungan suplai dari generator atau dari bus-bar. Sebuah hubungan antara terminal 11 dan 12 tidak akan menutup sinyal, tetapi hal ini tidak akan mempengaruhi frekuensi otomatis. Keluaran dari 12 dan 13 ke satu atau lebih Selco unit pembagi tegangan akan mengizinkan frekuensi terus untuk mensinkronisasi beberapa generator secara paralel dengan bus-bar. Gambar 4.1 adalah Diagram rangkaian auto-sychronizer dalam memparalel alternator ke bus-bar.

(39)
[image:39.595.147.488.82.459.2]

Gambar 4.1 Diagram rangkaian auto-sychronizer dalam

memparalel alternator ke bus-bar.

Penyesuaian Tegangan

Pada keadaan dimana perbedaan tegangan dapat mencapai sinkronisasi, Synchronizer T4500 ini menyuplai dengan sebuah penyesuaian atau pengatur tegangan seperti yang ditunjukkan Pada Gambar 4.2.

(40)
[image:40.595.220.407.87.207.2]

Gambar 4.2 Voltage matching (Pengatur Tegangan)

4.2 Konstruksi

Pada umumnya bentuk dari auto synchronizer ini adalah sama, tetapi pada bab ini yang penulis hanya mencatumkan Auto-synchronizer T4500 buatan Jerman, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3.

[image:40.595.132.507.367.640.2]
(41)

Dimana auto-synchronizer ini memiliki data sebagai berikut: Voltage : Max.660 V

Burden : 4 VA

Freq 35/70 Hz Range: 70-110 %

Operating time C/B : 20-200 msec Freq.difference : 0,1-1,0

Operating temp. : -20-+ 70C

Contact rating : AC: 380V, 2A, 250VA DC: 110V, 2A, 100W

4.3 Motorized Potensiometer

(42)
[image:42.595.182.441.90.281.2]

Gambar 4.3 Motorized Potensiometer tipe E7800

4.3.1 Aplikasi Motorized Potensiometer

Pada aplikasi kontrol generator dengan mengeset generator, Motorized potensiometer E7800 digunakan sebagai penyesuai kecepatan dari sebuah kecepatan governor elektronik, alat penghubungnya adalah synkronizer (penyinkron) atau load sharer (pembagi beban).

Untuk mencapai penyetelan kecepatan, potensiometer disuplai dengan governor, dan melalui unit inilah frekuensi dan beban dari governor dikontrol. Ini sangat penting pada saat governor beroperasi dengan tidak baik.

(43)

Motorized potensiometer E7800 adalah sebuah komponen potensiometer dengan kualitas tinggi. Komponen potensiometer dilengkapi dengan sebuah kecakapan penggerakan yang luar biasa.

Tahanan potensiometer dan penggerakan nilai harus diset diatas spesifikasi. Potensiometer juga digunakan sebagai penyesuai RPM dan keluaran dibatasi melalui nomor dari petunjuk sehingga penyesuaian RPM diset (dilakukan). Pengesetan RPM hanya menggerakkan DC version.

4.3.2 Fungsi

Motorized potensiometer E7800 adalah sebuah kombinasi atau penggabungan dari potensiometer dengan motor listrik, dihubungkan dengan sebuah kopel. Dimana mekaniknya menyambung langsung antara potensiometer dan terminalnya, yang memberi perintah untuk penyesuaian potensiometer, pada saat kontrol manual diperlukan.

Motorized potensiometer E7800 menggunakan tegangan DC sebagai suplai tegangan AC. Bagian ini ini adalah kontrol manual ditambah lampu indikasi LED. Pada DC Version kecepatan diset dengan menggerakkan potensiometer. Kecepatan dapat disesuaikan dari 0,8 sampai dengan 6 putaran permenit (RPM), yang mampu menyamakan 75 ke 10 putaran perdetik.

(44)

4.3.3 Perubahan Potensiometer

Tanda-tandanya rapat, 6 mm diameter batang dan panjangnya 20,6 mm, ukuran dari bagian potensiometer dapat dilakukan dengan menyentuh bagian luarnya. Dari belakang tampak plat ujung batang, lalu dibuka sekrub dibalik plat dan menukar penyuplai potensiometer. Tukarkan lalu pasang potensiometer yang baru sambungkan dengan kuat. Kemudian buka plat belakang dan sambungkan dengan 4 sekrub, lalu periksa apakah sambungan telah tersambung dengan baik.

4.4 Analisa Penggunaan Auto-synchronizer T4500 pada Aplikasi Diagram Synchronization dan Load Sharing T4800

Dalam memparalel alternator ke bus-bar, disini digunakan auto-synchronizer dan Load sharer T4800 (pembagi beban) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4.

Auto-synchronizer ini bekerja untuk menyesuaikan tegangan dan frekuensi alternator terhadap bus-bar. Kita misalkan L1 adalah phasa R, L2 phasa S, dan L3

phasa T.

Pada terminal 1-L1 dan 3- L2 auto-synchronizer membaca frekuensi dan tegangan

(45)

Auto-synchronizer membandingkan frekuensi dari alternator melalui Motorized Potensiometer E7800. Putaran motor bisa ditambah/dikurangi melalui kontak decrease/increase dengan potensiometer untuk mendapatkan frekuensi alternator yang sama dengan frekuensi bus.

Jika frekuensi dan tegangan telah sama maka secara otomatis saklar (Unload and Rev. Power) akan menutup atau menginjek secara otomatis, sehingga terminal antara L1-5 telah membuka sehingga hubungan antara auto synchronizer

[image:45.595.114.514.307.563.2]

terputus. Alternator telah sinkron dengan bus-bar.

(46)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan-kesimpulan yang penulis buat dari Karya Akhir ini adalah sebagai berikut :

Pengoperasian alternator secara paralel dengan menggunakan

auto-synchronizer merupakan salah satu usaha untuk menciptakan suatu sistim

tenaga listrik yang lebih efisien untuk melayani beban yang berubah-ubah dan juga mempertinggi kotinuitas pelayanan beban.

Auto-synchronizer bekerja untuk menyesuaikan tegangan dan frekuensi

yang dibangkitkan oleh alternator terhadap tegangan dan frekuensi bus-bar.

• Memparalel alternator dengan penggunaan auto-synchronizer lebih efisien dibanding manual.

Auto-synchronizer dilengkapi dengan Motorized Potensiometer E7800

sebagai pengatur kecepatan putaran motor.

5.2 Saran

(47)

STUDI PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER

DALAM MEMPARALEL ALTERNATOR

Oleh:

Nama : Darwis Girsang

Nim : 02 5203 029

Karya Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu persyaratan

(48)

PROGRAM DIPLOMA-IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

STUDI PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER DALAM MEMPARALEL ALTERNATOR

Oleh:

Nama: Darwis Girsang

Nim : 02 5203 029

Disetujui oleh:

Pembimbing Karya Akhir

Ir.Arman Sani,MT

Nip. 131 945 349

Diketahui Oleh: Ketua Program Diploma-IV Teknologi Instrumentasi Pabrik

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

(49)

PROGRAM DIPLOMA-IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan, kesehatan, kekuatan, kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini.

Dalam Karya Akhir ini penulis mencoba untuk membahas tentang penggunaan auto-synchronizer dalam mempararel alternator. Seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dengan penulisan Karya Akhir ini. Dalam menyelesaikan Karya Akhir ini penulis menghadapi berbagai kesulitan-kesulitan, namun berkat bantuan berbagai pihak maka kesulitan itu lebih mudah diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

12. Bapak Ir. Arman Sani,MT selaku Dosen Wali dan Dosen Pembimbing.

13.

Bapak Ir.Riswan Dinzi,MT yang banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan Karya Akhir ini.

14.

Kedua orangtua saya yang telah memberikan bantuan baik

(50)

15. Bapak Dr.Ir.Armansyah Ginting,M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknik.

16. Bapak Prof.Dr.Ir.Usman Baafai, selaku ketua Program Studi Instrumentasi Pabrik.

17. Bapak Drs.Hasdari Helmi selaku Sekretaris Program Studi Instrumentasi Pabrik.

18. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Teknologi Instrumentasi Pabrik. 19. Bang Martin dan seluruh staf jurusan yang membantu penulis.

20. Sahabat-sahabatku 02 dan 01 di Instrumentasi Pabrik. Khususnya buat parhobas yang selalu menemani mulai dari awal kuliah sampai penulisan Karya Akhir ini selesai. Selalulah menjadi sahabatku dan tetaplah berjuang.

21. Sahabatku Afser, Ranap, Kiuk, Mas Hendra, Ida, Lia yang selalu memberikan saya semangat dan bantuan selama penulisan Karya Akhir ini.

22. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan.

(51)

Medan, Hormat saya,

(Darwis Girsang)

ABSTRAK

Dalam suatu sistem pembangkit tenaga listrik jarang sekali dijumpai satu generator yang menyuplai beberapa beban yang besar karena untuk melayani bebas yang besar akan membutuhkan pembangkit yang besar pula. Oleh karena itu dibangun beberapa buah pembangkit yang dioperasikan secara pararel untuk mempertinggi kontinuitas pelayanan beban.

Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan maka pekerjaan yang diinginkan lebih mudah dan praktis sehingga untuk menanggulangi masalah dalam mempararel alternator ke bus-bar maka dapat diatasi dengan cara otomatis menggunakan auto-synchronizer. Auto-synchronizer inilah yang mengatur frekuensi, tegangan dari alternator.

(52)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

ABSTRAK DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang 1.2.Tujuan Pembahasan 1.3.Rumusan Masalah 1.4.Batasan Masalah 1.5.Metode Pembahasan 1.6.Sistematika Pembahasan

BAB II. Dasar Teori

2.1.Teori Umum 2.2.Potensiometer

(53)

2.2.2.Simbol Potensiometer 2.2.3.Prinsip kerja

2.3.LED (Light Emiting Diode) 2.3.1.Konstruksi

2.3.2.Simbol Dioda LED 2.3.3.Prinsip Kerja 2.4.C/B (Circuit Breaker)

2.4.1.Konstruksi 2.4.2.Simbol 2.4.3.Prinsip Kerja 2.5.Relay

2.5.1.Konstruksi 2.5.2.Simbol 2.5.3.Prinsip Kerja

BAB III ALTERNATOR

3.1.Teori Umum

3.1.1.GGL (Gaya Gerak Listrik) 3.2.Teori Alternator

3.2.1.Kecepatan dan Frekuensi 3.2.2.Reaktans Sinkron

3.2.3.Langkah-Langkah Menentukan % Pengaturan 3.2.4.Alternator Tanpa Beban

(54)

3.2.6.Pengaturan Tegangan Alternator

3.3.Mengoperasikan Alternator Dengan Mesin Diesel Sebagai Penggerak Mulanya

3.4.Memparalel Alternator

BAB IV PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER T4500 DALAM MEMPARALEL ALTERNATOR

4.1.Prinsip Kerja Auto-synchronizer T4500 4.2.Konstruksi

4.3.Motorized Potensiometer

4.3.1.Apikasi Motorized Potensiometer 4.3.2.Fungsi

4.3.3.Perubahan Potensiometer

4.4.Analisa Penggunaan Auto-synchronizer T4500

Pada Apikasi Synchronization and Load Sharing T4800.

BAB V. PENUTUP

5.1.Kesimpulan 5.2.Saran

(55)

DAFTAR GAMBAR

[image:55.595.114.445.295.498.2]

Gambar 2.1. Konsruksi dari Potensiometer Gambar 2.2.Simbol Potensiometer

Gambar 2.3.Dioda LED

Gambar 2.4.Simbol Dioda LED Gambar 2.5.Circuit Breaker

Gambar 2.6.Simbol Circuit Breaker Gambar 2.7.Relay

Gambar 2.8.Simbol Relay

Gambar 3.1.Rangkaian Ekivalen Alternator Beban Nol Gambar 3.2.Alternator Keadaa Tapa Beban

Gambar 3.3.Alternator Berbeban

Gambar 3.4.Diagram Perubahan Tegangan V Untuk Faktor Kerja Yang Berbeda-beda

Gambar 3.5.Karakteristik V unuk Arus Jangkar I

Gambar 3.6.Diagram Fasor Yang Disederhanakan Dari Generator AC Gambar 3.7.Memparalel Alternator Dengan Alat Pendeteksi

(56)

Gambar 4.1.Diagram Rangkaian Auo-syncronizer Dalam Memparalel Alternator Ke Bus-Bar

Gambar 4.2.Voltage Matching (Pengatur Tegangan) Gambar 4.3.Auto-syncronizer T4500

Gambar 4.4.Diagram Aplikasi Synchronizer T4500 dan Load Sharer 4800

[image:56.595.154.446.288.562.2]

DAFAR TABEL

(57)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam membangun suatu pembangkit Tenaga Listrik, jarang sekali dijumpai satu generator untuk menyuplai beberapa beban yang besar. Karena untuk melayani beban yang besar akan membutuhkan pembangkit yang besar pula.

Untuk membangun suatu pembangkit yang besar ternyata kurang menguntungkan, karena akan menimbulkan kesulitan dalam hal dimensi pembangkit dan transportasi untuk pengangkutan peralatan pembangkit dan juga tidak efisien untuk melayani beban yang tidak berfluktuasi setiap saat. Karena itu dibangunlah beberapa buah pembangkit yang dioperasikan secara paralel, sehingga akan mempertinggi kontinuitas pelanyanan beban.

Dalam memparalel altenator ke bus-bar harus dipenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain :

(58)

Apabila alternator diparalel secara manual, operator harus mengaturnya satu demi satu hingga semua persyaratan dalam memparalel alternator tersebut terpenuhi. Karena keterbatasan kemampuan manusia dalam memparalel alternator tersebut kadang-kadang operator melakukannya kurang tepat dan kurang teliti, sehingga akan menimbulkan gangguan-gangguan pada sistem. Untuk menghindari terjadinya gangguan-gangguan tersebut serta mempermudah pekerjaan dalam memparalel aternator ke bus-bar maka diusahakanlah memparalel alternator secara otomatis.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis membuat laporan Karya Akhir yang diberi judul :“STUDI PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER DALAM

MEMPARALEL ALTERNATOR”

Dengan memparalel alternator menggunakan auto-synchronizer akan mempermudah pekerjaan serta menghindari gangguan-gangguan pada sistem, karena alat ini dapat menyesuaikan tegangan, frekuensi dan urutan fasa. Jadi persyaratan dalam memparalel alternator dapat diatur oleh auto-synchronizer tersebut.

1.7Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan Karya Akhir adalah untuk mengkaji suatu peralatan yang berfungsi untuk memparalel alternator. Peralatan yang dikaji disini adalah auto-syncronizer T4500 buatan Jerman.

(59)

1.8Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul Karya Akhir ini, yaitu “ studi penggunaan auto-synchronizer dalam memparalel aternator “, maka disini penulis membahas tentang pengertian umum alternator, cara memparalel alternator dan teori tentang auto-synchronizer.

1.9Batasan Masalah

Dalam Karya Akhir ini penulis akan memparalel alternator secara otomatis dengan menggunakan auto-synchronizer. Disini penulis membatasi penggerak alternator yaitu dengan menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mulanya.

1.10 Metode pembahasan

Dalam membahas suatu objek, kelengkapan data suatu objek merupakan bagian yang harus dipenuhi. Untuk melengkapi data tersebut maka penulis melakukan metode pengambilan data sebagai berikut :

3. Studi pustaka sebagai referensi untuk laporan Karya Akhir ini

4. Studi lapangan, berupa wawancara dengan pembimbing di industri dan melihat langsung ke lapangan terhadap objek yang dibahas.

1.11 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan Karya Akhir ini penulis membuat sistematika penulisan dengan urutan sebagai berikut:

(60)

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan pembahasan, rumusan masalah, batasan masalah, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan.

- BAB II. DASAR TEORI

Pada bab ini menjelaskan tentang teori umum, komponen-komponen yang digunakan pada auto-synkronizer.

- BAB III. ALTERNATOR

Pada bab ini menjelaskan tentang rangkaian dasar alternator, prinsip kerja alternator, pengoperasian PLTD.

- BAB IV.PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER DALAM

MEMPARALEL ALTERNATOR.

Pada bab ini menjelaskan tentang diagram auto-synchronizer untuk memparalel alternator ser ta cara kerjanya.

- BAB V PENUTUP

(61)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Teori Umum

Dalam memparalel alternator dengan menggunakan auto-synchronizer adalah salah satu penanggulangan masalah yang sering terjadi dalam menyesuaikan tegangan dan frekuensi yang dibangkitkan alternator.

2.2 Potensiometer (Resistor Variabel)

Resistor Berubah (variable), ialah sebuah resistor yang nilainya dapat berubah-ubah dengan jalan menggeser atau memutar toggle pada alat tersebut. Sehingga nilai resistor dapat kita tetapkan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jenis ini, potensiometer kita bagi menjadi dua bagian, yaitu:

(62)

Akan tetapi pada bab ini penulis hanya membahas potensiometer jenis model putar, dimana alat ini berfungsi untuk mengatur (menambah/mengurangi) frekuensi dan tegangan yang dibangkitkan oleh alternator.

2.2.1 Konstruksi

[image:62.595.153.445.314.503.2]

Tahanan dari potensiometer dapat dibuat dari bahan karbon dan ada juga dibuat dari gulungan kawat yang disebut potensiometer wire-wound. Untuk voltase yang tinggi biasanya digunakan potensiometer wire-wound. Gambar 2.1 adalah konstruksi dari potensiometer model putar.

Gambar 2.1 Konstruksi dari potensiometer

2.2.2 Simbol Potensiometer

(63)
[image:63.595.270.353.82.167.2]

Gambar 2.2 Simbol potensiometer

2.2.3 Prinsip Kerja

Prinsip atau cara kerja dari pemakaian potensiometer pada auto-synchronizer adalah sebagai berikut:

1. Potensiometer pada Motorized

Apabila frekuensi yang dibangkitkan oleh alternator belum sama dengan frekuensi bus-bar, maka potensiometer ini diputar (decrease/increase) sampai mencapai harga frekuensi yang diinginkan.

2. Pada Matching Voltage

Apabila tegangan yang dibangkitkan oleh alternator belum sama dengan tegangan dari bus-bar, maka potensiometer ini diputar (decrease/increase) sampai mencapai tegangan yang diinginkan.

(64)

LED merupakan sejenis dioda semikonduktor yang menghasilkan cahaya yang tidak koheren berspektrum sempit. Prinsip tersebut dikenali sebagai elektroluminesasi. Dioda ini dapat mengeluarkan cahaya, dimana warnanya ada yang merah, hijau, kuning dll. Tegangan kerjanya ada yang 1,4 volt; 2 volt; 3 volt mengambil arus 30 mA-100 mA. Dioda ini dipakai sebagai lampu kontrol atau lampu indikator. LED dikeluarkan dalam berbagai jenis warna cahaya, bergantung kepada jenis semikonduktor yang digunakan. Sebagaimana dioda biasa, LED terdiri daripada cip semikonduktor yang didropkan untuk menghasilkan semikonduktor jenis positif atau negatif. Kedua-dua semikonduktor positif dan negatif dicantumkan untuk membentuk satu simpang p-n. Arus elektrik bergerak dari bahagian p, atau anoda, ke bahagian n, atau katoda. Pembawa cas -elektron dan lubang - mengalir ke simpang dari elektroda dengan tegangan berbeda. Apabila elektron bertemu dengan lubang, ia akan jatuh ke tahap tenaga lebih rendah, dan melepaskan tenaga dalam bentuk foton.

(65)

2.3.1 Konstruksi

Pada awalnya, LED dibuat menggunakan semikonduktor galium arsenida, tetapi kemajuan sains dan teknologi membolehkan LED dibuat bagi menghasilkan panjang gelombang cahaya yang lebih pendek, membolehkan berbagai warna LED yang lain dihasilkan.Warna cahaya yang dihasilkan LED bergantung kepada semikonduktor yang digunakan seperti berikut:-

• Aluminium galium arsenida (AlGaAs)- merah dan inframerah

• Aluminium galium fosfida (AlGaP) - hijau

• Aluminium galium indium fosfida - jingga-merah berkecerahan tinggi, jingga, kuning dan hijau

• Galium arsenida fosfida (GaAsP) - merah, jingga-merah, jingga dan kuning

• Galium fosfida - (GaP) - merah, kuning dan hijau

• Galium nitrida (GaN) - hijau, hijau tulen (atau hijau zamrud), dan biru serta putih (jika ada Batas Kuantum AlGaN)

• Indium galium nitrida (InGaN) - hampir ultraungu, hijau kebiruan dan biru

• Silikon karbida (SiC) sebagai substrat - biru

• Silikon (Si) sebagai substrat - biru (dalam pembangunan)

• Nilam (Al2O3) sebagai substrat - biru

• Zink selenida (ZnSe) - biru

• Berlian (C) - ultraungu

(66)
[image:66.595.115.535.180.565.2]

Dengan berbagai warna yang boleh dihasilkan, berbagai tata susunan warna LED boleh dihasilkan untuk menghasilkan warna bukan konvensional. Gambar 2.3 adalah dioda LED.

Gambar 2.3 Dioda LED

2.3.2 Simbol Dioda LED

[image:66.595.262.389.642.733.2]
(67)

Gambar 2.4 Simbol Dioda LED

2.3.3 Prinsip Kerja

Apabila frekuensi dan tegangan yang dibangkitkan oleh alternator telah sama dengan tegangan bus-bar, maka lampu indikator (LED) Volt.OK akan menyala, yang berarti synchronizer tidak bisa memutuskan suplay dari bus-bar atau dari alternator.

Δ

2.4 C/B (Circuit Breaker)

Circuit Breaker adalah saklar sebagai pemutus atau penghubung antara alternator dengan bus-bar.

2.4.1 Konstruksi

(68)

Gambar 2.5 Circuit Breaker

2.4.2 Simbol

Adapun simbol dari Circuit Breaker (C/B) ini adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 .6.

C/B

Gambar 2.6 Simbol Circuit Breaker

2.4.3 Prinsip Kerja

Apabila tegangan dan frekuensi dan tegangan antara alternator dengan bus-bar telah sama maka circuit breaker ini terhubung sehingga alternator dan bus-bar telah sinkronisasi.

2.5 Relay

Relay adalah suatu tombol elektrik yang bekerja berdasarkan prinsip elektro magnet, dimana relay ini akan menutup serta membuka secara otomatis. Ketika kontak dilewati oleh arus listrik yang menimbulkan magnetis maka kontak ini akan menutup, dan akan membuka ketika kontak tidak dialiri arus listrik.Relay mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda.

(69)

7. Double Pole Single Throw (DPST) 8. Doube Pole Double Throw (DPDT)

Pada umumnya relay mempunyai tiga kontak,yaitu: COM (Common), NO (Normally Open), NC(Normally Close). Double pole sama dengan single pole, hanya saja double pole mempunyai dua kontak untuk membuka dan menutup. Memilih relay harus sesuai dengan tegangan dan arus beban yang sebanding, dan relay dipasang dengan tepat atau dengan posisi yang mantap. Memillih relay harus bisa mengendalikan arrus dan tegangan coil dengan mudah.

2.5.1 Konstruksi

[image:69.595.155.475.382.676.2]

Adapun Gambar dari konstruksi (Gambar dasar) dari relay ini adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Relay

(70)

Adapun simbol dari relay adalah seperti yang ditunjukkan pada

[image:70.595.118.438.146.363.2]

Gambar 2.7.

Gambar 2.8 Simbol Relay

2.5.3 Prinsip Kerja

(71)

BAB III ALTERNATOR

3.1 Teori Umum

Tegangan output dari generator sinkron (alternator) adalah tegangan bolak-balik, karena itu generator sinkron disebut juga generator ac.

Perbedaan prinsip antara generator dc dengan generator ac adalah untuk generator dc, kumparan jangkar ada pada bagian rotor dan terletak diantara kutub-kutub magnit yang tetap di tempat, diputar oleh tenaga mekanik. Pada generator sinkron, konstruksinya sebaliknya, yaitu kumparan jangkar disebut juga kumparan stator karena berada pada tempat yang tetap, sedangkan kumparan rotor bersama-sama dengan kutub magnit diputar oleh tenaga mekanik.

3.1.1 GGL (Gaya Gerak Listrik)

Jika kumparan rotor yang berfungsi sebagai pembangkit kumparan medan magnet yang terletak diantara kutub magnet utara dan selatan diputar oleh tenaga air atau tenaga lainnya, maka kumparan rotor akan timbul medan magnet atau fluks yang bersifat bolak-balik atau fluks putar. Fluks putar ini akan memotong-motong kumparan stator, sehingga pada ujung-ujung kumparan stator timbul gaya gerak listrik (ggl) karena pengaruh induksi dari fluks putar tersebut.

(72)

Adapun besar ggl induksi kumparan stator atau ggl induksi armatur per phasa adalah :

ph

Ea = 4,44.f.M.φ.Kd………(3.1)

Dimana;

Ea = Gaya gerak listrik per phasa (Volt) F = frekuensi output alternator (Hertz) M = Jumlah kumparan per phasa

= 2

Z

Z = Jumlah konduktor seluruh slot per phasa

Kd = Faktor distribusi. Hal ini diperlukan karena kumparan armatur atau alternator tidak terletak didalam satu slot melainkan terdistribusi dalam beberapa slot per phasa.

φ = Fluks magnet perkutub per phasa

Sehingga persamaan (3.1) diatas dapat juga ditullis:

ph

Ea = 4,44.f.

2

Z .φ.Kd………(3.2)

Fluks magnet yang dihasilkan oleh kumparan rotor tidak seluruhnya tercakup oleh kumparan stator. Dengan perkataan lain, pada kumparan stator terdapat fluks bocor dan hal ini diyatakan dengan hambatan armatur (Ra) dan reaktansi bocor atau reaktansi armatur (XL).

(73)

Generator arus bolak-balik, yang kadang-kadang disebut generator sinkron atau alternator adalah suatu peralatan listrik yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik

Rangkaian ekivalen alternator dalam keadaan beban nol dapat dilihat seperti Gambar 3.1.

XL Ra

+

-Rf Ea

[image:73.595.120.451.230.648.2]

Vt If

Gambar 3.1 Rangkaian ekivalen alternator beban nol.

Keterangan Gambar 3.1:

If = Arus kumparan medan atau arus penguat Rf = Hambatan kumparan medan

Ra = Hambatan armatur

XL = Reaktansi bocor (Reaktansi armatur)

Vt = Tegangan output Ea = Gaya gerak listrik armatur

Generator ac bekerja dengan prinsip sama dengan generator dc, yaitu prinsip induksi elektromagnetik, juga terdiri dari:

(74)

(4) rotor

Stator merupakan elemen diam yang terdiri dari belitan-belitan jangkar, sedangkan rotor merupakan elemen yang berputar terdiri dari belitan-bellitan medan.

Perbedaan penting antara generator dc dengan generator ac, yaitu pada generator dc jangkar yang berputar dan medan sistem diam, sedangkan generator ac sebaliknya.

Rotor ada dua tipe, yaitu:

(3) Kutub menonjol; yaitu tipe yang dipakai untuk alternator-alternator kecepatan rendah dan menengah

(4) Silinderis halus; yaitu digunakan alternator-alternator dimana kecepatannya amat tinggi.

3.2.1 Kecepatan dan Frekuensi

Dalam suatu alternator hubungan tertentu antara kecepatan putar (N) dari rotor, frekuensi (f) dari emf yang dibangkitkan dan jumlah kutub-kutub (P).

Hubungan tersebut adalah:

f =

120

PN

………..(3.3)

Dimana;

(75)
[image:75.595.114.513.195.258.2]

Sehubungan dengan persamaan ini, maka untuk f = 60 cps, harga P dan N dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti yang ditunjukkan Tabel 3.1

Tabel 3.1 Hubungan harga P dan N

P 2 4 6 12 24 36

N 3600 1800 1200 600 300 200

3.2.2 Reaktans Sinkron

Selain dar reaktans bocor ada juga reaktans khayal Xa yang terdapat dalam belitan jangkar dalam menimbulkan jatuh tegangan yang harus diberikan pada reaksi jangkar yaitu Ixa.

XL + Xa = Xs………..………(3.4)

Dimana Xs disebut reaktans sinkron.

Jatuh tegangan total alternator pada keadaan berbeban adalah:

IRa + jIXs = I (Ra + jXs) = IZs………..(3.5) Dimana Zs dikenal sebagai impedans sinkron.

3.2.3 Langkah-Langkah Menentukan % Pengaturan

Langkah-langkah menentukan % pengaturan adalah sebagai berikut: 8. Menentukan harga V

9. Menentukan IX L

(76)

11.Menentukan bentuk kurva beban nol, dan tentukan arus penguatan untuk E, misalnya IF1

12.Menetukan IF2 untuk keperluan reaksi jangkar

13.Jumlahkan If1 dan If2 secara vektor, dengan sudut antara keduanya 90 +φ

14.Baca pada kurva beban nol harga emf yang mempunyai arus medan If, yaitu = E0. Akhirnya pengaturan dapat ditentukan.

3.2.4 Alternator Tanpa Beban

Pada generator sinkron atau alternator, keadaan tanpa beban (ditunjukkan pada Gambar 3.2a) mengandung arti bahwa arus armatur (Ia) = 0, dengan demikian besar tegangan terminal adalah:

Vt = Ea = E0……….(3.6)

Oleh karena itu besar ggl armatur adalah merupakan fungsi dari fluks magnit, maka armatur dapat juga ditulis

Ea = f (φ)……….(3.7)

If

Rf Ea

Ra

XL

Vt Ia = 0

(77)
[image:77.595.153.483.90.469.2]

(b)

Gambar 3.2 (a) Alternator keadaan tanpa beban

(b) Grafik hubungan antara arus penguat medan (If) dan Ea

Dari persamaan 3.7 diatas, jika arus penguat medan diatur besarnya maka akan diikuti kenaikan fluks dan akhirnya juga pada ggl armatur. Pengaturan penguat arus medan pada keadaan tertentu besarnya, akan didapatkan besar ggl armatur tanpa beban dalam keadaan saturasi. Secara grafik hubungan antara arus penguat medan (If) dan Ea terukis pada Gambar 3.2b.

3.2.5 Alternator Berbeban

(78)

Fluks putar jangkar ini bersifat mengurangi atau menambah fluks putar yang dihasilkan oleh kumparan rotor. Hal ini tergantung pada faktor daya beban. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 3.3

Dengan adanya fluks putar armatur akibat timbulnya arus armatur, maka pada kumparan timbul reaktans pemagnit Xm. Reaktans pemagnit bersama-sama dengan reaktans bocor dikenal dengan nama reaktans sinkron (Xa) dan secara matematis ditulis:

Xa = XL + Xm ……….(3.8)

[image:78.595.138.450.335.544.2]

Dengan demikian bagian rangkaian listrik dari generator sinkron (alternator) berbeban, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Alternator Berbeban

3.2.6 Pengaturan Tegangan Alternator

Diagram vektor pada Gambar 3.4 memperlihatkan bahwa perbedaan antara tegangan terminal V dalam keadaan berbeda, dengan tegangan E0 pada saat tidak

(79)

φ φ

[image:79.595.159.451.104.516.2]

φ

Gambar 3.4 Diagram perubahan tegangan V untuk Faktor Kerja yang berbeda-beda

(80)

Pengaturan tegangan =

V V E0

[image:80.595.158.443.168.504.2]

………..(3.9)

Gambar 3.5 Karakteristik V terhadap arus jangkar I

3.3 Mengoperasikan Alternator dengan Mesin Diesel Sebagai Penggerak Mulanya.

(81)

menegerakkan rotor alternator tersebut. Dalam pengoperasiannya biasanya rotor alternator tersebut dikopel langsung ke rotor mesin diesel, sebagian besarnya putaran alternator tersebut sama dengan besar putaran yang dihasilkan mesin diesel.

Cara mengoperasikan PLTD adalah sebagai berikut :

Pada keadaan awal mesin siesel di start, lalu putarannya dinaikkan sampai satu kecepatan putaran tertentu untuk pemanasan mesin diesel tersebut. Putaran mesin dinaikkan secara perlahan dengan mengatur governor mesin diesel, hingga dicapai suatu harga frekuensi yang dibangkitkan alternator pada harga yang diinginkan. Bila harga frekuensi yang dibangkitkan alternator telah tercapai, maka tegangan alternator kita naikkan dengan memperbesar arus medan alternator secara perlahan-lahan. Apabila tegangan yang dibangkitkan alternator telah sesuai dengan harga yang diinginkan maka alternator talah siap untuk dibebani.

3.4 Memparalel Alternator

Untuk melayani beban yang berkembang, ada kalanya kita harus memparalel dua atau lebih alternator dengan maksud memperbesar kapasitas daya yang dibangkitkan.

Selain untuk tujuan diatas, kerja paralel juga sering dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada mesin ( alternator ) yang harus dihentikan, misalnya untuk istirahat atau reperasi. Untuk maksud memparalel ini, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :

(82)

(5) Frekuensi kedua alternator atau alternator dengan jala-jala harus sama.

(6) Urutan phasa kedua alternator harus sama

G

If

V L1 L2 L3

[image:82.595.154.503.174.412.2]

R S T

Gambar 3.6 Memparalel generator / alternator dengan alat pendeteksi lampu sinkronoskop hubung terang.

Keterangan Gambar 3.6: V = Voltmeter L1 = Lampu 1

L2 = Lampu 2

L3 = Lampu 3

G = Generator ac If = Arus medan

(83)

diatur hingga tegangan terminal generator tersebut sama dengan jala-jala. Untuk mendekati frekuensi dan urutan phasa kedua tegangan (generator dengan jala-jala) digunakan alat pendeteksi yang pada Gambar 3. 6 berupa lampu sinkronoskop lampu terang. Benar tidaknya hubungan paralel diatas, dapat dilihat dari lampu tersebut. Jika rangkaian untuk paralel itu benar (urutan phasa sama) maka lampu L1, L2, L3 akan hidup mati dengan frekuensi fL - fG cycle. Sehingga apabila ketiga

lampu sedang tidak berkedip berarti fL = fG atau frekuensi tegangan generator dan

jala-jala sudah sama. Untuk mengetahui bahwa phasa kedua tegangan (generator dan jala-jala) sama, dapat dilihat dari lampu L1, L2 dan L3 yang untuk hubungan

seperti Gambar 3.7, L1 mati dan L2, L3 menyala sama terang. Frekuensi tegangan

(84)

BAB IV PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER T4500

DALAM MEMPARALEL ALTERNATOR

4.1 Prinsip Kerja

T4500 dilengkapi dengan penyinkronan otomatis dari sebuah generator dengan waktu yang singkat, dengan mengontrol frekuensi melalui servomotor listrik atau Motorized potensiometer.

Penambahan dan pengurangan sinyal dengan pengatur keseimbangan frekuensi, dimana perbedaan fekuensi diset dengan sangat akurat. Jika perbedaan frekuensi positif (pengatur +0,1 s/d +1,0 Hz) dan perbedaan tegangan (10 %) sesuai dengan yang diinginkan, Penutupan sinyal (0,7 sec) tercapai, pengatur waktu diset lebih dulu untuk phase yang sama (range 20-200 msec), dimana kontak akan menutup pada 0 perbedaan (phase sama) dengan sebuah perbedaan frekuensi yang agak besar.

Auto-synchronizer hanya bekerja jika tegangan sesuai dengan yang diinginkan, dimana lampu indikasinya (LED) akan menyala. Volt OK-aktif, berarti synchronizer tidak dapat memutuskan hubungan suplai dari generator atau dari bus-bar. Sebuah hubungan antara terminal 11 dan 12 tidak akan menutup sinyal, tetapi hal ini tidak akan mempengaruhi frekuensi otomatis. Keluaran dari 12 dan 13 ke satu atau lebih Selco unit pembagi tegangan akan mengizinkan frekuensi terus untuk mensinkronisasi beberapa generator secara paralel dengan bus-bar. Gambar 4.1 adalah Diagram rangkaian auto-sychronizer dalam memparalel alternator ke bus-bar.

(85)
[image:85.595.147.488.82.459.2]

Gambar 4.1 Diagram rangkaian auto-sychronizer dalam

memparalel alternator ke bus-bar.

Penyesuaian Tegangan

Pada keadaan dimana perbedaan tegangan dapat mencapai sinkronisasi, Synchronizer T4500 ini menyuplai dengan sebuah penyesuaian atau pengatur tegangan seperti yang ditunjukkan Pada Gambar 4.2.

(86)
[image:86.595.220.407.87.207.2]

Gambar 4.2 Voltage matching (Pengatur Tegangan)

4.2 Konstruksi

Pada umumnya bentuk dari auto synchronizer ini adalah sama, tetapi pada bab ini yang penulis hanya mencatumkan Auto-synchronizer T4500 buatan Jerman, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3.

[image:86.595.132.507.367.640.2]
(87)

Dimana auto-synchronizer ini memiliki data sebagai berikut: Voltage : Max.660 V

Burden : 4 VA

Freq 35/70 Hz Range: 70-110 %

Operating time C/B : 20-200 msec Freq.difference : 0,1-1,0

Operating temp. : -20-+ 70C

Contact rating : AC: 380V, 2A, 250VA DC: 110V, 2A, 100W

4.3 Motorized Potensiometer

(88)
[image:88.595.182.441.90.281.2]

Gambar 4.3 Motorized Potensiometer tipe E7800

4.3.1 Aplikasi Motorized Potensiometer

Pada aplikasi kontrol generator dengan mengeset generator, Motorized potensiometer E7800 digunakan sebagai penyesuai kecepatan dari sebuah kecepatan governor elektronik, alat penghubungnya adalah synkronizer (penyinkron) atau load sharer (pembagi beban).

Untuk mencapai penyetelan kecepatan, potensiometer disuplai dengan governor, dan melalui unit inilah frekuensi dan beban dari governor dikontrol. Ini sangat penting pada saat governor beroperasi dengan tidak baik.

(89)

Motorized potensiometer E7800 adalah sebuah komponen potensiometer dengan kualitas tinggi. Komponen potensiometer dilengkapi dengan sebuah kecakapan penggerakan yang luar biasa.

Tahanan potensiometer dan penggerakan nilai harus diset diatas spesifikasi. Potensiometer juga digunakan sebagai penyesuai RPM dan keluaran dibatasi melalui nomor dari petunjuk sehingga penyesuaian RPM diset (dilakukan). Pengesetan RPM hanya menggerakkan DC version.

4.3.2 Fungsi

Motorized potensiometer E7800 adalah sebuah kombinasi atau penggabungan dari potensiometer dengan motor listrik, dihubungkan dengan sebuah kopel. Dimana mekaniknya menyambung langsung antara potensiometer dan terminalnya, yang memberi perintah untuk penyesuaian potensiometer, pada saat kontrol manual diperlukan.

Motorized potensiometer E7800 menggunakan tegangan DC sebagai suplai tegangan AC. Bagian ini ini adalah kontrol manual ditambah lampu indikasi LED. Pada DC Version kecepatan diset dengan menggerakkan potensiometer. Kecepatan dapat disesuaikan dari 0,8 sampai dengan 6 putaran permenit (RPM), yang mampu menyamakan 75 ke 10 putaran perdetik.

(90)

4.3.3 Perubahan Potensiometer

Tanda-tandanya rapat, 6 mm diameter batang dan panjangnya 20,6 mm, ukuran dari bagian potensiometer dapat dilakukan dengan menyentuh bagian luarnya. Dari belakang tampak plat ujung batang, lalu dibuka sekrub dibalik plat dan menukar penyuplai potensiometer. Tukarkan lalu pasang potensiometer yang baru sambungkan dengan kuat. Kemudian buka plat belakang dan sambungkan dengan 4 sekrub, lalu periksa apakah sambungan telah tersambung dengan baik.

4.4 Analisa Penggunaan Auto-synchronizer T4500 pada Aplikasi Diagram Synchronization dan Load Sharing T4800

Dalam memparalel alternator ke bus-bar, disini digunakan auto-synchronizer dan Load sharer T4800 (pembagi beban) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4.

Auto-synchronizer ini bekerja untuk menyesuaikan tegangan dan frekuensi alternator terhadap bus-bar. Kita misalkan L1 adalah phasa R, L2 phasa S, dan L3

phasa T.

Pada terminal 1-L1 dan 3- L2 auto-synchronizer membaca frekuensi dan tegangan

(91)

Auto-synchronizer membandingkan frekuensi dari alternator melalui Motorized Potensiometer E7800. Putaran motor bisa ditambah/dikurangi melalui kontak decrease/increase dengan potensiometer untuk mendapatkan frekuensi alternator yang sama dengan frekuensi bus.

Jika frekuensi dan tegangan telah sama maka secara otomatis saklar (Unload and Rev. Power) akan menutup atau menginjek secara otomatis, sehingga terminal antara L1-5 telah membuka sehingga hubungan antara auto synchronizer

[image:91.595.114.514.307.563.2]

terputus. Alternator telah sinkron dengan bus-bar.

(92)

BAB V PENUTUP

5.3 Kesimpulan

Adapun kesimpulan-kesimpulan yang penulis buat dari Karya Akhir ini adalah sebagai berikut :

Pengoperasian alternator secara paralel dengan menggunakan

auto-synchronizer merupakan salah satu usaha untuk menciptakan suatu sistim

tenaga listrik yang lebih efisien untuk melayani beban yang berubah-ubah dan juga mempertinggi kotinuitas pelayanan beban.

Auto-synchronizer bekerja untuk menyesuaikan tegangan dan frekuensi

yang dibangkitkan oleh alternator terhadap tegangan dan frekuensi bus-bar.

• Memparalel alternator dengan penggunaan auto-synchronizer lebih efisien dibanding manual.

Auto-synchronizer dilengkapi dengan Motorized Potensiometer E7800

sebagai pengatur kecepatan putaran motor.

5.4 Saran

(93)

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Kadir, Mesin Sinkron, Djambatan, Jakarta 1999.

2. Albert Paul Mavino, Ph.D, Prinsip-Prisip Elektronika, Erlangga, Jakarta 1990.

3. Elex, Informasi Praktis Elektronika, PT. Gramedia Grup, Jakarta . 4. Eugene C lister, Mesin dan Rangkaian Listrik, Erlangga, Jakarta 1993. 5. Indrawan, Radio Transistor, Bintang Terang Servis, Jakara 1990. 6. Muslimin, Ir, Tehnik Tenaga Listrik, Armico, bandung 1998.

7. Yon Rijono,Drs, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Andi, Yogyakarta 1997. 8. Zuhal, Dasar Tehnik tenaga listrik dan elektrinika Daya, PT Gramedia

Utama, Jakarta 1993. 9. http://www.selcousa.com/

10.http://www.howstuff.com/relay2.htm

Gambar

Gambar 3.2 (a) Alternator keadaan tanpa beban
Gambar 3.3 Alternator Berbeban
Gambar 3.4  Diagram perubahan tegangan V untuk Faktor Kerja yang
Gambar 3.5  Karakteristik V terhadap arus jangkar I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian atas jumlah pertanyaan yang diajukan, diperoleh jawaban positif dengan frekuensi perhitungan sebesar 86.93% yang berarti peranan audit

Kendala yang dihadapi penyeleng- gara internet wireless atau ISP dalam memanfaatkan frekuensi 2.4 GHz adalah seringnya terjadi interferensi. Interferensi tersebut antara lain

Praktik Jual beli lampu LED daur ulang di toko Barokah Desa Gedung Raja Lampung Utara, sistem yang di lakukan sama halnya dengan transaksi jual beli pada umumnya

keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan

Daftar Pemakaian Listrik Rumah Tangga Januari-Mei 2016 Dalam menganalisa kebutuhan dengan menggunakan metode Predictive Modelling, dapat diketahui frekuensi tinggi tentang pemakaian

Alasan mengapa frekuensi aizuchi dalam percakapan bahasa Indonesia lebih rendah dari pada bahasa Jepang adalah karena ujaran atau informasi dari pembicara sangat panjang, alasan