BAB II DASAR TEORI
2.3.2 Simbol Dioda LED
Gambar 2.3 Dioda LED
2.3.2 Simbol Dioda LED
Adapun simbol dari LED adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Simbol Dioda LED
2.3.3 Prinsip Kerja
Apabila frekuensi dan tegangan yang dibangkitkan oleh alternator telah sama dengan tegangan bus-bar, maka lampu indikator (LED) Volt.OK akan menyala, yang berarti synchronizer tidak bisa memutuskan suplay dari bus-bar atau dari alternator.
Δ
2.4 C/B (Circuit Breaker)
Circuit Breaker adalah saklar sebagai pemutus atau penghubung antara alternator dengan bus-bar.
2.4.1 Konstruksi
Gambar 2.5 adalah Gambar dari circuit breaker, dimana penulis hanya mencantumkan beberapa gambar saja.
Gambar 2.5 Circuit Breaker
2.4.2 Simbol
Adapun simbol dari Circuit Breaker (C/B) ini adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 .6.
C/B
Gambar 2.6 Simbol Circuit Breaker
2.4.3 Prinsip Kerja
Apabila tegangan dan frekuensi dan tegangan antara alternator dengan bus-bar telah sama maka circuit breaker ini terhubung sehingga alternator dan bus-bar telah sinkronisasi.
2.5 Relay
Relay adalah suatu tombol elektrik yang bekerja berdasarkan prinsip elektro magnet, dimana relay ini akan menutup serta membuka secara otomatis. Ketika kontak dilewati oleh arus listrik yang menimbulkan magnetis maka kontak ini akan menutup, dan akan membuka ketika kontak tidak dialiri arus listrik.Relay mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda.
7. Double Pole Single Throw (DPST) 8. Doube Pole Double Throw (DPDT)
Pada umumnya relay mempunyai tiga kontak,yaitu: COM (Common), NO (Normally Open), NC(Normally Close). Double pole sama dengan single pole, hanya saja double pole mempunyai dua kontak untuk membuka dan menutup. Memilih relay harus sesuai dengan tegangan dan arus beban yang sebanding, dan relay dipasang dengan tepat atau dengan posisi yang mantap. Memillih relay harus bisa mengendalikan arrus dan tegangan coil dengan mudah.
2.5.1 Konstruksi
Adapun Gambar dari konstruksi (Gambar dasar) dari relay ini adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Relay
Adapun simbol dari relay adalah seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.7.
Gambar 2.8 Simbol Relay
2.5.3 Prinsip Kerja
Pada saat fekuensi dan tegangan yang dibangkitkan oleh alternator telah sama, maka relay ini akan menginjek (menutup/membuka) secara otomatis sehingga paralelisasi alternator dengan bus-bar telah dilakukan.
BAB III ALTERNATOR
3.1 Teori Umum
Tegangan output dari generator sinkron (alternator) adalah tegangan bolak-balik, karena itu generator sinkron disebut juga generator ac.
Perbedaan prinsip antara generator dc dengan generator ac adalah untuk generator dc, kumparan jangkar ada pada bagian rotor dan terletak diantara kutub-kutub magnit yang tetap di tempat, diputar oleh tenaga mekanik. Pada generator sinkron, konstruksinya sebaliknya, yaitu kumparan jangkar disebut juga kumparan stator karena berada pada tempat yang tetap, sedangkan kumparan rotor bersama-sama dengan kutub magnit diputar oleh tenaga mekanik.
3.1.1 GGL (Gaya Gerak Listrik)
Jika kumparan rotor yang berfungsi sebagai pembangkit kumparan medan magnet yang terletak diantara kutub magnet utara dan selatan diputar oleh tenaga air atau tenaga lainnya, maka kumparan rotor akan timbul medan magnet atau fluks yang bersifat bolak-balik atau fluks putar. Fluks putar ini akan memotong-motong kumparan stator, sehingga pada ujung-ujung kumparan stator timbul gaya gerak listrik (ggl) karena pengaruh induksi dari fluks putar tersebut.
Gaya gerak listrik yang timbul pada kumparan stator juga bersifat bolak-balik, atau berputar dengan kecepatan sinkron terhadap kecepatan putar rotor.
Adapun besar ggl induksi kumparan stator atau ggl induksi armatur per phasa adalah :
ph
Ea = 4,44.f.M.φ.Kd………(3.1) Dimana;
Ea = Gaya gerak listrik per phasa (Volt) F = frekuensi output alternator (Hertz) M = Jumlah kumparan per phasa
= 2
Z
Z = Jumlah konduktor seluruh slot per phasa
Kd = Faktor distribusi. Hal ini diperlukan karena kumparan armatur atau alternator tidak terletak didalam satu slot melainkan terdistribusi dalam beberapa slot per phasa.
φ = Fluks magnet perkutub per phasa
Sehingga persamaan (3.1) diatas dapat juga ditullis:
ph
Ea = 4,44.f.
2
Z .φ.Kd………(3.2) Fluks magnet yang dihasilkan oleh kumparan rotor tidak seluruhnya tercakup oleh kumparan stator. Dengan perkataan lain, pada kumparan stator terdapat fluks bocor dan hal ini diyatakan dengan hambatan armatur (Ra) dan reaktansi bocor atau reaktansi armatur (XL).
Generator arus bolak-balik, yang kadang-kadang disebut generator sinkron atau alternator adalah suatu peralatan listrik yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik
Rangkaian ekivalen alternator dalam keadaan beban nol dapat dilihat seperti Gambar 3.1.
∫
XL Ra + -Rf Ea Vt IfGambar 3.1 Rangkaian ekivalen alternator beban nol.
Keterangan Gambar 3.1:
If = Arus kumparan medan atau arus penguat Rf = Hambatan kumparan medan
Ra = Hambatan armatur
XL = Reaktansi bocor (Reaktansi armatur) Vt = Tegangan output
Ea = Gaya gerak listrik armatur
Generator ac bekerja dengan prinsip sama dengan generator dc, yaitu prinsip induksi elektromagnetik, juga terdiri dari:
(4) rotor
Stator merupakan elemen diam yang terdiri dari belitan-belitan jangkar, sedangkan rotor merupakan elemen yang berputar terdiri dari belitan-bellitan medan.
Perbedaan penting antara generator dc dengan generator ac, yaitu pada generator dc jangkar yang berputar dan medan sistem diam, sedangkan generator ac sebaliknya.
Rotor ada dua tipe, yaitu:
(3) Kutub menonjol; yaitu tipe yang dipakai untuk alternator-alternator kecepatan rendah dan menengah
(4) Silinderis halus; yaitu digunakan alternator-alternator dimana kecepatannya amat tinggi.
3.2.1 Kecepatan dan Frekuensi
Dalam suatu alternator hubungan tertentu antara kecepatan putar (N) dari rotor, frekuensi (f) dari emf yang dibangkitkan dan jumlah kutub-kutub (P).
Hubungan tersebut adalah:
f = 120 PN ………..(3.3) Dimana; f = frekuensi (hertz) N = Kecepatan putar (rpm)
Sehubungan dengan persamaan ini, maka untuk f = 60 cps, harga P dan N dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti yang ditunjukkan Tabel 3.1
Tabel 3.1 Hubungan harga P dan N
P 2 4 6 12 24 36
N 3600 1800 1200 600 300 200
3.2.2 Reaktans Sinkron
Selain dar reaktans bocor ada juga reaktans khayal Xa yang terdapat dalam belitan jangkar dalam menimbulkan jatuh tegangan yang harus diberikan pada reaksi jangkar yaitu Ixa.
XL + Xa = Xs………..………(3.4) Dimana Xs disebut reaktans sinkron.
Jatuh tegangan total alternator pada keadaan berbeban adalah:
IRa + jIXs = I (Ra + jXs) = IZs………..(3.5) Dimana Zs dikenal sebagai impedans sinkron.
3.2.3 Langkah-Langkah Menentukan % Pengaturan
Langkah-langkah menentukan % pengaturan adalah sebagai berikut: 8. Menentukan harga V
9. Menentukan IX L
10.Jumlahkan bentuk kurva beban nol, dan tentukan arus penguatan untuk E , misalnya IF1
11.Menentukan bentuk kurva beban nol, dan tentukan arus penguatan untuk E, misalnya IF1
12.Menetukan IF2 untuk keperluan reaksi jangkar
13.Jumlahkan If1 dan If2 secara vektor, dengan sudut antara keduanya 90 +φ 14.Baca pada kurva beban nol harga emf yang mempunyai arus medan If,
yaitu = E0. Akhirnya pengaturan dapat ditentukan.
3.2.4 Alternator Tanpa Beban
Pada generator sinkron atau alternator, keadaan tanpa beban (ditunjukkan pada Gambar 3.2a) mengandung arti bahwa arus armatur (Ia) = 0, dengan demikian besar tegangan terminal adalah:
Vt = Ea = E0……….(3.6) Oleh karena itu besar ggl armatur adalah merupakan fungsi dari fluks magnit, maka armatur dapat juga ditulis
Ea = f (φ)……….(3.7) If Rf Ea Ra XL Vt Ia = 0 (a)
(b)
Gambar 3.2 (a) Alternator keadaan tanpa beban
(b) Grafik hubungan antara arus penguat medan (If) dan Ea
Dari persamaan 3.7 diatas, jika arus penguat medan diatur besarnya maka akan diikuti kenaikan fluks dan akhirnya juga pada ggl armatur. Pengaturan penguat arus medan pada keadaan tertentu besarnya, akan didapatkan besar ggl armatur tanpa beban dalam keadaan saturasi. Secara grafik hubungan antara arus penguat medan (If) dan Ea terukis pada Gambar 3.2b.
3.2.5 Alternator Berbeban
Dengan adanya beban yang terpasang pada output generator sinkron atau alternator, maka segera mengalir arus armatur (Ia). Dengan adanya arus armatur ini, pada kumparan armatur atau kumparan jangkar timbul fuks putar jangkar.
Fluks putar jangkar ini bersifat mengurangi atau menambah fluks putar yang dihasilkan oleh kumparan rotor. Hal ini tergantung pada faktor daya beban. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 3.3
Dengan adanya fluks putar armatur akibat timbulnya arus armatur, maka pada kumparan timbul reaktans pemagnit Xm. Reaktans pemagnit bersama-sama dengan reaktans bocor dikenal dengan nama reaktans sinkron (Xa) dan secara matematis ditulis:
Xa = XL + Xm ……….(3.8) Dengan demikian bagian rangkaian listrik dari generator sinkron (alternator) berbeban, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Alternator Berbeban
3.2.6 Pengaturan Tegangan Alternator
Diagram vektor pada Gambar 3.4 memperlihatkan bahwa perbedaan antara tegangan terminal V dalam keadaan berbeda, dengan tegangan E0 pada saat tidak berbeban, dipengaruhi selain oleh faktor kerja juga oleh besarnya arus jangkar (I) yang mengalir.
φ φ
φ
Gambar 3.4 Diagram perubahan tegangan V untuk Faktor Kerja yang berbeda-beda
Dengan memperhatikan perubahan tegangan V untuk faktor kerja berbeda-beda pada Gambar 3.4, karakteristik tegangan terminal V terhadap arus jangkar I dapat di gambarkan seperti Gambar 3.5. Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal alternator antara keadaan beban nol dengan beban penuh, dan dinyatakan;
Pengaturan tegangan =
V V E0 −
………..(3.9)
Gambar 3.5 Karakteristik V terhadap arus jangkar I
3.3 Mengoperasikan Alternator dengan Mesin Diesel Sebagai Penggerak Mulanya.
Agar suatu alternator dapat membangkitkan tegangan, maka rotor alternator tersebut harus diputar dan diberi arus medannya. PLTD merupakan suatu pembangkit tenaga listrik, dimana mesin diesel digunakan untuk
menegerakkan rotor alternator tersebut. Dalam pengoperasiannya biasanya rotor alternator tersebut dikopel langsung ke rotor mesin diesel, sebagian besarnya putaran alternator tersebut sama dengan besar putaran yang dihasilkan mesin diesel.
Cara mengoperasikan PLTD adalah sebagai berikut :
Pada keadaan awal mesin siesel di start, lalu putarannya dinaikkan sampai satu kecepatan putaran tertentu untuk pemanasan mesin diesel tersebut. Putaran mesin dinaikkan secara perlahan dengan mengatur governor mesin diesel, hingga dicapai suatu harga frekuensi yang dibangkitkan alternator pada harga yang diinginkan. Bila harga frekuensi yang dibangkitkan alternator telah tercapai, maka tegangan alternator kita naikkan dengan memperbesar arus medan alternator secara perlahan-lahan. Apabila tegangan yang dibangkitkan alternator telah sesuai dengan harga yang diinginkan maka alternator talah siap untuk dibebani.
3.4 Memparalel Alternator
Untuk melayani beban yang berkembang, ada kalanya kita harus memparalel dua atau lebih alternator dengan maksud memperbesar kapasitas daya yang dibangkitkan.
Selain untuk tujuan diatas, kerja paralel juga sering dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada mesin ( alternator ) yang harus dihentikan, misalnya untuk istirahat atau reperasi. Untuk maksud memparalel ini, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
(5) Frekuensi kedua alternator atau alternator dengan jala-jala harus sama.
(6) Urutan phasa kedua alternator harus sama
G If V L1 L2 L3 R S T
Gambar 3.6 Memparalel generator / alternator dengan alat pendeteksi lampu sinkronoskop hubung terang.
Keterangan Gambar 3.6: V = Voltmeter L1 = Lampu 1 L2 = Lampu 2 L3 = Lampu 3 G = Generator ac If = Arus medan
diatur hingga tegangan terminal generator tersebut sama dengan jala-jala. Untuk mendekati frekuensi dan urutan phasa kedua tegangan (generator dengan jala-jala) digunakan alat pendeteksi yang pada Gambar 3. 6 berupa lampu sinkronoskop lampu terang. Benar tidaknya hubungan paralel diatas, dapat dilihat dari lampu tersebut. Jika rangkaian untuk paralel itu benar (urutan phasa sama) maka lampu L1, L2, L3 akan hidup mati dengan frekuensi fL - fG cycle. Sehingga apabila ketiga lampu sedang tidak berkedip berarti fL = fG atau frekuensi tegangan generator dan jala-jala sudah sama. Untuk mengetahui bahwa phasa kedua tegangan (generator dan jala-jala) sama, dapat dilihat dari lampu L1, L2 dan L3 yang untuk hubungan seperti Gambar 3.7, L1 mati dan L2, L3 menyala sama terang. Frekuensi tegangan generator diatur oleh penggerak mula sedang besar tegangan diatur oleh penguatan medan.
BAB IV PENGGUNAAN AUTO-SYNCHRONIZER T4500
DALAM MEMPARALEL ALTERNATOR
4.1 Prinsip Kerja
T4500 dilengkapi dengan penyinkronan otomatis dari sebuah generator dengan waktu yang singkat, dengan mengontrol frekuensi melalui servomotor listrik atau Motorized potensiometer.
Penambahan dan pengurangan sinyal dengan pengatur keseimbangan frekuensi, dimana perbedaan fekuensi diset dengan sangat akurat. Jika perbedaan frekuensi positif (pengatur +0,1 s/d +1,0 Hz) dan perbedaan tegangan (10 %) sesuai dengan yang diinginkan, Penutupan sinyal (0,7 sec) tercapai, pengatur waktu diset lebih dulu untuk phase yang sama (range 20-200 msec), dimana kontak akan menutup pada 0 perbedaan (phase sama) dengan sebuah perbedaan frekuensi yang agak besar.
Auto-synchronizer hanya bekerja jika tegangan sesuai dengan yang diinginkan, dimana lampu indikasinya (LED) akan menyala. Volt OK-aktif, berarti synchronizer tidak dapat memutuskan hubungan suplai dari generator atau dari bus-bar. Sebuah hubungan antara terminal 11 dan 12 tidak akan menutup sinyal, tetapi hal ini tidak akan mempengaruhi frekuensi otomatis. Keluaran dari 12 dan 13 ke satu atau lebih Selco unit pembagi tegangan akan mengizinkan frekuensi terus untuk mensinkronisasi beberapa generator secara paralel dengan bus-bar. Gambar 4.1 adalah Diagram rangkaian auto-sychronizer dalam memparalel alternator ke bus-bar.
Gambar 4.1 Diagram rangkaian auto-sychronizer dalam
memparalel alternator ke bus-bar.
Penyesuaian Tegangan
Pada keadaan dimana perbedaan tegangan dapat mencapai sinkronisasi, Synchronizer T4500 ini menyuplai dengan sebuah penyesuaian atau pengatur tegangan seperti yang ditunjukkan Pada Gambar 4.2.
Fungsi dari penyesuaian tegangan ini adalah seperti keterangan dibawah ini: ketika tegangan generator dan tegangan bus sama, sebuah penunda (delay) selama 4 detik mengizinkan tegangan generator untuk menstabilkan sebelum pengatur tegangan diset. Tegangan generator belum sesuai dengan yang diinginkan, kontak untuk menambah (terminal 29,30) atau kontak mengurangi (31,32) aktif sampai tegangan generator mencapai tegangan yang diinginkan. Untuk pengatur AVR, Motorized Potensiometer E7800 sering digunakan karena potensiometer menyuplai sama dengan AVR.
Gambar 4.2 Voltage matching (Pengatur Tegangan)
4.2 Konstruksi
Pada umumnya bentuk dari auto synchronizer ini adalah sama, tetapi pada bab ini yang penulis hanya mencatumkan Auto-synchronizer T4500 buatan Jerman, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Dimana auto-synchronizer ini memiliki data sebagai berikut: Voltage : Max.660 V
Burden : 4 VA
Freq 35/70 Hz Range: 70-110 %
Operating time C/B : 20-200 msec Freq.difference : 0,1-1,0
Operating temp. : -20-+ 70C
Contact rating : AC: 380V, 2A, 250VA DC: 110V, 2A, 100W
4.3 Motorized Potensiometer
Motorized potensiometer tipe E7800 digunakan sebagai penghubung untuk menambah ataupun mengurangi putaran motor sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan potensiometer. Bentuk dari alat ini seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Motorized Potensiometer tipe E7800
4.3.1 Aplikasi Motorized Potensiometer
Pada aplikasi kontrol generator dengan mengeset generator, Motorized potensiometer E7800 digunakan sebagai penyesuai kecepatan dari sebuah kecepatan governor elektronik, alat penghubungnya adalah synkronizer (penyinkron) atau load sharer (pembagi beban).
Untuk mencapai penyetelan kecepatan, potensiometer disuplai dengan governor, dan melalui unit inilah frekuensi dan beban dari governor dikontrol. Ini sangat penting pada saat governor beroperasi dengan tidak baik.
Motorized potensiometer E7800 dapat juga digunakan untuk range penyesuai kecepatan penuh atau penyesuaian ke governor elektronik. Aplikasi lain adalah untuk mengontrol tegangan generator, power faktor dan beban bereaksi melalui potensiometer untuk menyesuaikan tegangan generator. Ini hanyalah beberapa contoh aplikasi dari aplikasi perindustrian.
Motorized potensiometer E7800 adalah sebuah komponen potensiometer dengan kualitas tinggi. Komponen potensiometer dilengkapi dengan sebuah kecakapan penggerakan yang luar biasa.
Tahanan potensiometer dan penggerakan nilai harus diset diatas spesifikasi. Potensiometer juga digunakan sebagai penyesuai RPM dan keluaran dibatasi melalui nomor dari petunjuk sehingga penyesuaian RPM diset (dilakukan). Pengesetan RPM hanya menggerakkan DC version.
4.3.2 Fungsi
Motorized potensiometer E7800 adalah sebuah kombinasi atau penggabungan dari potensiometer dengan motor listrik, dihubungkan dengan sebuah kopel. Dimana mekaniknya menyambung langsung antara potensiometer dan terminalnya, yang memberi perintah untuk penyesuaian potensiometer, pada saat kontrol manual diperlukan.
Motorized potensiometer E7800 menggunakan tegangan DC sebagai suplai tegangan AC. Bagian ini ini adalah kontrol manual ditambah lampu indikasi LED. Pada DC Version kecepatan diset dengan menggerakkan potensiometer. Kecepatan dapat disesuaikan dari 0,8 sampai dengan 6 putaran permenit (RPM), yang mampu menyamakan 75 ke 10 putaran perdetik.
Tiga potensiometer digunakan sebagai penghubung 3 motor pada terminal penghubung.
4.3.3 Perubahan Potensiometer
Tanda-tandanya rapat, 6 mm diameter batang dan panjangnya 20,6 mm, ukuran dari bagian potensiometer dapat dilakukan dengan menyentuh bagian luarnya. Dari belakang tampak plat ujung batang, lalu dibuka sekrub dibalik plat dan menukar penyuplai potensiometer. Tukarkan lalu pasang potensiometer yang baru sambungkan dengan kuat. Kemudian buka plat belakang dan sambungkan dengan 4 sekrub, lalu periksa apakah sambungan telah tersambung dengan baik.
4.4 Analisa Penggunaan Auto-synchronizer T4500 pada Aplikasi Diagram Synchronization dan Load Sharing T4800
Dalam memparalel alternator ke bus-bar, disini digunakan auto-synchronizer dan Load sharer T4800 (pembagi beban) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Auto-synchronizer ini bekerja untuk menyesuaikan tegangan dan frekuensi alternator terhadap bus-bar. Kita misalkan L1 adalah phasa R, L2 phasa S, dan L3
phasa T.
Pada terminal 1-L1 dan 3- L2 auto-synchronizer membaca frekuensi dan tegangan dari bus-bar. Pada terminal 5-7 dan 14-15 auto-synchronizer membaca frekuensi dan tegangan dari alternator. Jika tegangan antara bus dan alternator belum sama, maka voltage matching (pengatur tegangan) diset dengan menambah atau mengurangi kontak (increase/decrease) sampai tegangan antara alternator benar-benar sama.
Auto-synchronizer membandingkan frekuensi dari alternator melalui Motorized Potensiometer E7800. Putaran motor bisa ditambah/dikurangi melalui kontak decrease/increase dengan potensiometer untuk mendapatkan frekuensi alternator yang sama dengan frekuensi bus.
Jika frekuensi dan tegangan telah sama maka secara otomatis saklar (Unload and Rev. Power) akan menutup atau menginjek secara otomatis, sehingga terminal antara L1-5 telah membuka sehingga hubungan antara auto synchronizer terputus. Alternator telah sinkron dengan bus-bar.
BAB V PENUTUP
5.3 Kesimpulan
Adapun kesimpulan-kesimpulan yang penulis buat dari Karya Akhir ini adalah sebagai berikut :
• Pengoperasian alternator secara paralel dengan menggunakan
auto-synchronizer merupakan salah satu usaha untuk menciptakan suatu sistim
tenaga listrik yang lebih efisien untuk melayani beban yang berubah-ubah dan juga mempertinggi kotinuitas pelayanan beban.
• Auto-synchronizer bekerja untuk menyesuaikan tegangan dan frekuensi
yang dibangkitkan oleh alternator terhadap tegangan dan frekuensi bus-bar.
• Memparalel alternator dengan penggunaan auto-synchronizer lebih efisien dibanding manual.
• Auto-synchronizer dilengkapi dengan Motorized Potensiometer E7800
sebagai pengatur kecepatan putaran motor.
5.4 Saran
Adapun saran-saran yang penulis buat dari Karya Akhir ini adalah hendaknya pembangkit-pembangkit tenaga disel maupu tenaga lainnya diparalel dengan menggunakan auto-synchronizer, selain lebih efisien juga dapat mempertinggi kontinuitas beban yang selalu berubah-ubah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Kadir, Mesin Sinkron, Djambatan, Jakarta 1999.
2. Albert Paul Mavino, Ph.D, Prinsip-Prisip Elektronika, Erlangga, Jakarta 1990.
3. Elex, Informasi Praktis Elektronika, PT. Gramedia Grup, Jakarta . 4. Eugene C lister, Mesin dan Rangkaian Listrik, Erlangga, Jakarta 1993. 5. Indrawan, Radio Transistor, Bintang Terang Servis, Jakara 1990. 6. Muslimin, Ir, Tehnik Tenaga Listrik, Armico, bandung 1998.
7. Yon Rijono,Drs, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Andi, Yogyakarta 1997. 8. Zuhal, Dasar Tehnik tenaga listrik dan elektrinika Daya, PT Gramedia
Utama, Jakarta 1993. 9. http://www.selcousa.com/
10.http://www.howstuff.com/relay2.htm
11.http://www.all-electric.com/circuit breaker.htm 12.http://www.caselight.com/