HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, JENIS PEKERJAAN ORANG TUA, TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA, DAN TEMPAT TINGGAL SISWA DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN
SISWA SMK
Studi Kasus di Kelas II Jurusan Penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
YOSEPHIN DIAN DWI MARTANTI NIM : 051324016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, JENIS PEKERJAAN ORANG TUA, TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA, DAN TEMPAT TINGGAL SISWA DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN
SISWA SMK
Studi Kasus di Kelas II Jurusan Penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
YOSEPHIN DIAN DWI MARTANTI NIM : 051324016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan
kepadamu.
(Matius 11:28)
Karya kecil ini aku persembahkan untuk:
Allah Bapa di Surga, Tuhanku Yesus Kristus, Bunda Maria
Bapak dan ibuku yang selalu membimbing dan memberiku kasih sayang
Kakak, adik dan saudaraku yang selalu memberi semangat
Mas Agustinus yang selalu memberi motivasi
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Juli 2009
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yosephin Dian Dwi Martanti
Nomor Mahasiswa : 051324016
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, JENIS PEKERJAAN ORANG TUA, TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA, DAN TEMPAT TINGGAL SISWA DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 29 Juli 2009
vii
ABSTRAK
HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, JENIS PEKERJAAN ORANG TUA, TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA, DAN TEMPAT TINGGAL SISWA DENGAN
JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK
Studi Kasus di Kelas II Jurusan Penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009
YOSEPHIN DIAN DWI MARTANTI NIM: 051324016
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; (2) hubungan jenis pekerjaan orang tua (ayah) dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; (3) hubungan
jenis pekerjaan orang tua (ibu) dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; (4) hubungan tingkat pendapatan orang tua (ayah) dengan jiwa kewirausahaan siswa
SMK; (5) hubungan tingkat pendapatan orang tua (ibu) dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; dan (6) hubungan tempat tinggal siswa dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK.
Penelitian Studi kasus ini dilakukan di SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten pada bulan Maret-April 2009. Populasi penelitian ini adalah siswa SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten yang berjumlah 1.333 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas II Jurusan Penjualan yang berjumlah 175 siswa. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan Uji Statistik Non Parametrik Chi Square.
viii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF LEARNING ACHIEVEMENT
OF ENTREPRENEURSHIP SUBJECT, TYPE OF PARENTS’ JOB, LEVEL OF PARENTS’ REVENUE, AND SETTLEMENT OF STUDENTS WITH ENTREPRENEUR SPIRIT OF STUDENTS IN VOCATIONAL HIGH
SCHOOL
A Case Study in the second Grade of Marketing Department, 2 Klaten Christian Vocational High School and 1 Klaten State Vocational High School in 2008/2009
Academic Period
YOSEPHIN DIAN DWI MARTANTI 051324016
Sanata Dharma University Yogyakarta
2009
This research intends to know: (1) the relationship between learning achievement of entrepreneurship subject and entrepreneur spirit of students in Vocational High School; (2) the relationship between the type of father’s job and the students entrepreneurship spirit of students in Vocational High School; (3) the relationship between mother’s job and the entrepreneur spirit of students in Vocational High School; (4) the relationship between father’s revenue and the entrepreneurship spirit of students in Vocational High School; (5) the relationship between mother’s revenue and the entrepreneurship spirit of students in Vocational High School; and (6) the relationship between students’ settlement and the entrepreneur spirit of students in Vocational High School.
This case study was conducted in 2 Klaten Christian Vocational High School and 1 Klaten State Vocational High School from March to April 2009. The population of this research were 1.333 students of 2 Klaten Christian Vocational High School and 1 Klaten State Vocational High School. The samples of this research were 175 students of the second Grade of Marketing Department. The techniques of data collection were questionnaire and interview. The techniques of data analysis was Chi Square Non-Parametric Statistical Test.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan
rahmat, berkat, dan bimbingan-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul
Hubungan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan, Jenis Pekerjaan Orang
Tua, Tingkat Pendapatan Orang Tua, dan Tempat Tinggal Siswa Dengan Jiwa
Kewirausahaan Siswa SMK dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan, dukungan,
semangat, bimbingan dan doa yang melimpah dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial dan selaku Ketua program Studi Pendidikan Ekonomi serta selaku
Dosen Pembimbing I, yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Y.M.V. Mudayen selaku Dosen Pembimbing II, atas bimbingan yang
x
4. Bapak Drs. Rubiyanto, terima kasih atas bimbingan dan motivasi yang
diberikan kepada penulis.
5. Bapak Drs. Joko Wicoyo, M.Si yang telah membimbing abstrak dalam
bahasa inggris
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi, terima kasih atas
bimbingan dan pelajaran-pelajaran selama penulis mengikuti kuliah.
7. Mbak Titin, yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi
selama kuliah terlebih dalam penyusunan skripsi.
8. Bapak Drs. Soetomo Wardoyo selaku Kepala Sekolah SMK Kristen 2 Klaten
yang telah memberikan kesempatan pada penulis dalam melakukan penelitian
9. Bapak Drs. M. Sami, M.Pd selaku Kepala sekolah SMK Negeri 1 Klaten
yang telah memberikan kesempatan pada penulis dalam melakukan penelitian
10.Guru-guru SMK Kristen 2 dan SMK Negeri 1 Klaten yang telah membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian
11.Karyawan SMK Kristen 2 dan SMK Negeri 1 Klaten yang telah membantu
pada saat penelitian
12.Siswa-siswa Program Keahlian Penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK
Negeri 1 Klaten yang telah membantu dalam pengisian kuesioner
13.Orang tuaku Bapak Ig. Y. Sutarman dan Ibu Endang Susilowati terima kasih
atas doa, bimbingan serta kasih sayangnya.
14.Kakakku R. Pudyas Eko Suindarto dan Adikku Lusia Triyuni Sulistyarini
xi
15.Agustinus S, yang selalu mendoakan dan membantu penulis dengan penuh
kesabaran, kasih sayang dan selalu menemani sehingga penulis semangat
untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi.
16.Sahabat-sahabatku Yoani Rinda Perdani, S.Pd., Primadesta, Meri Lestari
yang selalu mendukungku dan memberi kekuatan di saat sedih maupun
senang, dan memberi banyak bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
17.Kurnia Martikasari, S.Pd yang telah banyak membimbing dalam penyusunan
skripsi ini.
18.Semua teman-teman PE angkatan 2005, terima kasih atas dukungannya.
19.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak memberikan dukungan dan perhatian sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
dengan segala keterbukaan penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan skripsi ini. Semoga penelitian ini berguna bagi pembaca
dan menjadi inspirasi penelitian untuk penelitian sejenis. Atas masukan,
kritik, dan saran semua pihak, penulis mengucapkan terima kasih.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR BAGAN… ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10
A. Inti dan Hakikat Kewirausahaan ... 10
B. Peran dan Fungsi Wirausaha... 12
C. Ide dan Peluang Kewirausahaan ... 17
1. Ide Kewirausahaan ... 17
2. Sumber-Sumber Potensial Peluang ... 18
D. Karakter, Sikap, dan Kepribadian Wirausaha ... 22
1. Karakteristik Kewirausahaan... 22
2. Sikap dan Kepribadian Seorang Wirausaha ... 33
E. Proses Kewirausahaan ... 36
1. Faktor Pemicu Kewirausahaan ... 36
2. Ciri-Ciri Penting Tahap Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan ... 37
3. Langkah Menuju Kewirausahaan yang Berhasil ... 39
F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jiwa Kewirausahaan ... 40
1. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 41
2. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 44
3. Tingkat Pendapatan orang Tua ... 46
4. Tempat Tinggal Siswa ... 49
G. Kerangka Teoritik ... 53
H. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 55
xiv
BAB III METODE PENELITIAN ... 58
A. Jenis Penelitian... 58
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58
C. Populasi dan Sampel Peelitian ... 58
D. Variabel penelitian dan Pengukurannya ... 60
1. Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 60
2. Variabel Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan... 61
3. Variabel Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 62
4. Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 62
5. Variabel Tempat Tinggal Siswa ... 63
E. Teknik Pengumpulan Data ... 64
F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 65
G. Teknis Analisis Data ... 72
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 78
A.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 78
1. SMK Kristen 2 Klaten ... 78
2. SMK Negeri 1 Klaten... 85
B.Deskripsi data Penelitian... 89
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 89
2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 90
C.Uji Normalitas... 96
D.Pengujian Hipotesis ... 97
xv
BAB V PENUTUP... 122
A. Kesimpulan ... 122
B. Keterbatasan... 123
C. Saran ... 124
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan... 22
Tabel III.1 Populasi Penelitian... 59
Tabel III.2 Operasionalisasi Jiwa Kewirausahaan ... 61
Tabel III.3 Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas Variabel Pekerjaan dan Pendapatan Orang Tua ... 68
Tabel III.4 Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas Jiwa Kewirausahaan... 69
Tabel III.5 Harga Cmaxs... 76
Tabel III.5 Interpretasi Koefisien Kontingensi ... 77
Tabel IV.1 Program Keahlian SMK Kristen 2 Klaten ... 79
Tabel IV.2 Distribusi Siswa Program Keahlian Penjualan SMK Kristen 2 Klaten ... 79
Tabel IV.3 Program Keahlian SMK Negeri 1 Klaten………. 86
Tabel IV.4 Distribusi Siswa Program Keahlian Penjualan SMK Negeri 1 Klaten ... 86
Tabel IV.5 Responden Penelitian... 90
Tabel IV.6 Deskripsi Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 91
Tabel IV.7 Deskripsi Pekerjaan Orang Tua ... 92
Tabel IV.8 Deskripsi Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 93
Tabel IV.9 Deskripsi Tempat Tinggal Siswa ... 94
xvii
Tabel IV.11 Rangkuman Hasil Uji Normalitas... 96
Tabel IV.12 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa
Berdasarkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran
Kewirausahaan ... 98
Tabel IV.13 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa
Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua (ayah) ... 100
Tabel IV.14 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa
Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua (ibu)... 101
Tabel IV.15 Daftar Interpretasi Nilai C Variabel Jenis Pekerjaan
Orang Tua ... 104
Tabel IV.16 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa
Berdasarkan Tingkat Pendapatan Orang Tua (ayah) ... 105
Tabel IV.17 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa
Berdasarkan Tingkat Pendapatan Orang Tua (ibu)... 107
Tabel IV.18 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan II.1 Langkah Menuju Kewirausahaan Yang Berhasil ... 40
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampian 1 Kuesioner... 129
Lampian 2 Data Penelitian... 135
Lampiran 3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 141
Lampiran 4 Pengujian Normalitas Data... 146
Lampiran 5 Tabel r Product Moment... 152
Lampiran 6 Tabel Chi Kuadrat ... 150
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ... 152
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun
suatu negara, terlebih untuk masa yang akan datang. Untuk itu pendidikan
sangat diperlukan karena hanya lewat pendidikan dapat tercipta sumber daya
manusia yang cerdas, mandiri, dan profesional.
Proses pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab bersama, baik
keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Philip H. Coombs
(Tainlain, 2002), membedakan bentuk pengelolaan pendidikan menjadi tiga
bagian, yaitu pendidikan informal, formal, dan pendidikan nonformal.
Pendidikan informal yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir
sampai mati, di dalam keluarga, dalam pekerjaan, atau pergaulan sehari-hari.
Pendidikan formal yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara
teratur, sistematis, bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.
Sedangkan pendidikan nonformal atau sering disebut pendidikan luar sekolah
yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang secara teratur, terarah, disengaja,
Pendidikan formal atau kita kenal dengan pendidikan sekolah, salah
satunya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai salah satu
pendidikan kejuruan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia
yang produktif, memiliki kemampuan dan keterampilan dan sikap kerja, namun
juga siap menciptakan lapangan kerja. Hal ini seiring dengan tujuan pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan
dalam penjelasan pasal 15 Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, merupakan
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang yang mereka kehendaki. Tujuan umum pendidikan
menengah kejuruan, yaitu: (1) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi warga Negara yang berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab, (3) mengembangkan potensi
peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai
keanekaragaman budaya bangsa Indonesia, (4) mengembangkan potensi peserta
didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif
turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan
sumber daya alam dengan efektif dan efisien. Sedangkan untuk tujuan khusus
dari pendidikan menengah kejuruan, yaitu: (1) menyiapkan peserta didik agar
menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan
sesuai dengan kompetensi program keahlian yang dipilihnya, (2) menyiapkan
peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam berkompetensi,
beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam
bidang keahlian yang diminatinya, (3) membekali peserta didik dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di
kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, (4) membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang
sesui dengan program keahlian yang dipilih (Depdiknas, 2007).
Kewirausahaan pada hakekatnya merupakan kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang
menuju sukses. Kisah sukses seorang lulusan SMK kelompok bisnis dan
manajemen yaitu Evi Purwaningsih yang berhasil membuka usaha kecil setelah
ia lulus sekolah. Usaha yang ia tekuni yaitu usaha kerajinan mote yang ia buat
menjadi berbagai produk tas yang sangat cantik. Dalam hal ini pelajaran
kewirausahaan yang diberikan di sekolah sangat bermanfaat untuk membekali
dalam membuka usaha kecil miliknya (www.kompas.com). Mata pelajaran
kewirausahaan diberikan di sekolah Menengah Kejuruan dengan maksud
menekankan pada siswa tentang bagaimana cara berwirausaha. Dengan
pelajaran kewirausahaan tersebut diharapkan lulusan SMK nantinya mampu
menciptakan sebuah lapangan kerja baru sendiri, mengingat masalah
ketenagakerjaan di Indonesia merupakan permasalahan yang sangat kompleks,
lulusan SMK yang mampu menciptakan lapangan kerja baru diharapkan mampu
mengurangi pengangguran di negara kita dan dapat membantu pemerintah
dalam pembangunan ekonomi. Menurut J.B Say
(Suryana, 2006:27), wirausahawan adalah orang yang menggeser
sumber-sumber ekonomi dari produktivitas rendah menjadi produktivitas tertinggi.
Menurutnya, wirausahawanlah yang menghasilkan perubahan. Perubahan
tersebut dilakukan dengan tidak mengerjakan sesuatu yang lebih baik, tetapi
dengan melakukan sesuatu yang berbeda. Pentingnya wirausahawan dapat
dilihat secara makro dan mikro. Secara makro, pentingnya wirausahawan
melalui usaha kecilnya, yaitu: (1) usaha kecil dapat memperkokoh
perekonomian nasional melalui keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok,
produksi, penyalur, dan pemasaran bagi hasil produk-produk industri besar.
Usaha kecil berfungsi sebagai tranformator antar sektor yang mempunyai kaitan
ke depan maupun ke belakang (Drucker, 1969:54), (2) usaha kecil dapat
meningkatkan efisiensi ekonomi, khususnya dalam menyerap sumber daya yang
ada. Usaha kecil sangat fleksibel, karena dapat menyerap tenaga kerja dan
sumber daya lokal serta meningkatkan sumber daya manusia agar dapat menjadi
wirausaha yang tangguh, (3) usaha kecil dipandang sebagai sarana
pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pendapatan,
karena jumlahnya terbesar di perkotaan maupun pedesaan. Secara mikro,
mengkombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda untuk
menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru.
Keinginan berwirausaha tidak begitu saja terbentuk, namun perlu
dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut. Keinginan berwirausaha
tersebut dapat dibentuk dari interaksi sosial. Salah satu upaya dapat dilakukan
lewat mata pelajaran kewirausahaan di sekolah, dimana pelajarannya langsung
diorientasikan pada pekerjaan, sehingga dengan hal ini dapat menumbuhkan
jiwa kewirausahaan pada diri siswa. Proses belajar mengajar tersebut, pendidik
mengusahakan/menanamkan sikap positif terhadap wirausaha agar jiwa
kewirausahaan siswa dapat tumbuh dan berkembang. Selain dari prestasi belajar
dalam mata pelajaran kewirausahaan, jenis pekerjaan orang tua dan tingkat
pendapatan orang tua merupakan hal yang dapat mempengaruhi jiwa
kewirausahaan pada siswa SMK. Dalam penelitian ini peneliti membedakan
jenis pekerjaan menjadi dua jenis, yaitu: (1) wirausaha, (2) bukan wirausaha.
Dalam hal ini peneliti akan melihat hubungan antara jenis pekerjaan orang tua
siswa yang berwirausaha dan bukan wirausaha dengan jiwa kewirausahaan
siswa SMK. Peneliti melihat pula dari segi tingkat pendapatan orang tua.
Tingkat pendapatan digunakan untuk membedakan antara orang tua siswa yang
mempunyai jumlah pendapatan tinggi dan orang tua yang mempunyai jumlah
pendapatan rendah. Dalam hal ini peneliti akan melihat hubungan antara tingkat
pendapatan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK. Selain prestasi
orang tua, peneliti melihat pula dari segi tempat tinggal siswa. Peneliti
membedakan tempat tinggal siswa yang berada di lingkungan wirausaha dan
bukan berada di lingkungan wirausaha. Dalam hal ini peneliti akan melihat pula
adakah hubungan tempat tinggal siswa dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK.
Dalam penelitian lebih lanjut peneliti berusaha mengungkapkan apakah terdapat
hubungan antara prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan, jenis pekerjaan
orang tua, penghasilan orang tua, dan lingkungan tempat tinggal siswa dengan
jiwa kewirausahaan pada siswa SMK khususnya siswa kelas II Jurusan
Penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten.
B. Batasan Masalah
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan siswa
khususnya pada siswa SMK. Menurut Rinal A. Malem, K. Ginting
(Astuti, 2006:4), faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor dari luar atau faktor
eksternal yang terdiri dari pekerjaan orang tua, pengalaman orang tua,
kurikulum sekolah, kondisi lingkungan dan keluarga, masyarakat, dorongan
orang tua, dan teman, sistem perekonomian, politik, dan sebagainya. Sedangkan
faktor dari dalam diri manusia itu sendiri atau faktor internal ini berasal dari
pribadi masing-masing, misalnya kemampuan, pengetahuan, bakat, kegemaran,
sikap minat, inteligensi, jenis kelamin, usia dan yang lainnya. Dalam penelitian
ini faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan dibatasi oleh faktor prestasi
pendapatan orang tua, dan tempat tinggal siswa. Faktor tersebut merupakan
faktor eksternal yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan, dan penelitian ini
mengungkapkan pula faktor internal dari jiwa kewirausahaan siswa yang dapat
dilihat dari variabel prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan yang di
dalamnya terdapat kemampuan, pengetahuan dan yang lainnya.
C. Rumusan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap hal-hal yang
mempengaruhi jiwa kewirausahaan pada siswa kelas II Jurusan Penjualan SMK
Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten. Kemudian penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam mengembangkan
mata pelajaran kewirausahaan agar dapat menimbulkan jiwa kewirausahaan
pada diri siswa, khususnya kelas II Jurusan Penjualan di SMK Kristen 2 Klaten
dan SMK Negeri 1 Klaten. Secara khusus pertanyaan yang dijawab dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan
dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK?
2. Apakah ada hubungan pekerjaan orang tua (ayah) dengan jiwa
kewirausahaan siswa SMK?
3. Apakah ada hubungan pekerjaan orang tua (ibu) dengan jiwa
4. Apakah ada hubungan pendapatan orang tua (ayah) dengan jiwa
kewirausahaan siswa SMK?
5. Apakah ada hubungan pendapatan orang tua (ibu) dengan jiwa
kewirausahaan siswa SMK?
6. Apakah ada hubungan tempat tinggal siswa dengan jiwa kewirausahaan
siswa SMK?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan prestasi belajar mata pelajaran
kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan pada siswa SMK.
2. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan orang tua (ayah) dengan jiwa
kewirausahaan pada siswa SMK.
3. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan orang tua (ibu) dengan jiwa
kewirausahaan pada siswa SMK.
4. Untuk mengetahui hubungan pendapatan orang tua (ayah) dengan jiwa
kewirausahaan pada siswa SMK.
5. Untuk mengetahui hubungan pendapatan orang tua (ibu) dengan jiwa
kewirausahaan pada siswa SMK.
6. Untuk mengetahui hubungan tempat tinggal siswa dengan jiwa
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi sekolah
Diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi sekolah dalam
mengembangkan mata pelajaran kewirausahaan agar tumbuh jiwa
kewirausahaan dalam diri siswa SMK.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Dapat dipakai sebagai tambahan bahan bacaan bagi perpustakaan Sanata
Dharma dan diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dalam penelitian
lebih lanjut.
3. Bagi guru pengampu mata pelajaran kewirausahaan
Dapat dipakai sebagai bahan masukan bagi guru dalam membantu
menanamkan jiwa kewirausahaan pada diri siswa SMK sehingga nantinya
tumbuh keinginan untuk berwirausaha.
4. Bagi siswa
Dapat dipakai untuk mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi
untuk berwirausaha, sehingga dalam diri siswa tumbuh kesadaran untuk
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Inti dan Hakikat kewirausahaan
Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan
memandang bahwa kewirausahaan adalah identik dengan apa yang dimiliki dan
dilakukan oleh usahawan atau wiraswasta. Pandangan tersebut kurang tepat
karena jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan,
namun juga oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif,
misalnya petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, pemimpin
proyek, dan lain sebagainya. Memang pada awalnya kewirausahaan dijumpai
dalam dunia bisnis, akan tetapi akhir-akhir ini berkembang dalam segala aspek
kehidupan, bahkan sering digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk
menjadi pimpinan suatu organisasi.
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang
menuju sukses (Suryana, 2006:2). Inti dari kewirausahaan menurut Drucker
(1969) melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya
peluang. Banyak orang, baik pengusaha maupun bukan pengusaha, meraih
sukses karena memiliki kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Karya dan
orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses karena memiliki kemampuan
kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan
munculnya ide-ide dan pemikiran-pemikiran untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan
inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meraih
pangsa pasar. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak lain adalah
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan
berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan
untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan
dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber
daya dengan cara-cara baru dan berbeda, seperti:
1. pengembangan teknologi
2. penemuan pengetahuan ilmiah
3. perbaikan produk barang dan jasa yang ada
4. menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih banyak
dengan sumber daya yang lebih efisien.
Kreativitas (creativity) adalah kemampuan mengembangkan ide dan
cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang
(thinking new things). Sedangkan inovasi (innovation) adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan
peluang (doing new things). Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan
proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang
diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan
nilai tambah yang akan menjadi keunggulan. Keunggulan inilah yang akan
menjadi daya saing yang diciptakan oleh para wirausaha. Dengan kata lain, nilai
tambah yang tercipta adalah sumber peluang bagi wirausaha. Kreativitas akan
muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang telah dianggap lama dan
berpikir sesuatu yang baru dan berbeda. Dengan demikian, sukses
kewirausahaan akan tercapai apabila seseorang berpikir dan melakukan sesuatu
yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru (Suryana, 2006:2-3).
Mata pelajaran kewirausahaan diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas pada
para siswa SMK misalnya melalui penciptaan sesuatu yang dapat menghasilkan
nilai jual.
B. Peran dan Fungsi Wirausaha
Fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu
secara makro dan mikro. Secara makro wirausaha berperan sebagai penggerak,
pengendali dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Di AS, Eropa Barat, dan
negara-negara Asia, kewirausahaan menjadi kekuatan ekonomi negara tertentu,
sehingga negara-negara tersebut menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi. Hasil-hasil dari
penemuan ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi
yang berskala global. Semua itu merupakan hasil proses dinamis wirausaha
yang kreatif. Bahkan, para wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan
kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Wirausahalah yang berani
mengambil risiko, memimpin, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa
dorongan, energi, dan dedikasi para wirausaha, pembentukan (formasi) investasi
pada perusahaan-perusahaan baru tidak akan pernah terjadi. Menurut JB Say
(Suryana, 2006:77), wirausaha adalah orang yang menggeser sumber-sumber
ekonomi dari produktivitas terendah menjadi produktivitas tertinggi.
Menurutnya, wirausahalah yang menghasilkan perubahan. Perubahan tersebut
dilakukan tidak dengan mengerjakan sesuatu yang lebih baik, tetapi dengan
melakukan sesuatu yang berbeda. Menurut Joseph Schumpeter
(Hermana, 2008), wirausahawan adalah seorang inovator yang
mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui
kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bantuk
(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
(2) memperkenalkan metode produksi baru, (3) membuka pasar yang baru
(new market), (4) memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen
baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter
mengaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks
bisnis serta mengaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
Secara kualitatif, peranan wirausaha melalui usaha kecilnya tidak
nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, produksi,
penyalur, dan pemasaran bagi hasil produk-produk industri besar. Usaha kecil
berfungsi sebagai transformator antarsektor yang mempunyai kaitan ke depan
maupun ke belakang (Drucker, 1984:54), (2) usaha kecil dapat meningkatkan
efisiensi ekonomi, khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada. Usaha
kecil sangat fleksibel, karena dapat menyerap tenaga kerja dan sumber daya
lokal serta meningkatkan sumber daya manusia agar dapat menjadi wirausaha
yang tangguh, (3) usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian
pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pendapatan, karena
jumlahnya tersebar di perkotaan maupun pedesaan.
Secara mikro, peran wirausaha adalah menanggung risiko dan
ketidakpastian, mengkombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru
dan berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Dalam
melakukan fungsi mikronya, menurut Marzuki Usman
(Suryana, 2006:77), secara umum wirausaha memiliki dua peran, yaitu:
1. sebagai penemu
2. sebagai perencana
Sebagai penemu wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan
produk baru, teknologi baru, ide-ide baru, organisasi baru. Sebagai perencana,
wirausaha berperan dalam merancang perencanaan perusahaan, strategi
perusahaan, ide-ide dalam perusahaan, organisasi perusahaan. Menurut Novel
perkembangan perekonomian. Peran ini muncul sebagai akibat dominasinya
dalam menentukan wajah perekonomian. Peran wirausahawan bagi
perekonomian tersebut adalah: (1) wirausahawan memiliki legitimasi moral
yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan dan menciptakan kesempatan kerja.
Karena target wirausahawan adalah masyarakat kelas menengah dan bawah,
(2) seorang wirausahawan memiliki visi bisnis, intuisi pengelolaan sumber
daya, adaptable terhadap perubahan lingkungan dan kemampuan untuk bekerja
sama secara intergral, (3) wirausahawan sebagai generator pembangunan
lingkungan, bidang produksi, distribusi, pemeliharaan lingkungan,
kesejahteraan, (4) wirausahawan dengan usaha kecilnya memiliki kontribusi
terhadap pemerintah yaitu berupa pajak yang harus dibayarkan kepada
pemerintah, sehingga mampu membantu dalam jalannya perekonomian.
Menurut Zimmerer (Suryana, 2006:78), fungsi wirausaha adalah
menciptakan nilai barang dan jasa di pasar melalui proses mengkombinasikan
sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda untuk dapat melakukan
persaingan. Nilai tambah tersebut diciptakan melalui pengembangan teknologi
baru, penemuan pengetahuan baru, perbaikan produk dan jasa yang ada,
penemuan cara-cara yang berbeda untuk menyediakan barang dan jasa dalam
jumlah banyak dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit. Werner
Shombart (Suryana, 2006:78), membagi fungsi wirausaha menjadi tiga, yaitu:
(1) pemimpin industri, yang mulai sebagai teknisi atau tukang dalam satu
dengan disengaja melainkan karena hasil temuan dan kehebatan daya cipta,
(2) usahawan, yaitu orang yang menganalisis berbagai kebutuhan masyarakat,
merangsang kebutuhan untuk mendapat langganan baru. perhatiannya yang
paling utama adalah penjualan, (3) pemimpin keuangan, yaitu orang yang sejak
muda menekuni keuangan, mengumpulkan uang, dan menggabungkan
sumber-sumber keuangan.
Contoh nyata wirausahawan yang cukup baik dari lingkup Indonesia bisa
kita lihat lewat Reza Suryana. Lelaki asal Purwakarta ini telah mengembangkan
teknologi yang nyaris sangat sederhana dan mudah, yaitu menciptakan energi
alternative dengan membuat briket dari sampah yang telah ia pilah. Proses
pembuatannya pun sangat mudah, sampah organik di bakar di sebuah lubang
sampai menjadi arang. Arang lalu ditumbuk, dihaluskan, dan disaring menjadi
bubuk. Setelah diberi campuran perekat, bubuk lalu dicetak. Setelah dijemur
sampai kadar airnya hilang, terbentuklah briket sampah yang siap pakai. 1 Kg
briket ini berisi 30 batang dan bisa menyala hingga lima jam, untuk harga ia jual
Rp 1.700. Reza tidak berusaha mematenkan hasil inovasinya ini dengan alasan
ia ingin masyarakat bisa membuat briket sendiri. Bahkan ke depan Reza akan
C. Ide dan Peluang Kewirausahaan
1. Ide Kewirausahaan
Wirausaha dapat menambah nilai suatu barang dan jasa melalui
inovasi. Keberhasilan dapat dicapai apabila wirausaha menggunakan
produk, proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali
perubahan. Oleh sebab itu, inovasi merupakan instrumen penting untuk
memberdayakan sumber-sumber agar menghasilkan sesuatu yang baru dan
menciptakan nilai. Ketangguhan kewirausahaan sebagai penggerak
perekonomian terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai secara
terus menerus. Wirausaha dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah
semua tantangan menjadi peluang melalui ide-ide dan akhirnya menjadi
pengendali usaha. Semua tantangan bisa menjadi peluang apabila terdapat
inovasi, misalnya menciptakan permintaan melalui penemuan baru.
Dengan penemuan baru, para pengusaha perusahaan mengendalikan pasar,
dan akhirnya membuat konsumen-konsumen kepada produsen. Dengan
demikian, produsen tidak lagi bergantung pada konsumen seperti falsafah
pemasaran yang konvensional.
Menurut Zimmerer (Suryana, 2006:84), ide-ide yang berasal dari
wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di
pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai-nilai potensial di pasar sekaligus
menjadi peluang usaha. Dalam mengevaluasi ide untuk menciptakan
mengevaluasi semua risiko yang mungkin terjadi dengan cara mengurangi
kemungkinan risiko melalui strategi yang proaktif, menyebarkan risiko
pada aspek yang paling mungkin, dan mengelola risiko yang
mendatangkan nilai atau manfaat.
2. Sumber-Sumber Potensial Peluang
Agar ide-ide potensial menjadi peluang bisnis yang riil, maka
wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara
terus menerus. Proses penjaringan ide atau disebut screening merupakan
suatu cara terbaik untuk menuangkan ide potensial menjadi produk dan
jasa riil. Menurut Suryana (2006:85), langkah dalam penjaringan ide dapat
dilakukan sebagai berikut:
a) Menciptakan produk baru dan berbeda
Ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata, misalnya dalam
bentuk barang dan jasa baru, maka produk dan jasa tersebut harus
berbeda dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Selain itu, produk
dan jasa tersebut harus menciptakan nilai bagi pembeli atau
penggunanya. Agar berguna, barang dan jasa harus bernilai bagi
konsumen, baik pelanggan maupun konsumen potensial lainnya. Oleh
sebab itu, wirausaha harus benar-benar mengetahui perilaku konsumen
di pasar. Dalam mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua
barang/jasa yang dihasilkan dan waktu penyerahan dan waktu
permintaan barang/jasa.
Dengan demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses perlu
menciptakan produk dan jasa unggul yang memberikan nilai kepada
konsumen. Misalnya, apakah produk-produk barang dan jasa tersebut
dapat meningkatkan efisiensi bagi pemakainya? Berapa besarnya?
Apakah perbaikan dalam efisiensi dapat diketahui juga oleh pembeli
potensial? Berapa persen target yang ingin dicapai dari segmentasi
pasar tersebut? Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas penting dalam
menciptakan peluang.
Secara implisit apabila wirausaha baru berfokus pada segmen
pasar, maka secara spesifik peluang itu akan sangat tergantung pada
perilaku segmen pasar. Kemampuan untuk memperoleh peluang itu
sendiri sangat bergantung pada kemampuan wirausaha untuk
menganalisis pasar, meliputi aspek kemampuan menganalisis
demografi pasar, kemampuan menganalisis sifat serta tingkah laku
pesaing, dan kemampuan menganalisis keunggulan bersaing dan
kevakuman pesaing yang dapat dijadikan sebagai peluang.
b) Mengamati pintu peluang
Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki
pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk
dukungan keuangan, dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki
pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi
pasar dapat dievaluasi dengan mengamati kelemaham-kelemahan dan
risiko pesaing dalam menanamkan modal barunya. Menurut Zimmerer
(Suryana, 2006:87), ada beberapa keadaan yang dapat dijadikan
sebagai peluang, yaitu: (1) produk baru harus segera dipasarkan dalam
jangka waktu yang relatif singkat, (2) kerugian teknik harus rendah.
Oleh karena itu, penggunaan teknik harus dipertimbangkan
sebelumnya, (3) saat dimana pesaing tidak begitu agresif untuk
mengembangkan strategi produknya, (4) pesaing tidak memiliki
teknologi canggih, (5) pesaing sejak awal tidak memiliki strategi
dalam mempertahankan posisi pasarnya, (6) perusahaan baru memiliki
kemampuan dan sumber-sumber untuk menghasilkan produk barunya.
c) Analisis produk dan proses produksi secara mendalam.
Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan
kualitas produk yang dihasilkan memadai atau tidak. Berapa biaya
yang dikeluarkan untuk membuat produk tersebut? Apakah biaya yang
kita keluarkan lebih efisien daripada biaya yang dikeluarkam oleh
d) Menaksir biaya awal
Yaitu biaya yang diperlukan oleh usaha baru. Dari mana
sumbernya dan untuk apa digunakan? Berapa yang diperlukan untuk
operasi, perluasan, dan biaya lainnya?
e) Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi
Misalnya risiko teknik, finansial, dan pesaing. Risiko pesaing
adalah kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahankan
posisinya di pasar. Risiko teknik berhubungan dengan proses
pengembangan produk yang cocok dengan yang diharapkan atau
menyangkut suatu objek penentu apakah ide secara aktual dapat
ditranformasi menjadi produk yang siap dipasarkan dengan kapabilitas
dan karakteristiknya. Risiko finansial adalah risiko yang timbul
sebagai akibat ketidakcukupan finansial, baik dalam tahap
pengembangan produk baru maupun dalam menciptakan dan
mempertahankan perusahaan untuk mendukung biaya produk baru.
Analisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman
(strenght, weakness, opportunity, and threat---SWOT) sangat penting
D. Karakteristik, Sikap dan Kepribadian Wirausaha
1. Karakteristik kewirausahaan
Para ahli mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan
konsep yang berbeda-beda. Meredith (1996:5-6), misalnya
mengungkapkan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut:
Tabel II.1
Karakteristik dan Watak Kewirausahaan
KARAKTERISTIK WATAK • Percaya diri dan optimis Memiliki kepercayaan diri yang
kuat, ketidaktergantungan terhadap orang lain, dan individualistis.
• Berorientasi pada tugas dan hasil
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, serta inisiatif.
• Berani mengambil risiko dan menyukai tantangan
Mampu mengambil risiko yang wajar
• kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran serta kritik.
• keorisinilan Inovatif, kreatif, fleksibel.
• berorientasi pada masa depan
Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan
a. Percaya diri
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan
seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan
(Soesarsono, 1988:33). Dalam praktik, sikap dan kepercayaan diri
menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu
kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas,
dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri
cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai
keberhasilan (Suryana, 2006: 39).
Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relatif, dinamis, dan
banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan,
dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis,
berencana, efektif, dan efisien. Kepercayaan diri juga selalu
ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan
dalam melakukan pekerjaan.
Keberanian yang tinggi dalam mengambil risiko dan perhitungan
matang yang diikuti dengan optimisme harus disesuaikan dengan
kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme dan keberanian
mengambil risiko dalam menghadapi suatu tantangan dipengaruhi oleh
kepercayaan diri. Kepercayaan diri juga ditentukan oleh kemandirian
dan kemampuan diri sendiri. Seseorang yang memiliki kepercayaan
diri yang tinggi relatif lebih mampu menghadapi dan menyelesaikan
masalah sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain.
Kepercayaan diri di atas, baik langsung maupun tidak langsung,
kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, semangat
berkarya, dan sebagainya banyak dipengaruhi oleh tingkat
kepercayaan diri seseorang yang berbaur dengan pengetahuan
ketrampilan dan kewaspadaannya (Soesarsono, 1988:37). Kepercayaan
diri merupakan landasan yang kuat untuk meningkatkan karsa dan
karya seseorang. Sebaliknya, setiap karya yang dihasilkan akan
menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri. Kreativitas,
inisiatif, kegairahan kerja, dan ketekunan akan banyak mendorong
seseorang untuk mencapai karya yang memberikan kepuasan batin,
yang kemudian akan memperterbal kepercayaan diri. Pada gilirannya,
orang yang memiliki kepercayaan diri akan memiliki kemampuan
untuk bekerja sendiri dalam mengorganisasi, mengawasi, dan meraih
kesuksesan (Soeparman, 1997: 12). Kunci keberhasilan dalam bisnis
adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh sebab itu, wirausaha yang
sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri
(Wirasasmita, 1994:2).
b. Berorientasi pada tugas dan hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah
seseorang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi,
berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu
adanya niat dan tekad yang kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses
atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga
usahanya semakin maju dan berkembang. Dalam kewirausahaan,
peluang hanya diperoleh apabila terdapat inisiatif. Perilaku inisiatif ini
biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman selama
bertahun-tahun, dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin
diri, berpikir kritis, tanggap, dan semangat berprestasi.
c. Keberanian mengambil risiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan
salah satu nilai dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau
mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut
Angelita S. Bajaro, seorang wirausaha yang berani menanggung risiko
adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan
dengan cara yang baik (Wirasasmita, 1994:2). Wirausaha adalah orang
yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk
mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang
menantang. Oleh sebab itu, wirausaha yang menyukai risiko yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan
memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggi
kemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan
kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan lebih menyukai
menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah
pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis.
Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan
tugas-tugasnya secara realistis. Situasi risiko kecil dan situasi risiko
tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada
masing-masing situasi tersebut. Artinya, wirausaha menyukai
tantangan yang sukar namun dapat dicapai
(Meredith, 1996:37). Wirausaha menghindari situasi risiko yang
rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang
tinggi karena ingin berhasil. Dalam situasi risiko dan ketidakpastian
inilah wirausaha mengambil keputusan yang mengandung potensi
kegagalan atau keberhasilan. Pada situasi ini, menurut Meredith
(1996:38), ada dua alternatif atau lebih yang harus dipilih, yaitu
alternatif yang mengandung risiko dan alternatif yang konservatif.
Pilihan terhadap risiko ini sangat bergantung pada daya tarik setiap
alternatif, siap untuk mengalami kerugian, dan kemungkinan relatif
untuk sukses atau gagal.
Pemilihan sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk
mengambil risiko. Selanjutnya, kemampuan untuk mengambil risiko
ditentukan oleh keyakinan pada diri sendiri, kesediaan menggunakan
memperoleh keuntungan, kemungkinan menilai situasi risiko yang
realistis.
Di atas, dikemukakan bahwa pengambilan risiko berkaitan
dengan kepercayaan diri sendiri. Artinya, semakin besar keyakinan
seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan
orang tersebut akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dan
keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang untuk
mencoba apa yang menurut orang lain sebagai risiko
(Meredith, 1996:39). Jadi, pengambil risiko lebih menyukai tantangan
dan peluang. Oleh sebab itu, pengambil risiko ditemukan pada
orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian terpenting dari
perilaku kewirausahaan.
d. Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat
kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil
berbeda, menjadi yang pertama, dan lebih menonjol. Dengan
menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu
menampilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya dengan
lebih cepat, lebih dulu, dan segera berada di pasar. Ia selalu
menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga menjadi
pelopor dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu
itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan
merupakan sumber pembaruan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin
bergaul untuk mencari peluang dan terbuka terhadap kritik serta saran
yang kemudian dijadikan peluang. Dalam karya dan karsanya,
wirausaha selalu ingin tampil baru dan berbeda. Karya dan karsa yang
berbeda akan dipandang sebagai sesuatu yang baru dan dijadikan
peluang. Banyak hasil karya wirausaha yang berbeda dan dipandang
baru, seperti komputer, mobil, minuman, dan produk makanan
lainnya.
e. Keorisinilan: kreativitas dan inovasi
Nilai inovatif, kreatif, dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur
keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang
kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik
(Wirasasmita, 1994:7), dengan ciri-ciri tidak pernah puas dengan
cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun dengan cara-cara tersebut cukup
baik, selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya, selalu ingin
tampil beda atau memanfaatkan perbedaan.
Hardvard’s Theodore Levit (Suryana, 2006:42), mengemukakan
definisi inovasi dan kreativitas lebih mengarah pada konsep berpikir
dan bertindak yang baru. Kreativitas adalah kemampuan menciptakan
gagasan dan menemukan cara baru dalam melihat permasalahan dan
mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan
peluang yang ada untuk lebih memakmurkan kehidupan masyarakat.
Jadi, kreativitas adalah kemampuan menciptakan gagasan baru,
sedangkan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru. Oleh karena
itu, menurut Levitt, kewirausahaan adalah berpikir dan bertindak
sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan cara-cara
baru.
Menurut Zimmerer (Suryana, 2006:42), dalam bukunya
Entrepreneurship and The New Venture Formation, mengungkapkan
bahwa: “Sometimes creativity involves generating something from
nothing. However, creativity is more likely to result in collaborating
on the present, in putting old things together in new ways, or in taking
something away to create something simpler or better.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
mengandung pengertian penciptaan atas sesuatu yang awalnya tidak
ada, hasil kerja masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara
yang baru, menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana
dan lebih baik. Menurut Zimmerer, ide-ide kreativitas sering muncul
ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu yang
baru dan bebeda. Oleh karena itu, kreativitas adalah menciptakan
sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Rahasia
terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan
masalah dan meraih peluang yang dihadapi setiap hari. Berinisiatif
adalah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah. Kebiasaan
berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah dibiasakan
berulang-ulanng dan melahirkan inovasi. Gerschenkron
(Suryana, 2006:43), seorang ahli yang menonojolkan inovasi sebagai
sarana kepribadian menuju kewirausahaan modern menemukakan
bahwa wirausaha adalah orang yang bertugas memecahkan
keputusan-keputusan ekonomi.
Pokok-pokok pikiran Gerschenkron di atas pada dasarnya sejalan
dengan pokok-pokok pikiran Everett E. Hagen
(Suryana, 2006:43), mengemukakan ciri-ciri kepribadian inovasi yang
kreatif sebagai berikut:
1) Openness to experience, yaitu terbuka terhadap
pengalaman.Wirausaha selalu berminat dan tanggap terhadap
gejala di sekitar kehidupannya dan sadar bahwa di dalamnya
terdapat individu yang berperilaku sistematis.
2) Creative imagination, yaitu kreatif dalam berimajinasi.
Wirausaha memiliki kemampuan untuk bekerja dengan penuh
imajinasi.
3) Confidence and content in one’s own evaluation, yaitu cakap dan
4) Satisfaction in facing and attacking problems and in resolving
confusion or inconsistency, yaitu selalu memiliki kepuasan
dalam menghadapi dan memecahkan persoalan.
5) Has a duty or responsibility to achive, yaitu memiliki tugas dan
rasa tanggung jawab untuk berprestasi.
6) Intelligence and energetic, yaitu memiliki kecerdasan dan
energik.
f. Berorientasi ke masa depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang
memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki
pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha untuk
berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada
saat ini. Meskipun terdapat risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah
untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaruan masa depan.
Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas
dengan karsa dan karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu, ia
selalu mempersiapkannya dengan mancari suatu peluang.
Ahli lain, seperti M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer
(Suryana, 2006:24), mengemukakan delapan karakteristik
1. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab
atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki
rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.
2. Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang
moderate, artinya selalu menghindari risiko, baik yang terlalu
rendah maupun terlalu tinggi.
3. Confidence in their ability to success, yaitu memiliki
kepercayaan diri untuk memperoleh kesuksesan.
4. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan
balik dengan segera.
5. High level of energy, yaitu memliki semangat dan kerja keras
untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih
baik.
6. Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif
dan wawasan jauh ke depan.
7. Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai
tambah.
8. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai
g. Memiliki tanggung jawab
Ide dan perilaku seorang wirausaha tidak lepas dari tuntutan
tanggung jawab. Oleh karena itulah komitmen sangat diperlukan
dalam pekerjaan sehingga mampu melahirkan tanggung jawab.
Indikator orang yang bertanggung jawab adalah berdisiplin, penuh
komitmen, bersunguh-sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, dan
konsisten.
h. Memiliki kemandirian atau ketidaktergantungan terhadap orang lain.
Orang yang mandiri adalah orang yang tidak suka mengandalkan
orang lain namun justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang
dimilikinya sendiri. Intinya adalah kepandaian dalam pemanfaatan
potensi diri tanpa harus diatur oleh orang lain. Seseorang yang
memiliki jiwa wirausaha juga mempunyai sifat tegar dan tahan uji,
ulet dan penuh semangat, selain itu biasanya mereka menetapkan
standarnya sendiri dan bergerak berdasarkan target-target yang telah
ditentukan serta seorang yang pekerja keras, cerdas, dan fleksibel.
2. Sikap dan Kepribadian Seorang Wirausaha
Alex Inkeles, dan David H. Smith (Suryana, 2006:49), adalah
beberapa ahli yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang
modern. Menurut Inkeles, kualitas manusia modern tercermin pada orang
bentuk sikap, nilai dan tingkah laku dalam kehidupan sosial. Ciri-cirinya
meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru, selalu membaca
perubahan sosial, lebih realistis terhadap fakta dan pendapat, berorientasi
pada masa kini dan masa yang akan datang bukan pada masa lalu,
berencana, percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan dan mempunyai
keahlian, respek, hati-hati, serta memahami produksi.
Menurut Harsojo (Suryana, 2006:50), modernisasi merupakan sikap
yang menggambarkan keterbukaan bagi pembaruan dan perubahan,
kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis, orientasi pada masa
kini dan masa depan, keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri,
keyakinan terhadap kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
anggapan bahwa keberhasilan merupakan hasil prestasi.
Orang yang terbuka terhadap pengalaman-penngalaman baru akan
lebih siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan, dan perubahan
sosial, misalnya dalam mengubah standar hidup. Orang-orang yang
terbuka terhadap ide-ide baru merupakan wirausaha yang inovatif dan
kreatif. Menurut Yurgen Kocka (1975), pandangan yang luas dan dinamis
serta kesediaan untuk pembaruan bisa lebih cepat berkembanng dalam
lapangan industri, tidak lepas dari latar belakang pendidikan, dan
pengalaman perjalanan yang banyak (Wirasasmita, 1982:44). Dalam
kontek ini juga dijumpai perpaduan yang nyata antara usaha perdagangan
kesempatan-kesemapatan yang didasari keberanian berusaha. Wirausaha
adalah pribadi unggul yang mencerminkan pribadi yang luhur dan sifat
yang pantas diteladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri dapat
melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan
yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan.
Wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator atau individu yang
mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi
sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat dan
kemampuan serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak
berubah, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi
sosial (Heijrachman, 1982:1). Wirausaha berperan dalam mencari
kombiasi-kombinasi baru yang merupakan gabungan dari lima proses
inovasi, yaitu menemukan pasar baru, pengenalan barang-barang baru,
metode produksi baru, sumber penyediaan bahan mentah baru, serta
organisasi industri baru. Wirausaha merupakan inovator yang dapat
menggunakan kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru.
Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau
organisator penting. Menurut Dusselman (Suryana, 2006:50), seseorang
yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku
a. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan, dan menerima
ide-ide baru.
b. Keberanian untuk menghadapi risiko, yaitu usaha untuk menimbang
dan menerima risiko dalam mengambil keputusan dan menghadapi
ketidakpastian.
c. Kemampuan manajerial, yaitu usaha yang dilakukan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, meliputi perencanaan,
koordinasi, menjaga kelancaran usaha, mengawasi dan mengevaluasi
usaha
d. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan
mengarahkan tujuan usaha.
E. Proses Kewirausahaan
1. Faktor Pemicu Kewirausahaan
McClelland (Suryana, 2006:62), mengemukakan bahwa
kewirausahaan ditentukan oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai,
dan status kewirausahaan atau keberhasilan.
Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor interal dan
eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan
(property right—PP), kemampuan/kompetensi (abiliy/competency—C),
dan insensif (incentive—I), sedangkan faktor eksternal meliputi
kemampuan afektif mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi
yang semuanya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang ada,
maka dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif merupakan
bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan. Jadi, kemampuan
berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam
mengkombinasikan kreatifitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian
menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.
2. Ciri-Ciri Penting Tahap Permulan dan Pertumbuhan Kewirausahaan
Menurut Suryana (2006:64), proses pertumbuhan kewirausahaan
pada usaha kecil tersebut memiliki tiga ciri penting, yaitu:
a. tahap imitasi dan duplikasi
b. tahap duplikasi dan pengembangan
c. tahap menciptakan sendiri barang dan jasa baru yang berbeda.
Pada tahap pertama, yaitu proses imitasi dan duplikasi, para
wirausaha mulai meniru ide dari orang lain, misalnya menciptakan jenis
produk yang sudah ada, baik dari segi teknik produksi, disain,
pemrosesan, organisasi usaha, ataupun pola pemasarannya. Keterampilan
pada tahap awal ini diperoleh melalui magang ataupun pengalaman
pribadi, baik dari lingkungan keluarga maupun orang lain. Akan tetapi,
tidak sedikit pula wirausaha yang berhasil karena mempraktekan hasil
Selanjutnya, pada tahap duplikasi dan pengembangan, para
wirausaha mulai mengembangkan ide-ide barunya. Pada tahap duplikasi
produk, misalnya wirausaha mulai mengembangkan produknya melalui
diversifikasi dan diferensiasi dengan disain baru, begitu pula dengan
kegiatan organisasi usaha dan pemasaran. Meskipun pada tahap ini
terjadi perkembangan yang lambat dan cenderung kurang dinamis,
namun sudah ada sedikit perubahan. Misalnya disain dan teknik yang
cenderung monoton mungkin berubah tiga sampai lima tahun sekali,
pemasaran cenderung dikuasai bentuk-bentuk monopsoni oleh para
pedagang pengumpul pada usaha kecil pada umumnya. Beberapa
wirausaha ada juga yang mengikuti model pemasaran dan cenderung
berperan sebagai pengikut pasar (market flower) dan beberapa
perusahaan lagi mengikuti kehendak pedagang pengumpul.
Kemudian, tahap berikutnya adalah menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda melalui ide-ide sendiri sampai terus berkembang. Pada tahap
ini, wirausaha biasanya mulai bosan dengan proses produksi yang ada,
keingintahuan dan ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada mulai
timbul sehingga tercipta semangat dan keinginan untuk mencapai hasil
yang lebih unggul. Pada tahap ini organisasi usaha juga mulai diperluas
dengan skala yang lebih luas, penciptaan produk sendiri berdasarkan
pengamatan pasar dan kebutuhan konsumen, serta adanya keinginan
yang digerakkan oleh pasar mulai diciptakan dan disesuaikan dengan
perkembangan teknik yang ada. Beberapa industri kecil, misalnya
industri kecil sepatu dan konveksi mulai menantang pasar, sedangkan
industri lainnya yang menggunakan teknik produksi tradisional dan semi
modern masih menjadi pengikut pasar.
3. Langkah Menuju Keberhasilan Berwirausaha
Dun Steinhoff & John F. Burgess (Suryana, 2006:66),
mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk mencapai
pengembangan keberhasilan berwirausaha sebagai berikut:
Untuk menjadi wirausaha yang sukses, seseorang harus memiliki
ide dan visi bisnis yang jelas serta kemauan dan keberanian untuk
menghadapi risiko, baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan
dalam menghadapi risiko, langkah berikutnya adalah membuat
perencanaan usaha, mengorganisasikan, dan menjalankannya. Agar usaha
tersebut berhasil, selain harus bekerja keras sesuai dengan urgensinya,
wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitra
Gambar II.1
Langkah Menuju Kewirausahaan yang Berhasil
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jiwa Wirausaha
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan siswa
khusunya pada siswa SMK. Menurut Rinal A Malem, K. Ginting
(Astuti, 2006:4), faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor dari luar atau faktor
eksternal yang terdiri dari pekerjaan orang tua, pengalaman orang tua,
kurikulum sekolah, kondisi lingkungan dan keluarga, masyarakat, dorongan
orang tua dan teman, sistem perekonomian, politik, dan sebagainya. Sedangkan
faktor dari dalam diri manusia itu sendiri atau faktor internal ini berasal dari
pribadi masing-masing, misalnya kemampuan, pengetahuan, bakat, kegemaran,
sikap minat, inteligensi, jenis kelamin, usia dan yang lainnya. Dalam penelitian
ini, peneliti membatasi faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan, yaitu
prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan yang dilihat dari nilai
kewirausahaan, pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, dan tempat
tinggal siswa. IDE
Kemauan Kemampuan
Semangat Dan Kerja keras
Loyalitas dan
tanggung
jawab
1. Prestasi Belajar Mata Pelajaran kewirausahaan
Kewirausahaan sebagai satu mata pelajaran diberikan pada jenjang
pendidikan di sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK) seperti halnya
di STM, SMEA, dsb. Jenis mata pelajaran ini dalam struktur kurikulum
<