• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan, jenis pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, dan tempat tinggal siswa dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK : studi kasus di kelas II jurusan penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan, jenis pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, dan tempat tinggal siswa dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK : studi kasus di kelas II jurusan penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, JENIS PEKERJAAN ORANG TUA, TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA, DAN TEMPAT TINGGAL SISWA DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

SISWA SMK

Studi Kasus di Kelas II Jurusan Penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

YOSEPHIN DIAN DWI MARTANTI NIM : 051324016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, JENIS PEKERJAAN ORANG TUA, TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA, DAN TEMPAT TINGGAL SISWA DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

SISWA SMK

Studi Kasus di Kelas II Jurusan Penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

YOSEPHIN DIAN DWI MARTANTI NIM : 051324016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan

berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan

kepadamu.

(Matius 11:28)

Karya kecil ini aku persembahkan untuk:

™ Allah Bapa di Surga, Tuhanku Yesus Kristus, Bunda Maria

™ Bapak dan ibuku yang selalu membimbing dan memberiku kasih sayang

™ Kakak, adik dan saudaraku yang selalu memberi semangat

™ Mas Agustinus yang selalu memberi motivasi

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Juli 2009

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yosephin Dian Dwi Martanti

Nomor Mahasiswa : 051324016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, JENIS PEKERJAAN ORANG TUA, TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA, DAN TEMPAT TINGGAL SISWA DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 29 Juli 2009

(8)

vii

ABSTRAK

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, JENIS PEKERJAAN ORANG TUA, TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA, DAN TEMPAT TINGGAL SISWA DENGAN

JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK

Studi Kasus di Kelas II Jurusan Penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009

YOSEPHIN DIAN DWI MARTANTI NIM: 051324016

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; (2) hubungan jenis pekerjaan orang tua (ayah) dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; (3) hubungan

jenis pekerjaan orang tua (ibu) dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; (4) hubungan tingkat pendapatan orang tua (ayah) dengan jiwa kewirausahaan siswa

SMK; (5) hubungan tingkat pendapatan orang tua (ibu) dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; dan (6) hubungan tempat tinggal siswa dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK.

Penelitian Studi kasus ini dilakukan di SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten pada bulan Maret-April 2009. Populasi penelitian ini adalah siswa SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten yang berjumlah 1.333 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas II Jurusan Penjualan yang berjumlah 175 siswa. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan Uji Statistik Non Parametrik Chi Square.

(9)

viii

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF LEARNING ACHIEVEMENT

OF ENTREPRENEURSHIP SUBJECT, TYPE OF PARENTS’ JOB, LEVEL OF PARENTS’ REVENUE, AND SETTLEMENT OF STUDENTS WITH ENTREPRENEUR SPIRIT OF STUDENTS IN VOCATIONAL HIGH

SCHOOL

A Case Study in the second Grade of Marketing Department, 2 Klaten Christian Vocational High School and 1 Klaten State Vocational High School in 2008/2009

Academic Period

YOSEPHIN DIAN DWI MARTANTI 051324016

Sanata Dharma University Yogyakarta

2009

This research intends to know: (1) the relationship between learning achievement of entrepreneurship subject and entrepreneur spirit of students in Vocational High School; (2) the relationship between the type of father’s job and the students entrepreneurship spirit of students in Vocational High School; (3) the relationship between mother’s job and the entrepreneur spirit of students in Vocational High School; (4) the relationship between father’s revenue and the entrepreneurship spirit of students in Vocational High School; (5) the relationship between mother’s revenue and the entrepreneurship spirit of students in Vocational High School; and (6) the relationship between students’ settlement and the entrepreneur spirit of students in Vocational High School.

This case study was conducted in 2 Klaten Christian Vocational High School and 1 Klaten State Vocational High School from March to April 2009. The population of this research were 1.333 students of 2 Klaten Christian Vocational High School and 1 Klaten State Vocational High School. The samples of this research were 175 students of the second Grade of Marketing Department. The techniques of data collection were questionnaire and interview. The techniques of data analysis was Chi Square Non-Parametric Statistical Test.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan

rahmat, berkat, dan bimbingan-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul

Hubungan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan, Jenis Pekerjaan Orang

Tua, Tingkat Pendapatan Orang Tua, dan Tempat Tinggal Siswa Dengan Jiwa

Kewirausahaan Siswa SMK dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan, dukungan,

semangat, bimbingan dan doa yang melimpah dari berbagai pihak. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial dan selaku Ketua program Studi Pendidikan Ekonomi serta selaku

Dosen Pembimbing I, yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Y.M.V. Mudayen selaku Dosen Pembimbing II, atas bimbingan yang

(11)

x

4. Bapak Drs. Rubiyanto, terima kasih atas bimbingan dan motivasi yang

diberikan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Joko Wicoyo, M.Si yang telah membimbing abstrak dalam

bahasa inggris

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi, terima kasih atas

bimbingan dan pelajaran-pelajaran selama penulis mengikuti kuliah.

7. Mbak Titin, yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi

selama kuliah terlebih dalam penyusunan skripsi.

8. Bapak Drs. Soetomo Wardoyo selaku Kepala Sekolah SMK Kristen 2 Klaten

yang telah memberikan kesempatan pada penulis dalam melakukan penelitian

9. Bapak Drs. M. Sami, M.Pd selaku Kepala sekolah SMK Negeri 1 Klaten

yang telah memberikan kesempatan pada penulis dalam melakukan penelitian

10.Guru-guru SMK Kristen 2 dan SMK Negeri 1 Klaten yang telah membantu

penulis dalam melaksanakan penelitian

11.Karyawan SMK Kristen 2 dan SMK Negeri 1 Klaten yang telah membantu

pada saat penelitian

12.Siswa-siswa Program Keahlian Penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK

Negeri 1 Klaten yang telah membantu dalam pengisian kuesioner

13.Orang tuaku Bapak Ig. Y. Sutarman dan Ibu Endang Susilowati terima kasih

atas doa, bimbingan serta kasih sayangnya.

14.Kakakku R. Pudyas Eko Suindarto dan Adikku Lusia Triyuni Sulistyarini

(12)

xi

15.Agustinus S, yang selalu mendoakan dan membantu penulis dengan penuh

kesabaran, kasih sayang dan selalu menemani sehingga penulis semangat

untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi.

16.Sahabat-sahabatku Yoani Rinda Perdani, S.Pd., Primadesta, Meri Lestari

yang selalu mendukungku dan memberi kekuatan di saat sedih maupun

senang, dan memberi banyak bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

17.Kurnia Martikasari, S.Pd yang telah banyak membimbing dalam penyusunan

skripsi ini.

18.Semua teman-teman PE angkatan 2005, terima kasih atas dukungannya.

19.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

banyak memberikan dukungan dan perhatian sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,

dengan segala keterbukaan penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

menyempurnakan skripsi ini. Semoga penelitian ini berguna bagi pembaca

dan menjadi inspirasi penelitian untuk penelitian sejenis. Atas masukan,

kritik, dan saran semua pihak, penulis mengucapkan terima kasih.

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR BAGAN… ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

(14)

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

A. Inti dan Hakikat Kewirausahaan ... 10

B. Peran dan Fungsi Wirausaha... 12

C. Ide dan Peluang Kewirausahaan ... 17

1. Ide Kewirausahaan ... 17

2. Sumber-Sumber Potensial Peluang ... 18

D. Karakter, Sikap, dan Kepribadian Wirausaha ... 22

1. Karakteristik Kewirausahaan... 22

2. Sikap dan Kepribadian Seorang Wirausaha ... 33

E. Proses Kewirausahaan ... 36

1. Faktor Pemicu Kewirausahaan ... 36

2. Ciri-Ciri Penting Tahap Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan ... 37

3. Langkah Menuju Kewirausahaan yang Berhasil ... 39

F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jiwa Kewirausahaan ... 40

1. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 41

2. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 44

3. Tingkat Pendapatan orang Tua ... 46

4. Tempat Tinggal Siswa ... 49

G. Kerangka Teoritik ... 53

H. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 55

(15)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A. Jenis Penelitian... 58

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

C. Populasi dan Sampel Peelitian ... 58

D. Variabel penelitian dan Pengukurannya ... 60

1. Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 60

2. Variabel Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan... 61

3. Variabel Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 62

4. Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 62

5. Variabel Tempat Tinggal Siswa ... 63

E. Teknik Pengumpulan Data ... 64

F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 65

G. Teknis Analisis Data ... 72

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 78

A.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 78

1. SMK Kristen 2 Klaten ... 78

2. SMK Negeri 1 Klaten... 85

B.Deskripsi data Penelitian... 89

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 89

2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 90

C.Uji Normalitas... 96

D.Pengujian Hipotesis ... 97

(16)

xv

BAB V PENUTUP... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Keterbatasan... 123

C. Saran ... 124

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan... 22

Tabel III.1 Populasi Penelitian... 59

Tabel III.2 Operasionalisasi Jiwa Kewirausahaan ... 61

Tabel III.3 Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas Variabel Pekerjaan dan Pendapatan Orang Tua ... 68

Tabel III.4 Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas Jiwa Kewirausahaan... 69

Tabel III.5 Harga Cmaxs... 76

Tabel III.5 Interpretasi Koefisien Kontingensi ... 77

Tabel IV.1 Program Keahlian SMK Kristen 2 Klaten ... 79

Tabel IV.2 Distribusi Siswa Program Keahlian Penjualan SMK Kristen 2 Klaten ... 79

Tabel IV.3 Program Keahlian SMK Negeri 1 Klaten………. 86

Tabel IV.4 Distribusi Siswa Program Keahlian Penjualan SMK Negeri 1 Klaten ... 86

Tabel IV.5 Responden Penelitian... 90

Tabel IV.6 Deskripsi Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 91

Tabel IV.7 Deskripsi Pekerjaan Orang Tua ... 92

Tabel IV.8 Deskripsi Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 93

Tabel IV.9 Deskripsi Tempat Tinggal Siswa ... 94

(18)

xvii

Tabel IV.11 Rangkuman Hasil Uji Normalitas... 96

Tabel IV.12 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa

Berdasarkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran

Kewirausahaan ... 98

Tabel IV.13 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa

Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua (ayah) ... 100

Tabel IV.14 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa

Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua (ibu)... 101

Tabel IV.15 Daftar Interpretasi Nilai C Variabel Jenis Pekerjaan

Orang Tua ... 104

Tabel IV.16 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa

Berdasarkan Tingkat Pendapatan Orang Tua (ayah) ... 105

Tabel IV.17 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa

Berdasarkan Tingkat Pendapatan Orang Tua (ibu)... 107

Tabel IV.18 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa

(19)

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan II.1 Langkah Menuju Kewirausahaan Yang Berhasil ... 40

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampian 1 Kuesioner... 129

Lampian 2 Data Penelitian... 135

Lampiran 3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 141

Lampiran 4 Pengujian Normalitas Data... 146

Lampiran 5 Tabel r Product Moment... 152

Lampiran 6 Tabel Chi Kuadrat ... 150

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ... 152

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun

suatu negara, terlebih untuk masa yang akan datang. Untuk itu pendidikan

sangat diperlukan karena hanya lewat pendidikan dapat tercipta sumber daya

manusia yang cerdas, mandiri, dan profesional.

Proses pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab bersama, baik

keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Philip H. Coombs

(Tainlain, 2002), membedakan bentuk pengelolaan pendidikan menjadi tiga

bagian, yaitu pendidikan informal, formal, dan pendidikan nonformal.

Pendidikan informal yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari

pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir

sampai mati, di dalam keluarga, dalam pekerjaan, atau pergaulan sehari-hari.

Pendidikan formal yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara

teratur, sistematis, bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.

Sedangkan pendidikan nonformal atau sering disebut pendidikan luar sekolah

yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang secara teratur, terarah, disengaja,

(22)

Pendidikan formal atau kita kenal dengan pendidikan sekolah, salah

satunya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai salah satu

pendidikan kejuruan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia

yang produktif, memiliki kemampuan dan keterampilan dan sikap kerja, namun

juga siap menciptakan lapangan kerja. Hal ini seiring dengan tujuan pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan

dalam penjelasan pasal 15 Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, merupakan

pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk

bekerja dalam bidang yang mereka kehendaki. Tujuan umum pendidikan

menengah kejuruan, yaitu: (1) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta

didik kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi warga Negara yang berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab, (3) mengembangkan potensi

peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai

keanekaragaman budaya bangsa Indonesia, (4) mengembangkan potensi peserta

didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif

turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan

sumber daya alam dengan efektif dan efisien. Sedangkan untuk tujuan khusus

dari pendidikan menengah kejuruan, yaitu: (1) menyiapkan peserta didik agar

menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan

(23)

sesuai dengan kompetensi program keahlian yang dipilihnya, (2) menyiapkan

peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam berkompetensi,

beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam

bidang keahlian yang diminatinya, (3) membekali peserta didik dengan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di

kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang

lebih tinggi, (4) membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang

sesui dengan program keahlian yang dipilih (Depdiknas, 2007).

Kewirausahaan pada hakekatnya merupakan kemampuan kreatif dan

inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang

menuju sukses. Kisah sukses seorang lulusan SMK kelompok bisnis dan

manajemen yaitu Evi Purwaningsih yang berhasil membuka usaha kecil setelah

ia lulus sekolah. Usaha yang ia tekuni yaitu usaha kerajinan mote yang ia buat

menjadi berbagai produk tas yang sangat cantik. Dalam hal ini pelajaran

kewirausahaan yang diberikan di sekolah sangat bermanfaat untuk membekali

dalam membuka usaha kecil miliknya (www.kompas.com). Mata pelajaran

kewirausahaan diberikan di sekolah Menengah Kejuruan dengan maksud

menekankan pada siswa tentang bagaimana cara berwirausaha. Dengan

pelajaran kewirausahaan tersebut diharapkan lulusan SMK nantinya mampu

menciptakan sebuah lapangan kerja baru sendiri, mengingat masalah

ketenagakerjaan di Indonesia merupakan permasalahan yang sangat kompleks,

(24)

lulusan SMK yang mampu menciptakan lapangan kerja baru diharapkan mampu

mengurangi pengangguran di negara kita dan dapat membantu pemerintah

dalam pembangunan ekonomi. Menurut J.B Say

(Suryana, 2006:27), wirausahawan adalah orang yang menggeser

sumber-sumber ekonomi dari produktivitas rendah menjadi produktivitas tertinggi.

Menurutnya, wirausahawanlah yang menghasilkan perubahan. Perubahan

tersebut dilakukan dengan tidak mengerjakan sesuatu yang lebih baik, tetapi

dengan melakukan sesuatu yang berbeda. Pentingnya wirausahawan dapat

dilihat secara makro dan mikro. Secara makro, pentingnya wirausahawan

melalui usaha kecilnya, yaitu: (1) usaha kecil dapat memperkokoh

perekonomian nasional melalui keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok,

produksi, penyalur, dan pemasaran bagi hasil produk-produk industri besar.

Usaha kecil berfungsi sebagai tranformator antar sektor yang mempunyai kaitan

ke depan maupun ke belakang (Drucker, 1969:54), (2) usaha kecil dapat

meningkatkan efisiensi ekonomi, khususnya dalam menyerap sumber daya yang

ada. Usaha kecil sangat fleksibel, karena dapat menyerap tenaga kerja dan

sumber daya lokal serta meningkatkan sumber daya manusia agar dapat menjadi

wirausaha yang tangguh, (3) usaha kecil dipandang sebagai sarana

pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pendapatan,

karena jumlahnya terbesar di perkotaan maupun pedesaan. Secara mikro,

(25)

mengkombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda untuk

menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru.

Keinginan berwirausaha tidak begitu saja terbentuk, namun perlu

dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut. Keinginan berwirausaha

tersebut dapat dibentuk dari interaksi sosial. Salah satu upaya dapat dilakukan

lewat mata pelajaran kewirausahaan di sekolah, dimana pelajarannya langsung

diorientasikan pada pekerjaan, sehingga dengan hal ini dapat menumbuhkan

jiwa kewirausahaan pada diri siswa. Proses belajar mengajar tersebut, pendidik

mengusahakan/menanamkan sikap positif terhadap wirausaha agar jiwa

kewirausahaan siswa dapat tumbuh dan berkembang. Selain dari prestasi belajar

dalam mata pelajaran kewirausahaan, jenis pekerjaan orang tua dan tingkat

pendapatan orang tua merupakan hal yang dapat mempengaruhi jiwa

kewirausahaan pada siswa SMK. Dalam penelitian ini peneliti membedakan

jenis pekerjaan menjadi dua jenis, yaitu: (1) wirausaha, (2) bukan wirausaha.

Dalam hal ini peneliti akan melihat hubungan antara jenis pekerjaan orang tua

siswa yang berwirausaha dan bukan wirausaha dengan jiwa kewirausahaan

siswa SMK. Peneliti melihat pula dari segi tingkat pendapatan orang tua.

Tingkat pendapatan digunakan untuk membedakan antara orang tua siswa yang

mempunyai jumlah pendapatan tinggi dan orang tua yang mempunyai jumlah

pendapatan rendah. Dalam hal ini peneliti akan melihat hubungan antara tingkat

pendapatan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK. Selain prestasi

(26)

orang tua, peneliti melihat pula dari segi tempat tinggal siswa. Peneliti

membedakan tempat tinggal siswa yang berada di lingkungan wirausaha dan

bukan berada di lingkungan wirausaha. Dalam hal ini peneliti akan melihat pula

adakah hubungan tempat tinggal siswa dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK.

Dalam penelitian lebih lanjut peneliti berusaha mengungkapkan apakah terdapat

hubungan antara prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan, jenis pekerjaan

orang tua, penghasilan orang tua, dan lingkungan tempat tinggal siswa dengan

jiwa kewirausahaan pada siswa SMK khususnya siswa kelas II Jurusan

Penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten.

B. Batasan Masalah

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan siswa

khususnya pada siswa SMK. Menurut Rinal A. Malem, K. Ginting

(Astuti, 2006:4), faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor dari luar atau faktor

eksternal yang terdiri dari pekerjaan orang tua, pengalaman orang tua,

kurikulum sekolah, kondisi lingkungan dan keluarga, masyarakat, dorongan

orang tua, dan teman, sistem perekonomian, politik, dan sebagainya. Sedangkan

faktor dari dalam diri manusia itu sendiri atau faktor internal ini berasal dari

pribadi masing-masing, misalnya kemampuan, pengetahuan, bakat, kegemaran,

sikap minat, inteligensi, jenis kelamin, usia dan yang lainnya. Dalam penelitian

ini faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan dibatasi oleh faktor prestasi

(27)

pendapatan orang tua, dan tempat tinggal siswa. Faktor tersebut merupakan

faktor eksternal yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan, dan penelitian ini

mengungkapkan pula faktor internal dari jiwa kewirausahaan siswa yang dapat

dilihat dari variabel prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan yang di

dalamnya terdapat kemampuan, pengetahuan dan yang lainnya.

C. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap hal-hal yang

mempengaruhi jiwa kewirausahaan pada siswa kelas II Jurusan Penjualan SMK

Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1 Klaten. Kemudian penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam mengembangkan

mata pelajaran kewirausahaan agar dapat menimbulkan jiwa kewirausahaan

pada diri siswa, khususnya kelas II Jurusan Penjualan di SMK Kristen 2 Klaten

dan SMK Negeri 1 Klaten. Secara khusus pertanyaan yang dijawab dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan

dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK?

2. Apakah ada hubungan pekerjaan orang tua (ayah) dengan jiwa

kewirausahaan siswa SMK?

3. Apakah ada hubungan pekerjaan orang tua (ibu) dengan jiwa

(28)

4. Apakah ada hubungan pendapatan orang tua (ayah) dengan jiwa

kewirausahaan siswa SMK?

5. Apakah ada hubungan pendapatan orang tua (ibu) dengan jiwa

kewirausahaan siswa SMK?

6. Apakah ada hubungan tempat tinggal siswa dengan jiwa kewirausahaan

siswa SMK?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan prestasi belajar mata pelajaran

kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan pada siswa SMK.

2. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan orang tua (ayah) dengan jiwa

kewirausahaan pada siswa SMK.

3. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan orang tua (ibu) dengan jiwa

kewirausahaan pada siswa SMK.

4. Untuk mengetahui hubungan pendapatan orang tua (ayah) dengan jiwa

kewirausahaan pada siswa SMK.

5. Untuk mengetahui hubungan pendapatan orang tua (ibu) dengan jiwa

kewirausahaan pada siswa SMK.

6. Untuk mengetahui hubungan tempat tinggal siswa dengan jiwa

(29)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi sekolah

Diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi sekolah dalam

mengembangkan mata pelajaran kewirausahaan agar tumbuh jiwa

kewirausahaan dalam diri siswa SMK.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Dapat dipakai sebagai tambahan bahan bacaan bagi perpustakaan Sanata

Dharma dan diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dalam penelitian

lebih lanjut.

3. Bagi guru pengampu mata pelajaran kewirausahaan

Dapat dipakai sebagai bahan masukan bagi guru dalam membantu

menanamkan jiwa kewirausahaan pada diri siswa SMK sehingga nantinya

tumbuh keinginan untuk berwirausaha.

4. Bagi siswa

Dapat dipakai untuk mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi

untuk berwirausaha, sehingga dalam diri siswa tumbuh kesadaran untuk

(30)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Inti dan Hakikat kewirausahaan

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan

memandang bahwa kewirausahaan adalah identik dengan apa yang dimiliki dan

dilakukan oleh usahawan atau wiraswasta. Pandangan tersebut kurang tepat

karena jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan,

namun juga oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif,

misalnya petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, pemimpin

proyek, dan lain sebagainya. Memang pada awalnya kewirausahaan dijumpai

dalam dunia bisnis, akan tetapi akhir-akhir ini berkembang dalam segala aspek

kehidupan, bahkan sering digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk

menjadi pimpinan suatu organisasi.

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang

menuju sukses (Suryana, 2006:2). Inti dari kewirausahaan menurut Drucker

(1969) melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya

peluang. Banyak orang, baik pengusaha maupun bukan pengusaha, meraih

sukses karena memiliki kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Karya dan

(31)

orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses karena memiliki kemampuan

kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan

munculnya ide-ide dan pemikiran-pemikiran untuk menciptakan sesuatu yang

baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan

inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meraih

pangsa pasar. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak lain adalah

untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan

berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan

untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan

dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber

daya dengan cara-cara baru dan berbeda, seperti:

1. pengembangan teknologi

2. penemuan pengetahuan ilmiah

3. perbaikan produk barang dan jasa yang ada

4. menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih banyak

dengan sumber daya yang lebih efisien.

Kreativitas (creativity) adalah kemampuan mengembangkan ide dan

cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang

(thinking new things). Sedangkan inovasi (innovation) adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan

peluang (doing new things). Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan

(32)

proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang

diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan

nilai tambah yang akan menjadi keunggulan. Keunggulan inilah yang akan

menjadi daya saing yang diciptakan oleh para wirausaha. Dengan kata lain, nilai

tambah yang tercipta adalah sumber peluang bagi wirausaha. Kreativitas akan

muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang telah dianggap lama dan

berpikir sesuatu yang baru dan berbeda. Dengan demikian, sukses

kewirausahaan akan tercapai apabila seseorang berpikir dan melakukan sesuatu

yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru (Suryana, 2006:2-3).

Mata pelajaran kewirausahaan diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas pada

para siswa SMK misalnya melalui penciptaan sesuatu yang dapat menghasilkan

nilai jual.

B. Peran dan Fungsi Wirausaha

Fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu

secara makro dan mikro. Secara makro wirausaha berperan sebagai penggerak,

pengendali dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Di AS, Eropa Barat, dan

negara-negara Asia, kewirausahaan menjadi kekuatan ekonomi negara tertentu,

sehingga negara-negara tersebut menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi. Hasil-hasil dari

penemuan ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi

(33)

yang berskala global. Semua itu merupakan hasil proses dinamis wirausaha

yang kreatif. Bahkan, para wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan

kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Wirausahalah yang berani

mengambil risiko, memimpin, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa

dorongan, energi, dan dedikasi para wirausaha, pembentukan (formasi) investasi

pada perusahaan-perusahaan baru tidak akan pernah terjadi. Menurut JB Say

(Suryana, 2006:77), wirausaha adalah orang yang menggeser sumber-sumber

ekonomi dari produktivitas terendah menjadi produktivitas tertinggi.

Menurutnya, wirausahalah yang menghasilkan perubahan. Perubahan tersebut

dilakukan tidak dengan mengerjakan sesuatu yang lebih baik, tetapi dengan

melakukan sesuatu yang berbeda. Menurut Joseph Schumpeter

(Hermana, 2008), wirausahawan adalah seorang inovator yang

mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui

kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bantuk

(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,

(2) memperkenalkan metode produksi baru, (3) membuka pasar yang baru

(new market), (4) memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen

baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter

mengaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks

bisnis serta mengaitkannya dengan kombinasi sumber daya.

Secara kualitatif, peranan wirausaha melalui usaha kecilnya tidak

(34)

nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, produksi,

penyalur, dan pemasaran bagi hasil produk-produk industri besar. Usaha kecil

berfungsi sebagai transformator antarsektor yang mempunyai kaitan ke depan

maupun ke belakang (Drucker, 1984:54), (2) usaha kecil dapat meningkatkan

efisiensi ekonomi, khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada. Usaha

kecil sangat fleksibel, karena dapat menyerap tenaga kerja dan sumber daya

lokal serta meningkatkan sumber daya manusia agar dapat menjadi wirausaha

yang tangguh, (3) usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian

pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pendapatan, karena

jumlahnya tersebar di perkotaan maupun pedesaan.

Secara mikro, peran wirausaha adalah menanggung risiko dan

ketidakpastian, mengkombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru

dan berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Dalam

melakukan fungsi mikronya, menurut Marzuki Usman

(Suryana, 2006:77), secara umum wirausaha memiliki dua peran, yaitu:

1. sebagai penemu

2. sebagai perencana

Sebagai penemu wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan

produk baru, teknologi baru, ide-ide baru, organisasi baru. Sebagai perencana,

wirausaha berperan dalam merancang perencanaan perusahaan, strategi

perusahaan, ide-ide dalam perusahaan, organisasi perusahaan. Menurut Novel

(35)

perkembangan perekonomian. Peran ini muncul sebagai akibat dominasinya

dalam menentukan wajah perekonomian. Peran wirausahawan bagi

perekonomian tersebut adalah: (1) wirausahawan memiliki legitimasi moral

yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan dan menciptakan kesempatan kerja.

Karena target wirausahawan adalah masyarakat kelas menengah dan bawah,

(2) seorang wirausahawan memiliki visi bisnis, intuisi pengelolaan sumber

daya, adaptable terhadap perubahan lingkungan dan kemampuan untuk bekerja

sama secara intergral, (3) wirausahawan sebagai generator pembangunan

lingkungan, bidang produksi, distribusi, pemeliharaan lingkungan,

kesejahteraan, (4) wirausahawan dengan usaha kecilnya memiliki kontribusi

terhadap pemerintah yaitu berupa pajak yang harus dibayarkan kepada

pemerintah, sehingga mampu membantu dalam jalannya perekonomian.

Menurut Zimmerer (Suryana, 2006:78), fungsi wirausaha adalah

menciptakan nilai barang dan jasa di pasar melalui proses mengkombinasikan

sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda untuk dapat melakukan

persaingan. Nilai tambah tersebut diciptakan melalui pengembangan teknologi

baru, penemuan pengetahuan baru, perbaikan produk dan jasa yang ada,

penemuan cara-cara yang berbeda untuk menyediakan barang dan jasa dalam

jumlah banyak dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit. Werner

Shombart (Suryana, 2006:78), membagi fungsi wirausaha menjadi tiga, yaitu:

(1) pemimpin industri, yang mulai sebagai teknisi atau tukang dalam satu

(36)

dengan disengaja melainkan karena hasil temuan dan kehebatan daya cipta,

(2) usahawan, yaitu orang yang menganalisis berbagai kebutuhan masyarakat,

merangsang kebutuhan untuk mendapat langganan baru. perhatiannya yang

paling utama adalah penjualan, (3) pemimpin keuangan, yaitu orang yang sejak

muda menekuni keuangan, mengumpulkan uang, dan menggabungkan

sumber-sumber keuangan.

Contoh nyata wirausahawan yang cukup baik dari lingkup Indonesia bisa

kita lihat lewat Reza Suryana. Lelaki asal Purwakarta ini telah mengembangkan

teknologi yang nyaris sangat sederhana dan mudah, yaitu menciptakan energi

alternative dengan membuat briket dari sampah yang telah ia pilah. Proses

pembuatannya pun sangat mudah, sampah organik di bakar di sebuah lubang

sampai menjadi arang. Arang lalu ditumbuk, dihaluskan, dan disaring menjadi

bubuk. Setelah diberi campuran perekat, bubuk lalu dicetak. Setelah dijemur

sampai kadar airnya hilang, terbentuklah briket sampah yang siap pakai. 1 Kg

briket ini berisi 30 batang dan bisa menyala hingga lima jam, untuk harga ia jual

Rp 1.700. Reza tidak berusaha mematenkan hasil inovasinya ini dengan alasan

ia ingin masyarakat bisa membuat briket sendiri. Bahkan ke depan Reza akan

(37)

C. Ide dan Peluang Kewirausahaan

1. Ide Kewirausahaan

Wirausaha dapat menambah nilai suatu barang dan jasa melalui

inovasi. Keberhasilan dapat dicapai apabila wirausaha menggunakan

produk, proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali

perubahan. Oleh sebab itu, inovasi merupakan instrumen penting untuk

memberdayakan sumber-sumber agar menghasilkan sesuatu yang baru dan

menciptakan nilai. Ketangguhan kewirausahaan sebagai penggerak

perekonomian terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai secara

terus menerus. Wirausaha dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah

semua tantangan menjadi peluang melalui ide-ide dan akhirnya menjadi

pengendali usaha. Semua tantangan bisa menjadi peluang apabila terdapat

inovasi, misalnya menciptakan permintaan melalui penemuan baru.

Dengan penemuan baru, para pengusaha perusahaan mengendalikan pasar,

dan akhirnya membuat konsumen-konsumen kepada produsen. Dengan

demikian, produsen tidak lagi bergantung pada konsumen seperti falsafah

pemasaran yang konvensional.

Menurut Zimmerer (Suryana, 2006:84), ide-ide yang berasal dari

wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di

pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai-nilai potensial di pasar sekaligus

menjadi peluang usaha. Dalam mengevaluasi ide untuk menciptakan

(38)

mengevaluasi semua risiko yang mungkin terjadi dengan cara mengurangi

kemungkinan risiko melalui strategi yang proaktif, menyebarkan risiko

pada aspek yang paling mungkin, dan mengelola risiko yang

mendatangkan nilai atau manfaat.

2. Sumber-Sumber Potensial Peluang

Agar ide-ide potensial menjadi peluang bisnis yang riil, maka

wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara

terus menerus. Proses penjaringan ide atau disebut screening merupakan

suatu cara terbaik untuk menuangkan ide potensial menjadi produk dan

jasa riil. Menurut Suryana (2006:85), langkah dalam penjaringan ide dapat

dilakukan sebagai berikut:

a) Menciptakan produk baru dan berbeda

Ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata, misalnya dalam

bentuk barang dan jasa baru, maka produk dan jasa tersebut harus

berbeda dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Selain itu, produk

dan jasa tersebut harus menciptakan nilai bagi pembeli atau

penggunanya. Agar berguna, barang dan jasa harus bernilai bagi

konsumen, baik pelanggan maupun konsumen potensial lainnya. Oleh

sebab itu, wirausaha harus benar-benar mengetahui perilaku konsumen

di pasar. Dalam mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua

(39)

barang/jasa yang dihasilkan dan waktu penyerahan dan waktu

permintaan barang/jasa.

Dengan demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses perlu

menciptakan produk dan jasa unggul yang memberikan nilai kepada

konsumen. Misalnya, apakah produk-produk barang dan jasa tersebut

dapat meningkatkan efisiensi bagi pemakainya? Berapa besarnya?

Apakah perbaikan dalam efisiensi dapat diketahui juga oleh pembeli

potensial? Berapa persen target yang ingin dicapai dari segmentasi

pasar tersebut? Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas penting dalam

menciptakan peluang.

Secara implisit apabila wirausaha baru berfokus pada segmen

pasar, maka secara spesifik peluang itu akan sangat tergantung pada

perilaku segmen pasar. Kemampuan untuk memperoleh peluang itu

sendiri sangat bergantung pada kemampuan wirausaha untuk

menganalisis pasar, meliputi aspek kemampuan menganalisis

demografi pasar, kemampuan menganalisis sifat serta tingkah laku

pesaing, dan kemampuan menganalisis keunggulan bersaing dan

kevakuman pesaing yang dapat dijadikan sebagai peluang.

b) Mengamati pintu peluang

Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki

pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk

(40)

dukungan keuangan, dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki

pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi

pasar dapat dievaluasi dengan mengamati kelemaham-kelemahan dan

risiko pesaing dalam menanamkan modal barunya. Menurut Zimmerer

(Suryana, 2006:87), ada beberapa keadaan yang dapat dijadikan

sebagai peluang, yaitu: (1) produk baru harus segera dipasarkan dalam

jangka waktu yang relatif singkat, (2) kerugian teknik harus rendah.

Oleh karena itu, penggunaan teknik harus dipertimbangkan

sebelumnya, (3) saat dimana pesaing tidak begitu agresif untuk

mengembangkan strategi produknya, (4) pesaing tidak memiliki

teknologi canggih, (5) pesaing sejak awal tidak memiliki strategi

dalam mempertahankan posisi pasarnya, (6) perusahaan baru memiliki

kemampuan dan sumber-sumber untuk menghasilkan produk barunya.

c) Analisis produk dan proses produksi secara mendalam.

Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan

kualitas produk yang dihasilkan memadai atau tidak. Berapa biaya

yang dikeluarkan untuk membuat produk tersebut? Apakah biaya yang

kita keluarkan lebih efisien daripada biaya yang dikeluarkam oleh

(41)

d) Menaksir biaya awal

Yaitu biaya yang diperlukan oleh usaha baru. Dari mana

sumbernya dan untuk apa digunakan? Berapa yang diperlukan untuk

operasi, perluasan, dan biaya lainnya?

e) Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi

Misalnya risiko teknik, finansial, dan pesaing. Risiko pesaing

adalah kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahankan

posisinya di pasar. Risiko teknik berhubungan dengan proses

pengembangan produk yang cocok dengan yang diharapkan atau

menyangkut suatu objek penentu apakah ide secara aktual dapat

ditranformasi menjadi produk yang siap dipasarkan dengan kapabilitas

dan karakteristiknya. Risiko finansial adalah risiko yang timbul

sebagai akibat ketidakcukupan finansial, baik dalam tahap

pengembangan produk baru maupun dalam menciptakan dan

mempertahankan perusahaan untuk mendukung biaya produk baru.

Analisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman

(strenght, weakness, opportunity, and threat---SWOT) sangat penting

(42)

D. Karakteristik, Sikap dan Kepribadian Wirausaha

1. Karakteristik kewirausahaan

Para ahli mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan

konsep yang berbeda-beda. Meredith (1996:5-6), misalnya

mengungkapkan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut:

Tabel II.1

Karakteristik dan Watak Kewirausahaan

KARAKTERISTIK WATAK • Percaya diri dan optimis Memiliki kepercayaan diri yang

kuat, ketidaktergantungan terhadap orang lain, dan individualistis.

• Berorientasi pada tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, serta inisiatif.

• Berani mengambil risiko dan menyukai tantangan

Mampu mengambil risiko yang wajar

• kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran serta kritik.

• keorisinilan Inovatif, kreatif, fleksibel.

• berorientasi pada masa depan

Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan

a. Percaya diri

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan

seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan

(Soesarsono, 1988:33). Dalam praktik, sikap dan kepercayaan diri

(43)

menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu

kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas,

dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri

cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai

keberhasilan (Suryana, 2006: 39).

Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relatif, dinamis, dan

banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan,

dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki

kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis,

berencana, efektif, dan efisien. Kepercayaan diri juga selalu

ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan

dalam melakukan pekerjaan.

Keberanian yang tinggi dalam mengambil risiko dan perhitungan

matang yang diikuti dengan optimisme harus disesuaikan dengan

kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme dan keberanian

mengambil risiko dalam menghadapi suatu tantangan dipengaruhi oleh

kepercayaan diri. Kepercayaan diri juga ditentukan oleh kemandirian

dan kemampuan diri sendiri. Seseorang yang memiliki kepercayaan

diri yang tinggi relatif lebih mampu menghadapi dan menyelesaikan

masalah sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain.

Kepercayaan diri di atas, baik langsung maupun tidak langsung,

(44)

kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, semangat

berkarya, dan sebagainya banyak dipengaruhi oleh tingkat

kepercayaan diri seseorang yang berbaur dengan pengetahuan

ketrampilan dan kewaspadaannya (Soesarsono, 1988:37). Kepercayaan

diri merupakan landasan yang kuat untuk meningkatkan karsa dan

karya seseorang. Sebaliknya, setiap karya yang dihasilkan akan

menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri. Kreativitas,

inisiatif, kegairahan kerja, dan ketekunan akan banyak mendorong

seseorang untuk mencapai karya yang memberikan kepuasan batin,

yang kemudian akan memperterbal kepercayaan diri. Pada gilirannya,

orang yang memiliki kepercayaan diri akan memiliki kemampuan

untuk bekerja sendiri dalam mengorganisasi, mengawasi, dan meraih

kesuksesan (Soeparman, 1997: 12). Kunci keberhasilan dalam bisnis

adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh sebab itu, wirausaha yang

sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri

(Wirasasmita, 1994:2).

b. Berorientasi pada tugas dan hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah

seseorang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi,

berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras,

mempunyai dorongan kuat, dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu

(45)

adanya niat dan tekad yang kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses

atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga

usahanya semakin maju dan berkembang. Dalam kewirausahaan,

peluang hanya diperoleh apabila terdapat inisiatif. Perilaku inisiatif ini

biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman selama

bertahun-tahun, dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin

diri, berpikir kritis, tanggap, dan semangat berprestasi.

c. Keberanian mengambil risiko

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan

salah satu nilai dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau

mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut

Angelita S. Bajaro, seorang wirausaha yang berani menanggung risiko

adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan

dengan cara yang baik (Wirasasmita, 1994:2). Wirausaha adalah orang

yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk

mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang

menantang. Oleh sebab itu, wirausaha yang menyukai risiko yang

terlalu rendah atau terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan

memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggi

kemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan

kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan lebih menyukai

(46)

menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah

pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis.

Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan

tugas-tugasnya secara realistis. Situasi risiko kecil dan situasi risiko

tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada

masing-masing situasi tersebut. Artinya, wirausaha menyukai

tantangan yang sukar namun dapat dicapai

(Meredith, 1996:37). Wirausaha menghindari situasi risiko yang

rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang

tinggi karena ingin berhasil. Dalam situasi risiko dan ketidakpastian

inilah wirausaha mengambil keputusan yang mengandung potensi

kegagalan atau keberhasilan. Pada situasi ini, menurut Meredith

(1996:38), ada dua alternatif atau lebih yang harus dipilih, yaitu

alternatif yang mengandung risiko dan alternatif yang konservatif.

Pilihan terhadap risiko ini sangat bergantung pada daya tarik setiap

alternatif, siap untuk mengalami kerugian, dan kemungkinan relatif

untuk sukses atau gagal.

Pemilihan sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk

mengambil risiko. Selanjutnya, kemampuan untuk mengambil risiko

ditentukan oleh keyakinan pada diri sendiri, kesediaan menggunakan

(47)

memperoleh keuntungan, kemungkinan menilai situasi risiko yang

realistis.

Di atas, dikemukakan bahwa pengambilan risiko berkaitan

dengan kepercayaan diri sendiri. Artinya, semakin besar keyakinan

seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan

orang tersebut akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dan

keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang untuk

mencoba apa yang menurut orang lain sebagai risiko

(Meredith, 1996:39). Jadi, pengambil risiko lebih menyukai tantangan

dan peluang. Oleh sebab itu, pengambil risiko ditemukan pada

orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian terpenting dari

perilaku kewirausahaan.

d. Kepemimpinan

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat

kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil

berbeda, menjadi yang pertama, dan lebih menonjol. Dengan

menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu

menampilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya dengan

lebih cepat, lebih dulu, dan segera berada di pasar. Ia selalu

menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga menjadi

pelopor dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu

(48)

itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan

merupakan sumber pembaruan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin

bergaul untuk mencari peluang dan terbuka terhadap kritik serta saran

yang kemudian dijadikan peluang. Dalam karya dan karsanya,

wirausaha selalu ingin tampil baru dan berbeda. Karya dan karsa yang

berbeda akan dipandang sebagai sesuatu yang baru dan dijadikan

peluang. Banyak hasil karya wirausaha yang berbeda dan dipandang

baru, seperti komputer, mobil, minuman, dan produk makanan

lainnya.

e. Keorisinilan: kreativitas dan inovasi

Nilai inovatif, kreatif, dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur

keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang

kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik

(Wirasasmita, 1994:7), dengan ciri-ciri tidak pernah puas dengan

cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun dengan cara-cara tersebut cukup

baik, selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya, selalu ingin

tampil beda atau memanfaatkan perbedaan.

Hardvard’s Theodore Levit (Suryana, 2006:42), mengemukakan

definisi inovasi dan kreativitas lebih mengarah pada konsep berpikir

dan bertindak yang baru. Kreativitas adalah kemampuan menciptakan

gagasan dan menemukan cara baru dalam melihat permasalahan dan

(49)

mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan

peluang yang ada untuk lebih memakmurkan kehidupan masyarakat.

Jadi, kreativitas adalah kemampuan menciptakan gagasan baru,

sedangkan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru. Oleh karena

itu, menurut Levitt, kewirausahaan adalah berpikir dan bertindak

sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan cara-cara

baru.

Menurut Zimmerer (Suryana, 2006:42), dalam bukunya

Entrepreneurship and The New Venture Formation, mengungkapkan

bahwa: “Sometimes creativity involves generating something from

nothing. However, creativity is more likely to result in collaborating

on the present, in putting old things together in new ways, or in taking

something away to create something simpler or better.”

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas

mengandung pengertian penciptaan atas sesuatu yang awalnya tidak

ada, hasil kerja masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara

yang baru, menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana

dan lebih baik. Menurut Zimmerer, ide-ide kreativitas sering muncul

ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu yang

baru dan bebeda. Oleh karena itu, kreativitas adalah menciptakan

sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Rahasia

(50)

terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan

masalah dan meraih peluang yang dihadapi setiap hari. Berinisiatif

adalah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah. Kebiasaan

berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah dibiasakan

berulang-ulanng dan melahirkan inovasi. Gerschenkron

(Suryana, 2006:43), seorang ahli yang menonojolkan inovasi sebagai

sarana kepribadian menuju kewirausahaan modern menemukakan

bahwa wirausaha adalah orang yang bertugas memecahkan

keputusan-keputusan ekonomi.

Pokok-pokok pikiran Gerschenkron di atas pada dasarnya sejalan

dengan pokok-pokok pikiran Everett E. Hagen

(Suryana, 2006:43), mengemukakan ciri-ciri kepribadian inovasi yang

kreatif sebagai berikut:

1) Openness to experience, yaitu terbuka terhadap

pengalaman.Wirausaha selalu berminat dan tanggap terhadap

gejala di sekitar kehidupannya dan sadar bahwa di dalamnya

terdapat individu yang berperilaku sistematis.

2) Creative imagination, yaitu kreatif dalam berimajinasi.

Wirausaha memiliki kemampuan untuk bekerja dengan penuh

imajinasi.

3) Confidence and content in one’s own evaluation, yaitu cakap dan

(51)

4) Satisfaction in facing and attacking problems and in resolving

confusion or inconsistency, yaitu selalu memiliki kepuasan

dalam menghadapi dan memecahkan persoalan.

5) Has a duty or responsibility to achive, yaitu memiliki tugas dan

rasa tanggung jawab untuk berprestasi.

6) Intelligence and energetic, yaitu memiliki kecerdasan dan

energik.

f. Berorientasi ke masa depan

Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang

memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki

pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha untuk

berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada

saat ini. Meskipun terdapat risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah

untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaruan masa depan.

Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas

dengan karsa dan karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu, ia

selalu mempersiapkannya dengan mancari suatu peluang.

Ahli lain, seperti M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer

(Suryana, 2006:24), mengemukakan delapan karakteristik

(52)

1. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab

atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki

rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.

2. Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang

moderate, artinya selalu menghindari risiko, baik yang terlalu

rendah maupun terlalu tinggi.

3. Confidence in their ability to success, yaitu memiliki

kepercayaan diri untuk memperoleh kesuksesan.

4. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan

balik dengan segera.

5. High level of energy, yaitu memliki semangat dan kerja keras

untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih

baik.

6. Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif

dan wawasan jauh ke depan.

7. Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam

mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai

tambah.

8. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai

(53)

g. Memiliki tanggung jawab

Ide dan perilaku seorang wirausaha tidak lepas dari tuntutan

tanggung jawab. Oleh karena itulah komitmen sangat diperlukan

dalam pekerjaan sehingga mampu melahirkan tanggung jawab.

Indikator orang yang bertanggung jawab adalah berdisiplin, penuh

komitmen, bersunguh-sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, dan

konsisten.

h. Memiliki kemandirian atau ketidaktergantungan terhadap orang lain.

Orang yang mandiri adalah orang yang tidak suka mengandalkan

orang lain namun justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang

dimilikinya sendiri. Intinya adalah kepandaian dalam pemanfaatan

potensi diri tanpa harus diatur oleh orang lain. Seseorang yang

memiliki jiwa wirausaha juga mempunyai sifat tegar dan tahan uji,

ulet dan penuh semangat, selain itu biasanya mereka menetapkan

standarnya sendiri dan bergerak berdasarkan target-target yang telah

ditentukan serta seorang yang pekerja keras, cerdas, dan fleksibel.

2. Sikap dan Kepribadian Seorang Wirausaha

Alex Inkeles, dan David H. Smith (Suryana, 2006:49), adalah

beberapa ahli yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang

modern. Menurut Inkeles, kualitas manusia modern tercermin pada orang

(54)

bentuk sikap, nilai dan tingkah laku dalam kehidupan sosial. Ciri-cirinya

meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru, selalu membaca

perubahan sosial, lebih realistis terhadap fakta dan pendapat, berorientasi

pada masa kini dan masa yang akan datang bukan pada masa lalu,

berencana, percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan dan mempunyai

keahlian, respek, hati-hati, serta memahami produksi.

Menurut Harsojo (Suryana, 2006:50), modernisasi merupakan sikap

yang menggambarkan keterbukaan bagi pembaruan dan perubahan,

kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis, orientasi pada masa

kini dan masa depan, keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri,

keyakinan terhadap kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

anggapan bahwa keberhasilan merupakan hasil prestasi.

Orang yang terbuka terhadap pengalaman-penngalaman baru akan

lebih siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan, dan perubahan

sosial, misalnya dalam mengubah standar hidup. Orang-orang yang

terbuka terhadap ide-ide baru merupakan wirausaha yang inovatif dan

kreatif. Menurut Yurgen Kocka (1975), pandangan yang luas dan dinamis

serta kesediaan untuk pembaruan bisa lebih cepat berkembanng dalam

lapangan industri, tidak lepas dari latar belakang pendidikan, dan

pengalaman perjalanan yang banyak (Wirasasmita, 1982:44). Dalam

kontek ini juga dijumpai perpaduan yang nyata antara usaha perdagangan

(55)

kesempatan-kesemapatan yang didasari keberanian berusaha. Wirausaha

adalah pribadi unggul yang mencerminkan pribadi yang luhur dan sifat

yang pantas diteladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri dapat

melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan

yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan.

Wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator atau individu yang

mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi

sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat dan

kemampuan serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak

berubah, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi

sosial (Heijrachman, 1982:1). Wirausaha berperan dalam mencari

kombiasi-kombinasi baru yang merupakan gabungan dari lima proses

inovasi, yaitu menemukan pasar baru, pengenalan barang-barang baru,

metode produksi baru, sumber penyediaan bahan mentah baru, serta

organisasi industri baru. Wirausaha merupakan inovator yang dapat

menggunakan kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru.

Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau

organisator penting. Menurut Dusselman (Suryana, 2006:50), seseorang

yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku

(56)

a. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan, dan menerima

ide-ide baru.

b. Keberanian untuk menghadapi risiko, yaitu usaha untuk menimbang

dan menerima risiko dalam mengambil keputusan dan menghadapi

ketidakpastian.

c. Kemampuan manajerial, yaitu usaha yang dilakukan untuk

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, meliputi perencanaan,

koordinasi, menjaga kelancaran usaha, mengawasi dan mengevaluasi

usaha

d. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan

mengarahkan tujuan usaha.

E. Proses Kewirausahaan

1. Faktor Pemicu Kewirausahaan

McClelland (Suryana, 2006:62), mengemukakan bahwa

kewirausahaan ditentukan oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai,

dan status kewirausahaan atau keberhasilan.

Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor interal dan

eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan

(property right—PP), kemampuan/kompetensi (abiliy/competency—C),

dan insensif (incentive—I), sedangkan faktor eksternal meliputi

(57)

kemampuan afektif mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi

yang semuanya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang ada,

maka dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif merupakan

bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan. Jadi, kemampuan

berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam

mengkombinasikan kreatifitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian

menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.

2. Ciri-Ciri Penting Tahap Permulan dan Pertumbuhan Kewirausahaan

Menurut Suryana (2006:64), proses pertumbuhan kewirausahaan

pada usaha kecil tersebut memiliki tiga ciri penting, yaitu:

a. tahap imitasi dan duplikasi

b. tahap duplikasi dan pengembangan

c. tahap menciptakan sendiri barang dan jasa baru yang berbeda.

Pada tahap pertama, yaitu proses imitasi dan duplikasi, para

wirausaha mulai meniru ide dari orang lain, misalnya menciptakan jenis

produk yang sudah ada, baik dari segi teknik produksi, disain,

pemrosesan, organisasi usaha, ataupun pola pemasarannya. Keterampilan

pada tahap awal ini diperoleh melalui magang ataupun pengalaman

pribadi, baik dari lingkungan keluarga maupun orang lain. Akan tetapi,

tidak sedikit pula wirausaha yang berhasil karena mempraktekan hasil

(58)

Selanjutnya, pada tahap duplikasi dan pengembangan, para

wirausaha mulai mengembangkan ide-ide barunya. Pada tahap duplikasi

produk, misalnya wirausaha mulai mengembangkan produknya melalui

diversifikasi dan diferensiasi dengan disain baru, begitu pula dengan

kegiatan organisasi usaha dan pemasaran. Meskipun pada tahap ini

terjadi perkembangan yang lambat dan cenderung kurang dinamis,

namun sudah ada sedikit perubahan. Misalnya disain dan teknik yang

cenderung monoton mungkin berubah tiga sampai lima tahun sekali,

pemasaran cenderung dikuasai bentuk-bentuk monopsoni oleh para

pedagang pengumpul pada usaha kecil pada umumnya. Beberapa

wirausaha ada juga yang mengikuti model pemasaran dan cenderung

berperan sebagai pengikut pasar (market flower) dan beberapa

perusahaan lagi mengikuti kehendak pedagang pengumpul.

Kemudian, tahap berikutnya adalah menciptakan sesuatu yang baru

dan berbeda melalui ide-ide sendiri sampai terus berkembang. Pada tahap

ini, wirausaha biasanya mulai bosan dengan proses produksi yang ada,

keingintahuan dan ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada mulai

timbul sehingga tercipta semangat dan keinginan untuk mencapai hasil

yang lebih unggul. Pada tahap ini organisasi usaha juga mulai diperluas

dengan skala yang lebih luas, penciptaan produk sendiri berdasarkan

pengamatan pasar dan kebutuhan konsumen, serta adanya keinginan

(59)

yang digerakkan oleh pasar mulai diciptakan dan disesuaikan dengan

perkembangan teknik yang ada. Beberapa industri kecil, misalnya

industri kecil sepatu dan konveksi mulai menantang pasar, sedangkan

industri lainnya yang menggunakan teknik produksi tradisional dan semi

modern masih menjadi pengikut pasar.

3. Langkah Menuju Keberhasilan Berwirausaha

Dun Steinhoff & John F. Burgess (Suryana, 2006:66),

mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk mencapai

pengembangan keberhasilan berwirausaha sebagai berikut:

Untuk menjadi wirausaha yang sukses, seseorang harus memiliki

ide dan visi bisnis yang jelas serta kemauan dan keberanian untuk

menghadapi risiko, baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan

dalam menghadapi risiko, langkah berikutnya adalah membuat

perencanaan usaha, mengorganisasikan, dan menjalankannya. Agar usaha

tersebut berhasil, selain harus bekerja keras sesuai dengan urgensinya,

wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitra

(60)

Gambar II.1

Langkah Menuju Kewirausahaan yang Berhasil

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jiwa Wirausaha

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan siswa

khusunya pada siswa SMK. Menurut Rinal A Malem, K. Ginting

(Astuti, 2006:4), faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor dari luar atau faktor

eksternal yang terdiri dari pekerjaan orang tua, pengalaman orang tua,

kurikulum sekolah, kondisi lingkungan dan keluarga, masyarakat, dorongan

orang tua dan teman, sistem perekonomian, politik, dan sebagainya. Sedangkan

faktor dari dalam diri manusia itu sendiri atau faktor internal ini berasal dari

pribadi masing-masing, misalnya kemampuan, pengetahuan, bakat, kegemaran,

sikap minat, inteligensi, jenis kelamin, usia dan yang lainnya. Dalam penelitian

ini, peneliti membatasi faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan, yaitu

prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan yang dilihat dari nilai

kewirausahaan, pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, dan tempat

tinggal siswa. IDE

Kemauan Kemampuan

Semangat Dan Kerja keras

Loyalitas dan

tanggung

jawab

(61)

1. Prestasi Belajar Mata Pelajaran kewirausahaan

Kewirausahaan sebagai satu mata pelajaran diberikan pada jenjang

pendidikan di sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK) seperti halnya

di STM, SMEA, dsb. Jenis mata pelajaran ini dalam struktur kurikulum

<

Gambar

Tabel IV.14 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa
Tabel r Product Moment......................................................... 152
Tabel II.1
Gambar II.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAN IJMUR PERUSAEAAN ITREADA} ?ROITTABIIJIAS ?IRUSAII-AAN FROPf,RTI DAN RIAI f,STATT YANC. LISTING DI NURAA EFEK

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, proporsi perusahaan dalam sampel yang melakukan praktek manajemen laba dengan strategi menaikkan laba (increasing income)

Penelitian ini mencakup tiga tahapan penelitian, semua dilakukan dalam rangka untuk mengembangkan dan memvalidasi metoda pengukuran kadar air menggunakan alat

Pelindung: Menteri Kelautan dan Perikanan lndonesia Pembina : Dirjen P2HP, Es-I Mendiknas, EsJ Menperindag Pengarah : Dir. PH, Ditjen P2HP Sekretaris Pengarah:

layanan bimbingan kelompok dengan media permaian smart monopoli terhadap peningkatan kreativitas siswa kelas V SD Negeri Tumenggungan Surakarta Tahun Pelajaran

Kedua tipe tersebut digunakan untuk mengatasi bottleneck pada salah satu server yang mengalami kepadatan jaringan untuk dibagi bebannya ke

Benda kerja yang biasanya merupakan benda setengah jadi dan kebanyakan dari jenis logam lunak, dipukul atau ditempa dengan menggunakan palu tempa untuk

Banjir merupakan fenomena alam yang bisa terjadi disuatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagai