• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 232010155 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 232010155 Full text"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan PBV ( price to book value). PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan kedepan. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk melihat prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah melalui kinerja perusahaan yaitu dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Menurut Weston and Copeland (1995) sebagaimana dikutip oleh Cahyani (2012), mengemukakan bahwa profitabilitas adalah efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan atau investasi perusahaan. Peningkatan profitabilitas perusahaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan itu tergantung dari, bagaimana persepsi investor terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. Persepsi investor dalam menanggapi profitabilitas akan mempengaruhi harga saham sekaligus nilai dari perusahaan tersebut.

(2)

kemakmuran para pemegang saham (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat kepentingan yang berbeda didalam perusahaan antara agent dan principal, dimana kedua belah pihak berusaha untuk mencapai serta mempertahankan tingkat kemakmuran yang diinginkan.

Menurut Widyaningdyah (2001) para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola laba atau melakukan earnings management guna meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu. Oleh karena itu, perusahaan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan yang kecil, karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya.

Menurut Watts dan Zimermen (1985) sebagaimana dikutip oleh Yangs (2011), menyatakan bahwa jika perusahaan sensitif terhadap variasi ukuran perusahaan, perusahaan lebih besar menyukai prosedur (metode) yang dapat menunda pelaporan laba. Menurut penelitian Sudarma (2003) dalam Sulistiono (2010) bahwa ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

(3)

(Tobin’s Q). Ujiyantho dan Pramuka (2007) menemukan bahwa manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (cash flow return on assets). Fernandes dan Ferreira (2007) mengatakan bahwa ada hubungan manajemen (discretionary accruals) dengan nilai perusahaan (Tobin’s Q). Herawaty (2008) menemukan bahwa earnings management (discretionary accruals)berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Megawati (2009) menemukan bahwa manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV). Berdasarkan ketidakkonsistenan penelitian sebelumnya, maka penelitian ini menguji kembali pengaruh praktek manajemen laba terhadap nilai perusahaan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Herawaty (2008) menunjukkan earnings management (discretionary accruals) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q), ukuran perusahaan (natural logaritma nilai pasar ekuitas

perusahaan pada akhir tahun) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya.

(4)

Sedangkan pertimbangan utama menggunakan ROE adalah karena ROE merupakan turunan dari ROI sehingga lebih menggambarkan profitabilitas (Suharly, 2004) dan ROE merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu tahun 2011-2012. Alasan menggunakan perusahaan manufaktur adalah

Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris tentang pengaruh praktek manajemen laba terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI tahun 2011-2012. Alasan menggunakan perusahaan manufaktur yaitu, pertama: adanya kasus manajemen laba yang dilakukan di perusahaan manufaktur yaitu PT. Kimia Farma Tbk tahun 2001 (Kompas, 21 November 2002). Kedua: jumlah sampel yang sangat bervariasi karena berasal dari berbagai sektor industri.

(5)

TELAAH TEORITIS

Teori Keagenan (Agency Teory)

Darwis (2012) mengatakan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan modern mengakibatkan potensi konflik antara pemilik dan manajer. Secara khusus, tujuan dari pihak manajemen dapat berbeda dari tujuan pemegang saham. Manajemen bertindak untuk kepentingannya sendiri daripada kepentingan pemegang sahamnya (Van Horne dan Wachowicz, 2005:7). Pemegang saham mempercayakan perusahaan untuk dikelola oleh manajemen (agen) yang bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Padahal, sering terjadi konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Konflik tersebut muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Pada dasarnya perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan utama yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Karena adanya tujuan yang berbeda maka pihak manajemen sering melakukan praktek manajemen laba.

(6)

kondisi yang sebenarnya. Tindakan praktek manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen akan menggambarkan kinerja perusahaan tampak lebih baik yang tercermin dari laba yang dihasilkan maupun harga saham perusahaan.

Nilai Perusahaan

Menurut Andri dan Hanung (2007) nilai perusahaan adalah nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Usunariyah (2003:54) dalam Umi, Gatot dan Ria (2012) bahwa nilai perusahaan dicerminkan pada kekuatan tawar-menawar saham. Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan mempunyai prospek pada masa yang akan datang, maka kinerja pasarnya meningkat yang tercermin dari nilai sahamnya menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang memiliki prospek maka harga saham menjadi rendah.

Perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham perusahaan dipasar, semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.

(7)

dimiliki (Helfert, 1996) dalam Nuswandari (2009). Kinerja perusahaan yang baik akan menggambarkan kemakmuran pemegang saham semakin meningkat. Kinerja perusahaan ditinjau dari perspektif keuangan memiliki tipikal dihubungkan dengan profitabilitas. Strategi perusahaan dalam perspektif keuangan secara jangka panjang akan mempengaruhi nilai pemegang saham. Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan (Brigrham & Houston, 2009) dalam Prasetyorini (2013). Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang dapat diukur dari berbagai rasio salah satunya menggunakan proksi ROE. Pertimbangan utama karena ROE merupakan turunan dari ROI sehingga hasilnya merupakan hasil yang lebih mengambarkan profitabilitas (Suharli, 2004).

(8)

Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (Schipper, 1989) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007). Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (2000:368) dalam herawaty (2008) didefinisikan sebagai berikut: earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan yang dapat merubah laporan keuangan sehingga menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Menurut (Scott, 2000) terdapat beberapa pola dalam manajemen laba, yaitu: Pertama, Taking a Bath yang dimana pola ini terjadi pada saat pengangkatan CEO baru dengan cara melaporkan kerugian dalam jumlah besar yang diharapkan dapat meningkatkan laba di masa yang akan datang. Kedua, Income Minimization dilakukan pada saat perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada masa mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. Ketiga, Income Maximization dilakukan pada saat laba menurun bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. Keempat, Income Smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

(9)

yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985) dalam Rahmawati dkk (2006). Kedua, Political Motivations: Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. Ketiga, Taxation Motivation: Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk penghematan pajak pendapatan. Keempat, Pergantian CEO: CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan. Kelima, Initial Public Offering (IPO): Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan. Keenam, Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor: Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

(10)

menggambarkan kinerja perusahaan selama periode berjalan, meski kas belum diterima dan dikeluarkan (Sulistyanto, 2008). Manajamen laba diproksikan dengan menggunakan discretionary accruals (DA). Menurut Healy (1985) dan De Angelo (1986) yang dikutip dalam Gumanti (2001) konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu discretionary accruals dan nondiscretionary accruals.

(11)

Manajemen laba dan Nilai Perusahaan

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik sehingga menimbulkan asimetri informasi. Manajer diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan merupakan cerminan nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Menurut Ali (2002) dalam Herawaty (2008) bahwa laporan keuangan tersebut penting bagi pihak ekternal perusahaan karena kelompok itu berada dalam kondisi yang paling tidak tinggi tingkat kepastiannya.

(12)

sinyal yang positif terhadap terhadap investor. Investor akan merespon positif dan tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut, sehingga harga saham pasar perusahaan (PBV) akan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.

Penelitian mengenai pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan telah banyak dilakukan oleh peneliti. Namun para peneliti menemukan hasil yang berbeda. Hastuti (2005) menemukan bahwa tidak terdapat hubungan manajemen laba (discretionary accruals) dengan kinerja perusahaan (Tobin’s Q) di BEJ LQ 45 tahun 2001-2002. Temuan ini menjelaskan bahwa manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen nilainya relatif kecil jika dibandingkan nilai kinerja secara keseluruhan. Fernandes dan Ferreira (2007) meneliti lebih dari 24.000 perusahaan di 43 negara selama periode 1990-2003. Temuan ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan manajemen laba dengan nilai perusahaan untuk peluang investasi dan kebutuhan keuangan eksternal.

(13)

Megawati (2009) manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) di Jakarta Islamic Index tahun 2005-2007. Temuan ini menjelaskan walaupun manajemen laba bisa dideteksi oleh pasar saham namun investor atau pasar saham mengabaikan adanya rekayasa laba tersebut. Herawaty (2008) menemukan earnings management (DA) berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan BEI periode 2004-2006. Temuan ini menjelaskan manajemen laba bukan sebagai strategi perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

H1a: Praktek manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan ROE

H1b: Praktek manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

(14)

adalah dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan mempertimbangkan karakteristik tertentu.

Adapun sampel yang diambil adalah perusahaan yang termasuk dalam kriteria sebagai berikut :

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2012

b. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan (Annually Report) yang sudah diaudit pada tahun 2011- 2012. c. Ketersedian data untuk setiap variabel yang diteliti

Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Website Bursa Efek Indonesia, yaitu:

http://www.idx.co.id.

Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Independen

(15)

Jones yang dimodifikasi (Dechow et al, 1995) dalam Herawaty (2008). Model perhitungannya adalah sebagai berikut:

TAC= NIit - CFOit………(1)

TAit/Ait-1=β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevit/Ait-1)+β3(PPEit/Ait-1)+e...(2)

Dari persamaan di atas, nondiscretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan memasukan kembali koefisien-koefisien α ke dalam persamaan berikut:

NDAit=β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevit/Ait–ΔRecit/Ait)+β3(PPEit/Ait 1)+e...(3)

Selanjutnya discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut:

DAit=TAit/Ait-1– NDit-1………...………(4)

Keterangan:

TAC = Total Akrual perusahaan i pada periode ke t

DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

NDAit = NonDiscretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

NIit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode t

Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode t-1

PPEt = Nilai aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

ΔRecit = Selisih perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t

(16)

e = error

Variabel Dependen

Return On Equity (ROE)

Selain menggunakan harga pasar dalam menghitung nilai perusahaan, kinerja perusahaan juga dapat digunakan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari sisi keuangan maupun non keuangan. Sejauh ini, kinerja keuangan (yang secara umum menggunakan berbagai rasio keuangan) masih menjadi ukuran penilaian kinerja perusahaan yang paling banyak digunakan, meskipun dalam perkembangannya muncul berbagai pendekatan penilaian kinerja yang bersifat non keuangan. Penelitian ini menggunakan rasio rofitabilitas dengan proksi Return On Equity (ROE). ROE adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa. Menurut Weston dan Copeland (1992), Baigham dan Houston (2006), Horne (1997) dalam Yangs (2011) ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ROE =

Total Stockholders Equity Profit After Tax

Price to Book Value (PBV)

(17)

merupakan perbandingan antara harga saham perusahaan dengan nilai buku perusahaan. Nilai buku perusahaan merupakan hasil kali antara harga pasar saham dengan jumlah saham beredar. Sedangkan harga pasar saham merupakan harga penutupan akhir tahun setiap perusahaan yang datanya diambil dari

www.idx.co.id. Pada penelitian ini di ukur dengan menggunakan rosio PBV.

(Husnan, 1994) dan (Sudarma, 2003) dalam Sulistiono (2010) menjabarkan rumus untuk menghitung PBV sebagai berikut:

PBV =Harga Pasar Saham Perusahaan

Nilai Buku Perusahaan

Variabel Kontrol

Ukuran Perusahaan

(18)

perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Kinerja perusahaan yang efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan yang terefleksi dari laba bersih yang dihasilkan perusahaan yang semakin meningkat. Dengan laba bersih yang semakin besar mengindikasikan nilai perusahaan semakin meningkat, yang tercermin dari harga saham pasar perusahaan (PBV) juga ikut meningkat.

Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang sama. Herawaty (2008) menemukan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Hasil penelitian

tersebut konsisten dengan penelitian Sulistiono (2010) dan Bhekti (2013) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Temuan ini menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan ukuran perusahaan dalam membeli saham. Ukuran perusahaan dijadikan patokan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja bagus. Semakin besar perusahaan semakin besar nilai perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian diukur melalui natural logaritma TA (total asset). Taswan (2003) dalam Sulistiono (2010) menjabarkan rumus untuk menghitung kepemilikanmanajerial sebagai berikut:

Total Total asset = Kekayaan perusahaan pada akhir tahun

Teknik Analisis Data

(19)

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menggambarkan tentang hubungan langsung antara pengumpulan data dan peringkasan data serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Dengan kata lain statistik deskriptif ini dapat memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtoses dan skewness (kemencengan distribusi). Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran mengenai earning management, firm size, ROE dan PBV.

b. Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen, variabel independen berdistribusi normal atau tidak. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen (Ghozali, 2005).Untuk mendeteksi normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov- Smirnov dengan koreksi liliefors. 2. Uji Autokorelasi

(20)

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2005).

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Hasil regresi yang baik jika terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). c. Regresi Berganda

Dalam penelitian ini persamaan regresi berganda dinyatakan dalam bentuk formula:

Y1= a+ β1X1+ β2X2+ e Y2= a+ β1X1+ β2X2+ e

Dimana: Y1 = ROE Y2 = PBV a = Konstanta

β1- β2 = Koefisien Regresi

X1 = Manajemen Laba X2 = Firm Size

(21)

Tingkat signifikansi ditentukan sebesar 0,05 (5%). Kriteria yang akan digunakan adalah berdasarkan nilai probabilitas (p value).

 Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima  Jika p value > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011–2012. Dari populasi tersebut dan berdasarkan kriteria pemilihan sampel diperoleh sampel sebanyak 122 perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1. Hasil Seleksi Sampel

Keterangan Tahun

2011 2012 Perusahaan manufaktur yang listing di BEI 150 150 Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan

dalam mata uang asing 19 19

Perusahaan yang tidak ada datanya untuk setiap

variabel yang diteliti 64 76

Jumlah sampel dalam penelitian 67 55

Sumber data: IDX 2011– 2012

(22)

melaporkan harga saham saat penutupan masing-masing 24 perusahaan dan 26 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang tidak dapat dijadikan sampel penelitian sebanyak 140 Perusahaan. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah sampel yang digunakan pada periode penelitian berjumlah 122 sampel yaitu sebesar 40,67% dari total perusahaan manufaktur yang listing di BEI.

Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS Ver.20.0 diperoleh hasil yang ditunjukkan:

Tabel 2. Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Manajemen_Laba 122 -2.11 3.03 1.88E-16 .98753 Size 122 25 33 27.92 1.530 ROE 122 -17.63 32.70 11.3326 9.79465 PBV 122 .01 5.30 1.5031 1.22108 Valid N (listwise) 122

Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0

(23)

Pada variabel dependen ROE mempunyai nilai minimum -17,63; maksimum 32,70; rata-rata 11,3326 dengan standar deviasi 9,79465. Rata-rata ROE sebesar 11,33%, yang berarti nilai perusahaan yang dikaitkan dengan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri adalah 11,33%. Hal ini menunjukkan perusahaan dalam sampel mempunyai kinerja yang baik terbukti dari besaran ROE yang positif artinya perusahaan memperoleh laba. ROE yang paling tinggi dimiliki oleh PT. Selamat Sempurna Tbk, sedangkan yang paling rendah dimiliki oleh PT. Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk.

Pada variabel dependen PBV mempunyai nilai minimum 0,01; maksimum 5,30; rata-rata 1,5031 dengan standar deviasi 1,22108. Rata-rata PBV sebesar 1,5 kali, yang berarti nilai perusahaan yang dikaitkan dengan harga pasar saham perusahaan adalah 1,5 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pasar saham (investor) merespon secara positif terbukti dari harga pasar saham lebih besar dari nilai buku. PBV yang paling tinggi dimiliki oleh PT. Kalbe Farma Tbk pada tahun 2011, dan yang paling rendah dimiliki oleh PT. Kalbe Farma Tbk pada tahun 2012 .

(24)

Internasional Tbk, nilai terendah dimiliki oleh PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk.

Pada Variabel kontrol ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma natural dari total aktiva memiliki nilai minimum 25; maksimum 33; rata-rata 27,92 dengan standar deviasi 1,530. Ukuran perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT. Astra International Tbk, nilai terendah dimiliki oleh Tbk, Kedaung Indah Can Tbk dan Pyridam Farma Tbk.

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas data melalui kolmogorov-smirnov test menunjukkan bahwa nilai signifikansi KS 0,409 dan 0,134 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

2. Uji Autokorelasi

(25)

0 1,6728 1,7388 2,2612 2,3272 4

+ Ragu-ragu

Tidak ada

Autokorelasi Ragu-ragu

-1,761 dan 2,141

3. Uji Multikolinearitas

Untuk menguji adanya multikolinearitas yaitu dengan melihat VIF (Variance Inflation Factor). Dari hasil uji multikolinearitas menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel sebesar 1,000 yang lebih kecil dari 10, sehingga tidak terdapat multikolinearitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antara variabel independen dalam model regresi.

4. Uji Heteroskedastisitas

(26)

Regresi Berganda

Hasil perhitungan regresi berganda menggunakan SPSS dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 3. Hasil Pengujian Model Regresi Berganda

Coefficientsa

Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0

(27)

digunakan dalam penelitian ini layak. Hal ini berarti bahwa terjadi pengaruh yang signifikan variabel manajemen laba dan ukuran perusahaan secara bersama-sama terhadap variabel ROE.

Dilihat dari tabel 3 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

ROE= -57,700 + 1,22DA+ 2,472SIZE + e

Manajemen laba dan Nilai Perusahaan (ROE)

Hasil pengujian menunjukkan variabel manajemen laba mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,145 lebih besar dari nilai α = 0,05 artinya H1a ditolak. Ini menunjukkan bahwa praktek manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan ROE.

(28)

Tabel 4. Hasil Pengujian Crosstabulation Manajemen Laba-ROE

Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0

(29)

terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari kinerja keuangan yaitu ROE. Hal ini menunjukkan bahwa laba yang dilaporkan oleh perusahaan bukan menjadi pertimbangan utama investor dalam menilai kinerja perusahaan untuk melakukan investasi. Akan tetapi ada faktor lain yang mungkin menjadi pertimbangan investor misalnya: perusahaan dalam sampel mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan datang dan perusahaan mempunyai sumber daya manusia yang handal atau terampil serta perusahaan memiliki teknologi yang canggih.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Pae (1999), Feltham dan Pae (2000), Gideon (2005) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) dan Hastuti (2005) yang mengatakan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Variabel kontrol ukuran perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari α = 0,05 artinya Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap ROE.

(30)

bagaimana pihak manajemen mengelola sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Sehingga dapat disimpulkan bahwa investor mempertimbangkan ataupun menjadikan ukuran perusahaan sebagai tolak ukur dalam menilai kinerja perusahaan yang tercermin dari ROE yang dihasikan oleh perusahaan.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hesti (2010) dan Uyun (2010) dalam Raharja (2012) yang menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Tabel 5. Hasil Pengujian Model Regresi Berganda

Coefficientsa

Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0

(31)

lain yang tidak dimasukkan dalam model. Meskipun nilai adjusted (R²) rendah, tetapi dengan nilai F test, pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan diperoleh nilai F-hitung sebesar 25,626 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 mengindikasikan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini layak. Hal ini berarti bahwa terjadi pengaruh yang signifikan variabel manajemen laba dan ukuran perusahaan secara bersama-sama terhadap variabel PBV.

Dilihat dari tabel 5 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

PBV = -10,711 + 0,033DA + 0,437SIZE + e

Manajemen laba dan Nilai Perusahaan (PBV)

Hasil pengujian menunjukkan variabel manajemen laba mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.730 lebih besar dari nilai α = 0,05 artinya H1b ditolak. Ini menunjukkan bahwa praktek manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV.

(32)

merugikan para investor dan bagi perusahaan juga akan merugikan, sabab hal ini berhubungan dengan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham yang di transaksikan dan begitu juga sebaliknya. Penelitian ini menjelaskan bahwa pemakai laporan keuangan dalam hal ini investor beranggapan, laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan kinerja manajemen secara keseluruhan. Hal ini diduga bahwa pasar atau investor tidak terfokus pada berapa banyak laba yang dihasilkan oleh perusahaan untuk membeli saham perusahaan, akan tetapi investor melihat bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik sehingga investor meresponnya dengan positif.

Tabel 6. Hasil Pengujian Crosstabulation Manajemen Laba-PBV

Manajemen_Laba * PBV Crosstabulation

Sumber Data : Hasil Output SPSS Ver.20.0

(33)

Menurut Sulistyanto (2008) dalam Firdaus (2013), salah satu alasan motivasi manajemen laba dilakukan karena alasan pasar modal lebih banyak disebabkan oleh adanya anggapan umum bahwa angka-angka akuntansi, khususnya laba merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan oleh investor dalam menilai harga saham (capital market motivations). Sehingga tidak mengherankan kalau ada sebagian manajer yang berusaha membuat laporan keuangannya tampak baik dengan maksud untuk mempengaruhi kinerja saham dalam jangka pendek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, proporsi perusahaan dalam sampel yang melakukan praktek manajemen laba dengan strategi menaikkan laba (increasing income) maupun menurunkankan laba (decreasing income) tidak berbeda jauh artinya praktek manajemen laba yang dilakukan oleh manajer tidak akan berdampak terhadap nilai perusahaan (PBV). Hal ini diduga walaupun manajemen laba bisa dideteksi oleh pasar, namun investor atau pasar saham mengabaikan adanya manajemen laba tersebut Megawati (2009). Sehingga laba yang dihasilkan oleh perusahaan bukan menjadi pertimbangan utama bagi investor dalam membeli saham.

(34)

Variabel kontrol ukuran perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari α = 0,05 artinya Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap PBV.

Darmawati (2004) menyatakan bahwa perusahaan besar pada dasarnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar maka pihak manajemen akan lebih leluasa dalam menggunakan asset yang ada di perusahaan tersebut. Kemudahan dalam mengendalikan asset perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar asset yang dimiliki oleh perusahaan semakin besar nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan ukuran perusahaan dalam membeli saham perusahaan.

Penelitian ini sejalan dengan temuan Herawaty (2008), Sulistiono (2010) dan Prasetyorini (2013) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

PENUTUP

Kesimpulan

(35)

maupun PBV. Semakin besar asset yang dimiliki oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan nilai perusahaan yang berarti juga pihak manajemen mampu mengelola sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

Implikasi

Implikasi Teoritis

Dalam penelitian ini menguji pengaruh manajemen laba (DA) dan Ukuran perusahaan (Total Asset) yang dapat digunakan untuk menilai nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang listing BEI pada periode 2011-2012.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Pae (1999), Feltham dan Pae (2000), Gideon (2005) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007), Hastuti (2005) dan Megawati (2009) yaitu manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan nilainya relatif kecil dan pasar mengabaikan adanya manajemen laba tersebut. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fernandes dan Ferreira (2007) dan Herawaty (2008) yang mengatakan manajemen laba berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

(36)

Nuswandari (2009) mengatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini ada yang mendukung dan ada yang membantah hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya artinya tidak konsisten (inconsistent) hasil penelitian yang satu dengan yang lain, sehingga perlu diteliti lebih lanjut.

Implikasi Terapan

Sebagai implikasi terapan dari penelitian ini adalah para manajer disarankan tidak perlu melakukan manajemen laba, karena terbukti variabel manajemen laba tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Pasar atau investor tidak menjadikan laba sebagai tolak ukur atau mengabaikan adanya manajemen laba tersebut dalam melakukan investasi. Penelitian ini memberikan gambaran bagi manajer bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Apabila perusahaan menginginkan nilai perusahaan yang baik maka manajer harus bisa mengelola asset perusahaan secara efektif dan efisien. Bagi investor maupun kreditur hendaknya memperhatikan aspek asset perusahaan ketika akan melakukan investasi, karena asset perusahaan yang besar merupakan jaminan bagi prospek investasi yang dilakukan.

Keterbatasan Penelitian dan Saran Untuk Penelitian Mendatang

(37)

periode waktu, jumlah sampel, maupun event yang berbeda. Event merger dan akuisisi, adopsi standar akuntansi dan peraturan perpajakan yang lebih dini, maupun krisis ekonomi dapat dijadikan event pengamatan atas tindakan earnings management. Perspektif efisiensi manyatakan bahwa manajer melakukan pilihan atas kebijakan akuntansi untuk memberikan informasi yang lebih baik tentang cash flow yang akan datang dan untuk meminimalkan agency cost yang terjadi karena konflik kepentingan antara stakeholder dan manajer Jiambalvo (1996) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007). Keterbatasan lainnya adalah penelitian ini hanya menggunakan satu variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai dasar untuk mengetahui tingkat singnifikansi terhadap nilai perusahaan hanya terbatas pada manajemen laba dan ukuran perusahaan. Untuk penelitian selanjutnya supaya memasukkan variabel lain untuk mengukur nilai perusahaan, menggunakan Tobin’s Q sebagai alternatif penilaian selain PBV dan

(38)

Daftar Pustaka

Andri, Rachmawati dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X. pp 1-24.

Ardiansyah,Yusfi. 2009. Evaluasi Kinerja Return Saham ke depan dengan penggunaan data pasar dan data akuntansi tahun sebelumnya dari rasio PER, PBV, dan EV/EBITDA pada tahun 2004-2008 di Bursa Efek Indonesia (saham-saham pada index LQ-45). Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta. Diuduh dari (http://lontar.ui.ac.id.15 Januari 2014). Darwis, Herman. 2012. Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Corporate Governance Sebagai Pemoderasi. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16, No.1, Januari 2012, hal. 45-55, Universitas Khairun. Darmawati, Deni dkk.(2004). Hubungan Corporate Governance dan Kinerja

Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004.

Djojo, Adji. 2012. Aplikasi Praktis SPSS Dalam Penelitian. Gava Media. Yogyakarta.

Dwi, Nuvita.C. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Persahaan, Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan Dan Jenis Industri Terhadap Praktek Perataan Laba di BEI tahun 2005-2010. Juraksi,Vol.1,No.2, Februari 2012, ISSN:2301-9328.

Fernandes, Nuno dan Ferreira, M.A. 2007. The Evolution of Earnings Management and Firm Valuation: A Cross-Country Analysis. Working paper. European Finance Association Conference and 2007 CEPR-Gerzensee Symposium.

Firdaus, Ilham. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi dan Capital Adequacy Ratio Tehadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing di BEI. Skripsi Sarjana Universitas Negeri Padang, di unduh dari (http://unp.ac.id/.03 Juni 2014)

(39)

Gumanti, Tatang Ary., 2001, Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 2, hal. 104-115.

Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol.10,No.2, November 2008 :97-108.

Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta), Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.

Hutagaol, Rahman. 2008. Manajemen Laba Melalui Akrual dan Aktivitas Real Pada Penawaran Perdana dan Hubungannya Dengan Kinerja Jangka Panjang (Studi Empiris Di Bursa Efek Jakarta Tahun 1994-2003). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.5, No.1, Juni 2008.

I,Guna Welvin dan Erlan H. 2010. Pengaruh mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor lainnya terhadap manajemen laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.1, hal 53-68, STIE Trisakti.

Jiambalvo, J. 1996. Discussion of Causes and Consequences of Earnings Manipulation. Contemporary Accounting Research. Vol. 13. Spring, p.37-47.

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE.

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mardiyati, U, Ahmad.G.N, dan Putri, Ria. (2012). Pengaruh Kebijakan Dividen,

Kebijakan Hutang, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2005-2010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), Vol. 3, No. 1, 2012.

(40)

Sunan Kalijaga. Diunduh dari (http://digilib.uin-suka.ac.id/3489/1.pdf‎.18 Sptember 2013).

Mila, Efrianus Landu dan Supatmi. 2012. Analisis Perataan Laba Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2006-2010. Prosiding Seminar Nasional Dan Call For Papers: “Menilai Kinerja Bisnis & Ekonomi Indonesia: Problematika, Perspektif & Prospek”. Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya. 2012

Nuswandari, Cahyani. 2009. Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2005. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Hal.70-84,Vol. 16.No. 2, September 2009, ISSN: 1412-3126

Prasetyorini, F. Bhekti (2013). Pengaruh ukuran perusahaan, leverage, price earning ratio, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2011. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1, No.1, Januari 2013. Hal:183-196.

Raharja, Iqbal Bukhori. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2010).Diponegoro Journal Of Accounting Tahun 2012. (http://ejournal S1.undip.ac.id/index.php/ accounting).

Scott, William R. 2000. Financial accounting theory. Second edition. Canada: Prentice Hall.

Soliha, E. dan Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 9. No. 2, September: 149-163.

Suharli, Michell dan Sofyan F. Harahap. 2004. Studi Empiris Terhadap Faktor Penentu Kebijakan Jumlah Dividen. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi. Vol.4, No.3, hal.223-245.

(41)

Sulistyanto, H. Sri., 2008, Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris, Jakarta: Grasindo.

Ujiyantho dan Pramuka, 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan go publik Sektor Manufaktur), Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.

Utomo, M. Muslim, 2000. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan Antara Perusahaan High Profile dan Low Profile). Simposium Nasional Akuntansi III, IAI.

Van Horne, James C. & John M. Wachowichz, Jr. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen keuangan. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Widhiarso, Wahyu. 2011, Analisis Data Penelitian Dengan Variabel Kontrol.

Diunduh dari (http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/ 16 Juli 2013).

Widyaningdyah, A.U. 2001, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3, No. 2, November, Hal. 89-101.

(42)
(43)
(44)
(45)

110 SCCO -0.22 28 26.09 1.28

(46)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized

Residual

N 122

(47)
(48)
(49)

Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1

(Constant) -57.700 15.005 -3.845 .000

Manajemen_Laba 1.221 .832 .123 1.468 .145

Size 2.472 .537 .386 4.608 .000

a. Dependent Variable: ROE

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1

(Constant) -10.711 1.710 -6.263 .000

Manajemen_Laba .033 .095 .026 .345 .730

Size .437 .061 .548 7.153 .000

(50)

CURRICULUM VITAE

DATA DIRI :

Nama : Dimer Simamora

NIM : 232010155

Fakultas : Ekonomika dan Bisnis Program Studi : Akuntansi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Tapanuli Utara, 11 Agustus 1991

Umur : 23 tahun

Agama : Kristen Protestan

Alamat Rumah : Lobupining, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara

Alamat Kos : Jalan Kalisawo, Rt.03 Rw.01, Kel. Bugel, Kec. Sidorejo, Salatiga-Jawa Tengah

Telepon, HP : 085641941530

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN :

1997 – 2003 : SD Negeri 173256 Lobu pining 2003 – 2006 : SMP Negeri 1 Pahae Julu 2006 – 2009 : SMK Negeri 1 Siatas Barita

(51)

RIWAYAT ORGANISASI DAN KEPANITIAAN

 2011

 Panitia Makrab Batak di Wisma Garuda Kopeng, 12-13 November 2011, sebagai seksi Akomodasi Perlengkapan dan Transportasi.  2012

 PanitiaVisit Plan Jakarta-Bandung, 30 April-03Mei 2012, sebagai Seksi Acara.

 Panitia Retreat Muda-Mudi Gereja HKBP Salatiga di Salib Putih Kopeng 2012, sebagai Seksi Acara.

 Ketua Muda-Mudi Gereja HKBP Salatiga periode 2012-2013.  2013

Gambar

Gambaran Objek Penelitian
Tabel 2. Statistik Deskriptif
Tabel 3. Hasil Pengujian Model Regresi Berganda
Tabel 4. Hasil Pengujian Crosstabulation Manajemen Laba-ROE
+3

Referensi

Dokumen terkait

praktek pengungkapan IFR terhadap reaksi pasar yang diukur dengan abnormal return saham.. dan frekuensi perdagangan saham antara perusahaan yang menerapkan IFR

Proses yang dilakukan adalah dengan membuat tingkatan kadar air pada masing-masing sampel, kemudian sampel dimasukkan ke dalam kapasitor plat sejajar yang sudah

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 1 Boyolali (316 siswa) dan sampel diambil dengan menggunakan teknik cluster random samplingsehingga diperoleh

sebelumnya, guru mengulang lagi pertanyaan : “bagaimana pipa yang semakin sempit dapat menaikkan air semakin tinggi?” Siswa menjawab, semakin kecil pipa, semakin

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Snowball Throwing adalah : 1. Kemudian guru menjelaskan materi sesuai RPP, sehingga mau tidak mau siswa akan mencatat

Income maximization (meningkatkan laba) adalah manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen yaitu dengan menaikkan laba untuk tujuan tertentu, misalnya: saat akan melakukan IPO

Pada penelitian ini, diperoleh hasil kadar karbohidrat maksimum terdapat pada proporsi penambahan bekatul sebesar 12,5%, kadar protein maksimum terdapat pada

60 4.5.6 Pengaruh manajemen laba income increasing terhadap risiko pasar berbeda signifikan dengan pengaruh manajemen laba income decreasing terhadap