Pendahuluan
Laba merupakan salah satu kriteria untuk mengukur kinerja perusahaan. Dalam menghasilkan laba, manajemen perusahaan menentukan kebijakan penggunaan metode akuntansi dalam menyusun laporan keuangan. Metode akuntansi pada laporan keuangan sering disalahgunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Penyalahgunaan laporan keuangan dapat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham (principal) dengan manajer (agent) yang disebut hubungan agensi. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agency muncul ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan pada agent
tersebut.
Pemegang saham menilai kinerja perusahaan salah satunya dengan melihat laba yang dihasilkan, oleh karena itu manajemen perusahaan termotivasi untuk memodifikasi laba agar sesuai dengan keinginan pemilik, dalam hal ini pemegang saham perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan manipulasi laba yang sering diartikan dengan manajemen laba (earnings management).
tindakan mementingkan diri sendiri di pihak para manajer perusahaan (Khomsiyah dan Rahayu, 2004).
Menurut Nasution dan Setiawan (2007), konsep corporate governance
diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak.
Dalam penelitian terdahulu banyak membahas hanya empat dari lima mekanisme corporate governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan komite audit).
Penelitian ini menguji apakah corporate governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sektor manufaktur dipilih karena sektor tersebut memiliki kontribusi yang relatif besar terhadap perekonomian Indonesia (Suryani, 2010).
Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis
Teori Agensi (Agency Theory)
Cara yang dapat digunakan untuk memahami konsep corporate governance adalah memahami teori keagenan. Terjadinya konflik yang disebut
agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal (yang memberi kontrak atau pemegang saham) dan agen (yang menerima kontrak dan mengelola dana prinsipal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan. Jika agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka ada alasan untuk percaya bahwa agen (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976). Eisenhardt (1989), dalam Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Dari asumsi sifat dasar manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik agensi yang sering terjadi antara manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar tersebut.
Mekanisme Corporate Governance
pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.
Dalam KNKG terdapat aspek-aspek dalam rangka penyelenggaraan
Corporate Governanceyang baik, yaitu perusahaan wajib memiliki:
1. Proporsi dewan komisaris independen: yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris.
2. Komite audit: untuk menilai pelaksanaan good corporate governance di perusahaan, adanya komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek dalam kriteria penilaian.
3. Dewan komisaris: Prinsip-prinsip penting dalam dewan direksi yang menjadi acuan dalam usaha bisnis di Indonesia, terutama dalam hal komposisi dewan direksi yaitu komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan putusan yang efektif, tepat, dan cepat serta dapat bertindak secara independen.
4. Kepemilikan institusional: Kemampuan manajer perusahaan untuk mengelola laba secara oportunistik dapat dibatasi oleh efektivitas pengawasan oleh para
5. Kepemilikan manajerial: Pemusatan kepentingan dapat dicapai dengan memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Jika manajer memiliki saham perusahaan, mereka akan memiliki kepentingan yang sama dengan pemilik sehingga dapat mengurangi konflik keagenan.
Manajemen Laba
Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai “intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi” (Schipper, 1989 dalam Subramanyam dan Wild, 2010). Scott (2000) menyatakan bahwa terdapat beberapa pola dalam manajemen laba, yaitu: Taking a Bath, Income Minimization, Income Maximization, dan Income Smoothing.
Scott (2000) juga mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba, yaitu :
a. Bonus Purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini.
b. The debt covenant hypothesis
c. Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
d. Taxation Motivations
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.
e. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
f. Initital Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
Kepemilikan Institusional dan Manajemen Laba
Tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri (Mahiswari dan Nugroho, 2012). Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba (Boediono, 2005). Hasil penelitian Ningsaptiti (2010) kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
H1: kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba
Ukuran Dewan Komisaris dan Manajemen Laba
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Peranan dewan komisaris diharapkan dapat membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris. Hasil penelitian Mahiswari dan Nugroho (2012) menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H3: ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Manajemen Laba
Hasil penelitian Nasution dan Setyawan (2007) proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba pada pada industri perbankan Indonesia.
H4: proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba
Komite Audit dan Manajemen Laba
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan (Aji, 2012). Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya
good corporate governance (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan oleh manajemen sehingga informasi yang disajikan dalam laporan keuangan lebih informatif dan berkualitas. Dengan demikian dapat mengurangi praktik manajemen laba. Hasil penelitian Siregar dan Utama (2005) menyatakan bahwa komite audit mempunyai pengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
Model Penelitian
Berdasarkan hipotesis di atas, maka model penelitian ini sebagai berikut:
Kepemilikan Institusional
Komite Audit
Manajemen Laba Kepemilikan
Manajerial
Ukuran Dewan Komisaris
Metode Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan dari tahun 2010-2012. Data diperoleh dari situs www.idx.co.id
Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan 2010-2012.
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan purposive sampling
(dipilih dengan kriteria-kriteria tertentu). Kriteria yang dipakai yaitu:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2012
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu:
1. Studi Pustaka
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian dikumpulkan melalui artikel, jurnal, penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian.
2. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id
Pengukuran Variabel
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Dechow
et al., 1995 (dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007) menyebutkan bahwa penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model karena model ini dianggap lebih baik di antara model lain untuk mengukur manajemen laba. Model tersebut dituliskan sebagai berikut:
Keterangan :
NIit = laba bersih (net income) perusahaan i pada periode t
CFit = arus kas operasi (cash flow of operation) perusahaan i pada periode t
Total accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square) adalah:
TACt/TAt-1 = (β)1 (1/TAt-1) + (β)2 (Δ SALt/TAt-1) + (β) 3 (PPEt/TAt-1) + e
Keterangan :
TACt = total accrualsdalam periode t TAt-1 = total assetperiode t-1
(Δ)SAL= perubahan pendapatan atau penjualan bersih dalam periode t
PPEt = property, plan, and equipmentperiode t (β)1,(β)2,(β)3 = koefisien regresi
Dengan menggunakan koefisien regresi di atas nilai non discretionary accruals
(NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDTACt= (β)1(1/TAt-1) + (β)2[(Δ SALt-Δ RECt)/TAt-1] + (β)3 (PPEt/TAt- 1) + e
Keterangan :
(Δ)RECt = perubahan piutang usaha dalam periode t
Diskresioner total akrual
DTACt= TACt/TAt-1-NDTACt
Keterangan :
DTACt = diskresioner total akrual tahun t TACt = total accruals tahun t
NDTACt = non akrual diskresioner pada tahun t
Menurut Sulistyanto (2008), jika nilai DA nol maka menunjukkan perusahaan melakukan manajemen laba dengan pola perataan laba (income smoothing), jika nilainya positif maka menunjukkan bahwa manajemen laba dilakukan dengan pola penaikan laba (income increasing), dan nilai negatif menunjukkan manajemen laba dengan pola penurunan laba (income decreasing).
Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah corporate governance, yang meliputi:
1. Kepemilikan Institusional
2. Kepemilikan manajerial
Menurut Boediono (2005), kepemilikan manajerial adalah persentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh direksi dan manajer suatu perusahaan. Indikator yang digunakan adalah persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dari seluruh modal saham perusahaan.
3. Ukuran dewan komisaris
Ujiyantho dan Pramuka (2007) mengemukakan bahwa variabel ukuran dewan komisaris diukur dengan jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel.
4. Proporsi dewan komisaris independen
5. Komite audit
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Indikator yang digunakan adalah jumlah komite audit yang terdapat pada perusahaan sampel (Mahiswari dan Nugroho, 2012).
Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif untuk mengetahui nilai mean, maksimum, minimum dan standar deviasi. Selain itu dilakukan uji asumsi klasik yaitu Multikolonieritas, Autokorelasi, Normalitas dan Heterokedastisitas. Alat yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah analisis regresi berganda.
Model persamaan regresi adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ e
Keterangan:
Y = Manajemen laba a = Konstanta
b1, b2, b3, b4, b5= Koefisien regresi
X1= kepemilikan institusional
X2= kepemilikan manajerial
X4= proporsi dewan komisaris independen
X5= komite audit
Analisi dan Pembahasan
Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2012 yang diperoleh dari
[image:19.612.101.515.168.614.2]Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan www.idx.co.id. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar selama periode 2010-2012 sebanyak 146 perusahaan dan pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Pemilihan Sampel Observasi
No. Keterangan Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012
438
2 Perusahaan dengan data tidak lengkap (296)
Sampel (observasi) yang digunakan 142
Statistik Deskriptif
[image:20.612.99.514.193.604.2]Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran data secara umum mengenai nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Variabel Penelitian N Maksimum Minimum Mean Std. Dev.
KI 142 .9643 .1232 .655912 .1877838
KM 142 .7000 .000010 .060842 .1177657
UDK 142 12 2 4.20 1.895
DKI 142 .6000 .2500 .381050 .0762617
KA 142 4 2 3.05 .300
ML 142 .647406 -.934378 -.094367 .2774463
Sumber : Data sekunder yang diolah (2014)
Dari hasil statistik deskriptif dapat diketahui rata-rata manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI adalah sebesar -0,094367 dan angka ini bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode 2010-2012 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba dengan pola penurunan laba (income decreasing).
Uji Asumsi Klasik
dilakukan dalam penelitian ini (uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolonieritas dan uji autokorelasi), ditemukan bahwa data lolos untuk keempat uji tersebut. Dengan demikian data residual terdistribusi secara normal, tidak ada masalah heteroskesdastisitas, tidak ada multikoloniearitas dan tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif. Hasil uji asumsi klasik secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 3.
Pengujian Hipotesis
Pengaruh Mekanisme Corporate Governanceterhadap Manajemen Laba
Tabel 3
Regresi Mekanisme Corporate GovernanceTerhadap Manajemen Laba
Variabel Penelitian Koefisien Regresi T Sig. Konstanta
-.316 -1.058 .292
KI
-.115 -.816 .416
KM
-.458 -1.992 .048
UDK
-.013 -.927 .356
DKI
.470 1.546 .124
KA
.065 .749 .455
R2 = 0,059 Adjusted R2 = 0,024 F = 1,708 Sig.F = 0,137 Sumber: Data diolah 2014
Pembahasan
Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Sehingga hipotesis kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suryani (2010) yang menemukan adanya pengaruh negatif. Hasil ini menujukan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin kecil terjadinya praktik manajemen laba. Dengan adanya kepemilikan saham oleh manajer maka manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan saham, yaitu manajer itu sendiri. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu cara untuk mengurangi praktik manajemen laba.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sehingga hipotesis proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Sefiana (2009). Boediono (2005), menyatakan bahwa keberadaan dewan komisaris independen kurang efektif dalam mengurangi manajemen laba antara lain karena penambahan anggota komisaris independen dimungkinkan hanya untuk memenuhi ketentuan formal, sementara pe-megang saham mayoritas masih memegang peranan penting sehingga kinerja dewan tidak meningkat bahkan menurun. Jumlah tertinggi proporsi dewan komisaris independen dimiliki oleh PT. Barito Pacific Timber Tbk sebesar 60% dan jumlah terendah dimiliki oleh PT. Unitex Tbk, PT. Tira Austenite Tbk, PT. Eterindo Wahanatama Tbk dan PT. Nipress Tbk sebesar 25%. Sehingga tinggi atau rendahnya proporsi dewan komisaris independen, perusahaan tetap melakukan manajemen laba.
Penutup
Kesimpulan:
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah corporate governance
dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan regresi berganda, penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham manajerial, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham institusional tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan saham manajerial memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen serta komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Implikasi
1. Bagi Perusahaan
corporate governance, dan pada akhirnya akan tercapai efisiensi. Perusahaan sebaiknya lebih melibatkan kepemilikan manajerial, agar manajer bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham sehingga mengurangi biaya keagenan dan meminimalkan terjadinya manajemen laba.
2. Bagi Investor
Manajemen laba adalah tindakan yang tidak dapat dihindarkan karena laporan keuangan, khususnya penyusunan laba disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan. Para investor sebaiknya berhati-hati dalam pengambilan keputusan bisnis, tidak hanya terfokus pada informasi laba, tetapi juga mempertimbangkan informasi non keuangan, seperti keberadaan mekanisme internal perusahaan. Misalnya, dengan memilih perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial yang cukup besar karena fleksibilitas manajemen untuk melakukan manajemen laba akan berkurang.
Keterbatasan dan saran:
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kekurangan. Adapun keterbatasan dan kekurangannya adalah:
perusahaan yang sehat dan bersih, bukan hanya untuk melaksanakan regulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aji. Bimo Bayu. 2012. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Boediono. SB. Gideon. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.
Cornett, Marcia Millon, Alan J. Marcus, Anthony Saunders, and Hassan Tehranian. 2006. “Earnings Management, Corporate Governance and True Financial Performance”. Working Paper Series, www.ssrn.com. 18 Februari 2013.
Hutagalung. M. 2012. “Pengaruh Corporate Governancedan Market Competition
Terhadap Produktivitas Perusahaan”. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ghozali. Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”.
Journal of Financial Economics Vol. 3, No. 4, pp. 305-360.
Mahiswari. R. dan Nugroho P I. 2012. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”. Seminar Nasional Akuntansi dan Bisnis. Bandung. Hal. 154-163.
Midiastuty. P.P. and M. Machfoedz. 2003. “Analisis Hubungan Mekanisme
Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.
Nasution. M dan Setyawan. D. 2007. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi X Makasar.
Ningsaptiti. R. 2010. “Analisis Pengaruh Ukuran Peusahaan Dan Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Purbany. Y. V dan Setiawan I. A. 2012. “Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Praktik Manajemen Laba (Studi Pada Badan Usaha Milik Negara Berbentuk Persero dan Persero Terbuka Periode 2009-2010)”. Seminar Nasional Akuntansi dan Bisnis. Bandung. Hal. 50-59.
Sefiana. Eka. 2009. “”Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go Public”. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Siallagan. H dan Machfoedz. M. 2006. “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.
Siregar. S. Veronica dan Utama Siddharta. 2005. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”, Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.
Sulistyanto. Sri. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Suryani. Indra D. 2010. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
LAMPIRAN
Lampiran 1
NAMA PERUSAHAAN SAMPEL
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk
2 SKLT PT. Sekar Laut Tbk
3 STTP PT. Siantar TOP Tbk
4 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Tbk
5 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk
6 ARGO PT. Argo Pantes Tbk
7 SSTM PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk
8 UNTX PT. Unitex Tbk
9 SRSN PT. Indo Acidatama Tbk
10 BRPT PT. Barito Pacific Timber Tbk
11 AKRA PT. AKR Corporindo Tbk
12 TPIA PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk
13 ETWA PT. Eterindo Wahanatama Tbk
14 LTLS PT. Lautan Luas Tbk
15 UNIC PT. Unggul Indah Cahaya Tbk
16 BRNA PT. Berlina Tbk
17 LMPI PT. Langgeng Makmur Industri Tbk
18 TRST PT. Trias Sentosa Tbk
19 ALMI PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk
20 BTON PT. Betonjaya Manunggal Tbk
24 KRAS PT. Krakatau Steel Tbk
25 LMSH PT. Lion Mesh Prima Tbk
26 LION PT. Lion Metal Works Tbk
27 PICO PT. Pelangi Indah Canindo Tbk 28 NIKL PT. Pelat Timah Nusantara Tbk
29 TBMS PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk
30 TIRA PT. Tira Austenite Tbk
31 KICI PT. Kedaung Indah Can Tbk
32 KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk
33 VOKS PT. Voksel Electric Tbk
34 MTDL PT. Metrodata Electronics Tbk
35 MLPL PT. Multipolar Tbk
36 PTSN PT. Sat Nusapersada Tbk
37 ASII PT. Astra International Tbk
38 GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk
39 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk
40 INDS PT. Indospring Tbk
41 INTA PT. Intraco Penta Tbk
42 MASA PT. Multistrada Arah Sarana Tbk
43 NIPS PT. Nipress Tbk
44 PRAS PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk
45 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk
46 KONI PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk
47 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk
Lampiran 2
STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KI 142 .1232 .9643 .655912 .1877838
KM 142 .0000 .7000 .060842 .1177657
UDK 142 2 12 4.20 1.895
DKI 142 .2500 .6000 .381050 .0762617
KA 142 2 4 3.05 .300
ML 142 -.934378 .647406 -.09436764 .277446380
Lampiran 3
UJI ASUMSI KLASIK
1. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 142
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .26912631
Most Extreme Differences
Absolute .073
Positive .045
Negative -.073
Kolmogorov-Smirnov Z .874
Asymp. Sig. (2-tailed) .429
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data sekunder yang diolah (2014)
2. Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
KI .760 1.315
KM .725 1.379
UDK .811 1.233
DKI .991 1.009
KA .788 1.269
a. Dependent Variable: ML
Nilai Variance Inflation Factor untuk masing-masing variabel independen memiliki nilai kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen.
3. Uji Heteroskedastisitas (Uji Geljser)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .314 .193 1.622 .107
KI .037 .091 .040 .406 .686
KM -.038 .149 -.026 -.257 .797
UDK .004 .009 .042 .441 .660
Nilai signifikansi pada masing-masing variabel independen memiliki nilai lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan semua variabel bebas dari heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .243a .059 .024 .274028831 1.983
a. Predictors: (Constant), KA, DKI, KI, UDK, KM
b. Dependent Variable: ML
Dengan menggunakan tabel Durbin-Watson (N = 142, K = 6 termasuk variabel dependen), diketahui bahwa nilai dL dan dU yaitu:
dL = 1.65362
dU= 1.79918
Lampiran 4
HASIL REGRESI BERGANDA
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .243a .059 .024 .274028831
a. Predictors: (Constant), KA, DKI, KI, UDK, KM
b. Dependent Variable: ML
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression .641 5 .128 1.708 .137b
Residual 10.212 136 .075
Total 10.854 141
a. Dependent Variable: ML
b. Predictors: (Constant), KA, DKI, KI, UDK, KM
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.316 .298 -1.058 .292
KI -.115 .141 -.078 -.816 .416
KM -.458 .230 -.195 -1.992 .048
UDK -.013 .014 -.086 -.927 .356
DKI .470 .304 .129 1.546 .124
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Didha Putri Citradika
2. Tempat dan tanggal lahir : Salatiga, 29 Agustus 1992
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. Gunung Payung II/21 RT 07 / RW 03 Kelurahan Blotongan,
Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga
5. No telp. : (0298) 316159 / 085640005529
6. Agama : Katolik
7. Golongan darah :
-8. Status : Belum Menikah
9. Pekerjaan :
-10. Kewarganegaraan : Indonesia
11. Email : [email protected] 12. Pendidikan
1998-2004 : SD Kristen Satya Wacana Salatiga
2004-2007 : SMP Negeri 2 Salatiga
2007-2010 : SMA Negeri 1 Salatiga
2010- Sekarang : Fakultas Ekonomika dan Bisnis (Program Studi Akuntansi)
Universitas Kristen Satya Wacana
13. IPK : 3.78
14. Pengalaman Berorganiasi :
Bendahara Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Periode 2012-2013
15. Pengalaman Kepanitiaan :
Sie. Wali Makrab FEB (LEGEND) 2012 Bendahara Makrab FEB (FUSION) 2013 16. Pengalaman Asisten Dosen :
Asisten Dosen Pengantar Statistika
Asisten Dosen Statistika