• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802011041 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802011041 Full text"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF

DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

KELAS XI-MIA SMA NEGERI 3 PATI

OLEH

IDHA AYU BUDI PRASETYANINGSIH 802011041

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF DENGAN

KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS XI-MIA

SMA NEGERI 3 PATI TAHUN 2014 / 2015

Idha Ayu Budi P. Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(10)

Abstrak

Untuk mencapai kesuksesan diperlukan kemandirian belajar, maka siswa perlu memiliki kemampuan dan kesadaran dalam belajar mandiri. Untuk itu orang tua dalam mengasuh anak–anaknya perlu menggunakan pola asuh otoritatif, sebab pola asuh otoritatif membantu anak memiliki kemandirian belajar dalam mencapai kesuksesan belajarnya. Masalah dalam penelitian adalah: Adakah hubungan positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kemandirin belajar siswa. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan Kemandirian belajar. Alat ukur yang digunakan skala pola asuh otoritatif dan skala kemandirian belajar. Partisipan adalah siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Pati. Subyek penelitian 80 siswa, pengambilan dengan teknik random sampling, Analisis data menggunakan tehnik diskriptif dan korelasi product moment. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa r=0,664, p = 0,000 (p 0,05) berarti ada hubungan antara pola asuh

otoritatif dengan kemandirian belajar siswa, artinya semakin tinggi pola asuh otoritatif, semakin tinggi kemandirian belajar siswa, demikian sebaliknya. Untuk itu orang tua dalam pengasuhan anak perlu menggunakan pola asuh otoritatif. Secara diskriptif pola asuh otoritatif orang tua, pada kategori sangat tinggi, yaitu 46 siswa (57,50%), hal ini didasarkan pada rata–rata 102,222 termasuk kategori sangat tinggi, sedangkan kemandirian belajar siswa, pada kategori sangat tinggi, yaitu 51 siswa (63,75%), hal ini didasarkan pada rata–rata sebesar 207,292 termasuk kategori sangat tinggi.

(11)

Abstract

Achieving success a student needs a self directed learning and needs to have an ability and awareness to do self directed learning. Related to it, controlling to their children parents need to use an authoritative parentings, because authoritative parenting is a kind of good parenting style to help children to do self directed learning in achieving learning success. Problem proposed in the research is: Is there any positive and significant relationship between authoritative parenting and students’ self directed learning. The purpose of the reseach is to know the positive and significant relationship between authoritative parenting and students’ self directed learning. The scales used here are authoritative parenting and self directed learning scales. The participants of the reseach are the students grade XI- MIA of SMA N 3 Pati, while the subjects of the research are 80 students, got by using Random Sampling Technique. The data analyzed by using Product Moment in simple descriptive and correlation technique. The results of the research show that r=0,664, p=0,000 (p<0,05), means there is a relationship between authoritative parenting and students’ self directed learning. It means that the higher authoritative parenting the higher students’ directed learning, and that is on the contrary. Therefore parents in taking care their children needs to use authoritative parenting. Descriptively authoritative parenting is very high, there are 46 students (57,50%), based on the rate 102,222 it belongs to very high category, while students’ self directed learning is very high, there are 51 students (63,75%), based on the rate 207,292 it belongs to very high category.

(12)

 

PENDAHULUAN

Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan–perubahan fisik, yang pada giliranya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, perubahan kognitif yang akan memberikan pemikiran logis tentang cara berfikir yang mendasari perilaku, dan perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu. Secara spesifik, masalah kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan secara fisik maupun psikis untuk dapat mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan diri pada orang lain. Seperti dikatakan Monk dan Knoers (2006) bahwa orang yang mandiri memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif, selain itu juga mampu bertindak kritis tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktivitasnya dan mampu menerima realitas.

(13)

 

kemandirian belajar rendah ini ditandai dengan masih adanya siswa yang terlambat, baik dalam masuk sekolah maupun masuk kelas, dalam mengerjakan tugas masih sering dikejar–kejar untuk menyelesaikan tugas, dalam pembelajaran tidak membawa buku, kadang buku yang dibawa tidak sesuai dengan jadwal yang ada, dan lain lain. Perilaku kemandirian belajar rendah dapat dipengaruhi oleh faktor baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungannya.

Walaupun demikian, fenomena yang didapat saat penulis melakukan wawancara dengan beberapa guru SMAN 3 Pati pada tanggal 24 November 2014, ternyata banyak siswa yang berprestasi, baik dalam bidang akademik maupun non akademik walaupun dalam bidang akademik ada beberapa siswa yang berada pada standart kompetensi minimal (SKM), sedangkan dalam bidang non akademik, misalnya siswa mampu menjadi pemimpin diantara teman–temannya mampu berkomunikasi dengan guru dan karyawan yang ada di sekolah, tugas–tugas (PR) selalu sudah dikerjakan dengan baik, berprestasi dalam bidang olah raga dan seni, beberapa siswa menjuarai “Band Nasional”. Beberapa siswa mampu mengatur jadwal belajar sendiri, belajar sesuai jadwal yang sudah dibuatnya, dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Dari fenomena tersebut menunjukkan ciri tingginya kemandirian belajar yang dimiliki siswa SMAN 3 Pati, seperti yang dikatakan Sumarmo (2004) Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi cenderung belajar lebih baik, sebab siswa dalam pengawasan sendiri bukan dari pengawasan program; mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif; menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya; dan mengatur waktu belajar secara efisien.

(14)

 

lingkunganya (eksrternal). Menurut Basri (2000), salah satu faktor yang memengaruhi kemandirian belajar adalah faktor eksternal, yang merupakan semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering dinamakan dengan faktor lingkungan, salah satunya yaitu pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua ada tiga model seperti yang dikatakan Baumrind (1966), there three models of parental controlsPermissive,

Authoritarian and Authoritative. Pola asuh permisif (Permissive) merupakan pola asuh

yang sedikit kehangatan dan juga sedikit kontrol, menyediakan sedikit perhatian, minat ataupun dukungan emosional kepada anak. Pola asuh otoriter (Authoritarian) menurut Tiller, Garrison & Block, (dalam Hong,2012), Authoritarian parenting follows a rather dictatorial style involving the highest degree of control on children and very low levels

of warmth. Pola asuh otoriter adalah orang tua yang menggunakan perhatiannya pada

anaknya dengan gaya diktator dengan tingkat pengawasan yang tinggi pada anak dan tingkat kehangatannya rendah. Sedangkan pola asuh otoritatif (Authoritative) menurut Baumrind (dalam Hoang, 2007), bahwa orang tua yang bersikap otoritatif adalah orang tua yang selalu berdialog dengan anak–anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan–keluhan dan pendapat anak-anaknya, dalam bertindak selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian. Dari ketiga jenis pola asuh orang tua menurut penulis yang baik adalah pola asuh otoritatif. Pola asuh otoritatif merupakan sinonim dari pola asuh yang demokratis, dimana orang tua memperlakukan anaknya sebagai manusia yang berharga.

(15)

 

bekerja sebagai pedagang kaki lima, dan menurut penuturan guru BK, beberapa siswa mengatakan bahwa orang tua mereka sudah seperti teman mereka sendiri, ayah dan ibunya selalu minta pendapatnya jika akan membeli barang yang mahal, orang tua tidak akan menyuruhnya belajar, karena anaknya sudah mampu mengatur jadwal belajarnya sendiri. Orang tua mereka akan mengijinkan anaknya melakukan kegiatan–kegiatan, asal masih merupakan kegiatan yang positif dan bermanfaat. Juga dikatakan bahwa orang tua mereka adalah orang–orang yang terbaik bagi mereka, seperti temannya, bisa sebagai tempat untuk “curhat”/curahan hati. Ayah ibu mereka membiasakan anak– anaknya untuk menyiapkan keperluan belajar mereka sendiri, membantu memecahkan masalah jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan sesuatu, termasuk dalam pembelajaran, sehingga orang tua biasanya menyuruh anaknya mencari referensi lain dari perpustakaan atau mencari lewat internet. Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMA Negeri 3 Pati memperoleh perhatian dari orang tua dengan baik, terbukti orang tuanya merupakan tempat “curhat” bagi anaknya, sehingga siswa mampu mengatur waktu untuk kegiatannya sendiri, mampu bersosialisasi dengan orang lain baik dengan teman sebaya ataupun dengan guru dan karyawan yang ada di sekolahnya.

(16)

 

(17)

 

Sumbangan efektif dua variabel tersebut terhadap kemandirian mahasiswa baru sebesar 51,3%. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniati,(2010) yang berjudul “Pengaruh pola asuh orang tua terhadap Kemandirian Belajar Siswa SMPN 4 Salatiga” hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter orang tua dengan kemandirian belajar siswa, bukan pada pola asuh otoritatif ataupun permisif, karena dalam pola asuh otoriter, orang tua cenderung lebih memperhatikan masalah pendidikan anaknya, dibanding dengan pola asuh lainnya sehingga dalam diri siswa akan tumbuh rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap orang tuanya, sehingga sikap mandiri pada siswa muncul karena paksaan orang tua, oleh sebab itu hasil penelitian Kurniati, (2010) dikatakan, bahwa pola asuh otoriter dianggap sebagai pola asuh yang tepat untuk mendidik anak. Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Grolnick & Slowiaczek,(1994) menunjukan bahwa adanya kontradiksi dalam keterlibatan orang tua yang menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan, dalam penelitian tersebut antara tingkat kemandirian siswa dengan keterlibatan orang tua di berbagai macam kegiatan. Untuk itu penulis akan melakukan penelitian yang lebih spesifik untuk membuktikan adanya hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kemandirian belajar siswa SMA Negeri 3 Pati.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka perumusan masalah adalah : Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kemandirian belajar siswa SMA Negeri 3 Pati.

(18)

 

kepada keluarga besar SMA Negeri 3 Pati tentang pola asuh otoritatif orang tua dan kemandirian belajar siswa SMA Negeri 3 Pati, sehingga diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemandirian belajar secara optimal, juga memberikan masukan kepada orang tua, agar orang tua dapat menerapkan pola asuh yang tepat kepada anaknya, dan memberikan perhatian serta fasilitas yang cukup bagi anaknya sehingga perkembangan dan kemajuan belajar anaknya dapat lebih baik dan meningkat.

Kemandirian belajar.

(19)

 

mampu mengaitkan berbagai kegiatan dan sumber sebagai sumber belajar, berpartisipasi dalam kelompok, bersosialisasi dengan orang lain, komunikasi lewat elektronik, kegiatan menulis secara mandiri (e)beberapa institusi pendidikan menemukan cara kemandirian belajar individu, penawaran kursus modern dan program–porgram inovatif yang lain.

Berdasarkan definisi tentang kemandirian belajar, maka konsep kemandirian belajar dibagi menjadi lima yaitu: (a)Kesadaran terhadap belajar secara mandiri

(Awareness) (b)mampu menyusun strategi belajar secara mandiri (Learning Strategy)

(c)Mampu belajar dengan kemandirian berfikir, menentukan keputusan secara mandiri, berfikir yang kritis (Learning activities); (d)Mampu mengevaluasi belajarnya dan hasilnya (Evaluation); (e)Memiliki keterampilan berinteraksi dengan orang lain

(Interpersonal Skill). Kemandirian belajar mengutamakan empat hal utama yaitu hal

motivasi belajar disebut dengan (LM=Learning motivation), Rencana dan Penerapan

(PI=Planning implementing) , Pengaturan diri, disebut dengan (SM=Self monitoring),

dan komunikasi sosial disebut dengan (IC= Interpersonal Comunnication).

(20)

 

Pola asuh Otoritatif

Pola asuh orang tua yang tepat akan membawa kesuksesan anak. Setiap orang tua menginginkan anaknya sukses dalam belajarnya, tetapi tidak semua orang tua berhasil mewujudkan kesuksesan bagi anaknya. Menurut ahli psikologi perkembangan Baumrind (dalam Buri,1991), pola asuh dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok

authoritative, authoritarian, permissive, dan kesemuanya memiliki kontribusi yang

berbeda dalam pengalaman sekolah anak. Pola asuh otoritatif menurut Baumrind (dalam Hoang, 2007), orang tua yang otoritatif adalah: (a)orang tua yang selalu berdialog dengan anak–anaknya; (b)saling memberi dan menerima; (c)selalu mendengarkan keluhan–keluhan dan pendapat anak–anaknya; (d)dalam bertindak selalu memberikan alasannya kepada anak; (e)mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif; (f)tegas tetapi hangat dan penuh pengertian. Typologi pola asuh menurut Baumrind (1966),didasarkan pada dua dimensi “parental responsiveness” dan

demandingness”, artinya: responsiveness mengukur seberapa luas orang tua mengasuh

anak secara individual dengan motivasi dan kehangatan, sedangkan demandingness mengacu pada harapan pola asuh orang tua dengan menempatkan anak pada aturan sikap dan kedewasaan. Sering proses membesarkan anak berhubungan dengan sistem

give and take”, dimana orang tua kadang–kadang perlu memutuskan pilihan apa yang

(21)

10 

 

pendidikan yang tinggi, memiliki konsep pribadi yang positip secara akademis, dan hanya sedikit memiliki kelakuan yang tidak baik, seperti melakukan kecurangan– kecurangan atau menjiplak pada orang lain. Hal ini sesuai dengan yang katakan oleh Godam (2008), pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak–anaknya, oleh karena itu orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif akan mendorong anak–anaknya untuk memiliki pola pikir yang kreatif, memiliki inisiatif dan percaya diri–dalam hubungannya dengan belajar. Selanjutnya Godam (2008) mengatakan bahwa anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatif akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain–lain.

(22)

11 

 

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kemandirian belajar siswa SMA Negeri 3 Pati.

METODE PENELITIAN Partisipan

Sebelum menentukan subyek penelitian, maka partisipan atau populasi penelitian harus ditetapkan terlebih dahulu. Menurut Arikunto (2006), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dari pengertian di atas, maka partisipan / populasi adalah semua individu dari keseluruhan subjek yang hendak dikenai dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi partisipan adalah siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2014 /2015. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA1 dan MIA4 yang berjumlah 80 siswa. Pemilihan kelas dilakukan berdasarkan hasil undian dari 6 kelas yang ada. Dari 2 kelas tersebut–masing berjumlah 40 orang siswa. Adapun alasan mengambil siswa kelas XI MIA didasarkan pada pertimbangan bahwa kelas XI MIA siswanya menunjukkan ciri kemandirian belajarnya tinggi.

Alat Ukur Penelitian

(23)

12 

 

yang kritis (Learning activities); (d)Mampu mengevaluasi belajarnya dan hasilnya

(Evaluation); (e)Memiliki keterampilan berinteraksi dengan orang lain (Interpersonal

Skill). Dalam skala ini ada 60 aitem pertanyaan yang telah dimodifikasi oleh penulis

dengan cara menerjemahkan skala asli ke dalam Bahasa Indonesia terlebih dahulu, kemudian penulis juga mengubah kalimat yang terlalu panjang atau sulit dipahami menjadi kalimat yang lebih singkat dan jelas dengan menggunakan model skala Likert dengan 4 (empat) pilihan jawaban. Dengan skor yaitu: 4, 3, 2, 1. (1)untuk pilihan jawaban SL (Selalu) skornya 4. (2)untuk pilihan jawaban SR (Sering) skornya 3. (3)untuk pilihan jawaban KD (Kadang–Kadang) skornya 2. (4)untuk pilihan jawaban TP (Tidak Pernah) skornya 1. Skor tersebut untuk pernyataan yang sifatnya positif, sedangkan untuk pertanyaan yang bersifat negatif adalah sebaliknya.

(24)

13 

 

Tehnik Analisis Data

Penulis menggunakan ujicoba terpakai yaitu subyek penelitian yang digunakan untuk ujicoba digunakan sekaligus untuk penelitian, agar skala memiliki daya beda dan reliabilitas yang baik, maka sebelum digunakan dilakukan ujicoba, untuk pengujian daya beda memakai rumus corrected item – total correlation, sedangkan untuk reliabilitas aitem digunakan rumus koefisien Alpha Cronbach. Aitem skala dikatakan baik jika r hitung (corrected item–total correlation) tiap butir aitem 0,30 (Azwar,

2013) dan dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach 0,60 (Ghozali,

2001) dan menurut Azwar (2013), koefisien reliabilitas semakin tinggi jika mendekati angka 1,00 yang berarti pengukuran semakin reliabel.

Setelah dilakukan uji daya beda aitem, diperoleh hasil skala kemandirian belajar menunjukkan nilai daya beda (r hitung) bergerak antara 0,285–0,664 dengan alpha

cronbach’s sebesar 0,951. Maka aitem skala kemandirian belajar nomor 31 dinyatakan

tidak baik (r=0,285), sehingga didrop, jika semula jumlah aitem 60 menjadi 59 aitem. Dari 59 aitem setelah dihitung daya beda (r hitung) bergerak antara 0,307 - 672 dengan

alpha cronbach’s sebesar 0,951. Sedangkan skala pola asuh otoritatif menunjukkan

nilai daya beda (r hitung) bergerak antara 0,332 - 0,571 dengan alpha cronbach’s sebesar 0,899.Oleh karena itu tidak ada aitem skala pola asuh otoritatif yang didrop, sehingga jumlah aitem tetap yaitu 30 aitem. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan statistik inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran penyebaran dari setiap variabel yang ditelit, sedangkan statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis dan generalisasi hasil penelitian, untuk uji normalitas data variabel, menggunakan rumus Kolmogorov–

(25)

14 

 

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan pengumpulan data awal dimulai pada hari Senin 24 November 2014 dengan cara, penulis langsung ke sekolah SMA Negeri 3 Pati untuk bertemu dengan beberapa guru SMA Negeri 3 Pati. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada hari Kamis 16 April 2015 dengan cara penulis langsung ke sekolah SMA Negeri 3 Pati untuk bertemu dengan subyek penelitian sebanyak 80 orang siswa, yang terdiri dari kelas XI MIA1 yang berjumlah 40 siswa dan kelas XI MIA4 yang berjumlah 40 siswa, sehingga skala yang disebar oleh penulis kepada subjek penelitian sebanyak 80 eksemplar.

(26)

15 

 

HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif

Variabel pola asuh otoritatif mempunyai 30 aitem valid dengan pemberian skor

antara 1 sampai 4, sehingga pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu: Skor tertinggi 4 x 30 = 120

Skor terendah 1 x 30 = 30,

Sedangkan kemandirian belajar mempunyai 59 aitem valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu:

Skor tertinggi 4 x 59 = 236 Skor terendah 1 x 59 = 59,

Dalam penelitian ini akan dibuat sebanyak 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan kategori tersebut yaitu:

     Skor total tertinggi – skor total terendah 

Interval = 

       5 ( Lima ) Kategori    

Berdasarkan hasil diatas maka kategori untuk pola asuh otoritatif dan kemandirian belajar sebagai berikut :

Pola Asuh Otoritatif

(27)

16 

 

Table 1.1 Kategorisasi pengukuran skala pola asuh otoritatif

NO INTERVAL KATEGORI N MEAN PERSENTASE

1 102 x 120 Sangat Tinggi 46 102,222 57,50%

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (57,50%) pola asuh otoritatif orang tuanya ada pada kategori sangat tinggi.

Kemandirian Belajar.

Berdasarkan jumlah aitem skala kemandirian belajar yaitu 59 aitem dengan rentang nilai 1 – 4 dan dibuat dalam lima kategori diperoleh intervalnya, 36 interval, maka kategorisasinya sebagai berikut :

Table 1.2. Kategorisasi pengukuran skala kemandirian belajar

NO INTERVAL KATEGORI N MEAN PERSENTASE 1 203≤ x < 239 Sangat Tinggi 51 207,292 63,75%

(28)

17 

 

Uji Asumsi

Dari uji normalitas menunjukkan bahwa, variabel pola asuh otoritatif memiliki nilai Kolmogorov–Smirnov sebesar 0,078 dengan p atau signifikansi sebesar 0,200 (p>0.05). Maka distribusi data pola asuh otoritatif berdistribusi normal. Demikian juga untuk variabel kemandirian belajar yang memiliki nilai Kolmogorov–Smirnov sebesar 0,095 dengan p atau signifikansi sebesar 0,069 (p 0,05). Dengan demikian data

kemandirian belajar berdistribusi normal.

Dari hasil uji linieritas, maka diperoleh nilai F beda sebesar 0,935 dengan signifikansi 0,572 (p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kemandirian belajar siswa adalah linier.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dengan tehnik korelasi product moment dari Pearson hasilnya sebagai berikut :

Tabel 1.3:. Hasil Uji Korelasi antara Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dengan Kemandirian Belajar Siswa Pola Asuh Otoritatif Pearson Correlation

Sig. ( 1-tailed) Kemandirian Belajar Pearson Correlation

Sig. ( 1-tailed)

(p  0,05). Berdasarkan hasil tersebut berarti hipotesis yang berbunyi “Ada Hubungan

(29)

18 

 

XI MIA SMA Negeri 3 Pati “ diterima, yang berarti semakin tinggi nilai pola asuh otoritatif, semakin tinggi kemandirian belajar siswa. Sumbangan efektifnya 44,09%, yang berarti 55,91% penyebab perilaku kemandirian belajar lainnya dapat disebabkan oleh faktor lain seperti, kondisi fisik individu, kondisi psikologis individu, dan kondisi lingkungan lain yang mendukung.

PEMBAHASAN

Hasil analisis korelasi antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kemandirian belajar siswa diperoleh nilai koefisien korelasi r xy = 0,664, p = 0,000, ( p  0,05 ).

(30)

19 

 

disukai lingkungan dan masyarakat dan lain–lain (Godam, 2008), dengan demikian akan berimbas kepada prestasi belajarnya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa alasan yang mungkin menyebab- kan pola asuh otoritatif memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kemandirian belajar, alasan tersebut antara lain: Pertama, pola asuh otoritatif merupakan pola asuh orang tua yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab pada anak, orang tua selalu mengontrol dan selalu memberikan bimbingan yang cukup terhadap anaknya. Pola asuh otoritatif juga mendorong anak–anak untuk berpikir yang kreatif, memiliki inisiatif dan percaya diri dalam hubungannya dengan belajar, karena orang tua selalu berdialog dengan anak–anaknya; saling memberi dan menerima; selalu mendengarkan keluhan–keluhan dan pendapat anak–anaknya; dalam bertindak selalu memberi alasan; mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif; tegas tetapi hangat dan penuh pengertian. Dengan demikian anak akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat.

(31)

20 

 

terhadap keinginan, kebebasan, sikap dan perilaku anak, sedikit menggunakan hukuman, tidak banyak menuntut anak terlibat dalam pekerjaan rumah.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif memiliki rata– rata 102,222 dengan standar deviasi sebesar 9.41447, diketahui ada 46 siswa (57,50%) pola asuh otoritatif orang tuanya ada pada kategori sangat tinggi dan 32 siswa (40,00%), pola asuh otoritatif orang tuanya ada pada kategori tinggi, sedangkan dua siswa (2,50%) pola asuh otoritatif orang tuanya berada pada kateori sedang. Dengan mengacu data tersebut, secara normatif kondisi pola asuh otoritatif orang tua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Pati memuaskan, karena 57,50% atau 46 siswa dari 80 siswa yang menyatakan pola asuh otoritatif orang tua sangat tinggi. Sedangkan hasil analisis deskriptif kemandirian belajar siswa memiliki rata–rata 207,292 dan standar deviasi 17,21215 diketahui ada 51 siswa (63,75%) memiliki kemandirian belajar pada kategori sangat tinggi, dan 28 siswa (35,00%) memiliki kemandirian belajar dengan kategori tinggi. Sedangkan satu siswa (1,25%) berada pada kategori sedang. Dengan demikian secara normatif kondisi kemandirian belajar siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Pati memuaskan,karena 63,75% atau 51 siswa dari 80 siswa yang menyatakan kemandirian belajar siswa sangat tinggi. Selain itu sumbangan efektif pola asuh otoritatif terhadap kemandirian belajar sebesar 44,09%, artinya 55,91% perilaku kemandirian belajar siswa dapat disebabkan oleh faktor lain seperti, kondisi fisik individu, kondisi psikologis individu, dan kondisi lingkungan lain yang mendukung.

Simpulan

(32)

21 

 

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian belajar siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Pati, artinya semakin tinggi pola asuh otoritatif orang tua, semakin tinggi kemandirian belajarnya. 2. Dalam penelitian ini ada ada 46 siswa ( 57,50%) kelas XI MIA SMA Negeri 3

Pati pola asuh otoritatif orang tuanya berada pada tingkat kategori sangat tinggi dan 51 siswa (63,75%) memiliki tingkat kategori kemandirian belajar yang sangat tinggi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, maka penulis mengajukan saran kepada beberapa pihak, sebagai berikut:

1. Siswa

Siswa seharusnya meningkatkan kemandirian belajarnya lebih optimal agar dapat memperoleh hasil belajar yang optimal, karena berdasarkan data kemandirian belajar siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Pati memuaskan, sebab 63,75% yang berkategori sangat tinggi. Oleh sebab itu pada saat orang tua menerapkan pola asuh otoritatif dapat menghargai dan mengapresiasi dengan sebaik–baiknya dan dilaksanakan dengan baik.

2. Orang Tua

(33)

22 

 

3. Sekolah

Sekolah agar menjadi fasilitator dalam penerapan pola asuh otoritatif orang tua terhadap siswa, sehingga mereka mampu melakukan tugasnya masing–masing dengan baik, agar kemandirian belajar siswa meningkat, sehingga akan berimbas pada peningkatan prestasi belajarnya.

4. Penulis selanjutnya

(34)

23 

 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Asiyah, Nur. (2013) Pola asuh demokratis, kepercayaan diri dan kemandirian mahasiswa baru. Persona Jurnal Psikologi Indonesia, 2, 108–121.

Azwar, Saifuddin. (2013) Penyusunan skala psikologi. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Basri, Hasan. (2000). Remaja berkualitas (Problematika remaja dan solusinya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baumrind, D (1966). Effect of authoritative parenting control on child’ behavior, Child

Development, 37, 887–907.

Buri, J.R. (1991). Parental authority questionnaire. Journal of Personality

Assessment, 57, 110–119.

Ediva, Hong. (2012). Impact of parenting on children’s schooling. Journal of Students

Engagement: Education Matters, 2, 36-41.

Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Godam, (2008). Jenis tipe pola asuh orang tua pada anak& cara mendidik mengasuh anak yang baik.

Available from: http://organisasi.org/jenis-macam-tipe-pola-asuh-orangtua-pada-anak

cara-mendidik-mengasuh-anak-yang-baik. [Accesed 26 April 2013].

Grolnick & Slowiaczek, (1994). Parents’ involvement in children’s schooling: A multidimensional conceptualization and multivational model. Child Development, 65,237–252.

Hartono, Lastony, B. (2007). Hubungan antara kemampuan manajerial dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru pembimbing SMP se Kabupaten Jepara. (tesis). Universitas Negeri semarang.

Kurniati, Hasnah. (2010). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian belajar

siswa SMP N 4 Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga

Monk, F.J.,Knoers,A.M.P.(2006). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai

bagianya. Yogyakarta: Gadjah mada University Press.

Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap kemam- puan berpikir kritis dan kreatif matematik serta kemandirian belajar siswa

(35)

24 

 

Sumarmo, U. (2004). Kemandirian belajar : apa, mengapa, dan bagaimana

dikembangkan pada peserta didik. (Laporan penelitian hibah pascasarjana). UPI

Bandung.

Tarsis, Tarmudji. (2001). Hubungan pola asuh orang tua dengan agressivitas remaja . diunduh dari: http://library.um.ac.id/majalahprint.php/557.html.

Thienhuong, N, Hoang. (2007). The relation between parenting and adolescent motivation. International Journal of Whole Schooling, 3,1–21.

Williamson, Swapna. (2007). Development of a selft - rating scale of self - directed learning. Nurse Researcher, 14, 66–83.

 

Gambar

Table 1.2. Kategorisasi pengukuran skala kemandirian belajar
Tabel 1.3:. Hasil Uji Korelasi antara Pola Asuh Otoritatif Orang Tua

Referensi

Dokumen terkait

Di antara madrasah yang memiliki daya saing tinggi ini adalah madrasah Ibtidaiyah negeri (mIn) madiun. tingginya daya saing madrasah ini terlihat dari meningkatnya jumlah

[r]

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai ditahun 2011 nilai rata-rata 68,4 dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 47 dari 32 siswa yang mendapat

Sampai tahun 2013, jumlah tenaga kependidikan untuk menunjang kegiatan administrasi akademik, administrasi keuangan dan kepegawaian serta administrasi umum pada

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti maka dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang tersedia pada Dinas Pasar Kota Pekanbaru dalam rangka

Berdasarkan hasil pengujian black box dapat diketahui bahwa dalam menjalankan aplikasi berjalan dengan baik karena hasil pengujian sesuai dengan hasil yang

With considerable knowledge and ingenuity, Lukacher adapts Freud's notion of the primal scene to describe both &#34;the interpretive impasse that arises when a reader has good reason

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V MI Al Mujahidin desa Setarap Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu pada semester II tahun pelajaran