• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif

Dalam dokumen T1 802011041 Full text (Halaman 26-34)

HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif

Variabel pola asuh otoritatif mempunyai 30 aitem valid dengan pemberian skor

antara 1 sampai 4, sehingga pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu: Skor tertinggi 4 x 30 = 120

Skor terendah 1 x 30 = 30,

Sedangkan kemandirian belajar mempunyai 59 aitem valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu:

Skor tertinggi 4 x 59 = 236 Skor terendah 1 x 59 = 59,

Dalam penelitian ini akan dibuat sebanyak 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan kategori tersebut yaitu:

     Skor total tertinggi – skor total terendah  Interval = 

       5 ( Lima ) Kategori    

Berdasarkan hasil diatas maka kategori untuk pola asuh otoritatif dan kemandirian belajar sebagai berikut :

Pola Asuh Otoritatif

Berdasarkan jumlah aitem skala pola asuh orang tua yaitu 30 aitem dengan rentang nilai 1 – 4 dan dibuat dalam lima kategori, diperoleh intervalnya 18 interval, maka kategorisasinya sebagai berikut :

16   

Table 1.1 Kategorisasi pengukuran skala pola asuh otoritatif

NO INTERVAL KATEGORI N MEAN PERSENTASE

1 102 x 120 Sangat Tinggi 46 102,222 57,50% 2 84≤ x <102 Tinggi 32 40,00% 3 66≤ x < 84 Sedang 2 2,50% 4 48≤ x < 66 Rendah 0 0% 5 30≤ x < 48 Sangat Rendah 0 0% JUMLAH 80 100 %

Mean= 102,222 Sd =9,41447 Min = 75 Max = 119

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (57,50%) pola asuh otoritatif orang tuanya ada pada kategori sangat tinggi.

Kemandirian Belajar.

Berdasarkan jumlah aitem skala kemandirian belajar yaitu 59 aitem dengan rentang nilai 1 – 4 dan dibuat dalam lima kategori diperoleh intervalnya, 36 interval, maka kategorisasinya sebagai berikut :

Table 1.2. Kategorisasi pengukuran skala kemandirian belajar

NO INTERVAL KATEGORI N MEAN PERSENTASE 1 203≤ x < 239 Sangat Tinggi 51 207,292 63,75% 2 167≤ x < 203 Tinggi 28 35% 3 131≤ x < 167 Sedang 1 1,25% 4 95≤ x < 131 Rendah 0 0% 5 59 ≤ x < 95 Sangat Rendah 0 0% JUMLAH 80 100%

Mean= 207,292 Sd =17.21215 Min = 163 Max = 236

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (63,75%) kemandirian belajar siswa ada pada kategori sangat tinggi.

17   

Uji Asumsi

Dari uji normalitas menunjukkan bahwa, variabel pola asuh otoritatif memiliki nilai Kolmogorov–Smirnov sebesar 0,078 dengan p atau signifikansi sebesar 0,200 (p>0.05). Maka distribusi data pola asuh otoritatif berdistribusi normal. Demikian juga untuk variabel kemandirian belajar yang memiliki nilai Kolmogorov–Smirnov sebesar 0,095 dengan p atau signifikansi sebesar 0,069 (p 0,05). Dengan demikian data kemandirian belajar berdistribusi normal.

Dari hasil uji linieritas, maka diperoleh nilai F beda sebesar 0,935 dengan signifikansi 0,572 (p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kemandirian belajar siswa adalah linier.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dengan tehnik korelasi product moment dari Pearson hasilnya sebagai berikut :

Tabel 1.3:. Hasil Uji Korelasi antara Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dengan Kemandirian Belajar Siswa

Correlations

Pola Asuh

Otoritatif

Kemandirian Belajar Pola Asuh Otoritatif Pearson Correlation

Sig. ( 1-tailed) N 1 80 .664” .000 80 Kemandirian Belajar Pearson Correlation

Sig. ( 1-tailed) N .664” .000 80 1 80

Dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi r xy = 0,664, p = 0,000,

(p  0,05). Berdasarkan hasil tersebut berarti hipotesis yang berbunyi “Ada Hubungan

18   

XI MIA SMA Negeri 3 Pati “ diterima, yang berarti semakin tinggi nilai pola asuh otoritatif, semakin tinggi kemandirian belajar siswa. Sumbangan efektifnya 44,09%, yang berarti 55,91% penyebab perilaku kemandirian belajar lainnya dapat disebabkan oleh faktor lain seperti, kondisi fisik individu, kondisi psikologis individu, dan kondisi lingkungan lain yang mendukung.

PEMBAHASAN

Hasil analisis korelasi antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kemandirian belajar siswa diperoleh nilai koefisien korelasi r xy = 0,664, p = 0,000, ( p  0,05 ). Berdasarkan perhitungan di atas maka ada hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel tersebut. Artinya semakin tinggi pola asuh otoritatif orang tua, semakin tinggi kemandirian belajarnya, demikian sebaliknya semakin rendah pola asuh otoritatif orang tua, semakin rendah kemandirian belajarnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Asiyah ( 2013) yang menyatakan hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh demokratis dan kepercayaan diri dengan kemandirian mahasiswa baru. Demikian juga hasil penelitian Kurniati (2010) menunjukkan hasil ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter orang tua dengan kemandirian belajar siswa. Dengan demikian pola asuh otoritatif mempunyai kontribusi terhadap kemandirian belajar siswa. Oleh sebab itu orang tua harus berusaha menerapkan dan meningkatkan pembinaan putra– putrinya melalui pola asuh otoritatif dengan baik, sehingga anak akan mampu mengatasi permasalahan yang dialami, sebab anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatif akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik,

19   

disukai lingkungan dan masyarakat dan lain–lain (Godam, 2008), dengan demikian akan berimbas kepada prestasi belajarnya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa alasan yang mungkin menyebab- kan pola asuh otoritatif memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kemandirian belajar, alasan tersebut antara lain: Pertama, pola asuh otoritatif merupakan pola asuh orang tua yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab pada anak, orang tua selalu mengontrol dan selalu memberikan bimbingan yang cukup terhadap anaknya. Pola asuh otoritatif juga mendorong anak–anak untuk berpikir yang kreatif, memiliki inisiatif dan percaya diri dalam hubungannya dengan belajar, karena orang tua selalu berdialog dengan anak–anaknya; saling memberi dan menerima; selalu mendengarkan keluhan–keluhan dan pendapat anak–anaknya; dalam bertindak selalu memberi alasan; mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif; tegas tetapi hangat dan penuh pengertian. Dengan demikian anak akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat.

Alasan kedua, yaitu kemandirian belajar merupakan proses pengarahan diri dalam mentransformasikan kemampuan mental kedalam keterampilan akademik. Dengan kemandirian belajar yang tinggi, siswa akan mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap, juga mampu mengabtraksi pengetahuan untuk ditransfer pada situasi belajar yang lain. Dengan demikian siswa akan sadar belajar secara mandiri; mampu menyusun strategi belajar; mampu belajar dengan kemandirian berfikir, menentukan keputusan, berfikir yang kritis; mampu mengevaluasi belajar dan hasilnya; memiliki keterampilan berinteraksi dengan orang lain. Dengan perilaku tersebut orang tua akan bersikap demokratis, menerima dan memiliki sikap positif

20   

terhadap keinginan, kebebasan, sikap dan perilaku anak, sedikit menggunakan hukuman, tidak banyak menuntut anak terlibat dalam pekerjaan rumah.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif memiliki rata– rata 102,222 dengan standar deviasi sebesar 9.41447, diketahui ada 46 siswa (57,50%) pola asuh otoritatif orang tuanya ada pada kategori sangat tinggi dan 32 siswa (40,00%), pola asuh otoritatif orang tuanya ada pada kategori tinggi, sedangkan dua siswa (2,50%) pola asuh otoritatif orang tuanya berada pada kateori sedang. Dengan mengacu data tersebut, secara normatif kondisi pola asuh otoritatif orang tua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Pati memuaskan, karena 57,50% atau 46 siswa dari 80 siswa yang menyatakan pola asuh otoritatif orang tua sangat tinggi. Sedangkan hasil analisis deskriptif kemandirian belajar siswa memiliki rata–rata 207,292 dan standar deviasi 17,21215 diketahui ada 51 siswa (63,75%) memiliki kemandirian belajar pada kategori sangat tinggi, dan 28 siswa (35,00%) memiliki kemandirian belajar dengan kategori tinggi. Sedangkan satu siswa (1,25%) berada pada kategori sedang. Dengan demikian secara normatif kondisi kemandirian belajar siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Pati memuaskan,karena 63,75% atau 51 siswa dari 80 siswa yang menyatakan kemandirian belajar siswa sangat tinggi. Selain itu sumbangan efektif pola asuh otoritatif terhadap kemandirian belajar sebesar 44,09%, artinya 55,91% perilaku kemandirian belajar siswa dapat disebabkan oleh faktor lain seperti, kondisi fisik individu, kondisi psikologis individu, dan kondisi lingkungan lain yang mendukung.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

21   

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian belajar siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Pati, artinya semakin tinggi pola asuh otoritatif orang tua, semakin tinggi kemandirian belajarnya. 2. Dalam penelitian ini ada ada 46 siswa ( 57,50%) kelas XI MIA SMA Negeri 3

Pati pola asuh otoritatif orang tuanya berada pada tingkat kategori sangat tinggi dan 51 siswa (63,75%) memiliki tingkat kategori kemandirian belajar yang sangat tinggi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, maka penulis mengajukan saran kepada beberapa pihak, sebagai berikut:

1. Siswa

Siswa seharusnya meningkatkan kemandirian belajarnya lebih optimal agar dapat memperoleh hasil belajar yang optimal, karena berdasarkan data kemandirian belajar siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Pati memuaskan, sebab 63,75% yang berkategori sangat tinggi. Oleh sebab itu pada saat orang tua menerapkan pola asuh otoritatif dapat menghargai dan mengapresiasi dengan sebaik–baiknya dan dilaksanakan dengan baik.

2. Orang Tua

Orang tua agar meningkatkan penerapan pola asuh otoritatif secara optimal agar dapat meningkatkan kemandirian belajar putra–putrinya untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, karena pola asuh otoritatif diperoleh 57,50% yang berkategori sangat tinggi. Jika orang tua menerapkan pola asuh otoritatif dengan baik maka akan memacu anak lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan dari guru maupun orang tuanya,

22   

3. Sekolah

Sekolah agar menjadi fasilitator dalam penerapan pola asuh otoritatif orang tua terhadap siswa, sehingga mereka mampu melakukan tugasnya masing–masing dengan baik, agar kemandirian belajar siswa meningkat, sehingga akan berimbas pada peningkatan prestasi belajarnya.

4. Penulis selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan, sehingga tidak hanya variabel pola asuh otoritatif yang memengaruhi kemandirian belajar, tetapi hendaknya juga dapat dikembangkan ke variabel dan subyek yang lain. Sehingga akan diketahui sejauh mana kemandirian belajar siswa di tempat lain. Sebab penulis menyadari akan kelemahan/kekurangan dalam melakukan penelitian, karena subyek penelitian antara siswa putra dengan putri tidak seimbang, sehingga kemungkinan akan mempengaruhi jawaban yang diberikan oleh siswa.

23   

Dalam dokumen T1 802011041 Full text (Halaman 26-34)

Dokumen terkait