• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Tindakan 4.1. 1 Deskripsi Pra Siklus

Kondisi awal sebelum pelaksanaan penelitian di SD N 2 Gubug, guru lebih banyak melakukan mengajar dengan model konvensional atau ceramah. Model konvensional ini lebih berpusat pada guru daripada siswa, guru lebih aktif menjelaskan materi yang disampaikan dan siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlansung hampir 70% guru mendominasi pembicaraan. Guru jarang melibatkan siswa dalam pemberian contoh pada saat kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan dari guru. Hal tersebut membuat siswa pasif selama proses pembelajaran. Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada 22 siswa hanya 3 orang yang berani menjawab pertanyaan dari guru.

Proses belajar mengajar tentunya memerlukan sumber belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun selama proses belajar mengajar IPA guru kelas III SD N 2 Gubug hanya menggunakan LKS sebagai sumber utama. Hal ini menyebabkan tingkat pemahaman siswa sebatas dari guru dan LKS saja. Guru tidak menggunakan alat peraga yang menarik perhatian siswa padahal untuk mata pelajaran IPA banyak yang lebih menunjang pengetahuan siswa bila menggunakan alat peraga atau melakukan percobaan langsung. Hal tersebut terlihat di ruang kelas III tidak terlihat alat peraga yang memperlancar kegiatan belajar mengajar dan pada saat saya melakukan observasi.

Alat peraga dapat membantu menarik perhatian siswa selama proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar. Begitu juga melakukan percobaan pada saat mata pelajaran IPA dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang disampaikan guru. Namun pada kenyataannya, selama proses belajar mengajar guru tidak menggunakan alat peraga serta penyampaian materi persis pada LKS. Selain itu guru tidak mempelajari RPP yang ada hal itu terlihat selama kegiatan belajar mengajar guru tidak menggunakan pendekatan

(2)

43 atau model pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan sesekali tanya jawab dengan siswa. Sebenarnya siswa perlu dilibatkan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Untuk itu siswa perlu dilatih berpikir tingkat tinggi yang melibatkan kerjasama antar teman yang terbentuk dalam kelompok-kelompok yang heterogen supaya siswa tidak hanya memperoleh informasi dari penjelasan guru saja. Siswa dapat memperoleh informasi melalui praktek, teman maupun pengalaman yang siswa peroleh melalui lingkungan sekitar.

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru di kelas III SD N 2 Gubug Kecamatan Guubug Kabupaten Grobogan dengan KKM (Klasifikasi Ketuntasan Minimal) ≥ 70 diperoleh skor dari 22 siswa terdapat 9 siswa yang memenuhi KKM (41%). Sementara itu 13 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (59%). Untuk menindak lanjuti permasalahan yang ada, maka peneliti mencari solusi yang menyebabkan 59% siswa nilainya masih dibawah KKM. Peneliti mengambil kesimpulan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran dan penilaian proses dengan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapkan pada siswa. Pendekatan pembelajaran yang akan digunakan yaitu pendekatan IBL. Ketuntasan hasil belajar IPA pada pra siklus dapat dilihat dari tabel 4.1

Tabel 4.1

Distribusi hasil belajar Pra siklus

No Katagori Nilai Frekuensi Presentase

1 Tuntas ≥ 86 1 4,55% 70 – 85 8 36,36% 2 Tidak Tuntas 54 – 69 - - 38 – 53 10 45,45% 22 – 37 1 4,55% ≤ 21 2 9,09% Jumlah 22 100% Rata – Rata 56,95 Nilai Maksimal 93,3 Nilai Minimal 20

(3)

44 Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar pra siklus di SDN 2 Gubug sebanyak 9 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 70 dengan presentase 41%, diikuti 10 siswa mendapatkan nilai 38-53 dengan presentase 45,45%, kemudian 22-37 dengan presentase 4,55 dan 2 siswa yang nilainya kurang dari 21 dengan presentase 9,09%. Selain itu pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai pra siklus sebesar 56,95 dengan nilai maksimal 93,3 dan nilai minimal adalah 20.

Data hasil belajar dari tabel 4.1 menunjukkan beberapa nilai siswa yang belum tuntas masih di bawah KKM dari KKM yang ditentukan oleh sekolah untuk mata pelajaran IPA adalah 70.

Tabel 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus

No Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) 1 < 70 Tidak Tuntas 13 59%

2 ≥ 70 Tuntas 9 41%

Jumlah 22 100%

Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA belum maksimal, hal ini ditunjukkan dari banyak siswa yang belum tuntas dalam belajarnya sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70). Terdapat 13 (59%) siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran sesuai dengan KKM dan terdapat 9 (41%) siswa yang tuntas dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan tabel 4.2 dapat digambarkan dalam diagram lingkaran pada gambar 4.3.

(4)

45 Gambar 4.3

Diagram Lingkaran Hasil Belajar IPA pada Pra siklus

4. 2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Siklus I ini ada dua pertemuan dengan tema pembelajaran yang sama yaitu rekreasi. Tema yang sama bukan berarti semua sama, untuk SK, KD dan indikator berbeda dengan rincian pelaksanaannya sebagai berikut:

4. 2. 1 Perencanaan

Kegiatan siklus pertama pertemuan pertama yang akan dilakukan ditahapan ini adalah penyusunan perangkat pembelajaran yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bertema rekreasi yaitu :

Standar Kompetensi IPA

4. Memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan energi dan sumber energi

Bahasa Indonesia 2. Berbicara.

Mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan dengan bertelepon dan cerita

(5)

46 Kompetensi Dasar

IPA

4.2 Mendiskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari

Bahasa Indonesia

6.1 Melakukan percakapan melalui telepon atau alat komunikasi sederhana dengan kalimat ringkas

Indikator IPA

4.2.1 Bentuk-bentuk energi Bahasa Indonesia

6.1.1 Menjelaskan sopan santun bicara pada saat bertelepon 6.1.2 Bercakap-cakap melalui telepon dengan kalimat ringkas

Pendekatan Inquiry Based Learning, media yang digunakan dalam pembelajaran seperti senar, botol aqua, jarum, alat tulis, perangkat evaluasi yang meliputi butir-butir soal dan soal pre test, lembar observasi pelaksanaan RPP, lembar observasi siswa dan LKS untuk kegiatan siklus pertama pertemuan pertama.

Siklus pertama pertemuan kedua tidak jauh beda tahapan yang dilakukan yaitu dengan penyusunan RPP dengan tema rekreasi yaitu:

Standar Kompetensi IPA

1. Menerapkan konsep energi gerak Bahasa Indonesia

2. Berbicara

Mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan dengan bertelepon dan bercerita.

Kompetensi Dasar IPA

5.1 Membuat kincir angin untuk menunjukkan bentuk energi angin dapat diubah menjadi energi gerak

(6)

47 5.2 Menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa Indonesia

1.2 Menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dilihat dan didengar. Indikator

IPA

5.1.1 Membuat kincir angin 5.1.2 Cara menghemat energi Bahasa Indonesia

1.2.1 Menyebutkan peristiwa yang pernah dialami

1.2.2 Menceritakan peristiwa yang pernah dialami secara runtut dan mudah dipahami

Pendekatan Inquiry Based Learning. Media yang diperlukan seperti sterofom, tusuk sate, botol aqua, cutter, gunting, air, alat tulis. Selain itu juga menyiapkan perangkat evaluasi seperti LKS, butir-butir soal, soal pre test, lembar evaluasi dan lembar observasi RPP untuk guru dan siswa.

4. 2. 2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi a. Pertemuan I

Awal tindakan dimulai pada hari Senin, 24 Februari 2014 pada pukul 09.00-10.10 WIB. Sebelum proses belajar dimulai guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, seperti RPP, alat peraga dan alat percobaan. Menyiapkan alat dan bahan untuk percobaan membuktikan energi getar dapat merambat pada sebuat benda padat yaitu senar.

Jam pelajaran dimulai guru meminta siswa untuk merapikan terlebih dahulu meja dan kursi supaya proses belajar mengajar akan berjalan lancar. Kemudian guru melakukan apersepsi mengulang materi yang lalu dan memeperlihatkan telpon-telponan sederhana. Sebelum masuk pada materi guru menuliskan tema pembelajaran yaitu rekreasi.

Kegiatan eksplorasi guru meminta siswa untuk terlebih dahulu membuat 5 soal beserta jawabannya dengan membuka buku paket atau LKS kemudia guru memeriksa dengan cara siswa diminta membacakan soal beserta jawabannya

(7)

48 dengan lantang, untuk siswa yang belum mendapat giliran diminta memberikan pendapat atau pertanyaan. Siswa yang mendapat mendapat diliran tersebut sebisa mungkin untuk menjawab pertanyaan siswa yang lain. Guru dalam kegiatan tersebut sebagai penengah dan pembimbing. Bila jawaban yang diberika siswa tersebut salah guru memancing memberikan pertanyaan yang mengarah kejawaban benar. Setelah semua siswa mendapat giliran kemudian siswa mengerjakan soal pretest yang sudah diberikan sebagai awal menguji kemampuan siswa. Setelah mengerjakan soal pretest guru melakukan tanya jawab mengenai soal pretest tersebut. Setelah pemberian materi dengan menggunakan pendekatan Inquiry Based Learning selesai siswa dibagi kelompok kecil dengan teman sebangku untuk membuktikan bila energi getaran dapat merampat pada benda padat melalui percobaan membuat telpon-telponan sederhana. Dalam kegitan tersebut siswa dibimbing guru untuk membuat telpon-telponan sederhana. Untuk siswa yang sudah selesai membuatnya kemudian diprakterkan didepan. Dalam proses tersebut guru mengajukan bertanyaan tentang energi getaran dan memberikan materi bagaimana cara menelpon dengan sopan dan benar. Dengan aktif siswa menjawab dan bertanya karena siswa mencoba langsung.

Percobaan membuat telpon-telponan sederhana sudah selesai dan sudah dipraktekkan cara penggunaannya, selanjutnya siswa dibimbing guru untuk mengerjakan LKS yang sudah diberikan dan membacanya secara bergantian dengan kelompok lain. Kelompok yang sudah selesai mengerjakan LKS dapat membacakan jawabannya didepan siswa yang lain dan siswa yang belum mendapat giliran diminta menanggapinya. Bila semua kelompok sudah mendapat giliran guru bersama siswa menarik kesimpulan dan melakukan tanya jawab yang belum diketahui oleh siswa.

Kegiatan akhir guru memberikan tes evaluasi yang mencakup materi yang sudah diberikan tadi. Dalam pengerjakan soal evaluasi siswa diminta untuk mengerjakan sendiri-sendiri. Apabila semua siswa sudah menyelesaikan soal evaluasi yang diberikan guru membantu siswa membantu siswa membuat kesimpulan yang akan ditulis siswa dan melakukan tindak lanjut. Guru menutup pelajaran dan melakukan refleksi.

(8)

49 b. Pertemuan 2

Tindakan ini dilakukan pada hari Kamis, 27 Februari 2014 pada pukul 07.35-08.45 WIB. Siklus I pertemuan kedua menggunakan tema pembelajaran yang sama dengan siklus I pertemuan I yaitu rekreasi. Sebelum proses belajar mengajar guru perlu menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung tercapainya materi yang disampaikan. Seperti RPP, alat percobaan membuat kincir angin, menyiapkan kamera untuk mendokumentasi atau mengambil foto, buku pelajaran, lembar observasi. Pada pertemuan kedua ini langkah-langkah pembelajaran tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama yaitu guru meminta siswa merapikan meja dan kursi, melakukan apersepsi dengan cara bercerita pengalaman pada masa kecil dan melihatkan kincir air, menuliskan tema pembelajaran, menginformasikan jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan siswa. Pada kegiatan inti siswa diminta membuat soal kemudian guru memeriksa tugas siswa dengan cara melakukan tanya jawab, mengadakan pre test. Setelah siswa mengerjakan soal pre test kemudian dibahas bersama-sama.

Bagian elaborasi guru membagi siswa dalam kelompok kecil yaitu terdiri dari dua orang atau teman sebangku. Guru membagikan LKS untuk dikerjakan tiap kelompok dan membacakannya di depan siswa yang belum mendapat giliran dan siswa yang belum mendapat giliran diminta untuk menanggapinya, guru membimbing siswa dalam percobaan pembuatan kincir angin sederhana. Di konfirmasi guru bersama siswa melakukan tanya jawab tentang hal yang belum diketahui siswa.

Kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi, memberikan tindak lanjut berupa pengayaan dan remidi, guru membantu siswa membuat rangkuman untuk ditulis siswa. Guru menutup pelajaran dan melakukan refleksi.

4.2.3 Hasil Observasi a. Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilihat dari lembar observasi untuk guru mengenai implementasi RPP yaitu pada perencanaan pembelajaran guru sudah menyiapkan dengan baik dan siswa sudah mulai aktif walaupun belum semua. Pada awal pembelajaran

(9)

50 guru sudah membangun rasa ingin tahu, membantu siswa dalam pemahanam materi, memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan menjawab, memberi kesempatan siswa dalam mengemukakan pendapat, memberikan penguatan, melakukan tindak lanjut, membimbing siswa dalam membuat telpon-telponan sederhana. Pada manajemen kelas tata tertib kelas diterapkan dengan baik, ruangan dipersiapkan dengan baik. Selanjutnya pada penilaian perkembangan keaktifan siswa dipantau dengan baik, adanya umpan balik terhadap pembelajaran, pemberian penghargaan terhadap siswa. Hasil dari lembar pengamatan keaktifan siswa pada kegiatan awal siswa menjawab pertanyaan apersepsi. Pada kegiatan inti siswa serius memperhatikan materi yang dijelaskan, siswa aktif bertanya, siswa aktif dalam kegiatan kelompok, siswa aktif dalam mengungkapkan pendapat. Pada kegiatan penutup siswa memberikan kesimpulan dengan bimbingan guru.

Peneliti berdiskusi dengan observer dan guru mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi tersebut diantaranya adalah memberikan batasan waktu pada tiap kegiatan, belum disampaikannya tujuan pembelajaran, belum menginformasikan jalannya pembelajaran, belum lebih merata dalam melempar pertanyaan. Keaktifan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat, mengulang kembali hasil diskusi perlu ditingkatkan.

b. Pertemuan Kedua

Hasil dari lembar pengamatan implementasi RPP yaitu pada perencanaan pembelajaran guru sudah menyiapkan RPP dengan baik, kegiatan menggambarkan pembelajaran siswa aktif. Kemudian pada awal pembelajaran telah menyampaikan tujuan pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman, memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapat, memberikan penguatan terhadap pendapat siswa. Pada manajemen kelas tata tertib kelas diterapkan dengan baik, ruangan dipersiapkan dengan baik. Selanjutnya pada penilaian perkembangan keaktifan siswa dipantau dengan baik, adanya umpan balik terhadap pembelajaran, pemberian penghargaan terhadap siswa.

(10)

51 Kegiatan awal siswa antusias menyimak tujuan pembelajaran, siswa menjawab pertanyaan apersepsi dan saat guru menginformasikan jalannya pembelajaran. Pada kegiatan inti siswa serius mengikuti arahan-arahan dari guru untuk membuat kincir air. Siswa dibagikan LKS dan dikerjakan secara kelompok. Setelah selesaii berdiskusi setiap kelompok mengikuti permainan yang dipandu oleh guru. Guru memberikan pertannyaan yang jawabannya harus berebut. Siswa cukup aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, siswa berani mengungkapkan pendapat. Pada kegiatan penutup siswa memberikan kesimpulan bersama guru. Sedangkan yang menjadi kelemahan diantaranya kesimpulan belum dilakukan bersama oleh semua siswa, penghargaan terhadap siswa masih kurang. Pada saat diskusi guru hanya cenderung di kelompok tertentu saja belum menyeluruh. Dari kelemahan dalam pembelajaran pada pertemuan kedua, maka pada pertemuan selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelemahan tersebut untuk memperbaiki proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya peneliti berdiskusi dengan observer dan guru mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi tersebut diantaranya adalah berikan kesimpulan bersama-sama siswa, pengelolaan waktu perlu ditingkatkan penghargaan terhadap siswa yang menjawab pertanyaan benar maupun salah. Keaktifan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat perlu ditingkatkan, lakukan tanya jawab untuk mengarahkan siswa pada pembelajaran, siswa perlu lebih aktif dalam pembelajaran.

4. 3 Hasil Analisis Data Siklus I a. Pertemuan I

Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan IBL (Inquiry Based Learning) yang terdiri dari 2 pertemuan pada siklus I pertemuan I diperoleh hasil belajar pada setiap pertemuan seperti pada tabel 4.4.

(11)

52 Tabel 4.4

Distribusi hasil belajar Siklus I Pertemuan I

No Katagori Nilai Frekuensi Presentase

1 Tuntas ≥ 90 4 18,18% 80 – 89 3 13,64% 70 – 79 4 18,18% 2 Tidak Tuntas 60 – 69 9 40,90% ≤ 59 2 9,1% Jumlah 22 100% Rata – Rata 73,64 Maksimal 100 Minimal 53,3

Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar di siklus I pertemuan I SDN 2 Gubug sebanyak 11 atau 50% siswa mendapat nilai lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Ada 9 atau 40,9% yang mendapatkan nilai 60-69 dan 2 atau 9,1% yang mendapatkan nilai kurang dari 59. Selain itu pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata nilai siklus I pertemuan I sebesar 73,64 dengan nilai maksimal 100 dan nilai minimal 53,3.

Data pada tabel 4.4 yang menunjukkan hasil belajar ada beberapa nilai siswa yang belum tuntas dan masih dibawah KKM. Pada tabel 4.5 di bawah ini akan lebih jelas berapa siswa yang tuntas dan tidak.

Tabel 4.5

Rekapitulasi Nilai Siklus 1 Pertemuan I (KKM ≥ 70)

Skor Kriteria Frekuensi Persentase %

< 70 Tidak Tuntas 11 50%

≥ 70 Tuntas 11 50%

Jumlah 22 100%

Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Model IBL (Inquiry Based Learning) ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada pra siklus, untuk skor nilai < 70 terdapat 11 siswa dengan persentase 50%

(12)

53 dan skor nilai ≥ 70 terdapat 11 siswa dengan persentase 50%. Jadi dilihat dari nilai KKM yaitu 70 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11 siswa.

Jelasnya data nilai dapat dilihat pada tabel 4.5 pada distribusi frekuensi diagram lingkaran pada gambar 4.6

Gambar 4.6

Diagram hasil belajar Siklus I pertemuan I

Perolehan nilai ketuntasan belajar siswa siklus I pertemuan I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 11 siswa. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 11 siswa.

b. Pertemuan Ke-2

Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan IBL (Inquiry Based Learning) yang terdiri dari 2 pertemuan pada siklus I pertemuan II diperoleh hasil belajar pada setiap pertemuan seperti pada 4.7

(13)

54 Tabel 4.7

Distribusi hasil belajar siklus I pertemuan II

No Katagori Nilai Frekuensi Presentase

1 Tuntas ≥ 90 4 18,18% 80 – 89 7 31,82% 70 – 79 5 22,73% 2 Tidak Tuntas 60 – 69 5 22,73% ≤ 59 1 4,54% Jumlah 22 100% Rata – Rata 77,27 Maksimal 100 Minimal 53,3

Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar di siklus I pertemuan 2 SDN 2 Gubug sebanyak 16 atau 72,73% siswa mendapat nilai lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Ada 5 atau 22,73% yang mendapatkan nilai 60-69 dan 1 atau 4,54% yang mendapatkan nilai kurang dari 59. Selain itu pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata nilai siklus I pertemuan II sebesar 77,27 dengan nilai maksimal 100 dan nilai minimal 53,3.

Data pada tabel 4.7 yang menunjukkan hasil belajar ada beberapa nilai siswa yang belum tuntas dan masih dibawah KKM. Pada tabel 4.8 di bawah ini akan lebih jelas berapa siswa yang tuntas dan tidak.

Tabel 4.8

Rekapitulasi Nilai Siklus I pertemuan 2 (KKM ≥ 70)

Skor Kriteria Frekuensi Persentase %

< 70 Tidak Tuntas 6 27,27 %

≥ 70 Tuntas 16 72,73%

Jumlah 22 100%

Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan pendekatan IBL (Inquiry Based Learning) ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh para pertemuan sebelumnya, untuk skor < 70 terdapat 6 siswa dengan persentase

(14)

55 27,27% dan skor nilai ≥ 70 terdapat 16 siswa dengan persentase 72,73%. Jadi dapat dilihat dari nilai KKM yaitu 70 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 16 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa.

Jelasnya dapat dilihat pada data tabel 4.9 pada distribusi frekuensi diagram lingkaran

Gambar 4.9

Diagram hasil belajar Siklus I pertemuan 2

Perolehan nilai ketuntasan belajar siswa siklus I pertemuan 2 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 6 siswa. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa.

4.3.1 Refleksi Siklus I

Perbaikan pembelajaran pada siklus I telah dilakukan melalui diskusi dan membuat telpon-telponan sederhana dengan peneliti yang telah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan IBL (Inquiry Based Learning) untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA dari awal sampai akhir dan juga telah mencatat semua kendala maupun cara mengatasi dalam perbaikan pembelajaran siklus I. Yang selanjutnya akan digunakan untuk menyusun perbaikan pembelajaran siklus II.

Hasil evaluasi siswa yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada pertemuan pertama dan kedua dengan KKM 70, maka diperoleh pada pertemuan pertama dari jumlah siswa 22 sebanyak 11 siswa yang belum tuntas dengan presentase 50% dan 11 siswa yang telah tuntas dengan presentase 50%.

(15)

56 Dipertemuan kedua dengan KKM 70, diperoleh siswa yang tidak tuntas 6 orang dengan presentase 27,27% dan siswa yang tuntas 16 dengan presentase 72,73% dari 22 siswa

Hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat, semula 41% menjadi 50% dengan nilai maksimal 100 dan minimal 53,3, rata-rata yang semula 53 menjadi 73,64 dipertemuan pertama. Di pertemuan kedua mengalami kenaikan nilai siswa kelas III dengan KKM 70. Pada evaluasi pertemuan kedua yang tuntas menjadi 16 siswa dengan presentase 72,73% dan yang tidak tuntas 6 orang dengan presentase 27,27%. Dari mulai pra siklus sampai disiklus petama pertemuan kedua sudah mengalami kenaikan yang bagus. Selanjutnya, sebagai pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada siklus II dengan penerapan yang sama yaitu Pendekatan IBL (Inquiry Based Learning) untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA siswa kelas III SDN 2 Gubug. Diketahui hasil pengamatan dari guru kelas pada siklus I maka secara keseluruhan hasil refleksi yang dilakukan guru dan peneliti sebagai berikut:

A. Kelebihan

1. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan IBL

2. Kegiatan pembelajaran nampak lebih hidup, perhatian, siswa lebih antusias. 3. Antara rencana pembelajaran dan proses pembelajaran sudah cukup sesuai 4. Siswa yang berkemampuan rendah dalam belajar terbantu oleh

pasangannya.

B. Kekurangan a. Hambatan

1. Penerapan pendekatan IBL belum terbiasa dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga ketrampilan siswa untuk bertanya dan menanggapi masih sedikit kurang.

(16)

57 3. Menginformasikan jalannya pembelajaran belum dilakukan

sepenuhnya oleh guru.

4. Pengelolaan waktu yang kurang dalam proses belajar mengajar. b. Penyelesaian

1. Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa dan keterbiasaan dalam penggunaan pendekatan.

2. Menyampaikan tujuan perlu diingat karena itu penting untuk siswa. 3. Menginformasikan jalannya pembelajaran perlu diingat karena itu

penting buat siswa.

4. Pengelolaan waktu perlu diingat dalam suatu proses belajar mengajar.

4.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Siklus II terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: 4.4.1 Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah penyusunan perangkat pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media yang digunakan dalam pembelajaran di antara lain LKS, alat dan bahan untuk prakek, perangkat evaluasi yang meliputi butir-butir soal evaluasi, pre test, lembar observasi RPP, lembar observasi siswa dalam siklus ini dibuat untuk dua kali pertemuan.

4.4.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi a. Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilakukan pada hari Senin, 3 Maret 2014 berlangsung pada pukul 09.00-10.10 WIB. Sebelum proses belajar dimulai guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti RPP tentang kincir air, media alat dan bahan membuat kincir air yaitu sterofom, botol aqua, cutter, gunting, tusuk sate, ember. Selain RPP, alat dan bahan untuk membuat kincir air yaitu buku pelajaran, alat tulis, lembar observasi RPP dan siswa.

(17)

58 Awal pembelajaran guru meminta siswa untuk merapikan meja dan kursi terlebih dahulu, melakukan apersepsi yaitu mengulang sedikit pelajaran yang lalu dan menunjukkan kincir air, menyampaikan judul pembelajaran yaitu menerapkan konsep energi gerak dan memberikan informasi awal tentang tujuan pembelajaran dan jalannya pembelajaran beserta tugas yang dikerjakan siswa.

Kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi yaitu siswa diminta membuat 5 soal beserta jawaban kemudian siswa diminta membacakannya didepan siswa lain yang tidak mendapat giliran dan siswa lain diminta menanggapinya, guru dalam kegiatan tersebut sebagai penengah, setelah semua siswa mendapat giliran guru memberikan soal pre tes untuk dikerjakan siswa kemudian diperiksa dengan melalui tanya jawab. Setelah pemberian materi selesai guru membagi kelompok dengan teman sebangku untuk membuat kincir air. Guru membagi LKS yang harus diisi siswa dan dipresentasikan diakhir kegiatan elaborasi. Siswa melakukan praktek membuat kincir air yang alat dan bahannya sudah disiapkan oleh guru. Guru dalam kegiatan ini sebagai pembimbing. Guru memberikan waktu untuk siswa melakukan percobaan dengan kincir air yang mereka buat. Setelah selesai membuat kincir air siswa diminta memprsentasikan hasil diskusi mengerjakan LKS didepan. Guru menunjuk siswa untuk bercerita apa saja yang dilakukannya selama pelajaran berlangsung dan siswa lain diminta untuk menanggapinya. Ketika semua kelompok sudah mendapat giliran siswa dibantu guru menarik kesimpulan kegiatan yang sudah dilakukan.

Kegiatan konfirmasi guru bersama siswa melakukan tanya jawab apa yang belum diketahui oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa boleh bertanya tentang hal yang belum mereka ketahui dalam pembelajaran yang sudah dilakukan tadi. Bila tidak ada yang ditanyakan lagi guru mengadakan tes evaluasi dan melakukan tindak lanjut dengan cara memberikan pengayaan atau remidi. Guru membantu siswa membuat rangkuman atau kesimpulan untuk ditulis. Guru menutup pelajaran dan melakukan refleksi.

(18)

59 b. Pertemuan Kedua

Tindakan disiklus dua pertemuan kedua berlangsung pada hari Kamis, 6 Maret 2014 pukul 07.35-08.45 WIB. Sebelum proses belajar dimulai guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti RPP tentang hubungan keadaan langit dan cuaca. Dalam kegiatan ini mereka akan melakukan percobaan membuat hujan buatan secara sederhana yaitu dengan menggunakan es batu, air panas, plastik, gelas dan gelang karet. Selain RPP, alat dan bahan untuk membuat hujan buatan secara sederhana yaitu buku pelajaran, gambar, alat tulis, lembar observasi RPP dan siswa.

Awal pembelajaran guru meminta siswa untuk merapikan meja dan kursi terlebih dahulu, melakukan apersepsi yaitu menceritakan pengalaman saat hujan turun dan menunjukkan gambar macam-macam awan, menyampaikan judul pembelajaran dan memberikan informasi awal tentang tujuan pembelajaran dan jalannya pembelajaran beserta tugas yang dikerjakan siswa.

Kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi yaitu siswa diminta membuat 5 soal beserta jawaban kemudian siswa diminta membacakanya didepan siswa lain yang tidak mendapat giliran dan siswa lain diminta menanggapinya, guru dalam kegiatan tersebut sebagai penengah, setelah semua siswa mendapat giliran guru memberikan soal pre tes untuk dikerjakan siswa kemudian diperiksa dengan melalui tanya jawab. Setelah pemberian materi selesai guru membagi kelompok dengan teman sebangku untuk membuat kincir air. Guru membagi LKS yang harus diisi siswa dan dipresentasikan diakhir kegiatan elaborasi. Siswa melakukan percobaan membuat hujan secara sederhana yang alat dan bahannya sudah disiapkan oleh guru. Guru dalam kegiatan ini sebagai pembimbing. Guru memberikan waktu untuk siswa melakukan percobaan dengan membuat hujan buatan dan mengamatinya yang mereka buat. Setelah selesai mengamati, siswa diminta mempersentasikan hasil diskusi mengerjakan LKS didepan. Guru menunjuk siswa untuk menceritakan pengalamannya saat turun hujan dan teman lain menanggapinya. Ketika semua kelompok sudah mendapat giliran siswa dibantu guru menarik kesimpulan kegiatan yang sudah dilakukan.

(19)

60 Kegiatan konfirmasi guru bersama siswa melakukan tanya jawab apa yang belum diketahui oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa boleh bertanya tentang hal yang belum mereka ketahui dalam pembelajaran yang sudah dilakukan tadi. Bila tidak ada yang ditanyakan lagi guru mengadakan tes evaluasi dan melakukan tindak lanjut dengan cara memberikan pengayaan atau remidi. Guru membantu siswa membuat rangkuman atau kesimpulan untuk ditulis. Guru menutup pelajaran dan melakukan refleksi.

4.4.3 Hasil Observasi

Hasil observasi terhadap implementasi RPP dan keaktifan siswa pada siklus II ini melalui lembar pengamatan yang telah disediakan. Item pernyataan pada lembar observasi implementasi RPP sejumlah 26 item terdiri dari pra pembelajaran, tahap inkuiri dan penutup, pada lembar observasi siswa sejumlah 14 item.

a. Pertemuan Pertama

Hasil dari lembar observasi implementasi RPP yaitu pada menyampaikan materi dengan jelas, menyambungkan materi dengan kehidupan sehari-hari, menguasai kelas sudah sangat bagus dilakukan oleh guru. Saat guru melakukan apersepsi siswapun dengan aktif menanggapinya karena siswa mulai tertarik saat guru memperlihatkan kincir air sederhana. Siswa mulai aktif untuk bertanya kepada guru tentang kincir air, dalam hal tersebut terjadi timbal balik yang dilakukan antara guru dan siswa. Siswa tidak sadar kalau sedang digali pemahamannya dengan cara bertanya jawab dengan guru tapi hal tersebut malah terkesan ramai dalam KBM. Sedangkan yang menjadi kelemahan diantaranya pengelolaan waktu, melakukan tindak lanjut, membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, siswa kurang mendengarkan saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran, siswa kurang berani untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran, menyatukan pendapatnya dengan pendapat temannya.

Kelemahan dalam pembelajaran pada pertemuan pertama, maka pada pertemuan selanjutnya perlu mengatasi apa yang sebagai kelemahan tersebut

(20)

61 untuk memperbaiki proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya peneliti berdiskusi dengan guru kelas untuk mengatasi kelemahan-kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi tersebut diantaranya adalah untuk memberikan kesimpulan bersama-sama siswa dan pengelolaan waktu perlu direncanakan dengan baik. Keberanian siswa untuk menggabungkan pendapatnya dengan pendapat temannya dapat dilatih secara pelan-pelan, ramai melakukan tanya jawab dalam KBM itu wajar tetapi guru juga harus fokus kepada siswa antara yang berdiskusi pelajaran atau ramai sendiri dengan hal yang tidak jelas.

b. Pertemuan Kedua

Hasil lembar observasi implementasi RPP tentang cuaca yaitu pada pembelajaran guru sudah menyiapkan dengan baik, kegiatan menggambarkan pembelajaran siswa aktif. Pada lembar observasi guru untuk pengimplementasian RPP di item-item pra pembelajaran sudah mendapat nilai yang sempurana tidak hanya itu saja untuk masalah waktu juga sudah lebih baik dari sebelumnya. Pada item pendekatan yang digunakanpun mengalami kenaikan yang cukup baik, kegiatan penutuppun untuk melibatkan siswa membuat rangkuman sudah dilakukan oleh guru dan guru tidak lupa memberikan tindak lanjut yang jelas.

Pertemuan sebelumnya saat siswa melakukan percobaan atau praktek mereka sangat antusias dan pada saat itu siswa lebih aktif tanya jawab bersama guru. Dalam kegiatan tersebut guru memanfaatkan dengan menggali pengetahuan siswa supaya lebih memahami materi dan berani menghubungkan pendapat mereka dengan teman yang lain. Saat melakukan pecobaan atau prakter guru selalu membimbing siswa agar dapat berjalan dengan lancar dan siswa lebih paham.

Lembar observasi untuk siswa sudah tambah aktif dari pertemuan sebelumnya, siswa lebih aktif untuk berpendapat karena guru menghubungkan pada kegiatan mereka sehari-hari saat cuaca berubah-ubah. Siswa selalu menunjukkan respon serius dalam belajar terutama saat melakukan percobaan karena itu tidak didapatkan mereka pada pembelajaran sebelumnya.

(21)

62 4.5 Hasil Analisis Data Siklus II

a. Pertemuan I

Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan pendekatan IBL (Inquiry Based Learning) yang terdiri dari 2 pertemuan pada siklus II dan diperoleh hasil belajar pada pertemuan ke-1 seperti tabel 4.10

Tabel 4.10

Distribusi hasil belajar siklus II pertemuan I

No Katagori Nilai Frekuensi Presentase

1 Tuntas ≥ 88 8 36,37% 79 – 87 10 45,45% 70 – 78 - - 2 Tidak Tuntas 61 – 69 2 9,09% 52 – 60 2 9,09% Jumlah 22 100% Rata - Rata 83, 64 Nilai Maksimal 100 Nilai Minimal 60

Tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar di siklus II pertemuan I SDN 2 Gubug sebanyak 18 atau 81,82% siswa mendapat nilai lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Ada 2 atau 9,09% yang mendapatkan nilai 61-69 dan 2 atau 9,09% yang mendapatkan nilai 52-60. Selain itu pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa rata-rata nilai siklus II pertemuan I sebesar 83,64 dengan nilai maksimal 100 dan nilai minimal 60.

Data pada tabel 4.10 yang menunjukkan hasil belajar ada beberapa nilai siswa yang belum tuntas dan masih dibawah KKM. Pada tabel 4.11 di bawah ini akan lebih jelas berapa siswa yang tuntas dan tidak.

(22)

63 Rekapitulasi Nilai Siklus II pertemuan I (KKM ≥70)

Skor Kriteria Frekuensi Persentase %

< 70 Tidak Tuntas 4 18,18%

≥70 Tuntas 18 81,82%

Jumlah 22 100%

Tabel 4.11 dilihat bahwa dengan menggunakan pendekatan IBL(Inquiry Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Di siklus II pertemuan I jumlah siswa yang tuntas sebesar 18 atau 81,82% siswa dan 4 atau 18,18% siswa yang belum tuntas.

Tabel 4.12

Diagram lingkaran siklus II pertemuan I

Diagram diatas dapat dilihat bahwa dengan menggunakan pendekatan IBL (Inquiry Based Learning)ada peningkatan walaupun terlihatnya tidak ada karena KKM yang sudah berbeda.

(23)

64 b. Pertemuan kedua

Siklus 2 pertemuan ke-2 ini KKM 70, data akan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.13

Distribusi hasil belajar siklus II pertemuan II No Katagori Nilai Frekuensi Presentase

1 Tuntas ≥ 88 12 54,55% 79 – 87 9 40,91% 70 – 78 - - 2 Tidak Tuntas 61 – 69 - - 52 – 60 1 4,54% Jumlah 22 100% Rata – Rata 89,08 Nilai Maksimal 100 Nilai Minimal 60

Tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar di siklus II pertemuan II SDN 2 Gubug sebanyak 21 atau 95,46% siswa mendapat nilai lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Ada 1 atau 4,54% yang mendapat nilai antara 52-60. Selain itu pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa rata-rata nilai siklus II pertemuan II sebesar 89,08 dengan nilai maksimal 100 dan nilai minimal 60.

Data pada tabel 4.13 yang menunjukkan hasil belajar ada beberapa nilai siswa yang belum tuntas dan masih dibawah KKM. Pada tabel 4.14 di bawah ini akan lebih jelas berapa siswa yang tuntas dan tidak.

Tabel 4.14

Rekapitulasi Nilai Siklus II pertemuan ke-2 (KKM ≥ 70)

Skor Kriteria Frekuensi Persentase %

< 70 Tidak Tuntas 1 4,54%

≥ 70 Tuntas 21 95,46%

(24)

65 Tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan menggunakan pendekatan IBL(Inquiry Based Learning) ada peningkatan jika dibandingkan pada pertemuan sebelumnya. Untuk lebih jelas bisa dilihat gambar dibawah ini, akan disajikan dalam diagram lingkaran.

Tabel 4.15

Diagram Lingkaran Siklus II Pertemuan ke-2 KKM 70

Dilihat perolehan nilai ketuntasan belajar siswa siklus II diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 1 siswa. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal 21 siswa.

4.6 Refleksi Siklus II

Akhir pembelajaran pada siklus II maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar nilai 70 maka diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 22 siswa dalam belajarnya sebanyak 18 siswa yang tuntas mencapai KKM dengan presentase 81,82% dan yang mendapat nilai <70 yaitu 4 siswa dengan persentase 18,18% dari jumlah keseluruhan siswa belum mencapai KKM pada siklus II pertemuan ke-1. Pada siklus II pertemuan ke-2 hasil belajar siswa kelas III dengan KKM 70 meningkat yaitu 1 siswa yang

(25)

66 mendapat nilai <70 dengan prsentase 4,55% dan 21 siswa yang mendapat nilai ≥70 dengan prsentase 95,46%.

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru ketuntasan siswa telah meningkat, semula sebelum menggunakan pendekatan Inquiry Based Learning 9 siswa yang mencapai KKM 70 dengan prsentase 41% dan 13 siswa yang kurang dari KKM. Tetapi setelah menggunakan pendekatan Inquiry Based Learning dari pertemuan pertama sampai terakhir mengalami kenaikan dengan KKM 70 sebagai berikut: 50%, 72,73%, 81,82% menjadi 95,46%. Dengan rata-rata semula sebelum menggunakan pendekatan IBL adalah 56,95 tetapi setelah menggunakan pendekatan IBL menjadi 89,08. Dengan demikian berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa pada siklus II telah mencapai indikator kinerja dan mengalami peningkatan dibandingkan siklus I.

Hasil pengamatan tentang penggunaan pendekatan IBL (Inquiry Based Learning) dalam penerapannya masih banyak kekurangan yang terjadi, saat siswa melakukan diskusi guru kurang memantau diskusi siswa, siswa saat melakukan diskusi cenderung berbicara dengan teman sebangku dan membicarakan hal yang lain diluar materi pembelajaran. Dengan menerapkan pendekatan IBL kegiatan pembelajaran menggambarkan pembelajaran siswa aktif, pada strategi pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapatnya, mengelola waktu pembelajaran, pada penilaian guru melakukan penilaian. Namun masih ada kekurangan guru yang perlu diperbaiki misalnya pemberian pujian pada siswa.

Berikut rincian refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan

1. Rancangan pembelajaran sudah terprogram

2. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan IBL

3. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai 4. Siswa terlibat aktif di dalam proses pembelajaran

(26)

67 5. Keberanian siswa sudah tumbuh dalam mengeluarkan pendapat dan

bertanya

6. Siswa lebih dihargai dalam menyampaikan pendapatnya

b. Kekurangan 1. Hambatan

- Dalam pengelolaan waktu yang belum tepat yang dilakukan oleh guru dimana harus membagi untuk diskusi, percobaan, mengerjakan soal evaluasi dan membuat rangkuman.

2. Penyelesaian

- Guru harus pandai-pandai dalam membagi waktu antara satu kegiatan dengan kegiatan lain agar siswa tidak merasa dirugikan.

4.7 Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas yang sudah dilakukan peneliti dapat diketahui telah terjadi keberhasilan dalam materi yang disampaikan menggunakan IBL pada mata pelajaran IPA kelas III SDN 2 Gubug Tahun 2013/2014. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11 distribusi perbandingan skor ketuntasan hasil belajar dari pra siklus, siklus I dan siklus II.

Tabel 4.16

Distribusi Perbandingan Skor Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Siklus Tidak Tuntas Tuntas Nilai

Max Nilai Min Rata - Rata Frekuensi % Frekuensi % Pra siklus 13 59 9 41 93,3 20 56,95 Siklus I Pertemuan ke-1 11 50 11 50 100 53,3 73,64 Siklus I Pertemuan ke-2 6 27,27 16 72,73 100 53,3 77,27

(27)

68 Siklus 2 Pertemuan ke-1 4 18,18 18 81,82 100 60 83,64 Siklus 2 Pertemuan ke-2 1 4,5 21 95,46 100 60 89,09

Tabel 4.16 dapat dilihat adanya peningkatan nilai yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPA terbukti klasifikasi tuntas, pada pra siklus ada 9 siswa yang tuntas dan 13 siswa tidak tuntas. Pada siklus I pertemuan ke-1 dengan KKM 70 siswa yang tuntas 11 siswa dan yang tidak tuntas 11 siswa dan masih di siklus yang sama pertemuan ke-2 dengan KKM 70 siswa yang tidak tuntas 6 siswa dan yang tuntas 16 siswa. Pada siklus II pertemuan ke-1 dengan KKM 70 siswa yang tuntas 18 siswa dan yang tidak tuntas 4 siswa. Masih dalam siklus yang sama dan KKM sama pada pertemuan ke-2 mengalami peningkatan yaitu siswa yang tuntas ada 21 siswa dan yang tidak tuntas ada 1 siswa.

Hasil lebih jelas dapat dilihat pada diagram dibawah ini ketuntasan dari pra siklus, siklus 1 dan siklus II

Tabel 4.17

(28)

69 Tabel 4.17 mulai pra siklus jumlah siswa yang tuntas hanya 9 siswa padahal KKM 70. Pada siklus I pertemuan ke-1 dengan KKM yang naik menjadi 70 jumlah siswa yang tuntas menjadi 11 siswa, masih pada siklus yang sama pertemuan ke-2 KKM 70 siswa yang tuntas semakin banyak yaitu 16 siswa. Pada siklus II pertemuan ke-1 saat KKM 70 siswa yang tuntas hanya 18 siswa saja, untuk memantapkan KKM 70 diadakan lagi pertemuan ke-2 dengan KKM yang sama 70 ternyata mengalami kenaikan yaitu 21 siswa tuntas dalam tes evaluasi. Jadi dengan penggunaan pendekatan IBL dapat membuat siswa lebih mendapat nilai bagus.

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian 4.8.1 Pembahasan Siklus I

Hasil analisis yang telah dilakukan pada kegiatan pembelajaran di kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Gubug terlihat ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran IBL, dengan skor rata-rata pra siklus 56,95 dan setelah diadakan penelitian pada siklus I pertemuan ke-1 73,64 dan siklus I pertemuan ke-2 77,27 tetapi dalam siklus I ini masih ada yang belum tuntas yaitu pada siklus I pertemuan ke-1 11 siswa dengan persentase 50% dan siklus I pertemuan ke-2 6 siswa dengan persentase 27,27%. Hal tersebut dikarenakan belum terbiasanya siswa menggunakan pendekatan Inquiry Based Learning dalam pembelajaran. Dan siswa di dalam proses pembelajaran belum terlihat aktif, hal ini ditandai dengan siswa kurang aktif dalam bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru. Penelitian ini tidak sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, ada beberapa kendala yang mempengaruhi penelitian sehingga penelitian ini belum maksimal. Misalnya ada siswa yang diam dalam melakukan kerja kelompok atau malah berbicara sendiri dan terkadang penjelasan atau perintah guru kurang didengarkan siswa karena siswa lebih fokus membuat kerja kelompok.

(29)

70 4.8.2 Pembahasan Siklus II

Siklus II peneliti memperbaiki hasil belajar siswa difokuskan pada kekurangan siklus I. Pada penelitian siklus I ketuntasan hasil belajar sebesar 50% untuk pertemuan ke-1 dengan KKM 70 dan 72,73% untuk pertemuan ke-2 dengan KKM 70. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa mengalami kenaikan disiklus II pertemuan ke-1 siswa yang tuntas 18 siswa dengan presentase 81,82% dan pada siklus dan KKM yang sama pertemuan ke-2 jumlah siswa yang tuntas 21 orang dengan persentase 95,45%. Setelah dilakukan Siklus I dan siklus II dengan Siklus I sebanyak 2 kali pertemuan dan Siklus II sebanyak 2 kali pertemuan, dapat membuat siswa mengalami peningkatan ketuntasan nilai pada mata pelajaran IPA. Hasil pengamatan selama proses pembelajaran partisipasi siswa dalam pembelajaran cukup besar. Siswa lebih aktif mengikuti proses pembelajaran, lebih aktif bertanya atau menjawab pertanyaan guru dan lebih aktif untuk berani mengemukakan pendapatnya didepan teman-temannya. Setelah dilakukan siklus I dan II dengan siklus I sebanyak 2 kali pertemuan dan siklus II sebanyak 2 kali pertemuan, dapat membuat siswa lebih paham dalam mata pelajaran IPA.

4.8.3 Pembahasan Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Kondisi pra siklus hanya sebanyak 41% siswa telah mengalami ketuntasan dengan skor rata-rata 56,95. Setalah diadakan tindakan penelitian melalui model pembelajaran IBL pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu sebanyak 50% untuk pertemuan pertama dan 72,73% untuk pertemuan kedua. Untuk siklus II juga mengalami kenaikan yaitu dari 81,82% untuk pertemuan ke-1 dan 95,45% untuk pertemuan ke-2. Walaupun sudah mengalami kenaikan sampai 80% sesuai yang diinginkan tetapi tetap saja masih ada siswa yang tidak tuntas. Dengan demikian perbandingan ketuntasan hasil belajar dari pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yang signifikan.

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar, hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran menggunakan pendekatan IBL menurut Wina Sanjaya (2006:195), pendekatan inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pembelajaran tidak diberikan secara langsung. Inkuiri

(30)

71 merupakan metode yang bersifat student center (berpusat pada siswa) dan guru disini berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan pengarah kerja siswa.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wafi yang mengkaji tentang penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA. Ini merupakan suatu kelebihan, karena semua siswa dapat tuntas walupun melalui dua tahap yaitu siklus I dan siklus II. Kemudian Wahyuningsih, mengkaji tentang penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV tentang mendeskripsikan energi panas dan energi bunyi di lingkungan sekitar beserta sifat-sifatnya. Dalam penelitian Wahyuningsih ini juga merupakan suatu kelebihan, karena semua siswa juga mengalami ketuntasan dalam belajar. Pada siklus I siswa yang tuntas dalam pembelajarn dengan menggunakan metode inkuiri mencapai 71,42%, dan siklus II 92,86% siswa tuntas. Walaupun kedua penelitian tersebut berbeda tetapi setidaknya dapat mendukung penelitian ini. Dalam penelitian ini hipotesis sudah terbukti yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan IBL maka hasil belajar siswa mata pelajaran IPA kelas III SDN 2 Gubug Semester II Tahun 2013/2014 meningkat.

Gambar

Diagram Lingkaran Hasil Belajar IPA pada Pra siklus
Tabel  4.4  diatas  dapat  diketahui  bahwa  hasil  belajar  di  siklus  I  pertemuan  I  SDN  2  Gubug  sebanyak  11  atau  50%  siswa  mendapat  nilai  lebih  dari  Kriteria  Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70
Tabel  4.7  diatas  dapat  diketahui  bahwa  hasil  belajar  di  siklus  I  pertemuan  2  SDN 2 Gubug sebanyak 16 atau 72,73% siswa mendapat nilai lebih dari Kriteria  Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70
Tabel  4.11  dilihat  bahwa  dengan  menggunakan  pendekatan  IBL(Inquiry  Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG : Studi di Kelas XI Akuntansi SMK Bina Warga Bandung

one-to-one evaluation, dan small group evaluation). b) Instrumen tes berbasis multirepresentasi pada mata kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat yang dikembangkan

Sejalan dengan Nawa Cita keenam, yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit

36 Dalam sebuah komunitas kecil dan terisolasi yang bersifat organis dan masih sedarah, ketersediaan mekanisme pemeliharaan harmoni yang terguncang akibat hubungan

Rencana Kerja awal Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung Tahun anggaran 2016 merupakan perencanaan program/kegiatan pembangunan di bidang

S : Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang kedua tanggal 25 April 2019 pukul 07.45 WITA, mengeluh perut masih terasa mules, darah yang keluar tidak terlalu

Desa Kemiri, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu desa yang mempunyai usaha pengolahan tepung mocaf yang

Belajar, bermain adalah masa pertumbuhan yang dilalui oleh anak- anak. Pelaksanaan kegiatan bermain maupun belajar untuk anak diperlukan dorongan yang membuat kegiatan