• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. segi aspek terapannya maupun aspek penalarannya memiliki peranan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. segi aspek terapannya maupun aspek penalarannya memiliki peranan yang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Saat ini pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pembangunan di setiap negara. Salah satu aspek yang dapat menentu-kan suatu negara maju atau tidak dapat dilihat dari kualitas pendidimenentu-kan di negara tersebut. Kualitas pendidikan di suatu Negara dapat dilihat dari keberhasilan pengetahuan dasar peserta didik dalam dunia pendidikan, menurut Rachmayani (2014: 14) matematika merupakan ilmu dasar, baik dari segi aspek terapannya maupun aspek penalarannya memiliki peranan yang penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melihat bahwa begitu penting nya matematika disegala bidang ilmu pengetahuan, matematika dimasukkan sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah bahkan sampai di perguruan tinggi.

Agar pembelajaran matematika dapat terlaksana dengan baik diperlukan pula kompetensi matematika yang baik, yaitu berupa capaian pembelajaran berdasarkan tuntutan kurikulum yang berlaku. Kompetensi matematika yang meliputi pemahaman konsep, pemahaman prosedural, komunikasi matematika, penalaran matematika, pemecahan masalah matematika, dan afektif matematika. Pada kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013 revisi 2017 kemampuan yang dinilai saat ini bukan hanya berupa kemampuan kognitif, tetapi afektif merupakan salah satu kompetensi yang penting (Surmiyati, 2014: 27). Salah satu komponen afektif

(2)

matematika yaitu konsep diri, salah satu dari konsep diri adalah self-efficacy

(keyakinan diri).

Self-Efficacy adalah suatu keadaan di mana seseorang yakin dan percaya dirinya dapat berhasil, melakukan sesuatu secara efektif. Dengan kata lain self-efficacy dapat dimaknai sebagai keyakinan seseorang terhadap kompetensi dirinya untuk mencapai hasil yang diinginkan (Susanto, 2018: 284). Self-Efficacy dalam matematika merupakan suatu keadaan atau permasalahan yang spesifik dari keyakinan diri peserta didik akan kemampuannya untuk dapat menyelesaikan berbagai tugas atau dalam menyelesaikan masalah (Arifin, 2018:257).

Pikiran individu terhadap Self-Efficacy dapat menentukan seberapa besar usaha yang akan dilakukan serta seberapa lama individu dapat bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan (Sunaryo, 2017:40). Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan, serta mampu bertahan menghadapi tantangan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa individu yang memiliki self-efficacy dapat menentukan seberapa banyak usaha yang harus dilakukannya ketika menghadapi suatu kegiatan serta seberapa lama individu dapat bertahan dalam menghadapi hambatan dalam sebuah situasi (Susanto, 2018: 285).

(3)

Self-Efficacy sangat berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan peserta didik dalam pembelajaran, hal ini sesuai dengan pernyataan Lunenburg (2011: 1-2) bahwa Self-Efficacy memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pembelajaran, motivasi, dan performa, karena seseorang akan mencoba untuk mempelajari dan seseorang akan mengerjakan tugas yang mereka yakini dapat dilakukan dengan berhasil.

Sehingga, self-efficacy merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik, hal ini dikarenakan sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang tercantum di dalam kurikulum 2013, yaitu memiliki sikap menghargai, kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam hal ini memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Hasanah, 2019: 551-552).

Sehingga untuk mengetahui self-efficacy peserta didik akan prestasinya, beberapa tahun belakangan ini, PISA (Programme for International Student Assesment) telah melakukan evaluasi terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini, self-efficacy peserta didik dan literasi sains peserta didik menjadi tolak ukur dalam evaluasi kualitas, keadilan, dan efisiensi sistem pendidikan (OECD, 2018: 2).

Hasil studi PISA 2015, menunjukkan rata-rata skor literasi self-efficacy

dan kemampuan sains, membaca dan matematika Indonesia adalah 403. Skor yang telah diperoleh membuat Indonesia menempatkan peringkat 62 dari 70 negara peserta (OECD, 2016: 4). Jika Indonesia dibandingkan dengan

(4)

negara-negara Asia lainnya, Indonesia termasuk dalam urutan dibawah. Dari hasil yang diperoleh Indonesia menunjukkan bahwa performa peserta didik di Indonesia masih tergolong rendah dan kurang memiliki kepercayaan dan keyakinan diri dengan kemampuan literasi sains yang dimilikinya.

Dari hasil observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti, untuk mengetahui self-efficacy peserta didik di SMP Negeri 16 Kota Jambi kelas VIII, peneliti melakukan pengambilan data awal berupa penyebaran angket keyakinan diri peserta didik untuk melihat keyakinan diri peserta didik, dari penyebaran tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1.1 Hasil Angket Awal Keyakinan Diri Peserta Didik di SMP Negeri 16 Kota Jambi

Variabel Indikator Kriteria

ST T S R SR Keyakinan Diri (Self-Efficacy) 1. Yakin dapat menyelesaikan tugas tertentu 8% 48% 28% 12% 4% 2. Yakin dapat memotivasi diri untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas 12% 28% 28% 20% 12%

3. Yakin bahwa dirinya mampu berusaha dengan keras, gigih dan tekun

20% 32% 36% 12% 0%

4. Yakin bahwa diri mampu menghadapi hambatan dan kesulitan. 4% 40% 28% 20% 8% 5. Yakin dapat menyelesaikan tugas yang memiliki range yang luas ataupun sempit (spesifik).

8% 44% 20% 28% 0%

Dari penyebaran angket yang telah dilakukan, diperoleh bahwa self-efficacy peserta didik sebanyak 20% peserta didik berada pada kategori rendah, 56% peserta didik berada pada kategori sedang, 16% peserta didik

(5)

berada pada kategori tinggi, dan 8% peserta didik berada pada katgori sangat tinggi. Dari hasil yang didapatkan, diperoleh bahwa keyakinan diri peserta didik masih banyak yang berada dikategori sedang dan rendah.

Rendahnya self-efficacy peserta didik pada mata pelajaran matematika diindikasi dengan banyaknya peserta didik yang tidak ingin mencoba lebih banyak mengerjakan soal matematika dan cenderung mudah menyerah apabila mendapatkan soal matematika yang sulit (Novferma, 2016: 80). Ketidaktertarikan peserta didik untuk mencoba lebih banyak mengerjakan soal matematika dapat disebabkan oleh rendahnya pemahaman konsep matematis peserta didik, sehingga peserta didik merasa soal yang dikerjakan merupakan soal yang sulit. Rendahnya pemahaman konsep matematis peserta didik dikarenakan peserta didik terbiasa hanya diberi konsep matematika nya, peserta didik tidak terlibat secara langsung dalam penemuan konsepnya. Tidak terlibatnya peserta didik secara langsung dalam penemuan konsep dikarenakan model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat, model pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru, sehingga peserta didik selama proses pembelajaran hanya memperhatikan penjelasan yang dipaparkan oleh guru.

Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis peserta didik, diperlukan model pembelajaran yang tepat dan berpusat pada peserta didik, dimana pada saat pembelajaran berlangsung peserta didik terlibat secara aktif dalam penemuan konsep matematis. Model pembelajaran yang sesuai untuk melibatkan peserta didik secara aktif selama proses pembelajaran dan melibatkan peserta didik dalam penemuan konsep, yaitu model Pembelajaran

(6)

Penemuan Terbimbing (Guided Discovery). Menurut Priansa (2015: 219) model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) merupakan model pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang melibatkan peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep atau teori, pemahaman, dan pemecahan masalah. Dari yang telah di paparkan oleh Priansa, model pembelajaran penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang dapat diterapkan sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan.

Sesuai dengan penelitiain yang telah dilakukan oleh Purwati (2018: 142-143) terbukti bahwa penerapan model Pembelajaran Penemuan Tebimbing efektif untuk meningkatkan self-efficacy peserta didik. Terlihat dari peningkatan self-efficacy peserta didik setelah diberi perlakuan terjadi peningkatan menjadi 76,36%. Sedangkan peserta didik tanpa perlakuan self-efficacy nya hanya sebesar 35,8%. Dari kedua nilai tersebut terlihat perbedaan yang cukup signifikan terhadap self-efficacy peserta didik yang memperoleh perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery).

Sesuai dengan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) peserta didik diminta untuk lebih aktif dalam penemuan konsep pembelajaran. Menurut Rosliana (2019: 12) penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) saat proses pembelajaran memberikan peserta didik kesempatan untuk mengkonstruksi pemahaman konsep dan mendorong peserta didik untuk berperan secara aktif pada saat proses pembelajaran.

(7)

Menurut Prastowo (2013: 204) LKPD merupakan materi ajar yag sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Peserta didik juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Akan tetapi LKPD yang digunakan saat ini hanya berisi ringkasan materi yang ada dibuku paket, dengan tampilan kurang menarik perhatian peserta didik. Sehingga peserta didik tidak berminat untuk menggunakannya dan mempelajarinya secara mandiri.

Dari permasalahan yang telah di paparkan, solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan self-efficacy peserta didik adalah dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery), model pembelajaran ini mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif selama proses pembelajaran serta peserta didik dilibatkan secara langsung dalam penemuan konsep pembelajaran. Mendesain Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang menarik juga sangat diperlukan, untuk menarik perhatian peserta didik untuk mempelajarinya. Dengan demikian diperlukan desain Lembar Kerja Peseta Didik (LKPD) berbasis model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) dalam meningkatkan self-efficacy peserta didik.

Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, penulis melakukan penelitian dengan judul “Desain Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Berbasis Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Untuk Meningkatkan Self Efficacy Matematis Peserta Didik SMPN 16 Kota Jambi”.

(8)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mendesain Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) untuk meningkatkan self-efficacy matematis peserta didik SMPN 16 Kota Jambi? 2. Bagaimana kelayakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) untuk meningkatkan self-efficacy matematis peserta didik SMPN 16 Kota Jambi?

1.3Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan produk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) untuk meningkatkan self-efficacy matematis peserta didik SMPN 16 Kota Jambi. 2. Menentukan kelayakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis

model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) untuk meningkatkan self-efficacy matematis peserta didik SMPN 16 Kota Jambi.

1.4Spesifikasi Pengembangan

Spesifikasi pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Produk yang didesain berupa bahan ajar cetak yaitu Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dimana materi LKPD disusun berdasarkan Kurikulum 2013 Revisi 2017.

(9)

2. LKPD yang didesain berdasarkan prosedur pembuatan LKPD yang baik dan benar sesuai dengan pedoman oleh Prastowo (2013: 212) yang akan didesain berbasis model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) untuk meningkatkan self-efficacy matematis peserta didik. 3. LKPD yang dikembangkan dapat membantu peserta didik untuk

menemukan konsep pembelajaran.

4. Materi LKPD yang akan didesain adalah materi kelas VIII SMP Semester I dengan kompetensi dasar 1) KD 3.3 Mendeskripsikan dan menyatakan relasi dan fungsi dengan menggunakan berbagai representasi (kata-kata, tabel, grafik, diagram, dan persamaan), 2) KD 4.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan relasi dan fungsi dengan menggunakan berbagai representasi, dan materi ini akan dilakukan dengan alokasi waktu 10 JP yang dilakukan secara daring.

5. LKPD yang dikembangkan memuat indikator-indikator yang dapat meningkatkan self-efficacy peserta didik.

6. Produk LKPD disajikan berdasarkan per sub materi sehingga mempermudah peserta didik untuk belajar secara mandiri.

7. LKPD ini mempunyai desain yang menarik dalam variasi warna, gambar serta tulisan.

1.5Pentingnya Pengembangan

Adapun pentingnya pengembangan ini bagi semua kalangan adalah:

1.

Sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dan sebagai bahan rujukan dengan menggunakan bahan ajar berupa Lembar

(10)

Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berbasis Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery).

2. Dapat menambah pengetahuan dan bekal untuk menjadi seorang guru matematika yang profesional dan dapat memanfaatkan bahan ajar yang dapat menunjang proses belajar mengajar dan mengetahui bentuk media dan model pembelajaran yang cocok untuk diberikan pada peserta didik tingkat SMP/MTs sederajat yang dapat meningkatkan self-efficacy peserta didik.

1.6Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1.6.1. Asumsi Penelitian

Berdasarkan teori-teori tentang penelitian yang relevan dengan penelitian ini, maka asumsi penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sekolah tersebut memiliki masalahan yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti.

2. Desain LKPD berbasis model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) dapat meningkatkan self-efficacy matematispeserta didik.

1.6.2. Keterbatasan Pengembangan

Adapun keterbatasan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VIII SMPN 16 Kota Jambi.

2. Materi yang akan diterapkan pada penelitian ini adalah materi relasi dan fungsi yang dipelajari di kelas VIII semester 1.

(11)

3. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 edisi revisi 2017. 4. LKPD yang dikembangkan adalah jenis LKPD yang memberikan

kesempatan peserta didik untuk menemukan konsep pembelajaran dengan melakukan kegiatan belajar yang aktif.

5. LKPD yang dikembangkan berbasis Model Pebelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) untuk meningkatkan Self-Efficacy

matematis peserta didik.

1.7Definisi Istilah

Adapun beberapa daftar istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. 2. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)

merupakan salah satu model yang melibatkan peserta didik secara langsung dengan cara penemuan sendiri terhadap konsep dari materi yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar yang tidak lepas dari bimbingan guru sebagai fasilitator, sehingga mereka mampu untuk menggunakan kemampuannya dalam menemukan suatu konsep atau teori yang dipelajari.

3. Self-efficacy matematis merupakan keyakinan individu terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan masalah matematis tertentu.

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Angket Awal Keyakinan Diri Peserta Didik di SMP Negeri 16 Kota Jambi

Referensi

Dokumen terkait

global. OECD telah memainkan peranan yang signifikan dengan meluncurkan Action Plan on BEPS. Gayung pun bersambut karena negara-negara anggota Forum G-20 mendukung penuh

Mengenai Program LAPOR Kota Bandung untuk diterbukakan di media sinar pagi edisi april √ Permohonan informasi telah dipenuhi dan di ambil langsung. 2 13/4/2015 28/4/2015 11

Potensi orang kontak serumah sebagai peer support digali dari tanggapan informan terhadap anggota keluarga yang menderita tuberkulosis, perannya dalam pengobatan,

Sistem kerjanya mendasarkan kemampuan mata dalam menangkap persepsi warna dengan penggabungan pigmen sian, magenta, kuning dan hitam yang disebut sebagai warna primer sistem

Kedelai yang diperjualbelikan oleh bapak Jamilan ternyata terjadi kenaikan harga, karena selain menjual tentunya bapak Jamilan juga menginginkan laba yang cukup,

Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang mengusulkan Pasangan Calon dan Pasangan Calon Perseorangan melaporkan hanya 1 (satu) Nomor Rekening Khusus Dana

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi manajemen Suara Merdeka untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dalam menghadapi media kompetitor di

Kondisi lalu lintas eksisting memiliki skor pelayanan ruas jalan 150 yang berarti memiliki tingkat pelayanan lebih dari cukup, dengan rincian untuk Jam sibuk