• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KOTA BINJAI PERATURAN DAERAH KOTA BINJAI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BINJAI TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KOTA BINJAI PERATURAN DAERAH KOTA BINJAI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BINJAI TAHUN"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KOTA BINJAI

PERATURAN DAERAH KOTA BINJAI

NOMOR ___ TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BINJAI

TAHUN 2011 – 2030

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BINJAI,

Menimbang :

a.

bahwa sejak ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 2 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai Tahun 2011, pelaksanaan investasi dan kegiatan pembangunan di Kota Binjai terus berlangsung dengan sangat cepat yang menyebabkan terjadinya berbagai perkembangan dan perubahan yang semakin meluas dalam pemanfaatan ruang wilayah kota;

b. bahwa Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 2 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai Tahun 2011 perlu disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

c. bahwa untuk mengakomodasi dinamika perkembangan pembangunan yang tumbuh pesat di Kota Binjai dan untuk menjamin keterpaduan dan keserasian antara Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara, Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo (Mebidangro) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka diperlukan sinkronisasi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai;

d. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai merupakan pedoman dan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, sehingga harus antisipatif terhadap setiap dinamika perubahan dan tuntutan perkembangan;

e. bahwa berdasarkan perkembangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Binjai Tahun 2011 -2030;

Mengingat :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 9 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Kecil di Lingkungan Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

(2)

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

KETENTUAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1

Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

3. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kota

dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem sumber daya air dan sistem jaringan lainnya.

4. Rencana pola ruang wilayah kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kota yang dapat memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.

5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

6. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

7. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

8. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang selanjutnya disebut RTRW Kota adalah RTRW Kota Binjai 9. Rencana Detail Tata Ruang Kota yang selanjutnya disebut RDTR Kota adalah rencana secara

terperinci tentang tata ruang untuk rencana tata ruang wilayah kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kota.

10. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

11. Kawasan lindung kota adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kota, kawasan lindung yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kota, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kota.

12. Kawasan budi daya kota adalah kawasan di wilayah kota yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

(3)

13. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya.

14. Kawasan sekitar waduk/danau adalah kawasan perlindungan setempat di sekeliling waduk/danau, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau.

15. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

16. Ruang terbuka non hijau yang selanjutnya disebut RTNH adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air. 17. Sabuk hijau (greenbelt), adalah RTH yang memiliki tujuan utama untuk membatasi perkembangan suatu

penggunaan lahan atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu. 18. Wilayah sungai yang selanjutnya disebut WS adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam

satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.

19. Daerah aliran sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

20. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM adalah satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.

21. Sistem pengelolaan air limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik.

22. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

23. Tempat pengolahan sampah terpadu yang selanjutnya disebut TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

24. Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disebut TPA adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

25. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.

26. Kawasan strategis kota adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kota Binjai terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, dan pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi.

27. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.

28. Subpusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang melayani subwilayah kota.

29. Pusat lingkungan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi lingkungan kota.

30. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

31. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

32. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

33. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Kota Binjai yang merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah Kota Binjai sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

34. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat adhoc yang dibentuk mendukung Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Kota Binjai dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Walikota dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

35. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat. 36. Kota adalah Kota Binjai.

(4)

38. Wilayah Kota adalah wilayah administrasi Kota Binjai sebagai daerah otonom sesuai Undang-Undang Nomor 9 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Kecil di Provinsi Sumatera Utara. 39. Pemerintah Daerah adalah Walikota Binjai dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan daerah.

40. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.

Bagian Kedua

Peran dan Fungsi

Pasal 2

RTRW Kota Binjai disusun sebagai alat operasionalisasi pelaksanaan pembangunan di wilayah Kota

Binjai.

Pasal 3

RTRW Kota Binjai menjadi pedoman untuk:

a.

acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);

b.

acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota;

c.

acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kota;

d.

acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan Pemerintah, masyarakat dan swasta;

e.

pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota; dan

f.

dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan

zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi, dan acuan dalam

administrasi pertanahan.

Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pengaturan

Paragraf 1 Muatan

Pasal 4

RTRW Kota Binjai memuat:

a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kota Binjai;

b. rencana struktur ruang wilayah Kota Binjai yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana kawasan;

c. rencana pola ruang wilayah Kota Binjai yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya;

d. penetapan kawasan strategis kota;

e. arahan pemanfaatan ruang wilayah Kota Binjai yang terdiri dari indikasi program utama jangka menengah

lima tahunan; dan

f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Binjai yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

Paragraf 2 Wilayah Perencanaan

Pasal 5

(1) Wilayah perencanaan RTRW Kota Binjai meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Binjai yang terdiri atas 5 (lima) kecamatan yaitu:

(5)

a. Kecamatan Binjai Utara; b. Kecamatan Binjai Kota; c. Kecamatan Binjai Timur; d. Kecamatan Binjai Barat; dan e. Kecamatan Binjai Selatan.

(2) Batas Administrasi Kota Binjai meliputi:

a. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang;

b. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang;

c. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat; dan

d. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN

STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA Bagian Kesatu

Tujuan Penataan Ruang

Pasal 6

Penataan ruang wilayah Kota Binjai bertujuan untuk mewujudkan kegiatan permukiman skala besar, pusat perdagangan/jasa regional, dan kota industri skala regional dan nasional yang aman, nyaman, berkelanjutan, produktif dengan pertumbuhan ekonomi tinggi.

Bagian Kedua

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Pasal 7

(1) Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota meliputi :

a. kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah kota; dan b. kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah kota.

(2) Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. kebijakan dan strategi pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan; dan b. kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah.

(3) Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung; b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya, dan c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis kota.

Pasal 8

(1) Kebijakan pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a berupa pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan secara terpadu, berhirarki, dan saling berhubungan untuk mendukung penetapan Kota Binjai sebagai bagian Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Mebidangro oleh Pemerintah.

(2) Strategi pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan :

a. membangun kawasan industri dengan skala pelayanan regional dan Nasional di Kecamatan Binjai Utara

dengan disertai pembangunan jalan dan infrastruktur penunjang kegiatan industri;

b. mengembangkan pusat perdagangan/jasa regional Kota Binjai untuk melayani penduduk Kota Binjai dan kota-kota di sekitarnya;

c. membagi wilayah kota menjadi 6 (enam) subpusat pelayanan kota, selanjutnya dilakukan pembagian fungsi-fungsi kegiatan kota ke seluruh subpusat pelayanan kota;

d. membangun pusat-pusat kegiatan pelayanan baru di setiap subpusat pelayanan kota secara sinergis dan terpadu dengan pusat-pusat kegiatan pelayanan yang sudah ada;

(6)

e. melengkapi prasarana dan sarana lingkungan serta fasilitas pelayanan umum di setiap hirarki pusat-pusat kegiatan pelayanan; dan

f. mengendalikan pemanfaatan ruang di setiap hirarki pusat-pusat kegiatan pelayanan melalui

pelaksanaan ketetapan peraturan zonasi dan perizinan yang konsisten, serta pengenaan sanksi terhadap pemanfaatan yang tidak sesuai dengan RTRW Kota Binjai.

Pasal 9

(1) Kebijakan pengembangan sistem jaringan prasarana kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)

huruf b berupa pengembangan dan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana wilayah kota untuk menunjang pertumbuhan ekonomi wilayah, pemerataan pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang meliputi:

a. jaringan transportasi; b. jaringan energi;

c. jaringan telekomunikasi; d. jaringan sumber daya air; dan e. jaringan prasarana perkotaan.

(2) Strategi pengembangan jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. mendukung fungsi Kota Binjai sebagai salah satu pusat kegiatan transportasi Kawasan Perkotaan Mebidangro dengan:

1. meningkatkan aksesibilitas Kota Binjai menuju Medan dengan meningkatkan kapasitas dan kinerja

jalan arteri Medan – Binjai;

2. meningkatkan pelayanan transportasi massal dengan layanan perekeretaapian Medan – Binjai;

3. mendorong percepatan pembangunan ruas jalan Tol Medan – Binjai;

4. memantapkan fungsi jalan arteri dan kolektor yang melewati Kota Binjai;

5. membangun terminal Tipe A di Kecamatan Binjai Timur; dan

6. memantapkan terminal Tipe B Ikan Paus di Kecamatan Binjai Kota yang terintegrasi antar moda

dan antar wilayah.

b. membangun jalan kolektor sekunder/jalan lingkar dan jalan lingkungan Kota Binjai;

c. membangun terminal Tipe C yang merupakan subterminal di setiap subpusat pelayanan kota; d. meningkatkan pelayanan angkutan umum yang nyaman menuju seluruh kelurahan di Kota Binjai; e. membangun ruas-ruas jalan baru dan peningkatan akses serta layanan jaringan jalan arteri,

kolektor, dan jaringan jalan lokal, yang menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan dan antara pusat-pusat kegiatan dengan masing-masing wilayah pelayanan; dan

f. membangun dan meningkatkan kualitas layanan terminal umum sebagai simpul transportasi, mencakup di dalamnya pembangunan simpul-simpul baru dan pengembangan jalur-jalur layanan baru yang potensial di masa depan.

(3) Strategi pengembangan jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. mengembangkan jaringan energi listrik interkoneksi lintas wilayah, baik internal maupun eksternal wilayah Kota Binjai;

b. mendorong penyelesaian masalah ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan energi listrik di seluruh wilayah, terutama lokasi - lokasi industri, perkantoran, pusat perdagangan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang;

c. mendorong pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti biomass dan mikrohidro sebagai alternatif energi konvensional; dan

d. memfasilitasi jaminan suplai energi kepada pusat-pusat permukiman perkotaan dan kawasan - kawasan strategis lain meliputi industri, pariwisata, dan pusat pemerintahan.

(4) Strategi pengembangan jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. melakukan pengembangan sistem pelayanan telekomunikasi melalui penerapan teknologi telekomunikasi yang memadai dan terintegrasi intra kawasan Kota Binjai; dan

b. mendorong penambahan dan pembangunan sentral-sentral telepon baru.

(5) Strategi pengembangan jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:

a. menjaga kelestarian badan-badan air dan mata air-mata air, serta meningkatkan sediaan air tanah; b. membangun danau-danau buatan untuk menampung air di musim hujan dan sebagai cadangan air di

musim kemarau; dan

c. menjaga kualitas dan kuantitas sumber air dari buangan tinja, lumpur dan sampah.

(6) Strategi pengembangan prasarana perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf e meliputi:

(7)

1. meningkatkan kapasitas terpasang layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtasari dari 200 liter/detik menjadi 750 liter/detik dengan menggunakan sumber air Sungai Bingai Marcapada (kapasitas 200 liter/detik dengan base flow 700 liter/detik), Sungai Bangkatan (kapasitas base flow 300 liter/detik) dan Sungai Mencirim (kapasitas base flow 500 liter/detik);

2. meningkatkan layanan PDAM eksisting dari 23 (dua puluh tiga) persen sampai mencapai 83 (delapan puluh tiga) persen di akhir tahun perencanaan 2030, dengan peningkatan 15 (lima belas) persen setiap 5 (lima) tahunnya.

3. merencanakan standar pelayanan minimal dengan 75 (tujuh puluh lima) persen penduduk terlayani dapat dipenuhi hingga tahun 2019;

4. meningkatkan pelayanan dan penyediaan air bersih oleh PDAM diutamakan untuk daerah layanan di Kecamatan Binjai Utara, kemudian Kecamatan Binjai Barat, Kecamatan Binjai Timur dan Kecamatan Binjai Selatan;

5. memelihara saluran transmisi dan distribusi terutama untuk mereduksi tingkat kehilangan air; dan 6. mengembangkan alternatif/inovasi sumber pembiayaan dengan melibatkan swasta, masyarakat

maupun donor.

b. strategi pengelolaan limbah industri dilakukan dengan:

1. mewajibkan bagi pengusaha/pengelola kawasan industri Binjai Utara membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri;

2. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana air limbah; dan

3. melaksanakan pengelolaan air limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan non B3. c. strategi pengelolaan limbah rumah tangga dilakukan dengan:

1. melayani pengolahan limbah rumah tangga di kawasan dengan tingkat kepadatan rendah dengan sistem pengolahan setempat (on site);

2. melayani pengolahan limbah rumah tangga di kawasan dengan kepadatan sedang dengan sistem komunal;

3. melayani pengolahan limbah rumah tangga di kawasan dengan tingkat kepadatan tinggi dengan sistem pengolahan terpusat (off site) atau minimal dengan sistem komunal;

4. meningkatkan cakupan pelayanan air limbahnya, baik sistem pengolahan terpusat maupun setempat;

5. meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelola; dan 6. mengembangkan alternatif/inovasi sumber pembiayaan.

d. strategi pengelolaan drainase dilakukan dengan:

1. mengembangkan sistem drainase mengikuti pola sistem DAS; 2. membangun tanggul guna mencegah terjadinya banjir;

3. mengembangkan saluran primer dan sekunder dari saluran drainase untuk mengisi danau-danau buatan yang difungsikan sebagai penyimpan sementara limpahan volume air dalam mengendalikan banjir;

4. membangun sarana pengendali banjir seperti pintu-pintu air untuk fungsi pengaturan; 5. melakukan pengendalian pembangunan pada bantaran sungai dengan upaya penghijauan; 6. melakukan pemeliharaan dan pengawasan saluran drainase eksisting dan pengembangannya

dengan pelibatan seluruh penentu kebijakan; dan 7. mengembangkan alternatif/inovasi sumber pembiayaan. e. strategi pengelolaan sampah dilakukan dengan:

1. mengurangi sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya melalui program pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan kembali sampah;

2. mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke tempat TPA dengan cara pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang berwawasan lingkungan sehingga dapat menciptakan nilai tambah dari sampah yang ditimbulkan;

3. meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah;

4. mengoperasikan TPA menggunakan sistem controlled landfill dan selanjutnya digunakan metoda

sanitary landfill;

5. meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelola; 6. meningkatkan cakupan pelayanan maupun kualitas sistem pengelolaan; dan

(8)

Pasal 10

(1) Kebijakan pengembangan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a

meliputi:

a. pelestarian, perlindungan dan pengelolaan kawasan lindung; b. pengembangan RTH kota untuk menunjang fungsi kawasan lindung;

c. pengelolaan kawasan pertanian dan perkebunan agar dapat berfungsi sebagai resapan air dan RTH kota; dan

d. pelestarian dan perlindungan kawasan cagar budaya yang ditetapkan dari alih fungsi.

(2) Strategi pelestarian, perlindungan dan pengelolaan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a meliputi:

a. menetapkan batas-batas kawasan lindung;

b. melestarikan taman-taman kota dan sempadan-sempadan sungai;

c. memulihkan fungsi kawasan lindung yang mengalami kerusakan dengan reboisasi, konservasi tanah dan air, serta upaya-upaya rehabilitasi;

d. mengelola hutan lindung, sempadan-sempadan sungai, mata air dan taman-taman kota; dan e. mengendalikan kawasan lindung dari kegiatan alih fungsi lahan.

(3) Strategi pengembangan RTH kota untuk menunjang fungsi kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b meliputi:

a. membangun kawasan yang potensial sebagai jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk garis sempadan sungai dan jalur rel kereta api; dan

b. membuat RTH kota meliputi hutan kota, jalur hijau kota, taman kota, taman lingkungan, dan sabuk hijau (greenbelt), untuk memenuhi proporsi RTH sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) persen dari luas kota.

(4) Strategi pengelolaan kawasan pertanian dan perkebunan agar dapat berfungsi sebagai resapan air dan RTH kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah mempertahankan fungsi, menata, mengendalikan alih fungsi ke fungsi lain kegiatan pertanian dan perkebunan sebagai kawasan resapan air dan RTH kota.

(5) Strategi pelestarian dan perlindungan kawasan cagar budaya yang ditetapkan dari alih fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:

a. memberikan insentif bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah; dan

b. meningkatkan fungsi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah sebagai obyek wisata budaya.

Pasal 11

(1) Kebijakan pengembangan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf b meliputi: a. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya;

b. pengembangan kegiatan budi daya secara seimbang dan serasi sesuai potensi dan daya dukung wilayah, dengan menekankan pada pengembangan sektor/subsektor unggulan yang mampu memberi nilai tambah ekonomi yang tinggi;

c. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;

d. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya di kawasan-kawasan di kawasan lindung dan cadangan RTH; dan

e. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan.

(2) Strategi perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. mencadangkan lahan untuk pengembangan kawasan pusat pemerintahan Kota Binjai di Kecamatan Binjai Timur;

b. mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak, untuk kegiatan permukiman sekitar kawasan industri dan sekitar kawasan pusat pemerintahan; dan

c. mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa dengan:

1. mengembangkan kegiatan perdagangan skala regional di pusat kota; 2. memantapkan fungsi pasar-pasar yang telah ada;

(9)

3. menyediakan infrastruktur pendukung kegiatan pasar;

4. mengembangkan kawasan perdagangan di setiap subpusat kota; 5. mengembangkan pasar sesuai dengan lingkup pelayanannya; dan 6. menata kegiatan perdagangan informal.

(3) Strategi pengembangan kegiatan budi daya secara seimbang dan serasi sesuai potensi dan daya dukung wilayah, dengan menekankan pada pengembangan sektor/subsektor unggulan yang mampu memberi nilai tambah ekonomi yang tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. mencadangkan tanah bagi pengembangan kawasan industri di Kecamatan Binjai Utara karena memiliki nilai strategis nasional sebagai bagian dari pengembangan Mebidangro; dan

b. memberikan insentif bagi pengembangan kegiatan industri, perdagangan dan jasa skala pelayanan regional dengan pemberian prasarana dasar secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian Kota Binjai.

(4) Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. mencadangkan dan meningkatkan persediaan lahan kota bagi pengembangan fasilitas pelayanan umum yang dikelola Pemerintah melalui penyerahan sebagian dari setiap kawasan yang dikembangkan oleh pengembang kepada pemerintah Kota Binjai untuk dijadikan areal pelayanan umum;

b. menetapkan ketentuan-ketentuan peraturan zonasi pada masing-masing kawasan budi daya sesuai dengan karakteristiknya;

c. mitigasi bencana dengan membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana; dan d. melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi.

(5) Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budi daya di kawasan-kawasan di kawasan lindung dan cadangan RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:

a. mengendalikan perkembangan permukiman di sempadan sungai; dan b. mengendalikan perkembangan permukiman di sempadan rel kereta api.

(6) Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:

a. mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;

b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan pertahanan dan keamanan dengan kawasan budi daya terbangun; dan.

c. membantu memelihara dan menjaga fungsi kegiatan pertahanan/Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pasal 12

(1) Kebijakan pengembangan kawasan strategis kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf c meliputi:

a. pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, dan melestarikan warisan budaya;

b. pengembangan kegiatan ekonomi regional dan ekonomi kota unggulan sebagai penggerak utama kegiatan ekonomi kota; dan

c. peningkatan pelayanan pemerintahan kota dan identitas kota.

(2) Strategi pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, dan melestarikan warisan budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. menetapkan kawasan pariwisata Binjai Selatan dan rencana kawasan hutan kota sebagai kawasan strategis berfungsi lindung;

b. melestarikan situs warisan budaya bangsa dengan menetapkan kawasan cagar budaya heritage di beberapa bangunan tua yang terdapat di Kota Binjai;

c. menyusun rencana rinci kawasan wisata Binjai Selatan;

d. mengendalikan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis pariwisata pantai SB, kawasan sekitar hutan kota dan kawasan sekitar waduk buatan yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; e. membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan wisata pantai SB, hutan kota dan sekitar waduk

(10)

f. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis.

(3) Strategi pengembangan kegiatan ekonomi regional dan ekonomi kota unggulan sebagai penggerak utama kegiatan ekonomi kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. menetapkan kawasan industri Binjai Utara sebagai kawasan strategis pusat pertumbuhan ekonomi kota; b. mendorong perkembangan kawasan pusat perdagangan dan jasa regional di pusat kota sebagai

penggerak utama pengembangan ekonomi kota; c. menciptakan iklim investasi yang kondusif; d. mengintensifkan promosi peluang investasi;

e. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi; dan

f. mengelola dampak negatif kegiatan industri dan perdagangan agar tidak memberikan dampak negatif penurunan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan.

(4) Strategi peningkatan pelayanan pemerintahan kota dan identitas kota pengembangan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. menyelesaikan status tanah Hak Guna Usaha perkebunan tebu menjadi tanah Pemerintah tempat rencana pembangunan kawasan pusat pemerintahan dan hutan kota;

b. menyusun rencana rinci kawasan pusat pemerintahan kota;

c. membangun kawasan pusat pemerintahan Kota Binjai terintegrasi dengan pengembangan hutan kota; dan

d. membangun hutan kota dengan tanaman buah-buahan khususnya buah rambutan Binjai sebagai identitas kota.

BAB III

RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA Bagian Kesatu

Umum Pasal 13

(1) Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi: a. rencana sistem pusat-pusat pelayanan; b. rencana sistem jaringan transportasi; c. rencana sistem jaringan energi/kelistrikan; d. rencana sistem jaringan telekomunikasi; e. rencana sistem jaringan sumber daya air; dan f. rencana sistem jaringan infrastruktur perkotaan.

(2) Rencana struktur ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan pada Peta Rencana Struktur Ruang Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Bagian Kedua

Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan Pasal 14

(1) Rencana sistem pusat-pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a, meliputi: a. pusat pelayanan kota fungsi primer;

b. pusat pelayanan kota fungsi sekunder; c. subpusat pelayanan kota; dan d. pusat lingkungan.

(2) Pusat pelayanan kota fungsi primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a.

pusat perdagangan dan jasa ditetapkan di Kecamatan Binjai Kota;

b.

pusat kawasan industri dan penambangan minyak dan gas ditetapkan di Kecamatan Binjai Utara;

(11)

d.

pusat kegiatan pertahanan dan keamanan ditetapkan di Kecamatan Binjai Timur; dan

e.

pusat kegiatan pendidikan tinggi ditetapkan di Kecamatan Binjai Timur dan Kecamatan Binjai Barat. (3) Pusat pelayanan kota fungsi sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. pusat perdagangan dan jasa ditetapkan di Kecamatan Binjai Kota; b. pusat pemerintahan kota ditetapkan di Kecamatan Binjai Timur; dan c. pusat pelayanan wisata ditetapkan di Kecamatan Binjai Selatan.

(4) Subpusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang merupakan kawasan sekunder meliputi:

a. subpusat pelayanan kota A, terletak di Kecamatan Binjai Utara; b. subpusat pelayanan kota B, terletak di Kecamatan Binjai Timur; c. subpusat pelayanan kota C, terletak di Kecamatan Binjai Kota; d. subpusat pelayanan kota D, terletak di Kecamatan Binjai Barat; e. subpusat pelayanan kota E, terletak di Kecamatan Binjai Selatan; dan f. subpusat pelayanan kota F, terletak di Kecamatan Binjai Selatan.

(5) Pusat lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi pelayanan tersier maupun pusat pelayanan lingkungan terdapat di seluruh kelurahan-kelurahan yang ada di Kota Binjai dan akan diatur lebih lanjut berdasarkan RDTR Kota.

Pasal 15

Seluruh kecamatan di Kota Binjai akan diatur lebih lanjut dengan RDTR yang ditetapkan oleh peraturan daerah tersendiri.

Rencana Sistem Jaringan Transportasi Pasal 16

(1) Rencana sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b disusun secara terpadu antar dan intra moda yang didukung oleh prasarana dan sarana dengan teknologi yang sesuai tuntutan perkembangan kota.

(2) Rencana sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. sistem jaringan transportasi darat; dan

b. sistem jaringan perkeretaapian.

(3) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi: a. jaringan jalan;

b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan c. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan.

(4) Rencana sistem jaringan transportasi digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Transportasi Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Paragraf 1

Sistem Jaringan Transportasi Darat Pasal 17

(1) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf a terdiri atas: a. jaringan jalan bebas hambatan;

b. jaringan jalan arteri primer, c. jaringan jalan arteri sekunder; d. jaringan jalan kolektor primer; e. jaringan jalan kolektor sekunder; f. jaringan jalan lokal; dan

g. jaringan jalan lingkungan.

(2) Jaringan jalan bebas hambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah ruas jalan bebas hambatan yang menghubungkan Kota Binjai dengan Kota Medan.

(3) Jaringan jalan arteri primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. Bts. Kota Stabat - Bts. Kota Binjai;

(12)

c. Jalan Lingkar Luar Binjai;

d. Bts. Kota Binjai - Bts. Kota Medan; dan e. Jalan Soekarno-Hatta.

(4) Jaringan jalan arteri sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. ruas Jalan Wahidin;

b. ruas Jalan Gajah Mada; c. ruas Jalan Danau Sentani; d. ruas Jalan Kawi;

e. ruas Jalan Wilis; f. ruas Jalan Coklat; g. ruas Jalan Nanas; h. ruas jalan Umar Baki; i. ruas Jalan Yos Sudarso; dan j. ruas jalan Beringin.

(5) Jaringan jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi: a. ruas Jalan Perintis Kemerdekaan;

b. ruas Jalan Hasanudin; c. ruas Jalan Jamin Ginting;

d. ruas Jalan Danau Makalona (rencana pengembangan jaringan jalan sejajar Binjai – Medan); e. ruas Jalan Samanhudi;

f. ruas Jalan Juanda; dan g. ruas jalan TPA.

(6) Jaringan jalan kolektor sekunder dan jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan huruf f tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini. (7) Jaringan jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g akan diatur secara lebih detail

pada RDTR kota.

Pasal 18

(1) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf b meliputi:

a. rencana terminal baru Tipe A ditetapkan di Kecamatan Binjai Timur;

b. terminal Ikan Paus sebagai terminal Tipe B ditetapkan di Kecamatan Binjai Timur; c. terminal Tipe C ditetapkan di setiap pusat subpusat pelayanan kota;

d. terminal Tipe C ditetapkan di Rambung Kecamatan Binjai Selatan; dan e. unit pengujian kendaraan bermotor di Kecamatan Binjai Utara.

(2) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf c tercantum pada Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Paragraf 2

Sistem Jaringan Perkeretaapian Pasal 19

(1) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 2 huruf b di Kota Binjai adalah

perkeretaapian umum.

(2) Perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. perkeretaapian perkotaan; dan b. perkeretaapian antarkota.

(3) Perkeretaapian perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah perkeretaapian yang

melayani perpindahan orang di wilayah perkotaan dan/atau perjalanan ulang alik, dikembangkan untuk menghubungkan jalur kereta api Stasiun Kota – Sunggal – Binjai.

(4) Perkeretaapian antarkota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah perkeretaapian yang

melayani perpindahan orang dan/atau barang dari satu kota ke kota yang lain, dikembangkan untuk menghubungkan:

a. jalur kereta api Stasiun Kota – Sunggal – Binjai – Langkat; b. jalur kereta api Binjai-Besitang; dan

c. jalur kereta api lintas Binjai – Kuala.

(5) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di Stasiun Kereta Api Binjai di Jalan Ikan Paus yang terpadu dengan terminal penumpang Tipe B.

(13)

(6) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat dilengkapi dengan kegiatan pertokoan, perkantoran, apartemen, dan jasa-jasa lainnya menjadi pusat kegiatan berorientasi stasiun kereta api yang disebut sebagai Transit Oriented Development (TOD).

Bagian Keempat

Rencana Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan Pasal 20

(1) Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf c ditujukan untuk menambah daya listrik dan meningkatkan kapasitas pelayanan dalam rangka mendukung pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi di Kota Binjai.

(2) Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. rencana jaringan tenaga listrik; dan

b. rencana jaringan pipa minyak dan gas bumi.

(3) Rencana jaringan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. rencana pembangkit tenaga listrik; dan

b. rencana jaringan transmisi.

(4) Rencana pembangkit listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dilakukan dengan peningkatan kapasitas beberapa pembangkit di Sistem Sumatera Bagian Utara.

(5) Rencana pembangkit listrik bersumber dari:

a. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)/Gardu Utama (GU) Belawan; b. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Titi Kuning;

c. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Renun; d. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumut; dan e. pembangkit lainnya dalam Sistem Sumatera Bagian Utara.

(6) Rencana jaringan transmisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b ditetapkan sebagai sistem interkoneksi di Kota Binjai meliputi:

a. Gardu Induk Binjai, GI 275/150 KV Binjai;

b. jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 275 KV yang menghubungkan Binjai – Galang; dan

c. jaringan transmisi SUTT 150 KV yang menghubungkan Galang – Binjai.

(7) Rencana jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dari PLTU Sumatera Utara di Pangkalan Susu – Binjai – Melintasi Medan – Galang – Simanko (Porsea) – PLTP Sarulla – Sipirok – Padangsidimpuan – Payakumbuh (Sumatera Barat).

Pasal 21

(1) Rencana jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf b terdiri

atas:

a. pipa distribusi jalur Wampu-Belawan;

b. rencana pengembangan pipa distribusi jalur SKG Wampu-MRS Koramil KIM Medan; dan

c. jaringan pipa migas jalur Pangkalan Berandan-Wampu.

(2) Penyediaan dan pemanfaatan jaringan pipa minyak dan gas bumi diatur lebih lanjut oleh penyelenggara minyak dan gas bumi.

(3) Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan

Energi/Kelistrikan Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Bagian Kelima

Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Pasal 22

(1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf d ditujukan untuk mendukung pengembangan kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, perumahan/permukiman, dan berbagai kegiatan fasilitas pelayanan umum kota.

(2) Pengembangan jaringan telekomunikasi dilakukan secara terpadu dan diarahkan untuk memanfaatkan secara optimal prasarana dan sarana yang sudah ada dengan menggunakan teknologi maju yang senantiasa berkembang dinamik.

(14)

a. jaringan tetap; dan b. jaringan bergerak

(4) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a yang meliputi jaringan tetap lokal, sambungan langsung jarak jauh, sambungan internasional dan tertutup ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara telekomunikasi.

(5) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b yang meliputi jaringan bergerak terestrial, seluler, dan satelit ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara telekomunikasi.

(6) Lokasi menara bersama telekomunikasi ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara telekomunikasi dengan memperhatikan efisiensi pelayanan, keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitarnya.

(7) Rencana sistem jaringan telekomunikasi digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Bagian Keenam

Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Pasal 23

(1) Rencana sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf e meliputi: a. WS;

b. sistem jaringan air baku untuk air minum; c. sistem pengendalian banjir; dan

d. sistem jaringan irigasi.

(2) WS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a di Kota Binjai meliputi: a. sebagian besar wilayah bagian barat termasuk ke dalam DAS Wampu; dan b. sebagian kecil wilayah daerah Timur termasuk ke dalam DAS Belawan.

(3) Sistem jaringan air baku untuk air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menggunakan sistem air permukaan.

(4) Sistem jaringan air permukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan di Sungai Mencirim, Sungai Bingai, Sungai Bangkatan, dan sungai-sungai kecil lainnya.

(5) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi pembuatan sistem jaringan drainase dan pembuatan kolam retensi di Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan Binjai Selatan. (6) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan daerah irigasi lintas

Kabupaten Langkat dan Kota Binjai yaitu Daerah Irigasi Teknis Namu Sira-sira, Kecamatan Binjai Selatan dengan luas daerah irigasi kurang lebih 275 hektar.

(7) Rencana sistem jaringan sumber daya air digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Bagian Ketujuh

Rencana Sistem Jaringan Infrastruktur Perkotaan Pasal 24

Rencana sistem jaringan infrastruktur perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf f meliputi:

a. rencana sistem penyediaan air minum;

b. rencana sistem pengelolaan air limbah;

c. rencana sistem pengolahan persampahan;

d. rencana sistem drainase;

e. rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki;

f. rencana jalur evakuasi bencana; dan

g. rencana sistem proteksi kebakaran;

Pasal 25

(1) Rencana sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a ditujukan untuk mendukung pengembangan kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, perumahan/permukiman, dan berbagai kegiatan fasilitas pelayanan umum kota.

(15)

(2) Rencana sistem penyediaan air minum perkotaan diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan menambah daya terpasang air minum untuk memenuhi kebutuhan penduduk Kota Binjai yang terus meningkat.

(3) Rencana sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jaringan perpipaan dan jaringan bukan perpipaan.

(4) Sistem jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan di Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Timur, dan Kecamatan Binjai Barat.

(5) Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Kota Binjai terdiri atas:

a. peningkatan dan pengoptimalan kapasitas produksi Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtasari di Sungai Bingai menjadi 850 liter/detik;

b. meningkatkan cakupan pelayanan masing-masing PDAM yang ada sekarang mencapai 83 (delapan puluh tiga) persen pada Tahun 2030 untuk Sambungan Langsung/Sambungan Rumah (SL/SR);

c. membangun prasarana air bersih Kran Umum (KU) dan Hidran Umum (HU) untuk masyarakat yang sulit dijangkau PDAM dan untuk daerah yang kondisi air tanahnya buruk; dan

d. rencana penggunaan sumber air baku dari Sungai Bangkatan dengan base flow sebesar 300 liter/detik

dan Sungai Mencirim dengan base flow sebesar 500 liter/detik.

(6) Sistem jaringan bukan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan di Kecamatan Binjai Selatan.

(7) Rencana sistem jaringan air minum digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Air Minum Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-5 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 26

(1)

Rencana sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b terdiri atas sistem

pengelolaan air limbah domestik dan limbah industri.

(2)

Rencana sistem pengelolaan air limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sistem air

limbah domestik terpusat dan atau setempat.

(3)

Lokasi sistem air limbah domestik terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kecamatan Binjai Timur.

(4)

Sistem air limbah domestik setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat dan dikembangkan pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat.

(5)

Sistem pengelolaan air limbah industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sistem air limbah industri terpusat dan atau setempat.

(6)

Lokasi sistem air limbah industri terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan di IPAL kawasan

industri Binjai di Kecamatan Binjai Utara.

(7)

Sistem air limbah industri setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan secara tersendiri oleh

pihak industri itu sendiri.

(8)

Rencana sistem pengelolaan air limbah digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Pengelolaan Air

Limbah Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-6 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 27

(1) Rencana sistem pengolahan persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c terdiri dari TPS, TPST, dan TPA.

(2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan pada setiap unit lingkungan perumahan dan pusat-pusat kegiatan.

(3) TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di setiap unit pusat lingkungan/kelurahan.

(4) TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di Kelurahan Mencirim Kecamatan Binjai Timur

dengan menggunakan metode controlled landfill pada tahap 5 (lima) tahun pertama dan dilanjutkan dengan

metoda sanitary landfill.

(5) Rencana sistem jaringan pengelolaan persampahan digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Pengelolaan Persampahan Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-7 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

(16)

Pasal 28

(1) Rencana sistem drainase kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf d ditujukan untuk menciptakan

lingkungan permukiman dan pusat-pusat kegiatan perkotaan yang sehat dan bersih, serta terbebas dari banjir dan genangan air hujan.

(2) Rencana sistem jaringan drainase kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan secara

berhirarki dan terstruktur menggunakan saluran terbuka dan/atau saluran tertutup, terdiri atas jaringan drainase makro (utama) dan jaringan drainase mikro (lokal) yang saling melengkapi dan terpadu dengan sistem jaringan sungai dan pengendalian banjir.

(3) Jaringan drainase makro sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian dari pola pengelolaan sumber daya air pada masing-masing DAS Belawan dan DAS Wampu.

(4) Jaringan drainase mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipadukan dengan sistem jaringan drainase

jalan dan melayani daerah drainase di kawasan permukiman, industri, perdagangan, dan perkantoran.

(5) Jaringan drainase mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan di Sub. D. Paya Robah, Sub. D.

Limau Sundai, Sub. D. Sinembah, Sub. D. Cengkeh Turi, Sub. D. Pujidadi, Sub. D Tanah Merah, Sub. D. Binjai Estate, Sub. D Rambung, Sub. D. Kebun Lada, Sub. D. Amir Hamzah, Sub. D. Tunggurono, Sub. D. Gajahmada, Sub. D. Juanda, Sub. D. Nangka, dan Sub. D. Sumber Mulyo.

(6) Rencana sistem drainase digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Drainase Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-8 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 29

(1) Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e diutamakan pada kawasan pusat pelayanan kota, kawasan subpusat pelayanan kota, kawasan pendidikan, kawasan komersil (perkantoran, jasa, perdagangan), dan kawasan pemerintahan.

(2) Pengembangan jaringan jalan pejalan kaki dilakukan dengan peningkatan kualitas di ruas-ruas jalan yang sudah terdapat fasilitas pejalan kaki, terutama di jalan-jalan di sekitar pusat kegiatan, salah satunya di kawasan pusat kota.

(3) Pengembangan kelengkapan fasilitas pejalan kaki di ruas-ruas yang memiliki trotoar namun belum dilengkapi dengan kelengkapan fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, bangku, kotak sampah, zebra cross, dan jembatan penyeberangan.

(4) Pengembangan fasilitas pejalan kaki di ruas-ruas jalan yang hanya memiliki trotoar pada satu sisi jalan saja. (5) Penyediaan fasilitas pejalan kaki di ruas-ruas jalan yang sama sekali belum memiliki fasilitas trotoar dan

kelengkapan lainnya.

(6) Pengembangan fasilitas pejalan kaki di ruas-ruas jalan yang meliputi:

a. kawasan perdagangan di Kecamatan Binjai Kota;

b. kawasan perdagangan di setiap subpusat pelayanan kota;

c. kawasan perdagangan di koridor jalan-jalan utama kota;

d. kawasan pemerintahan di Kecamatan Binjai Timur;

e. kawasan pertahanan dan keamanan di Kecamatan Binjai Timur;

f. kawasan pendidikan tinggi di Kecamatan Binjai Timur dan Kecamatan Binjai Barat;

g. kawasan industri di Kecamatan Binjai Utara; dan

h. kawasan wisata di Kecamatan Binjai Selatan.

(7) Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Jalan Pejalan Kaki Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-9 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 30

(1) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf f bertujuan untuk menyediakan ruang yang dapat dipergunakan sebagai tempat keselamatan dan ruang untuk berlindung jika terjadi bencana. (2) Jenis rawan bencana alam yang potensial terjadi di Kota Binjai meliputi bencana alam banjir dan kebakaran.

(17)

(3) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jalur keluar dan ruang evakuasi bencana.

(4) Jalur keluar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan di Jalan Soekarno Hatta, Jalan T. Amir Hamzah dan jalan-jalan yang mengarah ke lapangan terbuka lainnya.

(5) Ruang evakusi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan di Kawasan Rencana Pusat Pemerintahan, Lapangan Merdeka dan RTH lainnya.

(6) Rencana jalur evakuasi bencana digambarkan dalam Peta Rencana Jalur Evakuasi Bencana Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I-10 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 31

(1) Pengembangan sistem proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf g dimaksudkan untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran dalam lingkup kota, lingkungan, dan bangunan.

(2) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencerminkan layanan yang disepakati oleh pemangku kepentingan yang meliputi layanan:

a. pencegahan kebakaran;

b. pemberdayaan peran masyarakat; c. pemadam kebakaran; dan

d. penyelamatan jiwa dan harta benda.

(3) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Binjai.

BAB IV

RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA Bagian Kesatu

Umum Pasal 32

(1) Rencana pola ruang wilayah Kota Binjai meliputi:

a. kawasan lindung seluas kurang lebih 2.718 hektar (30,12 persen); dan

b. kawasan budi daya seluas kurang lebih 6.306 hektar (69,88 persen).

(2) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. kawasan perlindungan setempat;

b. RTH kota;

c. kawasan cagar budaya; dan

d. kawasan rawan bencana alam.

(3) Kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. kawasan perumahan;

b. kawasan perdagangan dan jasa;

c. kawasan perkantoran;

d. kawasan industri;

e. kawasan pariwisata;

f. kawasan RTNH kota;

g. kawasan ruang evakuasi bencana;

h. kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal; dan

i. kawasan peruntukan lainnya.

(4) Rencana pola ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Rencana

Pola Ruang dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Bagian Kedua Kawasan Lindung

Pasal 33

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf a meliputi:

a. kawasan sempadan sungai; dan b. kawasan sekitar waduk/danau.

(18)

(2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan minimal 5 (lima) meter untuk sungai bertanggul dan 15 (lima belas) meter untuk sungai yang tidak bertanggul.

(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan:

a. Sungai Mencirim minimal 5 (lima) meter untuk yang sudah diberi tanggul dan 15 (lima belas) meter

untuk yang belum bertanggul;

b. Sungai Bingai minimal 5 (lima) meter untuk yang sudah diberi tanggul dan 15 (lima belas) meter untuk yang belum bertanggul;

c. Sungai Bangkatan minimal 5 (lima) meter untuk yang sudah diberi tanggul dan 15 (lima belas) meter

untuk yang belum bertanggul; dan

d. Sungai-sungai kecil lainnya minimal 5 (lima) meter untuk yang sudah diberi tanggul dan 10 (sepuluh) meter untuk yang belum bertanggul.

(4) Kawasan sekitar waduk/danau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan di waduk-waduk

buatan di dekat Sungai Bingai di Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan Binjai Selatan dengan sempadan waduk ditetapkan 50 (lima puluh) meter dari bibir danau buatan.

Pasal 34

(1). Kawasan RTH kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf b, ditetapkan seluas minimum

30 (tiga puluh) persen dari luas kawasan perkotaan.

(2). Kawasan RTH kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. taman RT (Rukun Tetangga);

b. taman RW (Rukun Warga);

c. taman lingkungan;

d. taman kota;

e. hutan kota;

f. jalur hijau kota;

g. jalur sempadan rel kereta api; h. sabuk hijau (green belt);

i. Tempat Pemakaman Umum (TPU); dan

j. RTH lainnya.

(3). Taman RT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a melayani penduduk dalam lingkup satu RT dengan luas minimal 250 (dua ratus lima puluh) meter persegi berada pada radius kurang lebih 300 (tiga ratus) meter dari rumah-rumah penduduk yang dilayani.

(4). Taman RW sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b melayani penduduk dalam lingkup satu RW dengan luas minimal 1250 (seribu dua ratus lima puluh) meter persegi berada pada radius kurang lebih 1000 (seribu) meter dari rumah-rumah penduduk yang dilayani.

(5). Taman lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, berbentuk taman-taman dengan aneka

desain dan ukuran, yang dikembangkan terutama untuk tujuan estetika, tempat relaksasi, sarana interaksi dan pengikat sosial suatu lingkungan perumahan, disamping untuk pengaturan iklim mikro dan resapan

air, direncanakan pengembangannya di pusat-pusat kelurahan dan kawasan-kawasan

permukiman/perumahan.

(6). Taman kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, berbentuk taman-taman dengan aneka desain

dan ukuran, yang dikembangkan terutama untuk tujuan estetika, tempat relaksasi, sarana interaksi dan pengikat sosial, disamping untuk pengaturan iklim mikro dan resapan air, direncanakan pengembangannya di pusat kota di Kecamatan Binjai Kota dan di pusat-pusat subpusat pelayanan kota.

(7). Hutan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, berbentuk kawasan tutupan hijau hutan yang

dikembangkan terutama untuk tujuan pengaturan iklim mikro dan resapan air, direncanakan pengembangannya di subpusat pelayanan kota Binjai Selatan dan di dekat kawasan pusat pemerintahan di Kecamatan Binjai Timur.

(8). Jalur hijau kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f, berbentuk jalur tanaman berbatang tinggi

(tanaman tahunan) yang dikembangkan terutama untuk tujuan estetika, pengaturan iklim mikro, dan resapan air, direncanakan pengembangannya di sempadan sungai, rel kereta api, sempadan jalan, bahu dan median jalan, di kawasan-kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan industri, kawasan pariwisata dan rekreasi, kawasan perumahan, serta kawasan-kawasan kegiatan utama kota lainnya.

(9). Kawasan sempadan rel kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g ditetapkan di sisi kiri dan

kanan rel kereta api dengan jarak sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) meter dari as rel kereta api. (10). Zona penyangga hijau kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf h, merupakan jalur hijau kota

(19)

a. sisi terluar dari Ruang Milik Jalan (Rumija) untuk mengamankan Rumija dari kemungkinan pemanfaatan ruang yang menyimpang dan tidak sah, direncanakan pengembangannya pada ruas-ruas jalan arteri dan kolektor;

b. sekeliling kawasan industri dan lokasi industri, untuk memisahkan kawasan industri dan lokasi industri dari pemanfaatan lain di sekitarnya, dengan ketentuan lebar jalur hijau kota pada sisi masing-masing pemanfaatan diatur melalui Koefisien Dasar Hijau (KDH) kawasan sesuai peraturan zonasi yang berlaku untuk kawasan-kawasan yang bersangkutan; dan

c. sekeliling TPA untuk memisahkan TPA dengan pemanfaatan ruang di sekitarnya.

(11). TPU sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i seluas kurang lebih 70 (tujuh puluh) hektar, terdiri atas: a. TPU dialokasikan pada lokasi-lokasi eksisting atau yang telah ada;

b. tempat pemakaman di lokasi - lokasi yang penataan lingkungannya lebih lanjut diatur dengan peraturan walikota.

(12). RTH lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf j adalah RTH pekarangan yang merupakan lahan

di luar bangunan berfungsi untuk berbagai aktivitas dan luasnya disesuaikan dengan ketentuan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di kawasan perkotaan.

Pasal 35

Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c terdiri atas:

a. Kawasan Pusat Kota Bersejarah, Stasiun Kereta Api Kota Binjai, Kantor Walikota Binjai, Pengadilan Lama Kota Binjai dan Masjid Raya Kota Binjai serta Kelenteng Setia Budha;

b. kawasan rumah-rumah tua di sekitar Pasar Tavip dan Jalan HOS. Cokroaminoto; dan

c. luas kawasan cagar budaya di Kota Binjai kurang lebih 5,9 hektar. Pasal 36

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf d di wilayah Kota

Binjai adalah kawasan rawan banjir dan rawan bencana kebakaran.

(2) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di Kecamatan Binjai Kota dan di

sepanjang aliran Sungai Bingai dan aliran Sungai Mencirim.

(3) Kawasan rawan bencana kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di kawasan

perdagangan, jasa dan permukiman kumuh di Kecamatan Binjai Kota, kawasan penambangan migas di Kecamatan Binjai Utara dan kawasan permukiman di Kecamatan Binjai Barat.

(4) Rencana pola ruang kawasan rawan bencana alam digambarkan dalam Peta Rencana Kawasan Rawan

Bencana Kota Binjai dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II-1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Bagian Ketiga Kawasan Budi daya

Pasal 37

(1) Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) huruf a, merupakan kawasan

tempat tinggal dengan dominasi utama pemanfaatan berupa perumahan, yang di dalamnya sesuai kebutuhan bisa dilengkapi dengan fasilitas pelayanan umum penunjang lingkungan berupa perdagangan dan jasa, serta fasilitas sosial-budaya.

(2) Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari perumahan perkotaan dan

perumahan formal, dengan sebaran sebagai berikut:

a. perumahan perkotaan di Kota Binjai, yang sebagian besar merupakan perumahan eksisting; dan

b. pengembangan perumahan formal merupakan kawasan perumahan yang direncanakan, terdapat di

subpusat pelayanan kota A (Kecamatan Binjai Utara) dan subpusat pelayanan kota B (Kecamatan Binjai Timur) dan di pusat-pusat subpusat pelayanan kota lainnya.

(3) Pengembangan kawasan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. perumahan kepadatan tinggi diarahkan pada Kecamatan Binjai Kota dan Kecamatan Binjai Barat;

b. perumahan kepadatan sedang diarahkan pada Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan Binjai Timur;

dan

(20)

Pasal 38

(1) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat 3 huruf b, merupakan

kawasan dengan dominasi utama kegiatan komersial perdagangan dan jasa yang juga direncanakan sejalan dengan penetapan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.

(2) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pelayanan seluruh wilayah

Kota Binjai dialokasikan di subpusat pelayanan kota pusat kota dan di koridor jalan-jalan utama kota.

(3) Perdagangan untuk pelayanan setingkat wilayah kecamatan, dialokasikan di setiap pusat subpusat

pelayanan kota di setiap kecamatan di Kota Binjai.

(4) Perdagangan untuk pelayanan setingkat wilayah kelurahan dan lingkungan permukiman/perumahan yang

tidak terjangkau oleh kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), dapat dikembangkan kegiatan perdagangan dan jasa menurut kebutuhan di pusat-pusat kelurahan dan di lingkungan permukiman/perumahan.

(5) Perdagangan informal dialokasikan di pusat-pusat perdagangan, di Sky Cross, pusat kota, pusat subpusat pelayanan kota, dan pusat-pusat perdagangan kecamatan secara terencana dan terintegrasi dengan lokasi perdagangan sektor formal, yang ditata dengan mempertimbangkan aspek keteraturan, ketertiban, estetika lingkungan, kenyamanan, dan keamanan dengan mengedepankan norma-norma pemanfaatan ruang publik secara rasional dan adil.

Pasal 39

(1) Kawasan perkantoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) huruf c terdiri atas:

a. perkantoran pemerintahan kota;

b. perkantoran pemerintahan kecamatan;

c. perkantoran pemerintahan kelurahan; dan

d. perkantoran swasta.

(2) Kawasan pemerintahan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk pelayanan seluruh

wilayah Kota Binjai dialokasikan di Kecamatan Binjai Timur terdiri atas:

a. areal pusat pemerintahan Kota Binjai, meliputi komplek kantor Walikota, komplek DPRD, kantor Kejaksaan Negeri dan bangunan pemerintahan lainnya yang sudah ada maupun yang direncanakan lokasinya di dalam blok pusat pemerintahan Kota Binjai; dan

b. areal fasilitas pelayanan umum di sekitar pusat pemerintahan Kota Binjai meliputi Masjid Raya, taman kota, dan bangunan fasilitas pelayanan umum lainnya yang sudah ada maupun yang direncanakan lokasinya di dalam blok pusat pemerintahan.

(3) Kawasan perkantoran pemerintahan kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

dialokasikan di setiap ibukota kecamatan, berupa kantor camat dan bangunan-bangunan pemerintahan yang lain pada lingkup wilayah kerja kecamatan, dengan fasilitas pelayanan umum seperti pasar/toko, sekolah, Puskesmas, tempat peribadatan, dan taman lingkungan.

(4) Kawasan perkantoran pemerintahan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dialokasikan

di setiap pusat kelurahan, berupa kantor lurah dan bangunan-bangunan pemerintahan yang lain pada lingkup wilayah kerja kelurahan, yang bisa dilengkapi dengan fasilitas pelayanan umum seperti sekolah TK, SD, tempat peribadatan, dan taman lingkungan.

(5) Kawasan perkantoran swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan di pusat kota Kecamatan Binjai Kota dan di jalan-jalan utama kota.

Pasal 40

(1) Kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) huruf d, merupakan areal peruntukan

industri dengan dominasi utama kegiatan industri berupa zona industri atau industrial estate yang bisa dikelola secara terpadu oleh pengembang/pengusaha di bawah pembinaan pemerintah kota melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait, atau yang penanganan pengembangan dan pembinaannya dilakukan secara langsung oleh pemerintah kota yang dilengkapi dengan berbagai prasarana dan sarana lingkungan serta fasilitas pelayanan.

(2) Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan di Kecamatan Binjai Utara.

(3) Selain kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dikembangkan sentra-sentra industri

kecil yang diusahakan oleh masyarakat meliputi:

a. sentra industri kerajinan, diarahkan pada lokasi-lokasi permukiman penduduk yang berdekatan dengan

Referensi

Dokumen terkait

(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf b merupakan ketentuan yang ditetapkan pemerintah Kota sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh

(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2) huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan

(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) huruf b berupa proses administrasi dan teknis yang harus dipenuhi sebelum kegiatan pemanfaatan ruang

Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 ayat (2) huruf

(1) Setiap pejabat Pemerintah Daerah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf b, dipidana

(1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) huruf b, merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang sesuai

(1) Perizinan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang

Bagian Ketiga Ketentuan Umum Perizinan Pasal 92 1 Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat 2 huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian