BAB VII
HASIL DAN REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET Selama melakukan pendampingan di lapangan, banyak sekali pengalaman dan tantangan yang di dapat selama pendampingan penelitian. Selama kegiatan pendampingan berlangsung fasilitator banyak mendapatkan pelajaran baru dari segi sosial yang dapat menciptakan suasana kekeluargaan dan membaur bersama masyarakat. Langkah awal sebelum melakukan pendampingan, sebaiknya terlebih dahulu membangun kepercayaan dengan masyarakat Desa Kedung Peluk, namun sangatlah tidak mudah dalam hal membangun kepercayaan kepada masyarakat agar mereka bisa langsung menerima kedatangan orang baru di lingkungan mereka. Untuk membangun kepercayaan itu pendamping harus sering melakukan interaksi dan pengenalan diri terhadap masyarakat sekitar pengelolahan hasil tambak. Setelah menjalin hubungan sacara baik, kemudian dilakukan pendampingan dan mengajak berdiskusi bersama masyarakat petani tambak. Awal pendampingan ini fasilitator mencoba berinteraksi dengan Bapak Marito yang kebetulan kepala Desa dan Bapak bajuri selaku pengelola KUPT (Kelompok Usaha Petani Tambak).
Agar bisa masuk dan membaur dengan warga sekitar pengelolahan hasil tambak dengan baik dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Fasilitator tidak membutuhkan waktu lama untuk berbaur, tahap awal yang dilakukan fasilitator yakni mulai menggalih informasi mengenai potensi yang ada di lingkungan sekitar pengelolahan. Lalu beberapa harinya, kami bersama local
leader melakukan pengamatan kondisi sesungguhnya di situs bersejarah itu, kami
melanjutkan pembicaraan dan mengali informasi secara mendalam.
Peran fasilitator disini hanya sebagai pembuka jalan untuk menuju kepada keinginan mereka dan berusaha membuka pikiran mereka agar tetap dalam rencana mereka. Melalui diskusi-diskusi kecil bersama, fasilitator mendampingi masyarakat untuk dapat menggali potensi yang dimilikinya. Proses tersebut merupakan FGD (Focus Discussion Group) yang memberikan fasilitas kepada masyarakat agar mereka saling berdiskusi membuka jalan pikiran mereka dan mengembangkannya, agar nantinya bisa tercapai impian mereka. Untuk menfaatkan aset yang ada di Desa Kedung Peluk yaitu dengan mengelolah hasil tambak menjadi makanan agar masyarakat sadar bahwa itu semua merupakan usaha untuk meningkatkan ekonomi dan masyarakat sadar akan dampak positif yang ditimbulkan jika dikelola menjadi oleh-oleh khas Desa Kedung Peluk.
Di dalam pendampingan terdapat kendala sebenarnya menjadi suatu tantangan bagi fasilitator untuk bagaimana menghadapinya. Apalagi pemikiran tersebut sudah mengakar lama dan sudah menjadi kebiasaan di masyarakat. Maka dari itu dengan mendampingi masyarakat secara ketelatenan dan kerjasama bersama masyarakat, akhirnya pemuda bersama warga desa Kedung Peluk mulai membuka pikiran mereka dan mau ikut serta dalam diskusi untuk mengetahui potensi-potensi yang bisa dikembangkan agar semuanya tidak berhenti sampai disitu, dan dapat berlanjut untuk kedepannya. Kegiatan diskusi ini perlu penyesuaian waktu dengan masyarakat khususnya para anggota KUPT
(Kelompok Usaha Petani Tambak) yang berperan penting dalam diskusi ini agar mereka bisa mengikuti diskusi ini.
Pendampingan yang sudah dilakukan tidak hanya sekedar pendampingan setelah itu selesai, tidak hanya menulis laporan saja. Oleh karena itu fasilitator memiliki memiliki Local leader selanjutnya yang akan menggerakkan masayarakat khususnya masyarakat desa, hal ini akan adanya keberlanjutan program yang diberikan pendampingan yang bisa berkerja sama nantinya dalam musyawarah dengan masyarakat lainnya.
Berikut adalah struktur pengelolah hasil jadi ikan dari keputusan hasil FGD (Focus Discussion Group) bersama fasilitator. Ketua dari struktur ini di pegang oleh Ibu Lina selaku orang yang dipercaya oleh masyarakat petani tambak untuk mengurus segala sesuatu pengolahan ikan jadi nantinya. Ibu Lina didampimpingi oleh Bapak Bajuri selaku ketua petani tambak di Desa Kedung Peluk, Candi, Sidoarjo. Ibu lina dan Bapak Bajuri bertugas menjalin partnership kerjasama agar usaha ini berjalan dengan lancar.
Ibu Lina Manager Usaha
Bpk. Bajuri Ketua Petani Tambak
Ibu Wiwik Manager Produksi Ibu Desi Manager Packing Ibu Lia Manager Marketing Anggota: 1.Ibu Ruro 2.Ibu klimah 3.Ibu fitri Anggota: 1.Bapak Darmaji 2.Ibu Aslamiya 3.Ibu yatmi Anggota: 1.Ibu Yayuk 2.Ibu sri 3.Ibu sumi
Dalam struktur tersebut masyarakat desa dapat saling berkoordinasi dari manager produksi yang memiliki tugas sebagai bagian yang memproses dan mengolah bahan mentah menjadi bahan olahan dengan dibantu dari para anggota yang berada dibawahnya tentunya. Setelah selasai dari bahan pengolahan baru menuju bagian packing yang bertugas sebagai pengemas produk yang sudah selesai diolah sehingga siap untuk dipasarkan. Setelah selesai di bagian pengemasan maka dilanjutkan pada bagian marketing. Yakni bagian yang bertugas memasarkan hasil produk olahan.
Dalam pemasaran tersebut ada dua proses, yaitu secara ofline dan secara online. Dalam pemasaran secara ofline para pekerja memasarkan dengan cara lama yang masyarakat desa kerjakan sejak dari dahulu yakni dengan cara membawa produk dari satu rumah ke rumah yang lain. Sedangkan cara pemasaran yang kedua adalah dengan cara pemasaran online. Masyarakat desa dalam memasarkan produknya sudah lebih kekinian dalam memasarkan produknya. Untuk sementara masyarakat desa masih bisa mengoprasionalkan media sosial Facebook. Hal ini disebabkan karena anggota dari marketing masih gagap dengan teknologi.
Merubah mindset masyarakat Desa Kedung Peluk dalam peningkatan ekonomi melalui aset yang dimiliki berupa olahan ikan hasil tambak, sudah direalisasikan oleh pemiliknya yang nantinya akan dirasakan sendiri pemanfaatan yang sudah dilakukam dari pengelolahaan ikan. Berdasarkan dalam FGD
pendapat yang sudah dikemukakan dalam kesepakatan bersama yakni ingin membangun usaha dari olahan ikan.
Untuk meningkatkan ekonomi. Semua pendampingan ini bukan akhir proses yang telah dilakukan melainkan awal dari proses yang baru dilakukan, sebelum masyarakat nantinya betul-betul merasakan apa yang dilakukan ini membuahkan hasil keuntungan yang akan dirasakan oleh dirinya sendiri. Pada intinya dari proses pendampingan yakni mereka mengetahui akan aset yang dimilikinya untuk tidak mengabaikannya, dan bisa memanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk merubah kehidupan yang lebih progresif.
A. Kegunaan Praktis atau Empiris
Peran fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok masyarakat untuk memahami tujuan bersama dan membantu mereka untuk membuat rencana yang ingin dicapai, dan fasilitator tidak mengambil peran penting penting didalam diskusi, hanya sebagai pendukung saja. Fasilitator hanya memiliki peran sebagai penumbuh rasa kepercayaan diri terhadap langkah ataurencana yang diinginkan serta menumbuhkan rasa kepemilikan aset dan potensi disekitar pengelolahan hasil ikan agar mereka bisa melakukan lebih dari sebelumnya.
Dalam pengembangan masyarakat ada gagasan perubahandari bawah atau
Button Up. Untuk pembangunan masyarakat. Gagasan menghargai pengetahuan,
keterampilan, kebudayaan, sumber daya dan proses-proses local adalah penting. Disini yang dimaksud dengan menggunakan pendekatan Botton Up adalah untuk
kondisi ekonomi keluarga petani. Penjelasan gampangnya adalah pemberdayaan yang dimulai dari apa yang mereka miliki atau apa yang ada di dalam diri mereka, potensi yang dimiliki adalah sebuah aset yang harus dikembangkan agar mereka tidak melakukan proses lama dalam memahami sesuatu karena pada dasarnya mereka memiliki, tetapi belum dimaksimalkan. Bila mengetahui aset dan potensi pada diri kita, maka akan mudah untuk melakukan usaha untuk keberlangsungan hidup dimasa mendatang.24
B. Memulai dengan pendekatan berbasis kekuatan
Fasilitator melakukan pendekatan yang lebih intens kepada kepala Desa Kedung Peluk Bapak Marito dalam melakukan pendampingan. Karena dengan pendekatan yang lebih dapat memberikan kepercayaan masyarakat ke fasilitator. Apa yang ada dilapangan tak seperti yang di bayangkan oleh fasilitator, masyarakat tidak mudah menerima usulan maupun perubahan yang tanpa adanya bukti yang nyata. Disebabkan setiap masyarakat memiliki pemikiran yang tidak sama, ada masyarakat yang tertutup, dan ada masyarakat yang bisa menerima semua keadaan yang ada. Pendekatan yang dilakukan pun kurang mudah, karena sebelumnya fasilitator belum mengenal masyarakat Desa Kedung Peluk. Dalam urusan administrasi fasilitator hanya membawa surat dari Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) yang ditujukan untuk kepala Desa Kedung Peluk.
Fasilitator pun menjelaskan tujuan dari pendampingan masyarakat melalui aset hasil dari tambak, dan beliau hanya mendukung yang terbaik bagi
24
Ife,Jim&Tesoriero Frank.2008. Community Development: AlternatifPengembanganMasyarakat di era Globalisasi.PustakaPelajar
kelangsungan masyarakat.Alasan kenapa ingin melakukan pendampingan masyarakat petani tambak Kec. Candi, Kab. Sidoarjo. Karena di Desa Kedung Peluk banyak aset dan potensi yang mereka miliki agar bisa menjadi lebih baik untuk dikembangkan. Pemuda dan masyarakat sekitar seharusnya dapat memanfaatkan kondisi yang ada disekitar lingkungannya. Dan pemuda berperan penting dalam meningkatkan jiwa sosial dan ekonomi yang ada di desa.
C. Peran Fasilitator
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok KUPT (Kelompok Usaha Petani Tambak) untuk memahami tujuan bersama dan membantu mereka untuk membuat rencana, guna mencapai tujuan yang dinginkan bersama tanpa mengambil posisi tertentu dalam suatu diskusi. Sebagai fasilitator kita tidak boleh memaksakan kehendak dan bukan kita yang menyelesaikannya masalah mereka. Akan tetapi peran fasilitator disini yaitu membangkitkan motivasi dan rangsangan dengan pengenalan isu-isu yang ada disekitar, menganalisis (melakukan identifikasi atas alternative-alternative yang dikemukakan oleh masyarakat dan juga dapat memberikan masukan-masukan).
Kita hanya bisa berusaha untuk memahami permasalahan mereka dan menumbuhkan kegiatan masyarakat untuk melakukan perubahan. Fasilitator dan metode-metode pemberdayaan masyarakat ini dibutuhkan pertama kali dalam kerja pendampingan. Pada tanggal 15 Maret fasilitator dan ibu Lina megajak ibu-ibu yang berada di Desa Kedung Peluk untuk diskusi bersama atau FGD (Forum
berdiskusi, fasilitator mempersilahkan mengutarakan apa yang dikeluhkan para warga.
Masyarakat Kedung Peluk terkenal dengan hasil tambaknya, karena hampir satu desa masyarakatnya petani tambak. Dari hasil diskusi tanggal 15 Maret 2017 masyarakat sepakat untuk menghidupkan kembali atau membuat olahan ikan untuk dijadikan makanan atau kuliner khas Sidoarjo atau desa Kedung Peluk. Dan membuat toko atau tempat khusus makanan khas Desa Kedung Peluk.