• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 17 TAHUN 1995 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 17 TAHUN 1995 TENTANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 1995

TENTANG

PEDOMAN PEMBINAAN PROGRAM BIMAS TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI

DI JAWA TIMUR MUSIM TANAM TAHUN 1995/1996 GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani peserta program Bimas Tebu Rakyat Intensifikasi, meningkatkan produksi gula, meningkatkan kesempatan kerja serta mencapai swasembada gula sesuai dengan Keputusan Menteri

Pertanian tanggal 18 Nopember 1994 Nomor

08/SK/Mentan/Bimas/XI/1994 tentang Program Bimas Intensifikasi Tebu Rakyat Musim Tanam Tahun 1995/1996, perlu menetapkan Pedoman Pembinaan Program Bimas Tebu Rakyat Intensifikasi di Jawa Timur Musim Tanam Tahun 1995/1996 dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur.

MENGINGAT : 1. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1974 ; 2. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1960 ;

3. Undang - Undang Nomor 38 Prp Tahun 1960 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1964 ;

4. Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1974 ; 5. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1979 ; 6. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1992 ; 7. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1992 ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982 ;

(2)

11.Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 ; 12.Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 ; 13.Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1989 ;

14.Keputusan Menteri Pertanian Nomor 10/SK/Mentan/ Bimas/X/1993 tanggal 22 Nopember 1993 ;

15.Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 5 Tahun 1978 ;

16.Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 5 Tahun 1983 ;

17.Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 15 Tahun 1986 ;

18.Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 15 Tahun 1987 juncto Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 10 Tahun 1991 ;

19.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 28 Januari 1984 Nomor 11 Tahun 1984 ;

20.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 12 Nopember 1984 Nomor 296 Tahun 1984 ;

21.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 23 Maret 1985 Nomor 65 Tahun 1985 ;

22.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 25 Pebruari 1988 Nomor 49 Tahun 1988 ;

23.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 15 September 1988 Nomor 53 Tahun 1988 ;

24.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 23 Pebruari 1991 Nomor 64 Tahun 1991 ;

MEMPERHATIKAN : Hasil rapat Satuan pembina Bimas Propinsi Jawa Timur tanggal 16 Januari 1995.

M E M U T U S K A N

MENETAPKAN : KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PROGRAM BIMAS TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI DI JAWA TIMUR MUSIM TANAM TAHUN 1995/1996.

(3)

Pasal 1

Dengan Keputusan ini ditetapkan Pedoman Pembinaan Program Bimas Tebu Rakyat Intensifikasi Musim Tanam Tahun 1995/1996, dengan memperhatikan kebutuhan, situasi dan kondisi di wilayah Jawa Timur.

Pasal 2

Pelaksanaan Program Bimas Tebu Rakyat Intensifikasi Musim Tanam Tahun 1995/1996 meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Penyelengaraan Kebun Bibit Pokok dan Kebun Bibit Nenek untuk menyediakan bibit bagi tanaman tebu giling musim tanam tahun 1997/1998, serta Kebun Bibit Induk dan Kebun Bibit Dasar untuk menyediakan bibit bagi tanaman tebu giling musim tanam tahun 1996/1997 di lahan sawah maupun tegalan/kering ;

b. Penanaman tebu giling musim tanam tahun 1995/1996 meliputi tanaman pertama dan keprasan I dan lahan sawah serta tanaman pertama, keprasan I, keprasan II dan keprasan III di lahan tegalan/kering, dengan upaya peningkatan produktivitas usaha tani tebu melalui peningkatan mutu intensifikasi;

c. Pelaksanaan giling tahun 1995 yang merupakan periode giling tebu hasil musim tanam tahun 1994/1995 meliputi kegiatan tebang dan angkut, pengolahan, pembagian hasil, perhitungan dan penyerahan hasil serta pemasaran gula ;

d. Penyelenggaraan penelitian, pengembangan serta pengujian teknologi dan pelayanan dalam rangka upaya perbaikan teknologi dan pelayanan, yang diarahkan pada peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani;

e. Gerakan pembudayaan tabungan kelompok tani guna pemupukan modal dan meningkatkan pemanfaatan bagi usaha taniTRI.

Pasal 3

(1) TRI dilaksanakan disemua lahan usaha tani yang berada dalam wilayah kerja pabrik gula dan atau di wilayah yang terjangkau kegiatan usaha pabrik gula, baik lahan sawah maupun lahan tegalan/kering yang memungkinkan ditetapkannya teknologi

(4)

(2) Luas lahan untuk penanaman Tebu Rakyat Intensifikasi yang diselenggarakan da lam wilayah kerja pabrik gula, memperhatikan kebutuhan gula nasional, kapasitas giling pabrik dan lama hari giling.

(3) Dalam rangka mendapatkan kepastian lahan, Bupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II di Jawa Timur, menyusun dan melaksanakan Sistem Glebagan berdasarkan Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 53 Tahun 1988.

Pasal 4

(1) Semua petani yang berada dalam wilayah kerja pabrik gula sesuai dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 64 Tahun 1991 dan atau di luar wilayah kerja yang terjangkau kegiatan usaha pabrik gula dapat menjadi peserta Program Bimas Tebu Rakyat Intensifikasi dengan bimbingan pabrik gula yang bersangkutan setelah mendapat izin dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur.

(2) Petani peserta Program Bimas Tebu Rakyat Intensifikasi pada ayat (1) pasal ini terdiri dari :

a. Pemilik tanah yang mengusahakan tebu pada tanah miliknya; b. Pemegang Hak Garap atas tanah jabatan yang mengusahakan

tanaman tebu pada tanah jabatannya ;

c. Penggarap yang mendapat surat kuasa dari pemilik tanah atau pemegang hak garap atas tanah jabatan, yang disyahkan oleh Kepala Desa dan selanjutnya disebut petani kuasa garap.

(3) Bagi petani kuasa garap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan c pasal ini, pada dasarnya berlaku ketentuan sebagai berikut :

a. Pada lahan sawah luas tanah garapan termasuk tanah miliknya sendiri tidak lebih dari 2 (dua) hektar ;

b. Pada lahan tegalan/kering luas tanah garapan termasuk tanah miliknya sendiri tidak lebih dari 3 (tiga) hektar :

(5)

(4) Perorangan, sekelompok orang, petugas Negara maupun Badan Usaha tidak diperkenankan menyewa tanah milik orang lain untuk pengusahaan tanaman tebu dan tidak memperoleh hak giling dari pabrik gula manapun yang .berada di wilayah Propinsi Jawa Timur. (5) Semua petani peserta TRI dibina dan diberi pelayanan yang sama

agar mau dan mampu mengelola usaha tani tebu secara efisien dengan menerapkan teknologi anjuran.

(6) Untuk meningkatkan peran serta petani sebagai peserta Program Binas Tebu Rakyat Intensifikasi, diselenggarakan Lomba Kelompok tani Tebu Rakyat Intensifikasi Tingkat Kabupaten/Kotamadya dan Tingkat Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur dengan berpedoman pada Surat Edaran Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 1 September 1993 Nomor 525.24/16078/ 022/1993.

Pasal 5

(1) Sasaran luas area!, produksi, kapasitas dan masa giling pada 33 pabrik gula di Jawa Timur sebagai berikut :

a. Untuk TRIS-K (Paket A, B dan Paket C) 1) Luas areal

2) Produksi Tebu/Hektar 3) Jumlah Produksi Tebu 4) Rendemen

5) Produksi Hablur/Hektar 6) Jumlah Produksi Hablur

: : : : : : 80.7 30 ha 106,0 ton/ha 8.554.407 ton 8,58% 9.09 ton/ha 733.881 ton b. Untuk TRIT-K 1) Luas areal 2) Produksi Tebu/Hektar 3) Jumlah Produksi Tebu 4) Rendemen

5) Produksi Hablur/Hektar 6) Jumlah Produksi Hablur

: : : : : : 64.885 ha 66,8 ton/ha 4.332.303 ton 8,24% 5,50 ton/ha 357,170 ton c. Untuk TRl-N

(6)

3) Jumlah Produksi Tebu 4) Rendemen

5) Produksi Hablur/Hektar 6) Jumlah Produksi Hablur

: : : : 3.199,871 ton 8,41% 5,54 ton/ha 269,117 ton d. Untuk Non-TRI 1) Luas areal 2) Produksi Tebu/Hektar 3) Jumlah Produksi Tebu 4) Rendemen

5) Produksi Hablur/Hektar 6) Jumlah Produksi Hablur

: : : : : : 18.951 ha 76,3 ton/ha 1.445.775 ton 8,64% 6,59 ton/ha 124,857 ton e. Total TRI dan Non-TRI

1) Luas areal

2) Produksi Tebu/Hektar 3) Jumlah Produksi Tebu 4) Rendemen

5) Produksi Hablur/Hektar 6) Jumlah Produksi Hablur

: : : : : : 213.154 ha 82,3 ton/ha 17.532.356 ton 8,47 % 6,97 ton/ha 1.485.025 ton f. Sasaran kapasitas giling setiap hari rata-rata 97.991 ton tebu

dengan masa giling rata-rata 179 hari.

(2) Rincian masing-masing sasaran kapasitas giling dan hari giling pada setiap pabrik gula, ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Jawa Timur/Ketua Pembina Harian Bimas Propinsi Jawa Timur.

Pasal 6

(1) Sasaran areal Program Bimas Tebu Rakyat Intensifikasi musim tanam tahun 1995/1996 di Propinsi Jawa Timur sebagai berikut : a. Areal TRIS I Paket A seluas 7.857 hektar ;

b. Areal TRIS II Paket A seluas 13.106 hektar ; c. Areal TRIS I Paket B seluas 25.173 hektar ; d. Areal TRIS II Paket B seluas 17.151 hektar ; e. Areal TRIS I Paket C seluas 11.000 hektar ; f. Areal TRIS II Paket C seluas 6.443 hektar ;

(7)

h. Areal TRIT II - K seluas 23.110 hektar ; i. Areal TRIT III - K seluas 23.854 hektar ; j. Areal TRIT IV - K seluas 6.384 hektar ; k. Areal TRI Non Kredit seluas 48.588 hektar ;

l. Areal Non TRI yang terdiri dari TS-HGU, TS-Lit-bang/Demfarm, TS-Kerjasama seluas 18.951 hektar ;

m. Areal Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI) dan Kebun Bibit Datar (KBD) seluas 8.513 hektar ;

(2) Pedoman umum paket kredit per hektar Program Bimas Tebu Rakyat Intensifikasi musim tanam tahun 1995/ 1996 di Propinsi Jawa Timur sebagai berikut :

a. TRIS I Paket A sejumlah b. TRIS I Paket B sejumlah c. TRIS I Paket C sejumlah d. TRIS II Paket A sejumlah e. TRIS n Paket B sejumlah f. TRIT H Paket C sejumlah g. TRIT I-K sejumlah

h. TRIT II-K sejumlah i. TRIT III-K sejumlah j. TRIT IV-K sejumlah

Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 1.857.500,00 2.362.500,00 2.906.000,00 1.330.500,00 1.546.500,00 1.916.000,00 1.712.500,00 1.192.000,00 1.192.000,00 1.082.000,00 (3) Rincian masing-masing sasaran luas areal dan paket kredit

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini, untuk Kabupaten/Kotamadya Daerah Ting-kat II di Jawa Timur ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Jawa Timur/Ketua Pembina Harian Bimas Propinsi Jawa Timur.

Pasal 7

(1) Dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi petani tebu rakyat, di samping Sistem Bagi Hasil (SBH), berdasarkan kesepakatan petani/ketompok tani, KUD dan pabrik gula, pelaksanaan penyerahan tebu dari petani/kelompok tani kepada pabrik gula dapat menggunakan Sistem Pembelian Tebu (SPT).

(8)

(2) Penetapan cara penyerahan tebu hasil TRI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Kepala Daerah Tlngkat II/Ketua Satuan Pelaksana Bimas Berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah Forum Musyawarah Pabrik Gula dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk satu wilayah kerja Pabrik Gula hanya diberlakukan satu cara penyerahan tebu dan berlaku untuk satu musim giling ; b. Pertimbangan utama dalam menetapkan kebutuhan tersebut

pada butir (a) adalah kelancaran pelayanan dan peluang meningkatkan pendapatan petani TRI,

c. kelancaran proses produksi serta kemantapan hubungan kemitraan petani, KUD dan PG.

Pasal 8

(1) Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan air irigasi untuk keperluan Tebu Rakyat Intensifikasi terutama pada musim kemarau, jadwal giliran pembagian air ditetapkan oleh Panitia Irigasi Tingkat II setempat berdasarkan pada tata tanam dan pola tanam yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Dae-rah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.

(2) Pada daerah-daerah yang menghadapi kendala keterbatasan tenaga pengolahan lahan, pemeliharaan dan tebang angkut, dapat menggunakan alat dan mesin pertanian yang sesuai dengan macam dan jenis kegiatan.

Pasal 9

Tugas dan tanggung jawab pembinaan teknis Program Bimas Tebu rakyat Intensifikasi berada pada masing-masing Dinas/Instansi terkait dengan berpedoman pada Pedoman Operasional Koordinasi Intensifikasi Pertanian Propinsi Jawa Timur sebagaimana ketentuan dalam Surat Edaran Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 27 Desember 1989 Nomor 520.1/34183/022/1989.

(9)

Pasal 10

Penanggungjawab pelaksanaan Program Bimas Tebu Rakyat Intensifikasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II adalah Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II selaku Ketua Satuan Pelaksana Bimas Tingkat Kabupaten/Kotamadya, mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Program Tebu Rakyat Intensifikasi di Daerah Tingkat II masing-masing ;

b. Memberikan perhatian yang sama dan pelaksanaan yang seimbang terhadap TRI dan komiditi prioritas lainnya, terutama pada lahan sawah yang berpengairan teknis.

Pasal 11

Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini, diatur lebih lanjut oleh : a. Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian/Ketua Pembina

Harian Bimas Propinsi Jawa Timur mengenai Petunjuk Pelaksanaan Program Bimas Tebu Rakyat Intensifikasi di Jawa Timur Musim Tanam Tahun 1995/1996 ;

b. Kepala Dinas Perkebunan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur mengenai Petunjuk Teknis Program Bimas Tebu Rakyat Intensifikasi di Jawa Timur Musim Tanam Tahun 1995/1996.

Pasal 12

(1) Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,

(2) Keputusan ini diumumkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.

Ditetapkan di : Surabaya

Tanggal : 25 Januari 1995

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

ttd.

M. BASOFI SOEDIRMAN

DIUMUMKAN DALAM LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR

(10)

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada : Yth. : 1. Sdr. 2. Sdr. 3. Sdr. 4. Sdr. 5. Sdr. 6. Sdr. 7. Sdr. 8. Sdr. 9. Sdr. 10.Sdr. 11.Sdr. 12.Sdr. 13.Sdr. 14.Sdr. 15.Sdr. 16.Sdr. 17.Sdr. 18.Sdr. 19.Sdr. 20.Sdr. 21.Sdr. 22.Sdr. 23.Sdr. 24.Sdr. 25.Sdr.

Menteri Dalam Negeri di Jakarta. Menteri Pertanian di Jakarta.

Menteri Koordinator Bidang EKUIN di Jakarta.

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat di Jakarta.

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua BAPPENAS di Jakarta.

Menteri Koperasi di Jakarta, Menteri Perdagangan di Jakarta.

Menteri Negara Urusan Pangan/Kepala Badan Urusan Logistik di Jakarta.

Direktur Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian di Jakarta ; Sekretaris Badan Pengendati Bimas di Jakarta.

Direksi Bank Indonesia di Jakarta.

Direksi Bank Rakyat Indonesia di Jakarta. Direksi Bank Jatim di Surabaya.

Direksi Bank BUKOPIN di Jakarta.

Ketua DPRD Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur di Surabaya. Inspektur Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur di Surabaya.

Pembantu Gubernur di Jawa Timur.

Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II di Jawa Timur.

Kepala Biro Bina Perekonomian Sekretariat Wilayah/Daerah Tingkat I Jawa Timur di Surabaya.

Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Jawa Timur di Surabaya.

Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Propinsi Jawa Timur di Surabaya.

Kepala Dinas Perkebunan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur di Surabaya.

Sekretaris Pembina Harian Bimas Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur di Surabaya.

Direksi FTP XX, XXI-XXII, XXIV-XXV, PT. RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA dan PT. KEBON AGUNG di Surabaya.

Anggota Satuan Pembina Bimas Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur di Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

lanjut juga terkendala oleh kurangnya data dan sulitnya survei rumah tangga untuk dapat menangkap adanya disabilitas, karena keluarga-keluarga sering- kali menyembunyikan

c. analisis Bank mengenai kecukupan Disaster Recovery Plan milik pihak penyedia jasa penyelenggara Pemrosesan Transaksi Berbasis Teknologi Informasi. Bila sudah ada

Pada penelitian ini air yang masuk ke dalam membran sebelumnya dilakukan proses pengolahan awal terlebih dahulu menggunakan filter pasir dan karbon aktif, kedua filter ini

Beberapa efek samping menjadi resiko potensial bagi pasien yang diterapi jangka panjang sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap potensi interaksi dari obat

Kedua komponen tersebut adalah (1) komponen fisik padi yang terdiri atas faktor umur tanaman, tinggi tanaman, rasa padi, bobot bulir, potensi hasil, dan (2)

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Sistem Informasi Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Yogyakarta dikembangkan menggunakan framework CodeIgniter dengan fitur:

Melaksanakan pelayanan, bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan agama Islam berdasarkan kebi- jakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala

Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik non-parametrik, yaitu tes rangking bertanda Wilcoxon ( Wilcoxon Sign Rank Tes) dengan bantuan SPSS 16. Hasil analisis non