• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BIMBINGAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENURUNAN STRES SANTRI HIFDZUL QUR AN DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BIMBINGAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENURUNAN STRES SANTRI HIFDZUL QUR AN DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BIMBINGAN AGAMA ISLAM

TERHADAP PENURUNAN STRES SANTRI HIFDZUL

QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL

HUDA KECAMATAN KALIWUNGU

KABUPATEN KENDAL

Skripsi

Program Sarjana (S-1)

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)

Oleh Musifah 1102063

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

NOTA PEMBIMBING

Lampiran : 5 ( lima ) Eksemplar Hal : Pesetujuan Naskah Skripsi

Kepada.

Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang

di Semarang Assalamu’alikum Wr. Wb.

Setelah membaca, mengadakan koreksi dan kebaikan sebagaimana mestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi Saudara/i :

Nama : MUSIFAH

NIM : 1102063

Fak./ Jur. : Dakwah / BPI (Bimbingan dan Penyuluhan Islam)

Judul : Pengaruh Bimbingan Agama Islam Terhadap Penurunan Stres Santri Hifdzul Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.

Dengan ini telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikiaan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Semarang, Juni 2008 Pembimbing,

Bidang Subtansi Materi

Prof. Dr. Hj. Ismawati, M.Ag. NIP. 150094093

Bidang Metodologi dan Tata Tulis

Dra. Maryatul Qibtiyah, M.Pd. NIP 150273103

(3)

SKRIPSI

PENGARUH BIMBINGAN AGAMA ISLAM

TERHADAP PENURUNAN STRES SANTRI HIFDZUL QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA KECAMATAN KALIWUNGU

KABUPATEN KENDAL Disusun oleh:

MUSIFAH 1102063

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 18 Juli 2008

Dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji Ketua Dewan Penguji/

Dekan / Pembantu Dekan

Drs. Ali Murtadho, M.Pd. NIP 150 274 618

Penguji I

Drs. Abdul Ghofier Romas NIP 150 070 388

Sekretaris Dewan Penguji Pembimbing

Drs. Dr. Hj. Ismawati, M.Ag NIP 150 094 093

Penguji II

Abdul Sattar. M.Ag. NIP 150 290 160

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya nyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi di lembaga pendidikan-pendidikan yang lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum atau diterbitkan sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, Juni 2008

MUSIFAH NIM: 1102063

(5)

ABSTRAKSI

Kajian pada penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh bimbingan agama Islam terhadap penurunan stres santri Hifdzul Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Di dalam penelitian ini menerangkan bahwa bimbingan agama Islam mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan stres santri Hifdzul Qur’an. Bimbingan agama Islam dengan indikator : pembimbing, terbimbing, metode dan materi. Sedangkan stres santri dengan indikator : pusing, cemas, sedih dan kehilangan semangat.

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “bahwa bimbingan agama Islam berpengaruh terhadap penurunan stres santri hifdzul Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal”.

Subyek dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal tahun 2008 yang berjumlah 67 santri, dengan menggunakan metode populasi, data penelitian diperoleh dari teknik angket yang disebarkan kepada responden.

Dalam pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus regresi sederhana untuk mendapatkan persamaan garis regresi dan analisis varian. Dan pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan bimbingan agama Islam terhadap penurunan stres santri hifdzul Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal”.

Hal ini ditunjukkan oleh persamaan garis regresi Y = 89,159 + 0,446x dengan Freg = 14,232 yang berarti lebih besar dari taraf signifikan 5 % = 3,98 maupun 1

% = 7,01 pada N = 67.

Dengan demikian uji hipotesis yang diajukan yaitu “Bimbingan Agama Islam Berpengaruh Terhadap Penurunan Stres Santri Hifdzul Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal”.

Berdasarkan hasil peneltian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi pengasuh, pengurus dan santri supaya meningkatkan dan melaksanakan bimbingan agama Islam sebagai upaya untuk menurunkan stres pada santri.

(6)

MOTTO

















Artinya : “ Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adalah orang yang mengambil pelajaran” (Qs. Al-Qamar : 17).

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rendah hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda yang tidak henti-hentinya mendoakan, mencurahan kasih sayang dan bimbingannya.

1. Kakak-kakak dan adik-adik yang senantiasa memotivasi dan memberikan

dukungan baik materi maupun non materi hingga dapat terselesaikan skripsi ini.

2. Teman-temanku seperjuangan ( Tri, Yuni, Mbak Atik, Mbak Puji, Nur, Mbak Zaki dll) yang selalu menemani hari-hariku dengan tulus, memotivasi dan mendoakanku.

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur bilqoilina Alkhamdullillah yang telah memberikan kenikmatan kesehatan jasmani mapun rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad SAW, berserta para kerabat dan sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “PENGARUH BIMBINGAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENURUNAN STRES SANTRI HIFDZUL QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL” ini disusun guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Fakultas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

Dengan terselesainya penulisan skripsi ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs H.M. Zain Yusuf, MM selaku Dekan Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Ismawati, M.Ag dan Ibu Dra. Maryatul Qibtiyah, M.Pd, selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak KH. A. Baduhun Badawi AR. Selaku Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kabupaten Kendal yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

(9)

4. Segenap Dosen dan Asisten Dosen serta segenap Civitas Akademika Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang yang telah memberikan ilmunya baik langsung mapun tidak langsung demi terselesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi yang tiada tara selama penyelesaian studi serta penyusunan skripsi ini.

6. Kakakku dan adikku yang selalu mendoakan dan memotivasi dengan sepenuh hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Teman-teman seperjuangan yang tidak dapat disebut satu persatu, yang tidak bosan-bosannya memberikan motivasi dan dukungan selama kuliah.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kepada mereka semua, penulis tidak bisa membalas jasa-jasanya melainkan hanya untaian terima kasih yang tulus dan doa semoga Allah SWT, mencatat amal kebaikan mereka dan membalasnya, Amin.

Dan akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat membawa manfaat terutama bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.

Semarang, Juni 2008

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAKSI... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4. Tinjauan Pustaka... 5

1.5. Sistematika Penelitian... 7

BAB II BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN STRES 2.1. Bimbingan Agama Islam ... 10

2.1.1 Pengertian Bimbingan Agama Islam ... 10

2.1.2 Dasar Bimbingan Agama Islam ... 12

2.1.3 Unsur-unsur Bimbingan Agama Islam... 14

2.2. Stres ... 21

(11)

2.2.2 Gejala Stres ... 22

2.2.3 Sumber Stres ... 23

2.2.4 Cara Mengatasi Stres... 24

2.3. Hubungan Bimbingan Agama Islam Terhadap Stres Santri .... 25

2.4. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Metode Penelitian ... 28

3.2. Definisi Konseptual dan Operasional ... 28

3.3. Sumber dan Jenis Data ... 32

3.4. Populasi ... 33

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.6. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL 4.1. Situasi Umum Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kabupaten Kendal ... 40

4.2. Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kabupaten Kendal ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 60

5.2. Analisis Data Penelitian... 85

(12)

BAB VI PENUTUP 1.1 Kesimpulan ... 97 1.2 Saran-saran ... 97 1.3 Penutup ... 99 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

DAFTAR NAMA RESPONDEN

NO NAMA ALAMAT

1 Fitriyati Indramayu Jawa barat

2 Mafiatun Kabupaten Kendal

3 Sri Wahyuni Kabupaten Kendal

4 Siti Dewi Mutmainah Tegal

5 Muzdalifah Tegal

6 Mfiqih Puji Winarsih Tegal

7 Aniqotul Faizah Tegal

8 Latifatun Ainun Nikmah Kaliwungu

9 Ulfatun Khasanah Tegal

10 Nur Chotimatussakdiyah Tegal

11 Nur Halimatussaadah Subang

12 Asrotun Azzar Kaliwungu

13 Siti Ainl Mardiyah Kabupaten Kendal

14 Maftukha Ulya Batang

15 Devi Rosanti Tegal

16 Uswatun Hasanah Batang

17 Umi Dewi D. Batang

18 Tukfatul Khoiriyah Kabupaten Kendal

19 Himatul Aliyah Kabupaten Kendal

20 Olivia Maheni Putri Jakarta

21 Solikhati Pemalang

22 Siti Indalifah Kabupaten Kendal

23 Asri Wijayanti Sragen

24 Faizaltul Maula Ceribon

25 Zainatur Rohmah Sukorejo

26 Atikizah Sragen

27 Motoyah Brebes

28 Roliyah Brebes

29 Muflihah Ceribon

30 Qomariyah Batang

31 Suci Nur Aini Purwodadi

32 Choirotul Hidayah Grobogan

33 Anisatul Khoriyah Sragen

34 Wuryaningsih Sragen

35 Dewi Magfiroh Batang

36 Lina Ernawati Semarang

(14)

NO NAMA ALAMAT

41 Nurul Chotimah Wonosobo

42 Fina Maelina Demak

43 Nurul Mu'sodah Kabupaten Kendal

44 Siti Khoiridoh Tegal

45 Istiqomah Pekalongan

46 Tiara Adelia Tegal

47 Ulfa Anggraini Batang

48 Evita Sari Kabupaten Kendal

49 Nova Anggraeni Kabupaten Kendal

50 Anisa Putri Ceribon

51 Wahyu Tri Nur Fatimah Salatiga

52 Tri Ismi Anifa Semarang

53 Titi Mutaalimah Brebes

54 Efi Susanti Mboden Pemalang

55 L{if Nur Afifah Tegal

56 Susi Hartati Pemalang

57 Siswati Wirosari Grobogan

58 Nur Iddah Mustika Purwodadi

59 Ana Wijayanti Semarang Barat

60 Siti Nur Faridah Kabupaten Kendal

61 Minhatul Maula Subang Jawa Barat

62 Eti Munjiati Kabupaten Kendal

63 Ainiyatul Lufiyah Tegal

64 fatimatulzzahra Tegal

65 Tafsilah BA Tegal

66 Inayah Kabupaten Kendal

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hidup pada zaman modern ini ditandai oleh berbagai macam kegiatan dan kesibukan yang banyak menyita waktu, menguras tenaga, dan pikiran. Situasi hidup yang demikian menyebabkan orang menderita kelelahan fisik maupun mental. Tidaklah mustahil bila manusia modern mengalami stres.

Problem kehidupan manusia di jaman modern ini semakin rumit dan kompleks. Problem kehidupan modern itu bukan hanya dialami oleh mereka yang kaya, namun dialami pula oleh para fakir miskin, para remaja, orang dewasa, sampai lansia (Mahfud An. 2003 :1)

Finkelor (2004:3) mengemukakan bahwa semakin maju masyarakat, semakin banyak komplikasi hidup yang dijalaninya, maka semakin sukarlah orang mencapai ketenangan hidup.

M. Quade (1987:4) menyebutkan bahwa tekanan hidup atau stres dapat menimbulkan gejala cemas, tidak berdaya dan merasa putus asa. Penyebab munculnya gejala-gejala stres tersebut adalah kenyataan-kenyataan hidup yang dianggap sulit dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Harjana (1994:15) bahwa orang yang mengalami ketidakcocokan, ketidakseimbangan atau ketidaksepadanan (discrepancy ) antara tututan hal atau keadaan dan sumber daya biologis,

(16)

karena tuntutan lebih besar daripada sumber daya yang tersedia. Misalnya, orang harus menyelesaikan tugas banyak dan berat dalam waktu pendek.

Stres merupakan reaksi awal dari penyesuaian diri. Stres yang positif (eustres) yaitu apabila seseorang mampu menyelesaikan diri dan memotifasi diri, sehingga tidak menimbulkan tindakan negatif. Apabila seseorang gagal menyesuaikan diri terhadap stres, menderita, serta merasa tertekan, maka gejala stresnya sudah membahayakan, atau termasuk dalam kategori distres.

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Miftahul Huda merupakan lembaga keagamaan yang berbasis Islami yang menitikberatkan pengajaran pada bidang Tahfidzul Qur’an atau menghafal Al-Qur’an. Dalam menjalani proses Hifzul Qur'an ada beberapa santri yang menderita stres karena permasalahan yang dihadapi kian pelik. Khususnya pada santri yang menghafal Al-Qur’an juz 1 sampai juz 30. Permasalahan yang timbul dikarenakan banyaknya aktifitas yang dilakukan oleh santri. Di samping menghafal Al-Qur’an santri juga harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain itu santri juga harus mampu membagi waktu antara kegiatan di Pondok Pesantren dan Sekolah, karena sebagian besar santri adalah pelajar.

Problema yang dihadapi oleh santri hifdzul Qur’an memang banyak dan bermacam-macam; mulai dari pengembangan minat, penciptaan lingkungan, pekerjaan, waktu, sampai dengan metode menghafal Al-Qur’an itu sendiri.

Menurut Al-Hafidz (2000 :41) problematika yang dihadapi oleh santri Hifdzul Qur'an itu secara garis besarnya adalah sebagai berikut :

(17)

a. Menghafal itu susah

b. Ayat-ayat yang dihafal lupa lagi c. Banyaknya ayat-ayat yang serupa d. Gangguan – gangguan kejiwaan e. Gangguan-gangguan lingkugan f. Banyaknya kesibukan

Dikarenakan kompleksnya problem yang dihadapi santri, maka diperlukan pembinaan yang berperan untuk mengikuti dan mengevaluasi perkembangan santri dalam proses menghafal itu sendiri ataupun yang berkaitan dengan psikologis santri. Bimbingan agama Islam diperlukan dengan tujuan agar tercapai proses menghafal dengan kualitas yang baik guna mendapatkan Hafidzul Qur’an yang representatife. Akan tetapi untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah karena untuk menghafal diperlukan kesiapan-kesiapan yang matang baik mental maupun spiritual, karena kurangnya persiapan juga akan mempengaruhi perkembangan jiwa santri. Untuk itu diperlukan pemecahan (Solving) yang diharapkan dapat memberi-kan masumemberi-kan sebagai terapi terhadap masalah yang dihadapi oleh santri.

Bimbingan agama Islam merupakan salah satu metode dakwah yang mempunyai peran penting dalam membimbing dan membantu mengatasi permsalahan santri agar tidak mengalami stres. Bimbingan agama Islam di sini sangat dibutuhkan sebagai usaha untuk menuntun dan mengarahkan perilaku yang menyimpang agar sesuai dengan ajaran agama, hukum dan

(18)































Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan Penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Yunus: 57 (Depag, 1994 : 315)

Dengan adanya bimbingan diharapkan agar para santri dapat berfikir jernih dan logis jauh dari perasaan cemas, takut, sedih, marah dan sehingga dapat menghafal Al-Qur'an dengan baik demi tercapainya tujuan hidup kita sebagai manusia, yaitu mencari ridha Allah SWT, kebaikan di dunia dan di akhirat.

Dari uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Bimbingan Agama Islam Terhadap Penurunan Stres Santri Hifdzul Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka yang menjadi pokok permasalahan yaitu : adakah pengaruh bimbingan agama Islam terhadap penurunan stres santri Hifdzul Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal?

(19)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui sejauh mana pengaruh bimbingan agama Islam terhadap penurunan stres santri Hifdzul Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau secara teoritis maupun praktis.

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bimbingan agama Islam dan stres di Fakultas Dakwah.

b. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi pelaksanaan bimbingan dalam mengatasi gangguan kejiwaan khususnya santri yang sedang dalam proses menghafal Al Qur’an dan bagi masyarakat umumnya.

1.4 Tinjauan Pustaka

(20)

pustaka ini penulis akan memaparkan beberapa hasil penelitian yang relevan sebagai bahan kajian tambahan.

Skripsi yang dimaksud yaitu :

Pertama, penelitian yang dilakukan Masfiah (2007) dalam penelitiannya tersebut berjudul Pengaruh Bimbingan Keagamaan Terhadap Kesehatan Jiwa Penderita penyakit Kanker di RSKD. Kajian pada penelitian ini adalah tentang pengaruh bimbingan keagamaan terhadap kesehatan jiwa penderita penyakit kanker di RSKD. Di dalamnya memuat tentang proses pelaksanaan bimbingan keagamaan sebagai upaya untuk membantu penderita penyakit kanker dalam menghadapi cobaan hidup. Dan dengan adanya bimbingan keagamaan bagi penderita kanker, maka penderita kanker dapat memahami arti dari penyakit, sehingga dengan demikian dapat menghadapi penyakitnya dengan sabar dan mau menjalankan apa yang diarahkan oleh pembimbing. Selain itu juga dapat memberikan nilai spiritual yang tinggi sehingga seorang penderita kanker mempunyai perasaan yang tenang, jiwa yang damai dan hati yang tentram. Hal inilah yang dapat mempengaruhi kesehatan jiwa penderita penyakit kanker. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Bimbingan keagamaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan jiawa penderita kanker di RSKD.

Kedua, penelitian yang dilakukan Milatina (2007) dalam penelitiannya tersebut berjudul Dzikir dan Pengendalian Stres (Studi Kasus Jamaah Pengajian Ma’rifatullah LEMBKOTA Semarang) Analisis Bimbingan dan Konseling Islam. Kajian pada penelitian ini adalah tentang pelaksanaan dzikir

(21)

dan pengendalian stres pada jamaah pengajian Ma’rifatullah LEMBKOTA Semarang ditinjau dari bimbingan dan konseling Islam. Di dalamnya memuat tentang proses pelaksanaan dzikir sebagai upaya yang digunakan sebagai alat penyembuh bagi gangguan kewajiban. Selain itu juga sebagai pembinaan bagi kesehatan jiwa dan merupakan alat terpenting dalam pengendalian stres.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Mujib (1995) penelitian tersebut berjudul Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan Dan Penyuluhan Ibadah Terhadap Ketenangan Hidup Penderita Kusta di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Fokus pembahasannya adalah tentang pelaksanaan bimbingan dan penyuluhannya adalah tentang pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan Islam oleh Rumah Sakit Kusta Tugurejo Semarang terhadap penderita kusta. Dengan demikian bimbingan keagamaan yang diberikan kepada para penderita kusta diharapkan mampu menghadapi tantangan hidup setelah para penderita kusta kembali di tengah-tengah masyarakat.

Dari beberapa hasil review penelitian tersebut, sejauh ini belum ada yang membahas Pengaruh Bimbingan Agama Islam terhadap Stres Santri Hifdzul Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut.

1.5 Sistematika Penulisan

(22)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN STRES

Bab ini menjelaskan tentang bimbingan agama Islam dan stres. Bab kedua ini dibagi menjadi empat sub bab. Sub bab pertama, menjelaskan deskripsi teori bimbingan agama Islam yang meliputi : pengertian bimbingan agama Islam, dasar bimbingan agama Islam, unsur-unsur bimbingan agama Islam, serta tujuan dan fungsi bimbingan agama Islam. Sub bab kedua, menjelaskan tentang definisi teoritik stres yang meliputi : pengertian stres, gejala stres, sumber stres, serta cara mengatasi stres. Sub bab ketiga berisi tentang definisi teoritik hubungan bimbingan agama Islam terhadap stres. Dan, sub bab keempat berisi tentang hipotesis penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian meliputi : jenis dan metode penelitian, definisi konseptual dan operasional, sumber dan jenis data, populasi, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

(23)

Yang berisi tentang gambaran secara umum Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, yang meliputi : Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Miftahul Huda, letak geografis, status dan struktur organisasi, Visi, Misi, tujuan dan sasaran Pondok Pesantren Miftahul Huda, penghuni Pondok Pesantren Miftahul Huda, dan proses pelaksanaan bimbingan agama Islam di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.

BAB V : DATA DAN ANALISISNYA

Dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang terbagi menjadi tiga sub bab. Sub bab pertama, hasil penelitian yang berisi deskripsi data penelitian. Sub bab kedua, berisi tentang pembahasan penelitian dan pengujian hipotesis. Dan, sub bab ketiga berisi analisis lanjut.

BAB VI : PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran, dan penutup.

(24)

BAB II

BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN STRES

2.1 Bimbingan Agama Islam

2.1.1 Pengertian Bimbingan Agama Islam

Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu guidance yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupannya di masa kini dan masa mendatang. (Arifin, 1994 : 1)

Sedangkan bimbingan secara terminologi, sebagaimana diungkapkan Sukardi (1983 : 65) mendefinisikan bimbingan sebagai pemberian bantuan oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan pemecahan masalah.

Walgito (1995 : 4) mendefinisikan bimbingan sebagai bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekelompok individu –individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

Rahman Notawidjaja dalam Winkel (2004 : 27) mendefinisikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat

(25)

bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.

Robert L. Gibson/Marianne H. Mitchell dalam bukunya Introduction to Guidance mendefinisikan “Defined Guidance As” the process of assisting individuals in making life adjustment. It is need in he home, Scholl, community, and in all other phases, of the individuals environment. Artinya bimbingan adalah proses membantu individu dalam melakukan penyesuaian hidup, hal ini perlu dalam rumah, sekolah, masyarakat dan seluruh tahapan lingkungan individu yang lain. Elias Anton Elias menyamakan istilah “to guide” dengan bahasa arab “(

ﻯﺪﻫ

) ”. Sedangkan pengertian

ﻯﺪﻫ

atau ﻪﻴﺍﺪﻫ itu sendiri adalah

ﻺﻌﻔﻭﻻﻭﻗﺮﻴﺧﻠﺍﻰﻠﺍﺪﺍﺸﺮﻹﺍﻲﻫﺔﻴﺍﺪﻬﻠﺍ

Artinnya :

Hidayah adalah bimbingan yang diberikan untuk kebaikan seseorang baik perkataan maupun perbuatan.

Bimbingan Islam menurut Hallen (2000 : 17) adalah proses pemberian bantuan yang terarah, kontinyu, dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadist Rosulullah

(26)

ke dalam diri, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan Al Qur’an dan Hadist.

Bila internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadist itu telah tercapai dan fitrah beragama telah berkembang secara optimal maka individu tersebut dapat hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akherat.

Faqih (2001 : 4) mendefinisikan bimbingan Islam sebagai proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seseorang atau kelompok agar mampu mengembangkan potensi (bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki, mengenali dirinya, mengatasi persoalan-persoalan) sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab sesuai dengan apa yang dicita-citakan yaitu menjadi lebih baik.

2.1.2 Dasar Bimbingan Agama Islam

Dalam melaksanakan bimbingan Islam harus didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Hadist, baik yang mengenai ajaran memerintah

(27)

atau isyarat agar memberi bimbingan dan petunjuk. Sebagaimana dalam Al Qur’an surat Al-Ashr ayat 3 :

              

Artinya : “Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2) Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih dan berwasiat (nasehat-menasehati) dengan kebenaran dan berwasiat dengan kesabaran (3)”.

Al-Qur’an surat As syura : 52













Usaha pemberian bantuan ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada hakekatnya tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang sempurna. Dalam arti mereka saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain. Bimbingan merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menyebutkan bahwa manusia dalam hidupnya sering menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Selain itu, antara manusia yang satu tidak sama dengan yang lainnya, Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk

(28)

ada pula manusia yang tidak mampu mengatasi persoalannya dan memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena itu bimbingan Islam sangatlah diperlukan, karena dalam masyarakat modern persoalan-persoalan yang timbul sangatlah kompleks. Makin maju masyarakat maka akan semakin kompleks persoalan yang dihadapi oleh anggota masyarakat. (Walgito, 1995 : 7)

2.1.3 Unsur-Unsur Bimbingan Islam a. Petugas Bimbingan Islam

Petugas Bimbingan Islam adalah pihak yang membimbing atau dapat pula disebut dengan istilah guide atau konselor (Depag RI, 1975 : 159). Syarat-syarat pembimbing dalam bimbingan Islam menurut Faqih (2001 : 46 - 51) adalah :

1) Kemampuan Keahlian (profesional)

Pembimbing merupakan orang yang memiliki keahlian atau kemampuan profesional di bidang bimbingan Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

ﻥﻋ

ﻝﻭﺴﺭ ﻝﺎﻘ : ﻝﺎﻘ ﻪﻨﻋ ﷲ ﻲﻀﺭ ﺓﺭﻴﺭﻫ ﻲﺒ ﺃ

ﻰﻠﺼ ﷲ

ﻪﻴﻠﻋ ﷲ

ﻡﻠﺴﻭ

:

ﻪﻋﺎﺴﻠﺍﺭﻅﺘﻨ ﺎﻓ ﻪﻠﻫﺍﺭﻴﻏﻰﻠﺍﺭﻤﻷﺍﺩﺴﻭﺍﺫﺍ

(

ﻩﺍﻭﺭ

+

ﻰﺭﺎﺨﺒﻠﺍ

)

Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a. telah berkata : Rosulullah SAW telah bersabda : “Apabila suatu urusan diserahkan pada seseorang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya” (HR. Bukhari)

(29)

2) Sifat Kepribadian yang baik (ahlaqul karimah)

Sifat-sifat kepribadian yang baik atau akhlak yang mulia dari seorang pembimbing diantaranya adalah :

a) Siddiq (mencintai dan membenarkan) yakni cinta pada kebenaran dan mengatakan benar sesuatu yang memang benar;

b) Amanah (dapat dipercaya) maksudnya pembimbing mampu menjaga rahasia terbimbing;

c) Tabligh (mau menyampaikan apa yang layak disampaikan) maksudnya pembimbing mau menyampaikan ilmunya kalau diminta nasehat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya;

d) Fathanah (intelgensi, cerdas, berpengetahuan), pembimbing harus memiliki kemampuan dan kecerdasan yang memadai termasuk sifat inovatif, kreatif, cepat tanggap, dan cepat dapat mengambil keputusan;

e) Muklis (ikhlas dalam menjalankan tugas), pembimbing selalu ikhlas dalam menjalankan tugasnya karena mengharapkan ridha Allah;

f) Sabar dalam arti pembimbing harus ulet, tabah, ramah, tidak mudah putus asa, tidak mudah marah, mau mendengarkan keluh kesah terbimbing;

(30)

g) Tawadhu’ (rendah hati), pembimbing harus memiliki sifat rendah hati, tidak sombong, tidak merasa paling tinggi kedudukan maupun ilmunya;

h) Shaleh (mencintai, melakukan, menyokong kebaikan), pembimbing Islam harus bersifat shaleh, karena akan memudahkan melakukan tugasnya;

i) Adil dalam arti mampu mendudukan permasalahan terbimbing sesuai dengan situasi dan kondisi secara proporsional;

j) Mampu mengendalikan diri dalam arti harus memiliki kemampuan kuat untuk mengendalikan diri, menjaga kehormatan diri dan terbimbing.

3) Kemampuan kemasyarakatan (hubungan sosial)

Pembimbing harus memiliki kemampuan melakukan hubungan sosial, ukhuwah Islamiyah yang tinggi.

4) Ketaqwaan kepada Allah

Ketaqwaan merupakan syarat dari segala syarat yang harus dimiliki oleh seorang pembimbing Islam, sebab ketaqwaan merupakan sifat yang paling baik. Pembimbing harus memiliki sifat lahiriyah yang baik dan juga kondisi mental yang baik. Jasmaniyah yang baik, misalnya “berpakaian yang bersih” yang berarti pembimbing harus berpenampilan menarik, sopan, rapi, tertib. Sementara sikap pembimbing yang harus dimiliki adalah

(31)

selalu taqwa kepada Allah, beramal shaleh, atau tidak berbuat dosa, sepi ing pamrih, dan sabar.

b. Subyek Bimbingan Islam

Subyek bimbingan Islam adalah pihak yang dibimbing atau disebut terbimbing (Depag, 1975 : 159). Menurut Arifin (1976 : 25) bahwa dalam pelaksanaan bimbingan Islam terbimbing harus dipandang dari beberapa segi yaitu :

1) Setiap individu adalah mahluk yang memiliki kemampuan dasar beragama yang merupakan fitrah dari Tuhan;

2) Setiap individu adalah pribadi yang berkembang secara dinamis memiliki corak, watak, dan kepribadian yang tidak sama dan; 3) Setiap individu adalah perkembangan yang peka terhadap segala

perubahan.

Subyek bimbingan Islam adalah individu, baik orang perorangan maupun kelompok, yang memerlukan bimbingan tanpa memandang agamanya. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi subyek bimbingan Islam adalah :

1) Motivasi

Motivasi adalah suatu kondisi yang menggerakkan suatu mahluk yang mengarahkan kepada suatu tujuan atau beberapa tujuan dari tingkat tertentu (Arifin, 2000 : 49). Hasil bimbingan akan menjadi optimal jika ada motivasi dari pembimbing. Dengan

(32)

adanya motivasi, seorang terbimbing akan menjadi tekun dalam mengikuti bimbingan sehingga akan berhasil dengan baik. 2) Minat

Minat adalah kecenderungan hati kepada sesuatu atau keinginan. Minat juga sebagai kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi (Poerwadarminta, 1999 : 650). Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan bimbingan. Seseorang akan melakukan sesuatu yang diminati tanpa mengenal lelah, sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu, kalaupun melakukan hanya dengan keterpaksaan dan hal itu akan mengakibatkan kurang baik.

c. Metode dan Materi Bimbingan Islam 1) Metode Bimbingan Islam

Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, demikian juga dalam bimbingan agama Islam diperlukan cara yang tepat untuk digunakan dalam rangka mencapai tujuan yaitu terbentuk individu yang mampu memahami diri dan lingkungannya.

Metode yang digunakan dalam bimbingan agama Islam adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yaitu metode dimana pembimbing melaksanakan komunikasi langsung (tatap muka).

(33)

2) Materi Bimbingan Islam

Materi Bimbingan Islam adalah semua bahan yang disampaikan terhadap anak asuh, yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadist, adapun materi bimbingan Islam diantaranya : masalah keimanan (aqidah), masalah ke-Islaman (Syari'ah) masalah budi pekerti (akhlaq).

a. Keimanan masalah aqidah dalam Islam bersifat i'tiqad bathinah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Aqidah merupakan sesuatu yang diyakini secara bulat tidak diliputi keraguan sedikitpun, dapat menimbulkan sifat jiwa yang tercermin dalam perkataan dan perbuatan. Hal ini tertumpu dalam kepercayaan dan keyakinan yang sungguh-sungguh akan ke Esaan Allah.

b. KeIslaman, syari'ah dalam Islam berhubungan dengan amalan lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan guna mengatur hidup dan kehidupan antara hubungan manusia dengan Tuhan. Masalah syari'ah mencakup aspek ibadah dan muamalah.

c. Budi pekerti, akhlaqul karimah adalah suatu sikap atau sifat yang mendorong untuk melakukan sesuatu perbuatan baik atau buruk yang dilakukan dengan mudah. Perbuatan ini

(34)

berbakti kepada orang tua, saling hormat mrnghormati, tolong menolong dan sebagainya ( Syukir, 1983:60 – 62 ). d. Media Bimbingan Islam

Media adalah alat yang dipakai sebagai perantara untuk melaksanakan suatu kegiatan.

Adapun alat-alat tersebut antara lain adalah : 1) Melalui saluran lisan

Bimbingan secara lisan adalah bimbingan secara langsung dimana pembimbing memberikan materi atau membantu secara langsung.

2) Melalui saluran tertulis

Bimbingan yang dilakukan memalui tulisan-tulisan seperti surat kabar, majalah, buku, brosur, selebaran dan lain-lain. 3). Melalui media audio visual

Bimbingan dilakukan melalui radio dan televisi

Metode dan teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan bimbingan tergantung pada :

a. Masalah/problem yang sedang dihadapi b. Tujuan penggarapan masalah

c. Keadaan yang dibimbing

d. Kemampuan pembimbing menggunakan metode/media e. Sarana dan prasarana yang tersedia

(35)

g. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan h. Biaya yang tersedia (Faqih, 2001 : 55)

2.2 Stres

2.2.1 Pengertian Stres

Stres menurut kamus psikologi adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologi (Kartono, 2000 : 488) sedangkan menurut Cride, Goethals, Kavanough, dan Solomon dalam Bukhori (2003 :29) stres merupakan reaksi terhadap ketidakmampuan untuk mengatasi gangguan fisik dan psikis.

Hardjana (1994 : 14) menyebutkan bahwa stres adalah keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi orang yang mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan, nyata atau tidak nyata, antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis dan sosial yang ada padanya.

Dengan mengambil beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu keadaan tertekan yang muncul karena adanya ketidaksepadanan antara tuntutan hal atau keadaan dan sumber daya biologis, psikologis dan sosial yang ada pada dirinya.

(36)

2.2.2 Gejala Stres

Gejala (symptom) yang timbul ketika seseorang mengalami stres, meliputi gejala psikologis dan gejala fisik (Boenish, 2005 : 5) gejala psikologis :

- Apati atau kelesuan - Represi

- Penarikan diri - Kecemasan

- Ketegangan emosional - Rasa tidak puas

- Mudah marah

- Konsentrasi yang buruk

- Keinginan besar untuk menangis, lari atau bersembunyi - Kecenderungan cepat terkejut

Sedangkan gejala stres yang berupa fisik adalah sebagai berikut: - Serangan jantung

- Serangan otak (stroke) - Tekanan darah tinggi - Sakit kepala atau migraine - Kejang perut

- Radang lambung - Ketegangan otot

(37)

Menurut Mahfud An (2003 : 12) gejala stres meliputi :

a) Gejala Fisikal, antara lain sakit kepala, susah tidur, sakit punggung, mencret-mencret, radang usus besar, sulit buang air besar, gatal-gatal, tekanan darah tinggi, banyak melakukan kekeliruan dan gugup.

b) Gejala emosional, antara lain sedih, mudah menangis, merana jiwa, mudah marah, gelisah, cemas, mudah tersinggung, gampang menyerang orang lain, bermusuhan, dan sebagainya.

c) Gejala intelektual, antara lain sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, melamun, daya ingat menurun, prestasi menurun, dan dalam bekerja banyak melakukan kekeliruan.

d) Gejala hubungan antarpersonal, antara lain kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah membatalkan janji, suka mencari kesalahan orang lain, mendiamkan orang lain dan sebagainya.

Dari pendapat-pendapat para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendapat Mahfud An lebih jelas dan lengkap yakni gejala stres meliputi gejala fisikal, gejala emosional, gejala intelektual, dan gejala hubungan antarpersonal.

2.2.3 Sumber Stres

(38)

yang sumpek, beban studi dan pekerjaan, atau kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Sumber stres dapat juga berasal dari kejadian-kejadian yang spesifik, seperti penyakit yang kronis, gempa, perubahan hidup (pernikahan, pindah kerja, kematian anggota keluarga) atau kecelakaan (yang menimbulkan perubahan fungsi tubuh atau cacat) (Eliyawati, Maret 2006. http:/www.admin@superadmin).

2.2.4 Cara Mengatasi Stres

Hardjana (1994 : 990 menyatakan bahwa banyak metode yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres. Metode mengatasi stres dapat berupa :

a) Tindakan langsung, dalam mengatasi stres berupa perbuatan atau berbuat sesuatu yang nyata secara khusus dan langsung diambil untuk mengatasi hal, peristiwa, orang atau keadaan yang menjadi sumber stres.

b) Mencari informasi, usaha mengatasi stres dengan mencari informasi bertujuan untuk mengetahui dan memahami situasi stres yang dialami.

c) Berpaling pada orang lain, pada waktu mengalami stres kita pergi kepada orang lain, baik orang tua, saudara, sahabat, pembimbing untuk meminta pertolongan.

(39)

2.3 Hubungan Bimbingan Agama Islam Terhadap Stres Santri

Seperti halnya kita ketahui bahwa perubahan zaman telah membawa manusia kepada kehidupan modern dengan kemajuan teknologi. Dimana kemajuan teknologi telah banyak memunculkan tantangan baru, berbagai tuntutan dan kemampuan harus dipenuhi, sehingga berbagai macam kegiatan dan kesibukan dilaksanakan. Situasi yang demikian menyebabkan orang menderita kelelahan fisik dan mental, bahkan menambah berbagai macam problem kehidupan sehingga tidaklah mustahil bahwa manusia banyak yang mengalami stres. Hal yang demikian juga dialami oleh para santri yang dalam proses mencapai prestasi yang tinggi baik dibidang akademik maupun non akademik dalam rangka memenuhi tuntutan hidup yang semakin menantang.

Gangguan emosi pada anak akan berpengaruh jelek pula pada prestasi belajar anak, daya tangkap, maupun daya ingat akan menurun, keragu-raguan dan kecemasan selalu melanda diri anak (Notosoedirjo, 2005 : 201).

Stres merupakan keadaan yang dapat muncul dimana saja dan kapan saja. Seperti halnya santri, ketidakmampuan mengatasi masalah akan membawa kepada kecemasan, yang juga mempengaruhi perilaku orang yang mengalaminya.

Santri yang baru masuk dalam Pondok Pesantren akan mengalami berbagai macam persoalan. Ada pertentangan batin antara apa yang menjadi keinginannya dengan apa yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Pondok Pesantren. Penyesuaian diri dalam kelompok menjadi

(40)

apabila santri tersebut akan sangat gelisah, cemas, takut, tidak nafsu makan, mudah menangis, dan lain sebagainya.

Disamping harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya santri juga dituntut untuk menjalankan kewajibannya, mematuhi peraturan Pondok Pesantren, dan harus mampu membagi waktu antara kegiatan di Pondok Pesantren dengan kegiatan di sekolah. Hal inilah yang kebanyakan mengakibatkan timbulnya stres atau tekanan batin pada diri santri. Dengan demikian gejala stres dapat di klasifikasikan sesuai dengan pendapat Mahfud An (2003 : 12) yaitu gejala fisikal, gejala emosional, gejala intelektual dan gejala hubungan antarpersonal.

Kompleksitas permasalahan tersebut merupakan tantangan bagi pelaksanaan dakwah Islam yang perlu mendapat tanggapan dan penyelesaian dari juru dakwah agar dakwah Islam dapat memberikan motivasi tentang keIslaman baik dari segi lahiriah, maupun batiniah. Salah satu upaya yang dapat mewujudkan berhasilnya ajaran Islam adalah dengan melalui bimbingan Islam. Agama dapat menjadi penolong bagi orang-orang yang sedang menerima kekecewaan. Hal ini sesuai dengan Hadist Nabi :

ﻰﻠﺼﻲﺒﻨﻠﺍﻥﺍﻰﺭ ﺩﻠﺍ ﻡﻴﻤﺘﻥﻋ

ﻠﺍ ﻝﺎﻗ ﻡﻠﺴﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲ

ﷲ ﻝﺎﻗ ﻥﻤﻠ ﺎﻨﻠﻗ ﺔﺤﻴﺼﻨﻠﺍﻥﻴ

ﻡﻬﺘﻤﺎﻋﻭ ﻥﻴﻤﻠﺴﻤﻠﺍ ﺔﻤﺌ ﻷﻭﻪﻠﻭﺴﺭﻠﻭ ﻪﺒﺘﻜﻠﻭ

(

ﻡﻠﺴﻤ ﻩﺍﻭﺭ

)

Artinya : “Dari Tamim Ad-Dar bahwasanya Nabi telah bersabda agama adalah sebuah nasehat, kami berkata untuk siapa, Nabi berkata untuk Allah, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, pemimpin orang-orang Islam dan umat mereka” (HR. Muslim).

(41)

Semakin seseorang dekat kepada Allah, maka akan semakin tentramlah jiwanya serta semakin mampu menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidup. Sebesar apapun yang harus dihadapinya akan sabar karena dia merasa bahwa kesukaran dalam hidup merupakan bagian dari cobaan Allah SWT.

Bimbingan agama Islam disamping sebagai upaya untuk mencegah timbulnya masalah, memecahkan masalah yang dihadapi individu, juga sebagai upaya pengembangan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik. Bimbingan agama Islam juga sangat dibutuhkan sebagai usaha untuk menuntun dan mengarahkan perilaku yang menyimpang agar sesuai dengan ajaran agama, hukum, dan nilai-nilai yang berlaku.

Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan Agama Islam mempunyai kaitan yang cukup erat dengan stres santri. Dimana para santri sangat membutuhkan siraman rohani atau bimbingan agama Islam agar dapat mengurangi tekanan-tekanan, kecemasan, gelisah dan perilaku yang menyimpang yang dilakukan para santri.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002 : 64).

Berdasarkan asumsi-asumsi teoritik tersebut, maka hipotesis penelitian yang diajukan sebagai dugaan awal adalah : ada pengaruh bimbingan agama

(42)

3.1 Jenis dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 1998 : 5).

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket atau instrumen yang akan disusun berdasarkan variabel yang akan diteliti.

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 10 Maret 2008 sampai dengan 10 Juni 2008.

3.2 Definisi Konseptual dan Operasional

Dalam penelitian ini mempunyai dua variabel, maka akan dijelaskan masing-masing definisi konseptual dan operasional dari variabel yang akan diteliti yaitu :

3.2.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual ini menjelaskan tentang variabel penelitian yang meliputi variabel bimbingan agama Islam sebagai variabel dependent, dan variabel stres sebagai variabel independent dengan uraian sebagai berikut:

(43)

Bimbingan agama Islam adalah pemberian bantuan oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian, dan pemecahan masalah. (Sukardi, 1983 : 65)

Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan atau petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat (Faqih, 2001 : 4).

Stres merupakan suatu keadaan tertekan baik secara fisik maupun psikologi (Kartono, 2000 : 488 ). Menurut Cride, Goethals, Kovanough dan Solomon dalam Bukhori (2003: 29) Stres merupakan reaksi terhadap ketidakmampuan untuk mengatasi gangguan fisik dan psikis.

3.2.2 Definisi Operasional

Bimbingan Agama Islam adalah proses pemberian kepada santri yang mengalami kesulitan baik lahiriyah maupun batiniah yang menyangkut permasalahan pribadi dan permasalahan dalam menghafal supaya tercapai cita-cita demi ketentraman dunia dan akherat.

Variabel bimbingan Islam meliputi indikator-indikator sebagai berikut :

(44)

a. Pembimbing

Pembimbing atau petugas bimbingan Islam adalah pihak yang membimbing atau dapat pula disebut dengan istilah guide atau konselor (Depag, 1975 : 159)

b. Terbimbing

Terbimbing atau subyek bimbingan Islam adalah pihak yang dibimbing atau disebut terbimbing (Depag, 175 : 159). Subyek bimbingan Islam adalah individu, baik orang perorangan maupun berkelompok, yang memerlukan bimbingan tanpa memandang agamnya. Sedangkan mereka yang tidak beragama Islam perlakuan dari pembimbing Islam berbeda dengan mereka yang beragama Islam, sesuai dengan bimbingan Islam pada umumnya.

c. Metode

Metode yang digunakan dalam bimbingan Islam adalah metode langsung. Metode langsung adalah metode pembimbing melakukan komunikasi langsung (tatap muka).

Menurut Munsnamar ( 1992 : 92 ) metode langsung dibagi menjadi 3 macam :

a. Metode individu yaitu pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbing diantaranya adalah percakapan pribadi yaitu pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dikunjungi atau dibimbing.

(45)

b. Metode kelompok yaitu pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan terbimbing dalam kelompok, hal ini dapat dilakukan dengan teknik diskusi kelompok, yaitu pembimbing melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi bersama dengan terbimbing yang mempunyai masalah. Dengan cara pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan terbimbing.

c. Metode ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i atau mubalig pada suatu aktifitas dakwah.

d. Materi

Materi bimbingan Islam adalah semua bahan yang disampaikan terhadap anak asuh, bimbingan yang menjadi sasaran dengan bersumber Al-Qur’an dan Hadist. Adapun materi bimbingan Islam antara lain :

Pertama masalah Aqidah (Keimanan) merupakan sesuatu yang diyakini secara bulat tidak diliputi keragu-raguan sedikitpun, dapat menimbulkan sifat jiwa yang tercermin dalam perkataan dan perbuatan. Hal ini tertumpu dalam kepercayaan dan keyakinan yang sungguh-sungguh akan ke Esaan Allah.

Kedua, masalah syari’ah. Masalah syari’ah dalam Islam berhubungan dengan amalan lahir dalam rangka mentaati semua

(46)

antara hubungan manusia dengan Tuhan. Masalah Syari’ah mencakup aspek ibadah dan muamalah.

Ketiga, masalah budi pekerti atau akhlaqul karimah. Akhlaqul karimah adalah suatu sikap atau sifat atau keadaan yang mendorong untuk melakukan sesuatu perbuatan baik atau buruk yang dilakukan dengan mudah. Perbuatan ini dilihat dari pangkalnya yaitu motif atau niat yang termauk akhlaq dalam hal ini, seperti berbakti kepada orang tua, saling hormat-menghormati, tolong menolong dan lain sebagainya ( Syukir, 1983 : 60 – 62 )

Stres adalah keadaan tertekan yang disebabkan oleh situasi yang dianggap sulit seperti keputusasaan, beban studi, ketidak-sesuaian antara harapan dan kenyataan yang menimbulkan cemas, pusing, sedih, dan kehilangan semangat.

3.3 Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh (Arikunto, 2002 : 107). Berdasarkan sumber pengambilan data, sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti (Ridwan, 2005 : 24). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah santri yang ada di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal yang berjumlah 67 santri.

(47)

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui tangan kedua (Ridwan, 2005 : 24). Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang ada relevansinya dengan bimbingan Islam, jurnal dan dokumen-dokumen yang ada di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kabupaten Kendal, serta dari pengasuh pondok, dan pengurus yang ada di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kabupaten Kendal.

3.4 Populasi

Penelitian ini termasuk penelitian populasi. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002 : 108). Berdasarkan observasi bulan Desember 2007 terdapat 67 santri yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur’an juz 1 sampai dengan juz 30. Dengan demikian, dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh santri di Pondok Pesantren Miftahul Huda, karena menurut Suharsini Arikunto (2002 : 120) bahwa jika jumlah subyek kurang dari 100 lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih dari 100 atau dapat diambil sampel antara 10% sampai 15 % atau 20% - 25 %.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Karena jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian

(48)

lapangan atau field research maka untuk memperoleh data yang dibutuhkan penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut :

a. Metode angket

Metode angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002 : 128). Metode ini penulis gunakan untuk menggali data tentang pelaksanaan bimbingan agama Islam dan pengaruhnya terhadap stres yang dialami santri hifdzul Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Angket yang digunakan termasuk jenis angket tertutup berbentuk rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari “sangat sesuai” sampai ke “sangat tidak sesuai” (Arikunto, 2002 : 129).

Dalam hal ini peneliti menyusun 2 jenis angket yaitu angket bimbingan dan angket stres. Angket bimbingan Islam terdiri dari 48 item pertanyaan, 34 item pertanyaan favourable dan 14 item pertanyaan unfavourable. Adapun indikator pembimbing terdiri dari 8 item pertanyaan favourable dan 4 item pertanyaan unfavourable, metode terdiri dari 9 item pertanyaan favourable dan 3 item pertanyaan unfavourable. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(49)

Tabel 1

Spesifikasi Angket Bimbingan Agama Islam

No Indikator No. Item

Favourable No. Item Unfavourable Jumlah Item 1 Pembimbing 2, 11, 35 33 19, 48 13, 25 16 42 1, 17 12 2 Terbimbing 5, 7, 15, 34 3, 4, 9, 10 14, 23 6, 41 12 3 Metode 20, 24, 47 12, 29, 46 30, 43, 27 18 32 40 12 4 Materi 8, 26, 37, 44, 45 22, 28, 31 ,36 38 39 21 12 Jumlah 34 14 48

Pengukuran skala ini menggunakan lima alternatif jawaban, yaitu “sangat sesuai” (SS), “sesuai” (S), “Netral” (N), “Tidak Sesuai” (TS) dan “Sangat Tidak Sesuai” (STS). Skor jawaban mempunyai nilai antara 1 sampai 5. Nilai yang diberikan pada masing-masing alternatif jawaban adalah sebagai berikut : untuk item favourable jawaban “sangat sesuai” (SS) memperoleh nilai 5, “sesuai” (S) memperoleh nilai 4, “netral” (N) memperoleh nilai 3, “tidak sesuai” (TS) memperoleh nilai 2, dan “sangat tidak sesuai” (STS) memperoleh nilai 1.

Sedangkan untuk jawaban item unfavourable menggunakan 5 alternatif jawaban “sangat sesuai” (SS), “sesuai” (S), “netral” (N), “tidak sesuai” (TS), dan “sangat tidak sesuai” (STS). Skor jawaban mempunyai nilai antara 1 sampai 5. Nilai yang diberikan pada masing-masing

(50)

3, “tidak sesuai” (TS) memperoleh nilai 4, dan “sangat tidak sesuai” (STS) memperoleh nilai 5.

Sementara itu, untuk sebaran angket stres menggunakan 48 item yang dijabarkan dalam empat indikator yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2

Spesifikasi Angket Stres

No Indikator No. Item

favourable No. Item Unfavourable Jumlah Item 1 Pusing 1, 10, 16, 28, 34, 38, 41, 47 12, 24, 25, 35 12 2 Cemas 4, 5, 6, 18, 37, 42, 43, 15, 26, 32, 36 12 3 Sedih 9, 20, 22, 27, 39, 41, 44, 13 7, 17, 21, 23 12 4 Hilangannya semangat 2, 3, 8, 19, 29, 31, 45, 46 11, 14, 30, 40 12 Jumlah 32 16 48

Pengukuran skala ini sama dengan pengukuran skala bimbingan Islam. Setelah seluruh angket diberi skor masing-masing, langkah selanjutnya memasukkan data tersebut ke dalam tabel distribusi untuk mempermudah perhitungan.

b. Metode Observasi

Yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Ridwan, 2005 : 30). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang situasi umum yakni pengasuh, pengurus dan santri hifdzul Qur’an di Pondok Pesantren

(51)

c. Metode Interview

Yaitu berupa dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2002 : 201). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang bagaimana pelaksanaan bimbingan agama Islam di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.

d. Metode Dekumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto film dokumenter data yang relevan dengan penelitian (Ridwan, 2005:31).

Dalam hal ini peneliti menggunakan dokumen/arsip yang ada di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam hal ini penulis menggunakan tiga tahap dalam melakukan analisis data, yaitu analisis pendahuluan atau deskripsi data, analisis uji hipotesis, dan analisis lanjut.

(52)

1. Analisis Pendahuluan

Analisis pendahuluan digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum data variabel bimbingan agama Islam dan Variabel stres santri hifdzul Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal yang diperoleh berdasarkan jawaban responden terhadap angket yang diberikan. Dengan langkah awal yang diambil dengan mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif, yaitu dengan memberi penilaian terhadap item jawaban pertanyaan dari responden.

2. Analisis Uji Hipotesis

Untuk menganalisa data yang berupa analisis data kuantitatif dan khususnya untuk menguji kebenaran hipotesis, penulis menggunakan analisis regresi satu predictor (dengan skor kasar) dengan rumus sebagai berikut : (Hadi, 2001 : 18)

Tabel 3

Rumus Analisis Regresi Sederhana

Sumber Varian DB JK RK Freg

Regresi 1 a∑xy + k ∑y- N y)2 ( Dbreg JKreg RKres RKreg Residu (N-2) ∑y2 -a∑xy-k∑y Dbres JKres Total (T) (N-1) ∑y2 -N y)2 (

(53)

Keterangan :

a : koefisien prodiktor k : bilangan konstanta

N : jumlah sampel yang diteliti ∑x : nilai dari variabel x

∑y : nilai dari variabel y ∑x2

: nilai kuadrat dari variabel x ∑xy : hasil kali dari variabel x dan y JKreg : jumlah kuadrat regresi

JKres : jumlah kuadrat residu RKreg : rata-rata kudrat regresi RKres : rata-rata kuadrat residu Db : derajat kebebasan (N-1) Dbreg : derajat kebebasan regresi (1) Dbres : derajat keabsaan (N-2) 3. Analisis Lanjut

Merupakan analisis pengolahan lebih lanjut dari hasil analisis uji hipotesis. Dalam analisis ini peneliti membuat lembar interpretasi dari hasil yang telah diperoleh dengan jalan membandingkan harga Freg yang telah diketahui dengan tabel Ft 5 % atau Ft 1 % dengan kemungkinan : 1) Jika freg lebih besar dari Ft 1 % maka signifikan (hipotesis

(54)

KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

4.1 Situasi Umum Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kabupaten Kendal

4.1.1 Sejarah Singkat Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kabupaten Kendal.

Pembangunan dan perkembangan Miftahul Huda merupakan salah satu dari rentetan riwayat hidup sang pengasuhnya. Dari mulai nol sampai sekarang cukup berkembang dan dikenal di berbagai pelosok sebagai satu pesantren yang membimbing dan mendidik santri-santrinya untuk tekun belajar ilmu agama, khususnya menghafal Al-Qur’an. Oleh karena itu sejarah Miftahul Huda tidak bisa lepas dari sejarah atau biografi pengasuh.

Miftahul Huda terbentuk karena perjalanan hidup seorang anak muda yang penuh dedikasi dan jiwa serta semangat yang tangguh pantang mundur dalam menghadapi tantangan dan halangan apapun.

KH. Ahmad Baduhun Badawi lahir pada tanggal 12 Nopember 1965 di kampung Kepulesan Krajan Kulon Kaliwungu Kabupaten Kendal, Beliau adalah putra kelima dari enam bersaudara. Ayahnya

(55)

Siti Jundariyah. KH. Ahmad Badawi Abdurrosyd adalah seorang alim Qur’an yang pertama di Kaliwungu dan merupakan pendiri Pondok Al-Qur’an di Kaliwungu. Beliau telah banyak mencetak para hafidz yang berasal dari berbagai pelosok Nusantara.

Adapun latar belakang pendidikan dari pengasuh Pondok Pensatren Miftahul Huda adalah sebagai berikut :

a. Di bawah asuhan Ayahandanya

Sebagai anak seorang ulama tempo dulu Ahmad Bahudun mendapat pendidikan yang keras, mengaji, mondok, menghafal Al-Qur’an dan lainnya yang menyangkut keagamaan adalah hal yang diwajibkan kepadanya, sedangkan sekolah formal tidaklah diwajibkan. Oleh karena itu Ahmad Bahudun belum sempat lulus pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pada tahun 1978 beliau berhasil khatam Al-Qur’an 30 juz bil ghaib (hafidz) dan sudah mempunyai banyak santri walau sebatas santri yang masih sekampung dengan beliau.

b. Pondok Pesantren di Lirboyo Kediri Jawa Timur pada tahun 1979 karena merasa ilmu-ilmu yang diperoleh belum memuaskan hatinya, maka beliau mempunyai keinginan untuk menuntut ilmu di tempat yang jauh dari Kaliwungu, maka dengan kegigihannya beliau berangkat ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur dan meninggalkan santri-santrinya

(56)

c. Di Madrasah Aliyah Islamiyah (MAI)

Sepulang dari Lirboyo, beliau melanjutkan kegiatannya semula yaitu mengajar Al-Quran kepada santri-santrinya yang dulu ditinggalkannya dengan semangat meraih sukses yang tinggi, di samping mengajar ngaji beliau juga masuk sekolah di MAI (Madrasah Aliyah Islamiyah) dan saat itu juga beliau melangsungkan pernikahannya dengan seorang gadis bernama Farida. (Wawancara dengan Pengasuh Pondok, Bapak KH. Ahmad Baduhun Badawi, 5 April 2008)

Miftahul Huda dengan liku-liku perjalananya telah mengalami banyak perubahan baik tempat maupun jumlah santrinya. Bermula ia memiliki 4 santri yang ditempatkan di rumah Bapak Kyai Baduhun di kampung Pungkuran. Pondok Pesantren Miftahul Huda dimulai dari tempat perpindahan mengalami penambahan santri, maka santri

dipindahkan ke kampung Demangan yaitu di rumah Bapak Arifin ( Kakak istri beliau). Rumah tersebut memiliki 2 kamar yang penuh

dengan 10 santri kanak-kanak. Rumah Bapak Arifin ditambah satu kamar untuk santri dewasa. Banyak santri yang masuk kesana namun hanya beberapa hari karena tidak betah dengan kondisi kamar yang sangat memprihatinkan. Di tengah-tengah kepanikan yang mencekam akhirnya ditemukan jalan alternatif yang sangat baik yaitu dengan menyewa rumah besar yang kemudian untuk Pondok Pesantren, tercatat mulai tanggal 25 Juli 1991 sampai 25 Juli 1993.

(57)

Masa dua tahun bukanlah masa yang lama, namun dalam masa tersebut telah sanggup merancang segala strategi untuk merencanakan segala langkah demi terwujudnya Miftahul Huda yang sejati.

Berawal menempati rumah tersebut dijadikan sebagai tanggal berdirinya Miftahul Huda yaitu tanggal 25 Juli 1991, dengan jumlah santri 25 orang.

Dengan adanya seorang Pengasuh yaitu KH. Ahmad Baduhun Badawi dan juga adanya santri, maka Pondok Pesantren berdiri namun sebagaimana halnya bayi yang baru lahir orang tuapun memberi nama yang bagus kepadanya, juga selayaknya pondok-pondok pesantren lainnya di Kaliwungu, maka diambillah nama Miftahul Huda. Berasal dari nama bahasa arab ini mempunyai arti “Pembuka” (kunci) dan Huda berarti “Petunjuk” dengan demikian Miftahul Huda berarti “Kunci Petunjuk”. Kegigihan dan semangat yang tinggi dari pengasuh, dalam merintis ini telah mewujudkan pesantren. (sumber : Arsip Pondok Pesantren Miftahul Huda)

4.1.2 Letak Geografis Pondok Pesantren Miftahul Huda Huda Kaliwungu.

Berdirinya Pondok Pesantren Miftahul Huda merupakan keinginan dan kegigihan KH. Ahmad Baduhun Badawi dari kecil untuk mengamalkan dan mengajarkan ilmunya khususnya bidang Al-Qur’an.

(58)

Pondok Pesantren Miftahul Huda adalah Pondok Tahfudzul Qur’an yang berada di kampung Demangan Kranjan Kulon Kaliwungu Kabupaten Kendal. Adapun batas-batas pondok Pensatren Miftahul Huda adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Pondok APID, rumah Bapak Siroj b. Sebelah Selatan : MI Kranjan Kulon

c. Sebelah Timur : Jl. Demangan

d. Sebelah Barat : Rumah Bapak Abdul Wabab, rumah Ibu Erna.

Dari segi bangunan fisik Pondok Pesantren Miftahul Huda berdiri tersebut tanah seluas ± 525 m2 dengan kapasitas 100 orang, sedangkan pada saat dilakukan penelitian penghuni Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu berjumlah 67 orang. (Wawancara dengan Ustad Ibnu Mas’ud, 26 Maret 2008).

4.2.3 Sarana dan Prasarana

Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda secara garis besar adalah pelajar. Mereka bahwa di samping belajar di pondok para santri juga masih sekolah di luar pondok pesantren. Di samping sebagai pondok Al-Quran, Pondok Pesantren Miftahul Huda juga memberi kesempatan bagi para santrinya yang ingin belajar pendidikan umum dari SD/MI sampai perguruan tinggi.

(59)

Adapun pembagian ruangan Pondok Pesantren Miftahul Huda adalah sebagai berikut :

a. 8 kamar terdiri dari 2 kamar untuk santri yang sekolah SD/MI, 3 kamar untuk santri yang sekolah SMP/MTs, 3 kamar untuk santri

yang sekolah SMA/MA.

b. 1 Kamar besar untuk santri yang tidak sekolah / sudah lulus SMA. c. 1 Mushola

d. 1 ruang kantor

e. 3 kamar mandi dan WC f. Koperasi

g. 33 buah almari pakaian

h. 1 buah almari hias untuk menyimpan penghargaan / piala i. Alat komunikasi / telepon

j. Seperangkat komputer k. Seperangkat meja kursi kerja l. 1 kotak P3K

m. 1 dapur pondok n. Setrika

o. 1 buah almari arsip p. Ruang konseling

q. 1 set alat musik rebana. (Hasil wawancara dengan Ustadzah Asrotun Azzar, 29 Maret 2008)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan delapan faktor yang menyebabkan anak tidak melanjutkan pendidikan kejenjang perguruan tinggi: faktor kemauan anak untuk

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Bondan Satrio, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG TERHADAP JUMLAH

Kondisi fisik tanah yang peka terhadap degradasi ini dilaporkan oleh Yulnafatmawita et al. Ultisol Limau Manis ini tergolong tanah bertekstur liat dengan fraksi

Namun demikian, konteks dalam penelitian ini lebih kepada aspek-aspek yang mengalami perubahan dan bentuk adaptasi diri dari masyarakat desa khususnya petani yang

Router ini juga dimanfaatkan sebagai DHCP server untuk memudahkan pengalokasian IP bagi setiap client yang terhubung, oleh karena itu untuk menyusun tulisan ini

Gambar di atas merupakan diagram Psikrometrik dari udara pengering , pada masing-masing variasi temperatur.. Sedangkan proses 2-3 adalah proses ketika udara

Sejak berdirinya negara kesultanan Republik Indonesia (NKRI), agama menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dasar negara Indonesia,

Berdasarkan Gambar 4 di atas, yang memberikan estimasi terbaik dalam memodelkan hujan aliran di stasiun Lubuk Ambacang pada tahap kalibrasi adalah skema 3 dengan nilai R