APLIKASI MIKROKONTROLER INTEL 8031
SEBAGAI ANTARMUKA SERIAL
PADA SISTEM PENGONTROL SUHU DIGITAL
Achmad Hindasyah, Doddy S.E., Eko Y.P., Subur Z.
Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir, BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, Serpong Telp. 021-7563370, fax 021-7560926, e-mail : eyp@batan.go.id
ABSTRAK
APLIKASI MIKROKONTROLER INTEL 8031 SEBAGAI ANTARMUKA SERIAL PADA SISTEM PENGONTROL SUHU DIGITAL. Sistem pengontrol suhu digital telah berhasil dibuat di
Sub. Bid. Instrumentasi-BKI-PTBIN-BATAN. Sistem ini dibuat dengan menggunakan termokopel tipe K, sambungan dingin elektronik, mikrokontroler intel 8031, ADC 12 bit, komputer personal serta menggunakan bahasa pemrograman Basic dan Delphi 5.0. Suhu tungku dibaca melalui termokopel menggunakan ADC yang dikendalikan oleh mikrokontroler. Data suhu dikirim oleh mikrokontroler ke komputer melalui port serial, kemudian oleh komputer dikurangkan dengan temperatur pengesetan (setting) yang menghasilkan beda suhu. Beda suhu ini dijadikan sinyal masukan ke pengontrol modus PID. Keluaran pengontrol digunakan untuk memanipulasi energi masukan ke tungku. Sistem pengontrol suhu ini telah dicoba untuk suhu setting 200 °C, 300 °C, 400 °C dan 500 °C. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa suhu dapat dikontrol dengan baik. Fluktuasi suhu rata-rata pada daerah setting adalah + 2,73 °C sedangkan ketidakpastian pengukuran pada daerah setting lebih kecil dari 1 °C. Dengan menggunakan perangkat ini, penggunaan komputer sebagai perangkat akuisisi data dan kontrol lebih fleksibel dan tidak bergantung pada perkembangan generasi komputer, karena setiap generasi PC selalu menyertakan fasilitas port serial RS232.
Kata kunci: antarmuka serial, kontrol PID, mikrokontroler intel 8031, delphi, kontrol digital
ABSTRACT
APPLICATION OF MICROCONTROLLER INTEL 8031 AS SERIAL INTERFACE AT DIGITAL TEMPERATURE CONTROL. A digital temperature control has been developed
successfully at Sub. Bid. Instrumentasi-BKI-P3IB-BATAN.The system consist of a thermocouple K type, electronics cold junction, microcontroller Intel 8031, ADC 12 bit, personal computer , moreover Basic and Delphi 5.0 program language are used in the system. The furnace temperature are measured by thermocouple through ADC that controlled by microcontroller. The temperatures data are sent to computer by microcontroller through serial port then the data are subtracted by temperature setting to result an error. The error deviation becomes an input signal to the PID controller. Controller output is used to manipulate the energy input to the furnace. The temperature control system has been tested and tried for temperatures range of 200 °C, 300 °C, 400 °C and 500 °C. The result of test showed that the temperature can be controlled correctly. The average of fluctuation of temperature at setting area is + 2.73 °C and uncertainties of measurement at setting area are less than one. By using this peripheral, the application of computers as data acquisition and control instruments are more flexible and not dependent on growth of computers generation, because every computers generation always have a serial port of RS232.
1. PENDAHULUAN
Dalam upaya mendukung penelitian teknologi bahan di P3IB – BATAN yang banyak menggunakan tungku sebagai alat perlakuan panas dan untuk mengurangi kebergantungan terhadap teknologi pengontrol suhu dari luar yang dapat menyebabkan biaya penelitian menjadi lebih mahal maka dirancang dan dibangun sistem kontrol suhu digital menggunakan komputer pribadi (PC) dan mikrokontroler. Sistem kontrol suhu digital sudah banyak digunakan pada peralatan penelitian, baik menggunakan mikrokontroler maupun komputer pribadi, yang masing-masing memiliki kelebihan maupun kekurangan [1]. PC sebagai pengontrol suhu memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan mikrokontroler, karena fasilitas yang dimiliki PC jauh lebih banyak dan pemrogramannya yang jauh lebih mudah. Tetapi dengan perkembangan teknologi PC yang sangat cepat, khususnya teknologi komunikasi data seperti PCI dan USB yang tidak diimbangi dengan penguasaan teknologi antarmuka dan tidak didukung dengan ketersediaan komponen elektronik di pasar nasional, memodifikasi peralatan yang menggunakan komputer sebagai alat kontrolnya menjadi tidak sederhana.
Sistem kontrol suhu yang dibuat dengan menggunakan PC sebagai alat kontrolnya, telah berhasil dilakukan [2]. Sistem ini menggunakan jalur komunikasi data 16 bit atau menggunakan slot ISA. Namun dengan perkembangan PC yang sangat cepat, saat ini sulit sekali diperoleh PC yang masih memiliki slot ISA. Sistem kontrol suhu yang dibuat dengan menggabungkan antara mikrokontroler Intel 8031 dan PC, dapat memanfaatkan PC generasi terbaru, yang tidak memiliki slot ISA, sebagai alat kontrol suhu.
Komunikasi antara PC dengan mikrokontroller Intel 8031 menggunakan port
serial RS232 [3]. Suhu tungku dideteksi menggunakan termokopel tipe K yang mengubah besaran suhu ke tegangan emf. Tegangan emf ini dikompensasi, agar suhu yang dibaca sesuai dengan suhu tungku sesungguhnya, menggunakan kompensasi sambungan dingin elektronik dan dikuatkan menggunakan penguat tak membalik. Tegangan keluaran penguat dibaca oleh ADC 12 bit yang operasi dan pengendaliannya diatur oleh mikrokontroller. Mikrokontroler melakukan perhitungan konversi dari data tegangan digital keluaran ADC ke data suhu.
Data suhu ini ditampilkan pada tampilan tujuh segmen dan dikirim ke PC melalui jalur RS232. Selanjutnya, PC menyimpan data suhu ini berupa file teks dan menampilkannya berupa grafik pada monitor. Selain itu, PC menghitung selisih antara suhu setting dengan
suhu terbaca yang dikirim mikrokontroler. Selisih suhu ini digunakan sebagai variabel masukan untuk menghitung variabel keluaran pengontrol modus proporsional, integral dan differential (PID). Kemudian, keluaran
pengontrol dikirim ke mikrokontroler dan mikrokontroler akan melakukan aksi untuk mengendalikan aktuator agar menghidup-matikan catu daya listrik ke tungku.
Dengan menggunakan mikrokontroler intel 8031, pemanfaatan PC sebagai perangkat akuisisi data maupun kontrol lebih fleksibel dan tidak bergantung pada perkembangan generasi PC, karena setiap generasi PC selalu menyertakan fasilitas port serial RS232.
Makalah ini akan menguraikan tentang pembuatan sistem kontrol suhu digital berbasis komputer dengan menggunakan mikrokontroler intel 8031 sebagai perangkat antarmuka serial.
2. TATA KERJA
Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan ini adalah termokopel tipe K, pengkondisi sinyal berupa kompensasi sambungan dingin elektronik, amplifier, buffer,
dan filter, perangkat digital berupa ADC 12 bit,
mikrokontroler intel 8031, display 7 segmen, port serial RS232 dan PPI 8255, perangkat
aktuator berupa rangkaian pensaklaran dan SSR, perangkat catu daya serta komputer personal.
Langkah-langkah yang dilakukan pada pembuatan sistem pengontrol suhu digital ini adalah sebagai berikut : pertama pembuatan rangkaian perangkat pengkondisi sinyal yang terdiri dari rangkaian kompensasi sambungan dingin elektronik, penguat, penyangga dan
tapis lolos rendah. Kedua pembuatan perangkat digital yang terdiri dari ADC 12 bit, 7 segmen, mikrokontroler intel 8031, PPI 8255 dan port
serial RS 232, serta pembuatan program yang ditanam di dalam chip EEPROM
mikrokontroler menggunakan Basic Compiler
(BASCOM). Ketiga pembuatan perangkat aktuator menggunakan transistor npn untuk dapat mendrive SSR. Keempat pembuatan catu
daya linier +15V, -15V dan 5V, menggunakan
aktif. Kelima pembuatan program kontrol pada komputer menggunakan bahasa Delphi 5.0.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem kontrol suhu digital yang dibuat ini terdiri dari dua bagian yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras terdiri dari perangkat analog dan perangkat digital,
sedangkan perangkat lunak terdiri dari perangkat lunak yang ditanam di dalam Flash
EPROM mikrokontroler, menggunakan bahasa BASIC, dan perangkat lunak pada komputer, menggunakan bahasa Delphi 5.
Perangkat analog yang merupakan
perangkat pengkondisi sinyal terdiri dari kompensasi sambungan dingin elektronik, penguat tak membalik, penyangga dan tapis
lolos rendah. Rangkaian perangkat analog ini
seperti pada Gambar 1. Nomor pada IC
berturut-turut adalah LT1025, LTK001 dan LF356, sedangkan TC merupakan termokopel tipe K. R1 dan R2 berfungsi untuk menentukan besar amplifikasi penguat, kapasitor C1 dan C2 berfungsi sebagai kopel AC, sedangkan R3, R4, L1, L2, C3 dan C4 berfungsi sebagai tapis lolos rendah orde 2.
Gambar 1. Rangkaian pengkondisi sinyal
Suhu dideteksi oleh termokopel, yang menghasilkan tegangan Vemf [4]. Tegangan Vemf
ini kemudian dikompensasi dengan cara menambahkan nilai tegangan yang bersesuaian dengan suhu ruang, sehingga tegangan keluaran total termokopel VT sama dengan
tegangan jika sambungan dingin termokopel dihubungkan ke suhu 0°C. Tegangan VT
dikuatkan sebesar 150 kali menggunakan IC
LTK001 dan disangga menggunakan IC LF356
agar tidak terjadi pembebanan pada alih tegangan [5]. Untuk menghilangkan derau jala-jala, sinyal keluaran ini ditapis menggunakan tapis RLC lolos rendah dengan tetapan γ = 2 dan frekwensi kutub (fo) = 10 Hz [6]. Dengan
menggunakan rangkaian pada Gambar 1, sensitivitas perangkat analog ini sebesar 6
mV/°C.
Sinyal keluaran perangkat analog (Vo),
dijadikan sinyal masukan ke perangkat digital. Perangkat digital ini terdiri dari ADC 12 bit menggunakan AD574, tampilan tujuh segmen, mikrokontroler intel 8031, PPI 8255 dan port
serial RS 232. Rangkaian perangkat digital yang dibuat ini seperti tampak pada Gambar 2.
Untuk membaca dan mengkonversi sinyal
analog ke data digital menggunakan ADC,
diawali dengan instruksi mulai konversi pada ADC oleh mikrokontroler pada alamat 4000H yang diikuti dengan sinyal low pada pin STS.
Setelah kurang lebih 35 μdetik proses konversi selesai, kemudian diikuti dengan sinyal high
pada pin STS. Sinyal ini digunakan untuk
mengaktifkan pin LE IC 74LS374 yang
menahan data digital pada keluarannya. uController intel 8031 alamat AD574 STS Conv An In Perangkat analog RS232 RX TX TX RX RX TX PC RX TX RD WR A0 A1 bus data 138 CS1 CS2 pA pB d0-d7 d8-d11 WR Display 7 Segmen 374 374 LE LE PPI 8255 RD WR A0 A1 CS pC
Gambar 2. Rangkaian perangkat digital
Data digital ini dibaca oleh mikrokontroler melalui IC PPI8255 dengan alamat 2000H
untuk port A, 2001H untuk port B, 2002H
untuk port C dan 2003H untuk register kontrol.
Masing-masing port pada IC PPI8255
diinisialisasi oleh mikrokontroler sebagai port
masukan, untuk port A dan port B, dan port
keluaran untuk port C. Data digital byte bawah
‘N’ dari ADC dibaca melalui Port A,
sedangkan nible (4 bit) atas ‘M’ dibaca melalui port B. Kedua data ini kemudian dihitung
untuk memperoleh nilai D,data digital 12 bit, menggunakan persamaan berikut :
K Vin V+ GND 1 V-V+ R1 R2 3 -+ V-C1 C2 V+ 2 -+ + TC Vo R4 L2 C4 R3 L1 C3 D = (M x 256) + N (1) Nilai D ini, kemudian dikonversi ke nilai tegangan yang bersesuaian dengan tegangan pada sambungan panas termokopel Vemf dengan
menggunakan persamaan berikut :
Volt 10 x 150 V x 2 D Vemf = 12 ref 6 μ (2)
dimana Vref adalah tegangan referensi internal
ADC sebesar 10 Volt dan 150 adalah besar faktor amplifikasi penguat. Selanjutnya Vemf
persamaan sensitifitas termokopel tipe K sebagai berikut : C) Volt/ ( 40 ) Volt ( V Suhu emf ° = μ μ (3) ilai Suhu ini akan ditampilkan pada tamp apat bekerja sesu a digital dilak N
ilan tujuh segmen melalui port C IC
PPI8255, dimana port C atas digunakan
sebagai pemilih tampilan, sedangkan port C
bawah digunakan sebagai data. Agar perangkat digital d
ai dengan yang diharapkan maka dibuat perangkat lunak (program) yang ditanam di dalam ROM mikrokontroler. Diagram alir program mikrokontroler ini seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Ketika perangkat digital di hidupkan, mikrokontroler akan melakukan inisialisasi IC PPI8255 dengan
instruksi OUT &H2003, &H94.
Konversi data analog ke dat
ukan melalui ADC dengan instruksi OUT
&H4000, &H0, kemudian dibaca melalui IC
PPI8255 dengan instruksi N = INP (&H2000) untuk byte bawah dan M = INP (&H2001) untuk nible atas, dimana N dan M adalah
variabel bertipe byte. Mulai Inisialisasi 8255 Mulai Konversi ADC Deklarasi Var D, N, M, T dan A Tunggu 0,1 detik
Baca Data Byte Bawah N Baca Data Byte Atas M Hitung D = (Mx256)+N Q Konversi Ke Suhu T Tampilkan Suhu pd 7 Segmen A = 'X'? Kirim T ke PC lewat RS232 Test A Q Ya A = 'Y'? P1.1 = 1 Tidak Tidak Ya A = 'Z'? P1.1 = 0 Proses Selesai ? Selesai Tidak Tidak Ya Ya
ambar 3. Diagram alir program kontrol pada
Data N dan M dihitung untuk mem
r menerima pesan dari kom
al manipulasi yang dikirim ke aktu
G
mikrokontroler
peroleh nilai suhu yang dideteksi oleh termokopel yang selanjutnya ditampilkan pada tampilan tujuh segmen.
Jika mikrokontrole
puter berupa karakter string ‘X’ maka
mikrokontroler akan mengirim data suhu ke komputer melalui port serial RS232. Komputer
akan menghitung nilai data suhu ini dengan nilai suhu setting menurut modus kontrol
proporsional, integral dan diferensial (PID). Keluaran pengontrol digunakan untuk memanipulasi energi panas yang diberikan ke
furnace, melalui aktuator, agar temperatur furnace sesuai dengan yang diinginkan [7,8].
Komputer akan mengirim instruksi ke mikrokontroler berupa karakter string ‘Y’ atau
string ‘Z untuk melakukan manipulasi energi panas.
Siny
ator berupa tegangan TTL dengan duty cycle yang bersesuaian dengan nilai error.
Pengaturan irama pengiriman data suhu dari mikrokontroler ke komputer, perhitungan pengontrol dan pengiriman instruksi ke mikrokontroler diatur oleh dua buah sistem pewaktuan internal yang dibuat melalui program Borland Delphi 5.0. Diagram alir program pada komputer seperti diperlihatkan pada Gambar 4. Mulai Inisialisasi Port RS232 Kirim 'X' Baca Suhu T Hitung Error Hitung PID Drive Keluaran Aktuator i =0 A Tulis T[i] Gambar T[i] i = 250? i =0 i = 1 Proses Selesai? Selesai A Ya Tidak Ya Tidak
ambar 4. Diagram alir program kontrol pada komputer
Sistem kontrol suhu digital berbasis komputer dengan menggunakan mikrokontroler intel 8031 sebagai perangkat antarmuka serial telah berhasil dibuat, seperti diperlihatkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Sistem kontrol suhu digital
stem kontrol ini telah diuji coba untuk mengontrol suhu furnace thermolyne model
, diperoleh
ntuk mencapai kestabi an
yang diperlukan untuk menc
telah mencapai suhu yang stabil sebes
Si
F21130 pada suhu setting 200oC, 300oC, 400oC
dan 500oC. Perubahan suhu
furnace pada saat
proses pengontrolan dibaca dan direkam ke dalam harddisk dalam bentuk file teks setiap 4
detik, sedangkan ketidakpastian pengukuran diperoleh dengan menghitung standar deviasi suhu pada saat suhu furnace sudah mencapai
kestabilan pada daerah setting [9].
Dari hasil pengujian pada suhu setting
200oC, seperti pada Gambar 6
bahwa untuk mencapai kestabilan suhu pada daerah setting diperlukan waktu kurang lebih
25 menit, sedangkan fluktuasi suhu pada daerah setting terjadi pada daerah suhu
maksimum 203,80°C dan suhu minimum 198,54°C. Nilai ketidakpastian suhu setelah mencapai stabil pada daerah setting sebesar
0,56°C. Untuk pengujian pada suhu setting
300oC, diperoleh bahwa untuk mencapai kestabilan suhu pada daerah setting diperlukan
waktu kurang lebih 19 menit, sedangkan fluktuasi suhu pada daerah setting terjadi pada
daerah suhu maksimum 304,24°C dan suhu minimum 298,92°C. Nilai ketidakpastian suhu setelah mencapai stabil pada daerah setting
sebesar 0,61°C.
Pengujian pada suhu setting 400oC,
diperoleh bahwa u l suhu pada daerah setting diperlukan waktu
kurang lebih 15 menit, sedangkan fluktuasi suhu pada daerah setting terjadi pada daerah
suhu maksimum 405,36°C dan suhu minimum 398,80°C. Nilai ketidakpastian suhu setelah
mencapai stabil pada daerah setting sebesar
0,73°C. Sedangkan pada pengujian pada suhu
setting 500oC, diperoleh bahwa untuk
mencapai kestabilan suhu pada daerah setting
diperlukan waktu kurang lebih 11 menit, sedangkan fluktuasi suhu pada daerah setting
terjadi pada daerah suhu maksimum 504,18°C dan suhu minimum 498,76°C. Ketidakpastian suhu setelah mencapai stabil pada daerah
setting sebesar 0,95°C.
Dari hasil pengujian-pengujian ini diperoleh bahwa waktu
apai suhu stabil pada daerah setting secara
berurutan adalah untuk suhu setting 200°C
lebih lama dibandingkan dengan suhu setting
300 °C, untuk suhu setting 300°C lebih lama
dibandingkan dengan suhu setting 400°C,
begitu pula untuk suhu setting 400°C lebih
lama dibandingkan dengan suhu setting 500°C.
Waktu yang semakin memendek ini disebabkan karena untuk suhu setting yang lebih rendah,
pada awalnya suhu furnace naik dengan cepat,
sehingga melampaui jauh nilai setting
sedangkan pada suhu yang lebih tinggi kenaikan awal suhu furnace lebih rendah. Hal
ini bisa disebabkan karena pengujian pengontrol suhu diakukan secara berkesinambungan, dimana pada setting suhu
yang lebih tinggi furnace sudah memiliki
energi termal awal, dengan demikian waktu yang diperlukan untuk turun ke daerah setting
untuk setting suhu lebih kecil menjadi lebih
panjang dibandingkan dengan suhu setting di
atasnya.
Perubahan suhu rata-rata pada daerah
setting se
ar + 2,73°C. Hasil ini lebih baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada penelitia sebelumnya yaitu sebesar n + 5,75°C. Peningkatan perbaikan ini disebabkan karena stabilitas pembacaan data analog oleh ADC 12 bit yang dipasang diluar CPU komputer lebih tinggi dibandingkan dengan stabilitas pembacaan data anolog oleh ADC 16 bit yang dipasang di dalam CPU komputer. Kestabilan pembacaan data suhu juga tampak dengan melihat hasil perhitungan masing-masing nilai ketidakpastian pada daerah setting. Nilai
ketidakpastian pembacaan suhu pada daerah
setting lebih kecil dibandingkan dengan hasil
penelitian sebelumnya. Untuk setting suhu
yang lebih tinggi ketidakpastian suhu juga meningkat. Hal ini bisa disebabkan karena pada suhu yang lebih tinggi tingkat kebocoran
shielding dan pengaruh suhu diluar furnace
semakin besar yang mengakibatkan fluktuasi suhu didalam furnace juga meningkat [10].
50.00 150.00 250.00 350.00 450.00 550.00 0 100 200 300 400 500 600 Waktu (x 4 detik) Suhu ( °C )
Seting suhu 200 °C Seting suhu 300 °C Seting suhu 400 °C Seting suhu 500 °C
Gambar 6. Grafik pengukuran suhu furnace ada setting 200°C, 300°C, 400°C dan 500°C
Dengan memanfaatkan mikrokontroler Inte
an menggunakan sistem
4. SIMPULAN
istem kontrol suhu digital berbasis kom
sistem dilakukan pada furnace term
p
l 8031 sebagai perangkat antarmuka serial, sistem kontrol yang dibangun ini menjadi tidak bergantung pada generasi PC karena setiap generasi PC selalu menyediakan fasilitas port serial RS232.
Disamping itu, deng
kontrol ini, suhu furnace dapat dikontrol, dibaca dan dan direkam dalam bentuk file teks. Hal ini sangat bermanfaat jika diinginkan pengontrolan sekaligus pembacaan suhu pada bahan yang sedang dipreparasi atau dikarakterisasi secara in situ.
KE
S
puter dengan menggunakan mikrokontroler intel 8031 sebagai perangkat antarmuka serial telah berhasil dibuat. Sistem ini dibangun dengan menggunakan perangkat keras, yang terdiri dari perangkat analog dan
perangkat digital, dan perangkat lunak yang terdiri dari bahasa Borland Delphi 5 dan bahasa Basic.
Pengujian
olyne untuk suhu setting 200°C, 300°C,
400°C dan 500°C. Dari hasil pengujian diperoleh fluktuasi suhu rata-rata pada daerah
setting sebesar +2,73°C dengan ketidakpastian
hasil pengukuran lebih kecil dari 1°C.
Dengan menggunakan mikrokontroler intel
generasi PC, karena setiap generasi PC selalu
. DAFTAR PUSTAKA
& BJORN ITTENMARK, Computer Controlled
2. an Sistem Pengontrol 3. ll, 1995. EMF) Filter Design 7. gn, Prentice 8.
Design and Simulation, 9.
inty in Measurement, 10.
and Control, McGraw-Hill, 1991.
8031, pemanfaatan PC sebagai perangkat akuisisi data maupun kontrol lebih fleksibel dan tidak bergantung pada perkembangan
menyertakan fasilitas port serial RS232.
5
1. KARL J. ASTROM W
System Theory and Design, Prentice Hall, Inc., 1997.
ACHMAD HINDASYAH, Dkk,
Pengembang
Temperatur Menggunakan Komputer Personal, Iptek Bahan 2002.
MACKENZIE SI., The 8051
MICrocontroller, PrentICe Ha
4. ASTM E 230 – 96, Standard SpecifICation
and Temperature-Electromotive Force ( for Standardized Thermocouple, ASTM 1996
SUTRISNO, Elektronika Teori dan
Penerapannya, ITB, 1986 5.
6. ARTHUR B. WILLIAMS & FRED J. TAYLOR, Electronic
Handbook, McGraw-Hill, 1988.
J. MICHAEL JACOB, Industrial Control
Electronics Application and Desi Hall Inc., 1988.
JACK GOLTEN AND ANDY VERWER.
Control System McGraw-Hill, 1992.
ISO/TAG 4 – 1993, Guide to The
Expression of Uncerta ISO/TAG 1993.
DONALD R. COUGHANOWR, Process
6. DISKUSI
Didi Gayani-PTNBR-BATAN:
Pada gambar rangkaian perangkat digital, dimana keluaran untuk menggambarkan sinyal penggerak untuk keluaran/ perangkat aktuator yaitu di bagian P I/O mikrokontroler yang dihubungkan
Suntoro-PRPN-BATAN:
alam tayangan, tidak terlihat bagaimana konversi tegangan dari Thermocouple ke nilai temperatur (table).
keluaran Analog dari rangkaian Analog diubah menjadi al. Kemudian ditampilkan dalam suhu menggunakan rumus:
aktuator? Eko Y.P: Rangkaian ke SSR. Achmad D
menggunakan hardware atau software
Eko Y.P:
Konversi tegangan dari Thermocouple tipe K: 12 bit digit
(
)
(
Volt C)
Volt Vemf Suhu 40μ /o μ= ; 40 = Sensitivitas Thermocouple tipe K
Putranto Ilham Yazid-PTNBR-BATAN :
ari kurva pengukuran yang ditampilkan ada kesan bahwa perangkat kendali tidak bisa/ belum bekerja ang cukup besar dan berlangsung cukup lama sehingga
masi sampai tidak terjadi overshoot dengan:
nipulasi software untuk kontrol PID dengan mengubah parameter / konstanta PID. ama.
D
dengan sempurna, karena terjadi overshoot y
seakan-akan fungsi kendali alat tidak ada sama sekali. Mohon dapat diteliti kembali mengapa hal tersebut dapat terjadi
Eko Y.P:
Kita bisa lakukan opti 1. Mema
Konsekuensinya adalah waktu untuk mencapai stabil akan lebih l 2. Memperbaiki sistem isolasi panas tungkudari pengaruh suhu ruang.