• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAH LAKU MENYUSU CEMPE UMUR KURANG DARI 3 BULAN DI KABUPATEN WONOSOBO - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINGKAH LAKU MENYUSU CEMPE UMUR KURANG DARI 3 BULAN DI KABUPATEN WONOSOBO - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB I

PENDAHULUAN

Domba Wonosobo (Dombos) merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakkan dan dipelihara oleh petani di daerah Wonosobo sebagai usaha sampingan. Tahun 1959 domba Texel didatangkan ke Kabupaten Wonosobo dan berhasil dikawin silang dengan domba lokal setempat. Satu ekor induk memiliki litter size 1,14 anak, bobot lahir pada jenis kelamin jantan kisaran 5,5 kg dan betina 4,5 kg dan umur sapih 3 – 4 bulan pada ternak jantan mencapai bobot 18 – 20 kg dan betina 16 - 18 kg (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, 2011).

Kurangnya pengetahuan tentang manajemen pemeliharan menyebabkan masih banyak peternak yang belum menyadari pentingnya pemeliharan, terutama pada cempe prasapih, sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan bobot lepas sapih cempe menjadi rendah. Penyapihan yang terlalu dini memungkinkan pertumbuhannya menjadi kurang optimal dan apabila terlambat disapih interval kelahiran semakin lama. Manajemen pemeliharaan prasapih penting untuk diperhatikan karena salah satu tolak ukur keberhasilan peternak dilihat dari jumlah cempe yang disapih dan bobot badan lepas sapih.

(2)

14 terdiri dari beberapa aktivitas yaitu mencari puting, menyundul ambing, menggerakan ekor, berlutut, menyusu (frekuensi dan lama) dan berebut puting. Aktivitas tersebut akan mengalami perubahan (frekuensi atau lama) seiring bertambahnya umur. Selama prasapih cempe hanya mendapatkan nutrisi dari susu induk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama pada umur 1 bulan setelah kelahiran karena belum mampu mengkonsumsi pakan hijauan atau konsentrat. Induk melakukan penolakan cempe menyusu akan menjadi masa prasapih periode yang kritis terutama saat awal kelahirannya (Teke dan Akdag, 2012).

Cempe dengan kelahiran kembar dua dan tiga sangat menguntungkan bagi peternak, namun pertumbuhannya akan lebih lambat dibandingkan dengan kelahiran tunggal (Van Welie, 2009). Keterbatasan produksi susu dan jumlah puting yang terbatas pada induk dengan tipe kelahiran kembar mengakibatkan adanya persaingan menyusu pada cempe dan kurangnya asupan nutrisi. Cempe yang mampu memenangkan persaingan akan mendapakan susu yang lebih banyak dan memiliki bobot yang lebih tinggi dari yang lainnya, sehingga pertumbuhannya tidak merata.

Referensi

Dokumen terkait

Protein Total Fodder Jagung Hidroponik pada Umur Panen Berbeda Secara In Vitro telah dilaksanakan pada bulan 26 November – 15 Desember 2016, di green house Fakultas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan yang berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur pada

Analisis Ragam Pengaruh Frekuensi dan Periode Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Tingkah Laku Makan Burung Puyuh Petelur Awal Produksi (Data di Transformasi dengan

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap tingkah laku makan dan minum ayam kampung super pada minggu ke-6 dan 8

Tingkah laku minum dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan oleh ayam,. suhu, rasa haus dan tingkah

Ayam ras petelur memiliki keunggulan antara lain pertumbuhannya relatif cepat, mencapai dewasa kelamin (siap kawin) sekitar umur 5 bulan, produktivitas tinggi

Faktor yang mempengaruhi proses perkawinan pada merak hijau Jawa adalah keadaan cuaca, kecepatan angin, aktivitas satwa lain, faktor internal merak hijau atau kesiapan

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara lama sakit, umur, riwayat alergi/ISPA dan kadar glukosa darah dengan terjadinya kurang pendengaran