Sekolah Tinggi Musik Surakarta 101
BAB VI
PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Program Ruang
Dari hasil perhitungan besaran ruang pada bab sebelumnya, maka didapat program ruang sebagai berikut:
Ruang latihan individu seni musik
5 Piano 18 2 ISA 5.30 m2 95.40 m2
Ruang latihan gabungan seni musik
11 Piano 4 10 A 44.00 m2 176.00 m2
Ruang latihan gabungan karawitan
17 Vocal 2 10 A 42.00 m2 84.00 m2
18 Katabuh/kathuthuk 4 10 A 72.00 m2 288.00 m2
19 Alat lainnya 2 10 A 42.00 m2 84.00 m2
TOTAL LUAS RUANG UTAMA 3864.20 m2
Kelompok Ruang Penunjang
Sekolah Tinggi Musik Surakarta 102
TOTAL LUAS RUANG PENGELOLA 531.00 m2
Kelompok Ruang Servis
TOTAL LUAS RUANG SERVIS 288.25 m2
TOTAL 5706.45 m2
SIRKULASI 150% 8559.68 m2
TOTAL KESELURUHAN BANGUNAN 14266.13 m2
Sekolah Tinggi Musik Surakarta 103
11 Ruang AHU 1 1 PT 25.00m2/unit 25.00 m2
12 Ruang Genset 1 1 DA 25.00m2/unit 25.00 m2
13 Lavatory
Wanita 10 1 DA 2.10m2/orang 21.00 m2
Pria 10 1 DA 2.10m2/orang 21.00 m2
TOTAL ± 913.00 m2
SIRKULASI 100% ± 913.00 m2
TOTAL KESELURUHAN BANGUNAN ± 1826.00 m2
≈ 1830.00 m2
LUAS TOTAL AREA TERBUKA
No Ruang Unit Kapasitas
(orang) Sumber
Luas/ ruang
Total Luas
1 Area parkir 380 1 DA 9120.00 m2 9120.00 m2
2 Loading dock 1 2 DA 83.00 m2 83.00 m2
3 Lapangan basket 1 - DA 364.00 m2 364.00 m2
TOTAL LUAS AREA TERBUKA 9567.00 m
2
± 9600.00 m2
LUAS TOTAL
No Ruang Total
Luas
1 TOTAL KESELURUHAN BANGUNAN ± 16100.00 m2
2 TOTAL LUAS AREA TERBUKA ± 9600.00 m2
TOTAL ± 25700.00 m2
6.1.2 Luas dan Besaran Tapak Terpilih
Sekolah Tinggi Musik Surakarta 104 Peruntukan lahan sesuai dengan RTRW Kota Surakarta adalah untuk kawasan pendidikan tinggi, kawasan pariwisata dan kawasan industri kreatif berada di Sub Pelayanan Kota (SPK) V. Sedangkan ketentuan bangunan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2009 yaiut sebagai berikut:
KDB : 60%
KLB : min. 360% atau 3,6
KDH : 20%
Luas Tapak : ± 23.465 m2
Gambar 6.2 Kondissi Sekitar Tapak 1 Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2016)
GEDUNG SEKOLAH
Luas Tapak Minimal = Luas Total Bangunan KLB
= ± 16100.00 m2 3.6 = ± 4472.20 m2
≈ ± 4470.00 m2
Luas Lantai Dasar = Luas Tapak Minimal x KDB = ± 4470.00 m2 x 60%
= ± 2682.00 m2
Sekolah Tinggi Musik Surakarta 105 Lantai Bangunan = Luas Total Bangunan
Luas Lantai Dasar = ± 16100.00 m2
± 2680.00 m2 = ± 6 lantai
AUDITORIUM
Lantai Bangunan = 1 lantai
Luas Lantai Dasar = Luas Total Bangunan = ± 1830.00 m2
GEDUNG PARKIR
Lantai Bangunan = 3 lantai
Luas Lantai Dasar = Luas Total Bangunan 3
= ± 9200.00 m2 3 = ± 3100.00 m2
Maka, luas kebutuhan lahan bangunan seluruhnya yaitu sebesar:
= (Luas Lantai Dasar Gedung Sekolah + Luas Lantai Dasar Auditorium + Luas Lantai Dasar Gedung Parkir + Luas Lap. basket)
= ( 2680.00 m2 + 1830.00 m2 + 3100.00 m2 + 370 m2 ) = ± 7980.00 m2
Dengan KDH sebesar 20%, maka luas lahan untuk penghijauan sebesar: = ± 7980.00 m2 x 20%
60% = ± 2660.00 m2
Luas tapak yang dibutuhkan berdasarkan total luas kebutuhan lahan: = 7980.00 m2 + 2660.00 m2
+ 2660.00 m2
= ± 13300.00 m2
Karena luas lahan yang dibutuhkan hanya sekitar ±67% dari luas total tapak terpilih yang
ada, maka diperlukan adanya split lahan guna memanfaatkan sisa lahan yang ada. Ada
beberapa alternatif split lahan yang dapat digunakan untuk perencanaan dan perancangan
Sekolah Tinggi Musik Surakarta 106
Alternatif Split Lahan 1 Alternatif Split Lahan 2
Luas split lahan: ±16089.23 m2 Luas split lahan: ± 16088.46 m2
Alternatif Split Lahan 3 Alternatif Split Lahan 4
Luas split lahan: ±16670.25 m2 Luas split lahan: ± 16925.73 m2
6.2 Program Dasar Perancangan 6.2.1 Aspek Kinerja (Mekanikal)
a. Sistem Air Bersih
Air bersih untuk keperluan seperti KM/WC, minum dan lain-lain berasal dari PDAM dan sumur artetis. Sistem air bersih yang digunakan menggunakan down feed sistem. Dalam sistem ini air ditampung terlebih dahulu di ground tank yang kemudian dipompakan ke upper tank. Dari sini air didistribusikan ke seluruh bangunan.
b. Sistem Air Kotor
Sistem pembuangan air kotor yang digunakan pada bangunan sekolah yaitu dengan Sistem Dua Pipa (Two Pipe Sistem). Pada sistem ini, air sangat kotor (yang berasal dari toilet) dan air kotor (yang berasal dari wastafel) dipisahkan pembuangannya dengan dua pipa:
Sekolah Tinggi Musik Surakarta 107 c. Sistem Pengelolaan Sampah
Sistem pengelolaan sampah pada bangunan sekolah pada umumnya hampir sama dengan bangunan bertingkat lainnya. Dengan sistem awal menggunakan tempat sampah yang berada di masing-masing ruang maupun bangunan, yang kemudian akan dikumpulkan dan dibuang melalui shaft sampah pada lantai dasar dimana penampungan sampah terletak. Untuk bangunan sekolah, sampah akan diambil dari tempat penampungan sampah tiap harinya oleh petugas kebersihan sekolah dan dipindahkan ke tempat pembuangan sampah sementara yang kemudian akan diambil oleh petugas dari Dinas Kebersihan setempat untuk dibuang ke TPA (tempat pembuangan akhir). d. Sistem Penangkal Petir
Sistem penangkal petir pada bangunan menggunakan sistem faraday. Bentuknya merupakan tiang-tiang yang berulang-ulang ditempatkan dengan jarak 3,5 m pada beberapa bagian atap bangunan dengan ketinggian kurang lebih 30 cm, kemudian dihubungkan dengan kabel baja ke bawah tanah. Cocok digunakan pada bangunan memanjang dengan atap datar.
e. Sistem Transportasi
Sistem transportasi pada bangunan menggunakan beberapa alat sesuai dengan arah pelayanannya, antara lain penggunaan koridor sebagai alat transportasi horizontal, penggunaan tangga untuk orang dan ramp untuk barang sebagai alat transportasi miring, dan penggunaan lift/elevator untuk orang maupun barang sebagai alat transportasi vertikal. Lift yang digunakan pada bangunan dapat berupa lift barang. Selain untuk mengangkut barang seperti alat musik yang besar, lift ini dapat digunakan untuk orang jika sedang tidak digunakan.
6.2.2 Aspek Kinerja (Elektrikal)
a. Sistem Penyediaan dan Distribusi Listrik
Penyediaan daya listrik pada area Sekolah Musik dipasok dari Pembangkit Tenaga Listrik melalui jaringan kabel tinggi yang kemudian diturunkan menjadi tegangan menengah dan tegangan rendah oleh transformator step down. Pemakaian sistem elektrikal yang efektif dan efisien untuk menunjang sistem bangunan seoptimal mungkin dengan pemanfaatan listrik serta penggunaan generator sebagai sumber listrik cadangan yang digerakkan dengan bantuan mesin diesel.
b. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan pada bangunan yaitu sistem komunikasi internal dan sistem komunikasi eksternal. Sistem komunikasi internal digunakan antara staff keamanan dengan pengelola dalam satu kawasan, se dangkan sistem komunikasi eksternal digunakan antara pihak sekolah dengan luar sekolah melalui telepon ataupun berupa faksimile.
c. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan dan pengkondisian udara yang diterapkan dalam perencanaan dan perancangan Sekolah Musik ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Penghawaan Alami
Sekolah Tinggi Musik Surakarta 108 jendela, lubang-lubang angin atau ventilasi, maupun ruangan-ruangan yang terbuka langsung dengan area luar (outdoor).
Penghawaan Buatan
Sistem penghawaan buatan diterapkan pada ruangan-ruangan yang di dalamnya membutuhkan kenyamanan tinggi untuk melakukan kegiatan dan pada ruangan-ruangan yang tidak mungkin mendapatkan penghawaan alami. Untuk bangunan sekolah, sistem penghawaan buatan yang digunakan ada tiga jenis, yaitu:
- Sistem VRV (Variable Refrigerant Volume)
Sistem yang dilengkapi dengan CPU dan kompresor inverter sehingga untuk satu outdoor unit dapat digunakan untuk lebih dari 2 indoor unit AC serta dapat mengatur jadwal dan temperatur AC yang diinginkan sesuai kebutuhan tiap ruang secara terkomputerisasi. Tipe VRV yang digunakan untuk bangunan sekolah yaitu AC split wall dengan satu outdoor unit terdiri dari empat sampai lima indoor unit. Sistem ini digunakan pada ruang kelas, ruang latihan, kantor, dan auditorium.
Gambar 6.3 Skema Pemasangan Indoor dan Outdoor Sistem VRV Sumber: (Electronics, 2016)
- Sistem Exhaust Fan
Digunakan pada pantry/kantin, dapur, lavatory, dan ruang-ruang servis lainnya yang berhubungan dengan mekanikal elektrikal.
- Sistem Blower
Digunakan pada ruang generator. d. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan pada Sekolah Musik ini direncanakan menggunakan dua sistem, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
Pencahayaan Alami
Sekolah Tinggi Musik Surakarta 109 Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan diterapkan pada ruangan-ruangan yang kurang atau tidak terjangkau sinar matahari atau ruangan-ruangan yang mengharuskan tidak adanya cahaya matahari masuk, pada ruangan-ruangan yang digunakan pada malam hari, dan ketika cuaca sedang tidak stabil. Untuk aktivitas tertentu, pencahayaan buatan sangat dibutuhkan untuk memberikan efek visual tertentu seperti au ditorium, studio, dan sebagainya.
e. Sistem Pemadam Kebakaran
Sistem Pemadam Kebakaran yang digunakan pada bangunan yaitu Fire Alarm System dan Portable Fire Extinguisher System sebagai alat pencegahan aktif kebakaran, sedangkan untuk alat pencegahan pasif kebakaran menggunakan tangga darurat yang dilengkapi dengan pintu darurat tahan api.
f. Sistem Keamanan
Sistem keamanan dalam bangunan menggunakan beberapa alat seperti kamera CCTV (Close Circuit Television) dan alarm yang dihubungkan ke ruang kontrol agar dapat dipantau. Ruang-ruang yang dipasang kamera CCTV antara lain seperti auditorium, studio rekaman, dan sebagainya.
6.2.3 Aspek Teknis a. Sistem Struktur
Struktur yang akan digunkana adalah sistem grid dengan modul morizontal berdasarkan modul ruang-ruang kelas maupun ruang latihan dan pembagian ruang dalam kelompok aktivitas yang ada. Pemilihan struktur grid didasarkan pada kemudahan pembagian ruang kelas maupun ruang utama lainnya.
6.2.4 Aspek Arsitektural
Berdasarkan penekanan desain yang digunakan yaitu Neo Vernakular, penampilan atau fasade bangunan Sekolah Tinggi Musik di Semarang lebih menyeimbnagkan elemen-elemen berikut:
a. Karakter bangunan yang ingin ditampilkan sebagai bangunan yang berfungsi untuk mendukung kegiatan pendidikan di Kota Surakarta.
b. Memberikan kenyamanan di dalam ruang guna meningkatkan minat dan mood belajar mahasiswa.