• Tidak ada hasil yang ditemukan

T KIM 1201335 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T KIM 1201335 Chapter1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakikatnya merupakan suatu produk,

proses dan aplikasi (Trianto, 2010). Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan

pengetahuan, konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan

proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan

mengembangkan produk-produk sains. Sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan

melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

Salah satu bagian dari IPA adalah ilmu kimia yang diperoleh dan

dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan

apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan

dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat.

Pembelajaran kimia di sekolah seharusnya melibatkan keterampilan dan

penalaran, sebab ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa

fakta, teori, prinsip, hukum), temuan saintis, dan proses (kerja ilmiah).

Pembelajaran kimia di sekolah tidak akan lepas dari proses penilaian.

Penilaian dalam pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam

menentukan keberhasilan peserta didik karena penilaian dapat memberi dampak

terhadap efektivitas pembelajaran dan pengembangan potensi peserta didik. Hal

ini sejalan dengan pendapat Stiggins (1994) bahwa pembelajaran yang efektif,

efisien, dan produktif tidak akan mungkin terjadi tanpa penilaian yang baik.

Selama ini ada kecenderungan sebagian guru kimia masih berorientasi

pada hasil pembelajaran tanpa memperhatikan proses pembelajarannya. Penilaian

terhadap proses pembelajaran hampir tidak diperhitungkan oleh guru. Hal ini

sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sriyati (2011) yaitu fakta di lapangan pada

berbagai jenjang pendidikan menunjukkan bahwa guru yang melakukan penilaian

selama proses belajar masih terbatas dan penilaian yang sering dilakukan yaitu

menilai hasil belajar (penilaian sumatif). Selain itu, pembelajaran kimia yang

(2)

proses berfikir siswa. Seharusnya pembelajaran kimia tidak boleh

mengesampingkan proses ditemukannya konsep.

Hal ini sangat bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian hasil belajar

oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses,

kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkelanjutan

yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan

penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses

pembelajaran. Dari peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa tuntutan penilaian

saat ini tidak hanya terfokus pada hasil belajar siswa tetapi juga menekankan pada

perkembangan proses belajar mengajar siswa dalam rangka meningkatkan

penguasaan konsep siswa.

Untuk mengatasi hal tersebut, penilaian formatif merupakan salah satu

strategi yang efektif karena melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa

dapat memantau pemahamannya sendiri, mengakui kelemahan dan kekuatan, dan

menjadi sadar akan strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk

mengembangkan kunci konsep ilmiah dan proses penguasaan konseptual (Chin,

Brown & Bruce, Clark & Rust, Furtak, dalam Aydeniz dan Pabuccu, 2011).

Penilaian formatif juga sering digunakan sebagai alat diagnostik bagi siswa dan

guru dalam memberi informasi sehingga perbaikan metode, materi, aktivitas, dan

pendekatan dapat dilakukan dengan tepat.

Penilaian formatif yang terjadi saat ini seringkali tidak ditindaklanjuti

dengan feedback dari guru, padahal penilaian formatif merupakan strategi

penilaian yang terintegrasi dalam pembelajaran guna mendapatkan feedback untuk

memperbaiki proses pembelajaran itu sendiri. Penilaian formatif tidak akan

menjadi penilaian formatif jika tidak ada proses feedback di dalamnya. Seperti

yang dikemukakan National Research Council (dalam Furtak, 2009) bahwa

penilaian formatif adalah proses pengaturan tujuan pembelajaran,

membandingkan tujuan pembelajaran dengan informasi yang diperoleh siswa,

dan memberikan feedback kepada siswa untuk membantu meraih tujuan

pembelajarannya. Feedback perlu dilakukan secara berkesinambungan agar

(3)

pembelajaran sehingga dapat dilakukan perbaikan saat itu juga. Feedback dapat

mendorong siswa untuk meningkatkan motivasi belajar, memperbaiki kesalahan

yang dibuat atau meninggalkan hal-hal negatif yang menjadi kelemahan mereka

dalam belajar.

Penelitian terkait penilaian formatif telah dilakukan oleh Judith C. Stull,

Susan Jansen Varnum dan Joseph Ducette (2011). Penelitian ini

mengimplementasikan penilaian formatif di empat universitas yang berbeda.

Peneliti menggambarkan aspek-aspek yang berbeda dari penilaian formatif

dengan cara membangun dan memperlihatkan efektivitas dalam meningkatnya

kemampuan mengajar dan pencapaian siswa. Penelitian lainnya dilaporkan oleh

Mehmet Aydeniz dan Aybuke Pabuccu (2011) yang mengkaji dampak strategis

penilaian formatif terhadap penguasaan konseptual kimia untuk mahasiswa

tingkat pertama. Hasil penelitian ini menemukan bahwa strategi penilaian formatif

yang digunakan meningkatkan hasil belajar secara signifikan. Sedangkan

penelitian oleh Gwen Lawrie, Anthony Wright, Madeleine Schultz, Timothy Dargaville, Glennys O’Brien, Simon Bredford, Mark Williams, Roy Tasker, Hayden Dickson, Christopher Thompson (2013) fokus mengkaji mengenai CCI

(Chemistry Concept Inventories). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

CCI dapat dijadikan salah satu alat yang mampu membantu mahasiswa dalam

mengidentifikasi setiap konsep yang mereka butuhkan untuk membangun

pemahaman terhadap pembelajaran. Salah satu konsep yang telah dikembangkan

adalah modular yaitu aktivitas pembelajaran formatif yang dapat dilakukan baik

di dalam maupun di luar kelas. Aktivitas yang dilakukan menekankan pada kata

kunci dan miskonsepsi yang dimiliki oleh mahasiswa.

Salah satu strategi penilaian formatif yang akan dikembangkan pada

penelitian ini adalah peta konsep. Peta konsep digunakan untuk melihat

keterkaitan konsep yang dibuat oleh siswa. Pada umumnya siswa kesulitan dalam

memahami konsep kimia yang fundamental. Menurut Nakhleh (1992) dan

Boujaoude & Barakat (2000) dalam (Obomanu dan Ekenobi, 2011), siswa kurang

bisa menghubungkan pengetahuan sains yang bersifat abstrak serta konsep sains

yang rumit. Penelitian lain menunjukkan bahwa siswa tidak dapat

(4)

rangka menjawab pentingnya pertanyaan mengapa dan bagaimana dalam sains,

siswa sangat perlu memiliki kemampuan untuk menghubungkan beberapa konsep

dalam skema (Li, Ruiz-Primo, & Shavelson dalam Furtak, 2009).

Peta konsep merupakan representasi grafis dari hubungan-hubungan

diantara konsep-konsep (Vanides, Yin, Tomita, & Ruiz-Primo dalam Furtak,

2009). Tujuan dari peta konsep adalah untuk memperoleh pemahaman siswa

mengenai ide-ide penting, istilah-istilah, konsep-konsep, dan yang terpenting

adalah bagaimana konsep-konsep tersebut saling berkaitan satu dengan yang

lainnya.

Pembuatan peta konsep merupakan salah satu cara untuk mengetahui

seberapa jauh pengetahuan para siswa mengenai suatu pokok bahasan (Dahar,

1996). Siswa membuat peta konsep dengan menghubungkan kata-kata dengan

sebuah panah satu arah yang dilabeli frasa penghubung sehingga hubungan antara

dua istilah dapat dibaca sebagai sebuah kalimat. Penguasaan konsep siswa

didapatkan dari pemahaman yang diperoleh bila siswa dapat menghubungkan satu

konsep dengan konsep lainnya.

Penelitian terkait peta konsep telah dilakukan oleh Canan Nakiboğlu dan

Hilal Ertem (2010). Fokus penelitian adalah perbandingan penggunaan

metode-metode dalam pembuatan peta konsep. Hasilnya adalah penggunaan metode-metode

struktural memberikan nilai yang paling tinggi karena metode tersebut banyak

menggunakan kriteria-kriteria dalam sebuah peta konsep, yaitu garis-garis dan

poin-poin. Metode keterhubungan memberikan nilai yang berada di

tengah-tengah, tidak terlalu baik namun juga tidak terlalu buruk. Sementara nilai terendah

ada pada penggunaan metode akurasi. Penelitian lainnya dilaporkan oleh

Obomanu, Balama Joseph dan Ekenobi, Theodore Njeribe (2011). Hasilnya

adalah peta konsep membangun hubungan eksplisit dan hubungan di antara

konsep yang merangsang struktur pengetahuan yang menyeluruh sehingga siswa

memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi. Selain itu, lokasi sekolah

bukanlah faktor yang penting pada pencapaian akademik siswa SMA Jurusan

Kimia dengan teknik peta konsep. Penelitian peta konsep juga dilakukan oleh

(5)

konsep terbukti memdampaki pengembangan penalaran siswa kelas VIII di

Madhya Pradesh, India.

Pada pembelajaran, pembuatan peta konsep membiasakan siswa untuk

berpikir kreatif. Berpikir kreatif termasuk dalam kategori habits of mind. Marzano

(1993) mengungkapkan bahwa habits of mind di bagi ke dalam tiga kategori,

yaitu: self regulation, critical thinking, dan creative thinking. Sebuah habits of

mind terbentuk dari banyak keterampilan, sikap, pertanda, pengalaman masa lalu,

dan kecenderungan (Costa dan Kallick, 2012). Beberapa riset telah dilakukan

untuk membuktikan dampak positif habits of mind bagi siswa, individu, dan

seluruh staf sekolah (Costa dan Kallick, 2012).

Habits of mind dipandang penting ketika proses pembelajaran berlangsung

karena akan menunjukkan bahwa mempelajari materi bukan hanya berorientasi

pada hasil namun tersirat juga pada proses pembelajaran (Costa dan Kallick,

2012). Indikator-indikator pada habits of mind perlu diterapkan pada siswa agar

bertindak cerdas, sukses dalam akademik dan sebagai bekal untuk menghadapi

hidupnya. Habits of mind dapat diterapkan melalui penilaian formatif karena

dalam penilaian formatif siswa terlibat dalam proses pembelajaran secara

langsung. Pengembangan habits of mind pada siswa melatih kebiasaan berfikir

yang baik sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang baik pula dan

membantu siswa untuk mengeksplor lebih jauh pengetahuan mereka.

Penelitian tentang habits of mind sudah dilakukan antara lain oleh Sriyati

(2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan habits of mind

mahasiswa biologi dalam kategori sedang dengan menggunakan penilaian

formatif. Penelitian lain dilaporkan oleh Anwar (2005). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penilaian kinerja dapat membentuk semua kategori dari

habits of mind pada pembelajaran konsep lingkungan. Selain itu, penelitian lain

juga dilakukan oleh Cheung & Hew dalam Sriyati (2011) pada mahasiswa melalui

pembelajaran online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator “menyadari pemikirannya sendiri” dan “bersifat terbuka” dari habits of mind dapat digali melalui partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran online dibandingkan

(6)

Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

proses penilaian formatif tidak hanya menilai penguasaan konsep saja melainkan

habits of mind siswa juga dapat dinilai. Siswa harus menguasai konsep yang

diajarkan sebagai bekal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi sebagaimana penelitian Anwar (2005) bahwa habits of mind secara tidak

langsung akan menunjang penguasaan konsep siswa. Diharapkan dengan

penilaian formatif, penguasaan konsep siswa meningkat dibandingkan dengan

penilaian sumatif. Penelitian ini juga perlu diangkat karena habits of mind belum

banyak diimplementasikan oleh para peneliti di bidang kimia.

Salah satu materi bahasan kimia adalah larutan penyangga. Pada materi

larutan penyangga terdiri dari pembelajaran teori dan praktek yang berpotensi

untuk penerapan penilaian formatif yang bervariasi. Selain itu materi larutan

penyangga membutuhkan tidak hanya penguasaan konsep berupa pengetahuan

tetapi juga bagaimana menghubungkan konsep-konsep yang ada sehingga

pemahaman siswa bersifat menyeluruh dan akan berdampak pada penguasaan

konsep serta habits of mind siswa. Oleh karena itu, penilaian formatif akan sangat

tepat digunakan pada materi ini dan relevan digunakan dalam menilai penguasaan

konsep dan habits of mind siswa SMA.

Sehubungan dengan uraian tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian

yang mengkaji implementasi strategi penilaian formatif untuk meningkatkan

penguasaan konsep dan habits of mind siswa SMA pada materi larutan penyangga

yang dilakukan selama proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana implementasi strategi penilaian formatif untuk meningkatkan penguasaan konsep dan habits of mind siswa SMA pada materi larutan penyangga?”

Rumusan masalah tersebut dirinci lebih khusus ke dalam tiga pertanyaan

(7)

1) Bagaimana implementasi strategi penilaian formatif terhadap penguasaan

konsep siswa pada materi larutan penyangga?

2) Bagaimana habits of mind siswa sebelum dan setelah implementasi strategi

penilaian formatif pada materi larutan penyangga?

3) Bagaimana respon siswa terhadap pelaksanaan implementasi penilaian

formatif pada pembelajaran larutan penyangga?

C. Pembatasan Masalah Penelitian

Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka dilakukan

pembatasan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1) Strategi penilaian formatif meliputi pembuatan peta konsep pada

pembelajaran teori, observasi kinerja kelompok dan pembuatan laporan

praktikum pada kegiatan praktikum.

2) Feedback yang digunakan pada penelitian ini terbatas pada feedback yang

ditujukan saat proses pembelajaran dengan cara verbal dan written

feedback.

3) Kategori habits of mind yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada

habits of mind yang dikembangkan Marzano (1993) dengan tiga kategori

yaitu self regulation, critical thinking, dan creative thinking.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah mengidentifikasi

implementasi strategi penilaian formatif untuk meningkatkan penguasaan konsep

dan habits of mind siswa pada materi larutan penyangga. Tujuan tersebut

dijabarkan ke dalam tujuan khusus yaitu:

1) Mendeskripsikan implementasi penilaian formatif terhadap penguasaan

konsep siswa pada materi larutan penyangga.

2) Mendeskripsikan habits of mind siswa sebelum dan setelah implementasi

strategi penilaian formatif pada materi larutan penyangga.

3) Mendeskripsikan respon siswa terhadap implementasi strategi penilaian

(8)

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai

berikut:

1) Bagi Guru: untuk perbaikan proses pembelajaran kimia dengan implementasi strategi penilaian formatif sehingga diharapkan guru menjadi

lebih termotivasi untuk terus menghasilkan inovasi-inovasi yang berkaitan

dengan proses pembelajaran yang lebih baik.

2) Bagi Peneliti Lain: dasar dalam mencari alternatif lain terhadap penguasaan konsep dan habits of mind siswa serta sebagai bahan kajian untuk

melakukan penelitian lebih lanjut yang lebih luas dan mendalam mengenai

Referensi

Dokumen terkait

Evaluation of the effect of elective percutaneous coronary intervention as a treatment method on the left ventricular diastolic dysfunction in patients with coronary artery

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.Studi kasus adalah suatu model penelitian yang menekankan pada eksplorasi dari suatu sistem

our body can store the glycogen, so the carbohydrate will be change to triacylglyserol and storage in large amount as fat cell in several different part of our.. body as specially

Visi dan Etos Kerja Sebagai Nilai Esensial Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah

Kesimpulan : Didapatkan hubungan antara obesitas dengan gangguan mood pada siswi di 4 sekolah Swasta di Medan. Kata kunci : obesitas, gangguan mood, dan

Struktur dan besarnya tarif retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil ditetapkan sebagai berikut :..

Puji syukur yang tak terhinggapenulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini untuk

“ Pengukuran Kinerja Keuangan Berdasarkan Analisis Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) (Studi Pada PT.. Jurnal Administrasi