• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPO Imunisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPO Imunisasi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Puskesmas

Aikmel

PENGGUNAAN ALAT SUNTIK AUTO-DISABLE (AD)

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/1

1. Pengertian Alat suntik Auto-Disable adalah alat suntik yang setelah dipakai mengunci sendiri dan hanya dapat dipakai sekali. Alat suntik ini yang direkomendasikan untuk semua jenis pelayanan imunisasi. Setiap alat suntik AD adalah steril dan diberi segel oleh pabrik. Ada beberapa jenis alat suntik AD yang berbeda-beda antara lain : Uniject, Soloshot, Destroject, Univec, Terumo, K1, Medico injet.

Semua alat suntik AD mempunyai penutup plastik untuk menjaga agar jarum tetap steril dan beberapa juga memiliki penutup pada pistonnya. 2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan

Penggunaan Alat Suntik Auto-Disable.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah

Langkah-langkah umum menggunaan alat suntik AD

1) Keluiarkan alat suntik dan jarum dari bungkus plastik (lepaskan dan buka ujung piston alat suntik dari paket) atau lepaskan tutup plastiknya.

2) Pasang jarum pada alat suntik jika belum terpasang. 3) Lepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum.

4) Masukkan jarum ke dalam vial/ampul vaksin dan arahkan ujung jarum ke bagian paling rendah dari dasar vial/ampul (dibawah permukaan vaksin).

5) Tarik piston untuk mengisi alat suntik. Piston secara otomatis akan berhenti setelah melewati tanda 0,05 ml/0,50 ml dan anda akan mendengar bunyi “klik”.

6) Tekan/dorong piston hingga isi alat suntik sesuai dosis 0,05 ml/0,5 ml. lepaskan jarum dari botol. Untuk menghilangkan gelembung udara, pegang alat suntik tegak lurus dan buka penyumbatnya.

7) Kemudian tekan dengan hati-hati ke tanda tutup. 8) Tentukan tempat suntikan.

9) Dorong piston ke depan dan suntikkan vaksin. Setelah suntikan, piston secara otomatis akan mengunci dan alat suntik tidak bisa digunakan lagi. Jangan lagi menutup jarum setelah digunakan.

10) Segera masukkan jarum dan alat suntik langsung ke dalam safety box. Safety box adalah penampung ADS bekas yang tahan bocor dan tahan tusukan.

Catatan :

Keuntungan alat suntik AD : 1) Sterilitas ADS terjamin.

2) Alat ini mengeliminasi penyebaran penyakit dari penerima vaksin ke orang lain yang disebabkan oleh penggunaan jarum dan alat suntik yang terkontaminasi.

3) Tidak perlu sterilisasi. 6. Unit Terkait Pustu, Polindes

(2)

Puskesmas

Aikmel

PEMBERIAN & PENYUNTIKAN VAKSIN BCG

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/1

1. Pengertian Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.

2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penyuntikan BCG.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah Cara Pemberian dan Dosis Vaksin BCG : Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).

 Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali.

 Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.

 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa.

 Vaksin yang telah dilarutkan tidak segera digunakan maka disimpan pada suhu 2 s.d 8oC selama maksimal 3 jam.:

Cara Penyuntikan Vaksin BCG

1. Suntikan diberikan intrakutan pada lengan kanan atas bagian luar dengan dosis 0,005 cc

2. Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dan lepas baju bayi dari lengan dan bahu.

3. Ibu sebaiknya memegang bayi dekat dengan tubuhnya, menyangga kepala bayi dan memegang lengan dekat dengan tubuh.

4. Pegang alat suntuik dengan tangan kanan anda dengan lubang pada ujung jarum menghadap ke depan.

5. Buatlah permukaan kulit menjadi datar dengan menggunakan ibu jari kiri dan jari telunjuk anda.

6. Letakkan alat suntik dan jarum dengan posisi hampir datar dengan kulit bayi.

7. Masukkan ujung jarum tepat di bawah permukaan kulit tetapi di dalam kulit yang tebal – cukup masukkan bevel (lubang di ujung jarum).

8. Jaga agar posisi jarum tetap datar di sepanjang kulit sehinnga jarum masuk ke dalam lapisan atas kulit saja. Jaga agar lubang di ujung jarum menghadap ke depan.

9. Jangan menekan jarum terlalu dalam dan jangan menurunkan jarum karena jarum akan masuk di bawah kulit, sehingga yang terjadi suntikan di dalam otot (subcutaneous) bukan suntikan intrakutan. 10. Untuk memegang jarum dengan posisi yang tepat, letakkan ibu jari

kiri anda pada ujung bawah alat suntik dekat jarum, tetapi jangan menyentuh jarum.

11. Pegang ujung penyedot antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan anda. Tekan penyedot dengan ibu jari anda.

12. Suntikkan 0,05 ml vaksin dan lepaskan jarum.

Catatan :

Jika suntikan intrakutan diberikan secara tepat, alat penyedot akan sulit didorong. Jika vaksin mudah masuk anda mungking menyuntik terlalu dalam. Segera hentikan suntikan, betulkan posisi jarum, dan berikan sisa dosis, tetapi tidak ditambah lagi. Jika suntikan BCG tepat, akan timbul pembengkakan dengan puncak yang datar (flat-topped) pada kulit. Pembengkakan ini kelihatan pucat dengan lubang sangat kecil seperti kulit jeruk. Jika teknik yang digunakan tidak tepat, vaksin akan masuk dengan mudah dan tidak terlihat adanya pembengkakan.

(3)

Puskesmas

Aikmel

PEMBERIAN & PENYUNTIKAN VAKSIN CAMPAK

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/1

1. Pengertian Vaksincampak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.’

untuk pemberian kekebalan aktif terhadap campak.

2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penyuntikan Campak.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah

Cara Pemberian dan Dosis Vaksin Campak :

 Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.  Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri

atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up campaign campak pada anak sekolah dasar kelas 1-6

 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label VVM.

 Vaksin yang usdah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 6 jam. Cara Penyuntikan Vaksin Campak :

1. Suntikan diberikan pada lengan kiri atas, pertengahan M.Deltoideus secara subkutan dengan dosis 0,05 cc.

2. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh lengan telanjang.

3. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan jari-jari kiri anda untuk menekan ke atas lengan bayi.

4. Pegang lengan seperti mencubit menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Kemudian jarum suntik disuntikkan dengan sudut 45o.

5. Terhadap permukaan kulit, dengan kedalaman jarum tidak lebih dari ½ inchi. (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan jarum tidak menembus pembuluh darah).

6. Suntikkan vaksin pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit. 6. Unit Terkait Pustu, Polindes

(4)

Puskesmas

Aikmel

PEMBERIAN DAN PENYUNTIKAN VAKSIN DPT/HB/Hib

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/1

1. Pengertian Vaksin DPT/HB/Hib adalah vaksin jerap Difteri Pertusis Tetanus, Hepatitis B Rekombinaan, Haemophilus influenza tipe B, berupa suspensi homogen yang mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis (batuk rejan) inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksius, dan komponen HiB sebagai vaksi bakteri.

2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemberian dan Penyuntikan Vaksin DPT/HB/HiB.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah

Cara Pemberian dan Dosis Vaksin DPT/HB/Hib :  Vaksin harus disuntikkan secara intramuscular.

 Penyuntikan sebaiknya dilakukan pada anterolateral paha atas.

 Penyuntikan pada bagian bokong anak dapat menyebabkan luka saraf siatik dan tidak dianjurkan.

 Suntikan tidak adalah 0,5 ml.

 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label VVM.

Cara Penyuntikan Vaksin DPT/HB/Hib :.

1. Pegang lokasi suntikan dengan ibu jari dan jari telunjuk.

2. Suntikan vaksin dengan posisi jarum suntik 90o terhadap permukaan

kulit (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan jarum tidak menembus pembuluh darah).

3. Tekan seluruh jarum langsung ke bawah malalui kulit sehingga masuk ke dalam otot.

4. Suntikkan pelan-pelan untuk mengurang rasa sakit. 6. Unit Terkait Pustu, Polindes

(5)

Puskesmas

Aikmel

PEMBERIAN DAN PENYUNTIKAN VAKSIN DPT/HB/Hib

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/1

1. Pengertian Vaksin Oral Polio hidup (Oral Polio Vaccine = OPV) adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.

2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemberian dan Penyuntikan Vaksin Polio.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah

Cara Pemberian dan Dosis :

 Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.

 Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.

 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label VVM.

(6)

Puskesmas

Aikmel

PEMBERIAN VAKSIN POLIO

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/1

1. Pengertian Vaksin TT merupakan suspense kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi ke dalam alumunium fosfat.

2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Pemberian Vaksin Polio.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah

Cara Pemberian dan Dosis :

 Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.

 Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis keempat dan kelima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama.

 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label VVM.

(7)

Puskesmas

Aikmel

PEMBERIAN DAN PENYUNTIKAN VAKSIN DT

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/1

1. Pengertian Vaksin DT merupakan suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang teradsorbsi kedalam alumunium fosfat.

2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Pemberian dan Penyuntikan Vaksin DT.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah

Cara Pemberian dan Dosis :

 Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.

 Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml. dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun. Untuk usia 8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin TD.

 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label VVM.

6. Unit Terkait Pustu, Polindes

(8)

Puskesmas

Aikmel

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/2

1. Pengertian Lemari es atau peralatan rantai dingin adalah peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan.

2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Perawatan Lemari Es.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah a. Prosedur Harian :1. Memantau suhu dengan melihat termometer atau alat pemantau suhu digital setiap hari pada pagi dan sore.

2. Periksa apakah terjadi bunga es dan periksa ketebalan bunga es. Apabila bunga es lebih dari 0,5 cm lakukan defrosting ( pencairan bunga es).

3. Lakukan pencatatan langsung pada kartu pencatatn suhu setelah selesai pengecekan suhu dan defrosting.

b. Prosedur Mingguan :

1. Memeriksa steker jangan sampai kendor, bila kendor kencangkan baut dengan obeng.

2. Perhatikan adanya tanda-tanda steker hangus dengan melihat perubahan warna pada steker, jika itu terjadi gantilah steker dengan yang baru.

3. Sebelum membersihkan badan lemari es, cabut steker terlebih dahulu agar tidak terjadi konsleting/arus pendek.

4. Bersihkan seluruh badan lemari es dengan menggunakan lap basah, kuas yang lembut/spon busa dan sabun.

5. Pergunakan lap kering untuk mengeringkan badan lemari es.

6. Ketika membersihkan badan lemari es, jangan membuka pintu lemari es untuk menjaga suhu tetap 2 s/d 8 oC.

7. Setelah selesai melakukan hal tersebut diatas colokkan kembali steker. 8. Lakukan pencatatan pada kartu pemeliharaan lemari es sebagai

kegiatan pemeliharaan mingguan.

PERAWATAN LEMARI ES

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Terbitan : 01

Revisi : 00

(9)

Puskesmas

Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Halaman : 2/2 5. Prosedur / Langkah-langkah c. Prosedur Bulanan :

1. Sehari sebelum pemeliharaan bulanan, lakukan penghitungan vaksin yang akan dipindahkan dan kondisikan cool pack (kotak dingin cair), vaksin carrier atau cold box sesuai dengan kebutuhan.

2. Pindahkan vaksin kedalama vaksin carrier atau cold box yang telah berisi cool pack (kotakdingin cair).

3. Sebelum melakukan defrosting, cabut steker lemari es.

4. Lakukan pembersihan kondensor, pada model terbuka gunakan sikat yang lembut atau dengan tekanan udara, pada model tertutup tidak perlu dilakukan pembersihan.

5. Lakukan pembersihan karet pintu lemari es, pada model yang mudah dibuka gunakan kain atau busa yang lembut untuk mencucinya dan pasang kembali setelah kering, pada model tertutup pembersihan dilakukan dengan menggunakan lap basah atau dengan tekanan udara.

6. Memeriksa kerapatan pintu menggunakan selembar kertas, bila kertas sulit ditarik berarti karet pintu masih baik, sebaliknya bila kertas mudah ditarik berarti karet sudah mengeras, beri bedak untuk sementara dan rencanakan untuk diganti.

7. Jika ditemukan baut kendor pada engsel pintu kencangkan dengan menggunakan obeng.

8. Setelah selesai melakukan hal tersebut diatas colokkan kembali steker.

9. Setelah suhu lemari es mencapai 2 s/d 8 oC, susun kembali vaksin.

10. Lakukan pencatatan pada kartu pemeliharaan lemari es sebagai kegiatan pemeliharaan bulanan.

6. Unit Terkait Pustu, Polindes.

Puskesmas

Aikmel

PEMBUANGAN KOTAK PENGAMAN

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/2

(10)

1. Pengertian Kotak pengaman merupakan kotak / tempat pembuangan sementara sampah limbah tajam dan limbah imunisasi lainnya.

2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Pembuangan Kotak Pengaman.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah

Ada lima cara yang biasa digunakan untuk memusnahkan kotak pengaman yang telah berisi penuh atau untuk menjauhkannya dari jangkaun orang-orang :

1. Insinerasi.

Incinerator dapat memusnahkan alat suntik dan jarum dengan sempurna. Api yang membakar pada suhu lebih tinggi dari 800 C membunuh mikro organisme dan mengurangi volume sampah.insinerator ini berfungsi dengan baik menjamin pemusnahan alat suntik dan jarum yang paling sempurna. Alat ini menimbulkan lebih sedikit polusi udara ketimbang api yang membakar pada temperatur yang lebih rendah.

2. Membakar dalam drum logam.

Untuk membakar dalam sebuah drum atau wadah logam

a. Tentukan tempat pembakaran di area yang tidak digunakan sejauh mungkin dari gedung. Area tersebut harus diberi pagar dan bersih. b. Letakkan empat batu bata di atas tanah dengan berbentuk segi

empat.

c. Letakkan layar logam atau panggangan di atas batu bata.

d. Lepaskan kedua sisi drum baja 210 liter (55 galon US). Ini memungkinkan udara mengalir melalui drum dan isinya akan terbakar lebih sempurna. Jika tidak ada drum logam, anda bisa membuat silender dari pelat logam, batu bata atau tanah liat. Bagian atas drum atau wadah yang dapat dilepas bisa diberi cerobong asap.

Puskesmas

Aikmel

PEMBUANGAN KOTAK PENGAMAN

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 2/2

(11)

5. Prosedur /

Langkah-langkah 3. Bakaran terbuka dalam sebuah lubang

Pembakaran terbuka dalma sebuah lubang tidak selalu direkomendasikan karena pembakaran palstik tidak baik bagi lingkungan. Jika anda membakar sampah dalam lubang terbuak maka sebaiknya :

a) Pilih area yang tidak digunakan untuk tempat pembakaran, sejauh mungkin dari bangunan. Area ini harus diberi pagar dan bersih. b) Ada petugas untuk mengawasi pembakaran.

c) Gali lubang paling sedikit sedalam satu meter, tetapi pastikan bahwa lubang ini tidak begitu dalam sehingga anda punya akses untuk menyalakan api.

d) Masukkan kotak pengaman yang sudah terisi penuh ke dalam lubang. Campurlah kertas, daun atau bahan-bahan yang mudah terbakar di antara kotak agar mudah terbakar.

e) Jika tersedia, siram dengan sedikit minyak tanah dan bakar benda-benda tersebut.

f) Peringatkan orang-orang agar tetap manjauh dan menghindari asap, uap dan abu pembakaran.

g) Bakar sampai semua kotak musnah dan kemudian ikuti petunjuk di atas untuk menimbun sisa pembakaran.

4. Lubang pembuangan

Lubang pengaman yang dibuat secara khusus merupakan pilihan lain untuk membuang alat suntik dan jarum bekas. Lubang pengaman biasanya mempunyai kedalaman 2 meter dan diameter satu meter sehingga bisa ditutupi dengan pipa beton buatan lokal. Lubang ini memiliki tutup beton dengan pipa logam yang diletakkan didalamnya. Alat suntik dan jarum bekas dimasukkan ke dalam lubang melalui pipa logam ini.

5. Ditimbun di dalam lubang pembuangan

Alat suntik bekas dapat ditimbun di dalam lubang pembuangan. Tentukan tempat secara hati-hati dan gali sebuah lubang yang cukup lebar dan dalam untuk kotak yang besar. Jika alat suntik AD yang terkontaminasi entah bagaimana caranya keluar dari kotak dan terbawa ke dalam sungai atau tanah lapang, orang bisa menginjak atau anak-anak dapat bermain dengan benda-benda ini.

6. Unit Terkait Pustu, Polindes

Puskesmas

Aikmel

PENANGANAN VAKSIN

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/1

(12)

potensi bila tidak dikelola dengan benar.

2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penanganan Vaksin.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah 1. Penyimpanan Vaksina) Semua vaksin disimpan pada suhu 2 s/d 8 C

b) Letakkan cool pack di bagian bawah lemari es sebagai penahan dingin dan menjaga kestabilan suhu.

c) Peletakan dus vaksin mempunyai jarak antara minimal 1-2 cm atau satu jari tangan

d) Vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakkan dekat dengan evaporator.

e) Vaksin FS (Hep. B, DPT/HB/Hib, DT, Td, TT dan IPV) diletakkan jauh dengan evaporator.

f) Vaksin dalam lemari es harus diletakkan dalam kotak vaksin

2. Penanganan Vaksin di Unit Pelayanan

Tempat pelayanan imunisasi baik di komponen statis maupun di posyandu adalah merupakan mata rantai paling akhir dari system rantai vaksin. Oleh karena itu perlakuan vaksin di unit ini sangat penting.

a) Di puskesmas dan unit pelayanan statis lainnya (RS, Klinik Bersalin, Dokter/Bidan Praktek Swasta).

1) Vaksin disimpan dalam vaccine carrier yang diberi kotak dingin cair.

2) Letakkan vaccine carrier di meja yang tidak terkena sinar matahari langsung.

3) Dalam penggunaan, letakkan vaksin diatas spon/busa yang berada di dalam vaccine carrier.

4) Di dalam vaccine carrier tidak boleh ada air yang merendam vaksin. Ini untuk mencegah kontaminasi vaksin dari bakteri lain.

b) Di Posyandu dan komponen lapangan lainnya.

Pada prinsipnya sama seperti di komponen statis, dan intinya vaksin tetap berada pada suhu 2 C s/d 8 C. beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1) Sepulang darti lapangan, sisa vaksin yang belum dibuka diberi tanda khusus untuk didahulukan penggunaannya pada jadwal pelayanan berikutnya selama VVM nya masih baik.

2) Semua sisa vaksin yang sudah dibuka pada kegiatan lapangan misalnya pada posyandu, sekolah, atau pelayanan di luar gedung lainnya tidak boleh digunakan lagi.

6. Unit Terkait Pustu, Polindes

Puskesmas

Aikmel

PEMBUANGAN SAMPAH LIMBAH TAJAM DAN LIMBAH IMUNISASI LAINNYA

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/1

(13)

jarum untuk mencampur yang sekali digunakan rusak atau dibuang (auto-disable atau disposable) sebaiknya digunakan sekali dan kemudian dimusnahkan. Limbah imunisasi yang lain seperti vial/flacon vaksin, tutup vial, kapas bekas suntikan dan lain-lain, sebaiknya tidak dibuang bersama dengan jenis-jenis sampah lainnya, karena dapat mencemari dan membahayakan lingkungan. Maka harus ditangani sama seperti menangani limbah tajam imunisasi.

2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Pembuangan Sampah Limbah Tajam dan Limbah Imunisasi Lainnya. 3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang

Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah

1. Letakkan kotak pengaman di tempat yang terjangkau oleh petugas kesehatan. Setiap kali selesai melakukan penyuntikan, segera masukkan alat suntik dan jarum ke dalam kotak pengaman atau wadah untuk benda-benda tajam.

Jika tersedia pencabut atau pemotong jarum, segera pisahkan jarum dan alat suntik bekas stiap kali setelah digunakan untuk menyuntik. Setelah mencabut jarum dengan sebuah alat, segera masukkan ke dalam kotak pengaman.

2. Setelah pelayanan imunisasi atau ketika isi kotak pengaman sudah ¾ penuh, tutup kotak tesebut.

Jangan memindahkan alat suntik dan jarum bekas dari kotak pengaman ke wadah lain. Kotak pengaman dengan kapasitas lima liter dapat menampung kurang lebih dari 100 alat suntik dan jarum. Selain itu terdapat juga safety box ukuran 0,25 ml yang dapat menampung 10 HB PID bekas.

3. Cari tempat yang aman untuk menimbun atau membakar kotak

Jangan pernah memasukkan benda-benda berikut ke dalam kotak pengaman. Musnahkan benda-benda ini dengan sampah medis lainnya seperti botol kosong, botol vaksin yang tidak digunakan, bantalan kapas, kompresor, bahan-bahan pembalut, kantong IV atau pipa sambungan, sarung tangan karet dan atau segala jenis bahan-bahan platik atau sisa buangan.

6. Unit Terkait Pustu, Polindes

Puskesmas

Aikmel

PENYIAPAN PELAYANAN IMUNISASI

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/2

1. Pengertian Keberhasilan program imunisasi sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan iunisasi oleh petugas imunisasi di Puskesmas, mulai dari persiapan playanan imunisasi.

(14)

Pelayanan Imunisasi

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah 1. LogistikJenis peralatan yang diperlukan untuk pelayanan imunisasi : a. Vaksin carrier

b. Cool pack / kotak dingin cair

c. Vaksin, pelarut dan penetes (dropper) d. Alat suntik

e. Safety box

f. Pemotong / kikir ampul pelarut g. Formulir KIPI

h. Kapas dan wadah

i. Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dll) j. Alat tulis (kertas, pensil, dan pena)

k. Catatan imunisasi (buku KIA, KMS, kartu TT) l. Buku register (kohort) bayi dan ibu

m. Tempat samah

n. Sabun dan wadah air mengalir untuk cuci tangan o. Anafilaktik kit

p. Pingset

2. Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari lemari es

a. Sebelum membuka pintu lemari es, tentukan berapa banyak vial vaksin yang dibutuhkan untuk pelayanan.

b. Buku lemari es, periksa freeze tag atau fridge tag dan termometer untuk mengetahui keadaan vaksin sebelumnya.

c. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai kondisi VVM, tanggal kadaluarsa/early expired first out (EEFO), yang masuk duluan dikeluarkan lebih dulu/first in first out (FIFO). Prioritas dalam mengeluarkan mengacu kepada kondisi VVM.

3. Memeriksa apakah vaksin aman diberikan

Sebelum memberikan vaksin, harus dipastikan bahwa vaksin yang akan diberikan masih baik, dengan melakukan langkah-langkah berikut : a. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan

gunakan vaksin atau pelarut tersebut. b. Periksa alat pemantau vaksin (VVM).

c. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika telah melewati tanggal kadaluarsa.

d. Periksa alat pemantau suhu beku (freeze tag) dalam lemari es. Jika freeze tag menunjukkan tanda silang, berarti pernah terjadi penyimpangan suhu (dibawah 2o C) selama lebih dari 60 menit.

Puskesmas

Aikmel

PENYIAPAN PELAYANAN IMUNISASI

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 2/2

(15)

Langkah-langkah yang sensitif beku seperti DT, TT, Td, Hepatitis B, DPT/HB, DPT/HB/Hib dan IPV. Untuk memastikan vaksin dalam kondisi baik atau rusak, maka sebaiknya dilakukan shake test (uji kocok).

Langkah-langkah uji kocok :

a) Pilih satu dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah beku, utamakan yang dekat dengan evaporator atau bagian lemari es yang paling dingin. Beri label “Tersangka Beku”. Bandingkan dengan vaksin dari tipe dan batch yang sama yang sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label “Dibekukan”.

b) Biarkan contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka beku” sampai mencair seluruhnya.

c) Kocok contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku” secara bersamaan.

d) Kemudian taruh berdekatan, dan diamkan.

e)Amati contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku”, utk membandingkan lamanya waktu pengendapan (5 – 30 mnt). f) Jika :

Pengendapan vaksin “Tersangka Beku” lebih lambat dari contoh vaksin “Dibekukan”, maka vaksin boleh digunakan.

Pengendapan vaksin “Tersangka Beku” sama atau lebih cepat dari pada contoh vaksin “Dibekukan”, maka vaksin tidak boleh

digunakan (vaksin sudah rusak).

g)Harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch dan jenis vaksinnya dengan kontrol “Dibekukan” yang sesuai. 4. Pemeliharaan vaksin & rantai vaksin selama pelaksanaan imunisasi

a. Hindari vaccine carrier yang berisi vaksin dari sinar matahari langsung.

b. Sebelum sasaran datang, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam vaccine carrier yang tertutup rapat.

c. Jika sasaran imunisasi sudah datang, maka vaksin dilarutkan dengan jenis pelarut yang sesuai.

d. Pada saat melarutkan vaksin, suhu vaksin dan pelarut harus sama. e. Vaksin yang sudah dilarutkan diberi label yang berisikan waktu

pelarutan. Setelah dilarutkan, vaksin BCG hanya boleh digunakan selama 3 jam, dan vaksin campak selama 6 jam.

f. Vaksin yang lainnya, setelah dibuka harus diberi label yang ditulis tanggal dan waktu vaksin dibuka. Penggunaannya mengikuti standar penggunaan vaksin multidose.

g. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam vaccine carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu vaksin dan pelarut tetap terjaga.

h. Tidak diperkenankan membuka vial baru sebelum vial yang sudah dibuka habis.

i. Apabila sasaran selanjutnya belum datang, vaksin yg sudah dilarutkan harus diletakkan di lubang busa yang terdapat di bagian atas vaccine carrier, dan dilindungi agar tidak terkena sinar matahari langsung. j. Setiap vaccine carrier sebaiknya dilengkapi dgn empat buah cool pack k. Apabila vaksin yang sudah dilarutkan habis, pelarutan selanjutnya

dilakukan jika sasaran berikutnya telah datang. 6. Unit Terkait Pustu, Polindes

Puskesmas

Aikmel

PENYIAPAN TEMPAT PELAYANAN IMUNISASI

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/1

1. Pengertian Berdasarkan tempat palayanan, imunisasi dibagi menjadi 2 yaitu

Pelayanan imunisasi di dalam gedung (komponen statis) seperti puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, klinik, bidan praktek,

(16)

dokter praktik dan Pelayanan imunisasi di luar gedung (komponen dinamis) seperti posyandu, di sekolah, atau melalui kunjungan rumah. 2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penyiapan

Tempat Pelayanan Imunisasi.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah 1. Pelayanan imunisasi di fasilitas kesehatan :Ruangan yang ditetapkan untuk pelayanan imunisasi harus :  Mudah dijangkau oleh sasaran.

 Tidak terkena sinar matahari, hujan atau debu.  Cukup luas, terang, cukup ventilasi dan tenang.

2. Pelayanan imunisasi di lapangan :

 Mudah dijangkau oleh sasaran

 Jika di dalam gedung maka harus cukup luas, terang, cukup ventilasi dan tenang.

 Jika di tempat terbuka, upayakan tempat itu terlindung sinar matahari langsung.

Dalam mengatur tempat imunisasi, pastikan bahwa :

 Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang dapat masuk dan keluar tempat pelayanan dengan lebih cepat dan mudah.  Tempat menunggu haruslah bersih dan nyaman.

 Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.

 Melaksanakan kegiatan dengan sistem 5 meja yaitu pelayanan terpadu yang lengkap yang memberikan pelayanan 5 program (KB, KIA, Diare, Imunisasi, dan Gizi).

 Jumlah orang yang ada di tempat pelayanan imunisasi diatur sehinnga tidak penuh sesak.

 Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan atau dekat dengan meja imunisasi anda.

6. Unit Terkait Pustu, Polindes

Puskesmas

Aikmel

SKRINING TT WUS

SOP

No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Aikmel

Satar, SKM.M.Kes. NIP. 197212312000031039 Terbitan : 01 Revisi : 00 Tgl. Mulai berlaku : Halaman : 1/1

(17)

pada WUS (Wanita Usia Subur)

2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Skrining TT WUS

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5. Prosedur /

Langkah-langkah  Mencatat Identitas WUS / ibu hamil pada register dan pada kartuImunisasi TT – WUS.  Menanyakan riwayat imunisasi sebelumnya, dengan pedoman sebagai

berikut :

Lahir Setelah Tahun 1987 :

Riwayat Skrining Lengkap Skrining Sedehana

DPT* + T0 Pernah 0 DPT* + T1 Pernah 1 DPT* + T2 Pernah 1 BIAS Kls 1 + T3 Pernah 1 BIAS Kls 2 + T4 Pernah 1 BIAS Kls 3 + T5 Pernah 1 Hamil ? 1+1+1+1+1 = 5 Lahir Setelah Tahun 1977 : Riwayat Skrining Lengkap Skrining Sedehana BIAS + T1 Pernah 1 BIAS + T2 Pernah 1 BIAS + T3 Pernah 1 CATIN + T4 Pernah 1 Hamil I + T5 Pernah 1 Hamil II ? 1+1+1+1+1 = 5 Lahir Sebelum Tahun 1977 : Riwayat Skrining Lengkap Skrining Sedehana CATIN + T1 Pernah 1

Hamil I + T2 Pernah 1

Hamil II + T3 Pernah 1 Hamil III ? T4 1+1+1+1+1 = 5 (Sekarang) Diimunisasi TT T4 Diimunisasi TT   Mencatat Hasil Skrining pada register dan kartu Imunisasi TT – WUS. 6. Unit Terkait Pustu, Polindes

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Di antara indikator kecerdaan intrapersonal adalah kemampuan mengenali perasaan diri dan mengelolanya secara positif serta dapat mengungkap kepada orang lain secara

terhadap tenaga kerja lebih baik (naik sebesar 1,00 satuan) maka pendapatan perajin genteng akan meningkat sebesar 0,225 dengan asumsi modal usaha, bahan baku dan curah

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian & kajian yang lebih mendalam tentang hubungan kualitas pelayanan dan kepuasan

Hasil ekstraksi DNA kemiri sunan dengan menggunakan kombinasi penambahan antioksidan polivinilpolipirolidon (PVPP) dan mercapto-ethanol, namun tanpa penggunaan nitrogen cair,

Keterlambatan perkembangan dari sektor motorik kasar dan motorik halus apabila ditemukan pada anak maka dicurigai adanya gangguan pada saraf otot serta gangguan susunan saraf pusat

Pada saat akan melakukan kerja praktek, yang paling awal dilakukan adalah menentukan tempat yang cocok untuk dijadikan sebagai tempat kerja praktek dan tentunya harus

Jika memang pembaruan harus dimulai dari rekonstruksi tradisi spiritual terlebih dahulu, seharusnya pemahaman terhadap sakralitas agama bisa menjadi bukti yang

Layanan ini memberikan keseluruhan arahan, desain konten dan struktur program dan proyek atas proyek dan program yang perlu mengimplementasi inisiatif terkait SAP milik Penerima