Tujuan Pelaksanaan
Tujuan Pelaksanaan
Percoba
Percobaan inan ini dimi dimaksudkaaksudkann untuk untuk menentukamenentukan kon komposisi mposisi prosentasprosentasee campuran antara agregat kasar dan halus untuk pembuatan campuran campuran antara agregat kasar dan halus untuk pembuatan campuran aspal yang kemudi
aspal yang kemudian akan menjalanan akan menjalanii percobapercobaan marshallan marshall
Dasar teori
Dasar teori
Analisa s
Analisa saringan (aringan (ayakan) ayakan) adalah madalah menggetarenggetarkan contokan contoh tanah h tanah melaluimelalui satu set
satu set ayakan ayakan dimana lubdimana lubangang –– lubang aylubang ayakan terakan tersebut maksebut makin keciin kecill serta berurutan (Braja 1995-17).
serta berurutan (Braja 1995-17). Dalam
Dalam analisis analisis saringan saringan agregat agregat ini dilakuini dilakukan penkan penentuanentuan prosentprosentasease berat butiran agr
berat butiran agregat yang lolos dari satu set sariegat yang lolos dari satu set saringan,kemungan,kemudian angkadian angka –– angka prosentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
angka prosentase digambarkan pada grafik pembagian butir. Berdasa
Berdasarkan rkan berat berat partikelpartikel –– partikelpartikel agregaagregat, t, agregaagregat dt dapat apat dibedakdibedakanan atas :
atas :
Agrega
Agregat kasar yt kasar yaitu agregaitu agregat dengan at dengan ukuran paukuran partikel > 4rtikel > 4,75 mm,75 mm menurut ASTM atau
menurut ASTM atau ukuran partikel > ukuran partikel > 2 mm 2 mm menurut menurut AASHTOAASHTO Agrega
Agregat halus yat halus yaitu agreitu agregat dengagat dengan ukuran n ukuran partikel partikel < 4,75 mm< 4,75 mm menurut ASTM atau ukuran partikel < 2 mm dan > 0,075 menurut menurut ASTM atau ukuran partikel < 2 mm dan > 0,075 menurut AASHTO
AASHTO Abu batu
Abu batu / mineral / mineral filter yafilter yaitu agregitu agregat halus yang at halus yang umumnya lumumnya lolosolos saringan no 200
saringan no 200
BAB I
BAB I
METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUIS
METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUIS
DAN KASAR
Test yang dilaksanakan
Test yang dilaksanakan
Peralatan Peralatan
1.
1. TimbangaTimbangan dan n dan neraca neraca dengan dengan ketelitiaketelitian 0,2n 0,2% dari % dari berat berat ujiuji 2.
2. Satu sSatu set saret saringan ingan 19,1 19,1 mm (3/4”mm (3/4”), 12,), 12,5 mm (5 mm (1/2”), 1/2”), 9,5 m9,5 mmm (3/8”), no 4, no 8, no 30, no 50, no 100, no 200 dan PAN (3/8”), no 4, no 8, no 30, no 50, no 100, no 200 dan PAN 3.
3. OveOven yang diln yang dilengengkapi dekapi dengan pngan pengengatur suatur suhu untuhu untukk memanasi sampai (110
memanasi sampai (11000C)C)
4.
4. AlAlat pat pememisisah cah conontotohh 5.
5. MesMesian peian pengnggunguncancang sarig saringnganan 6
6.. TTaallaamm 7.
7. KuaKuas, sis, sililikat kkat kuniuningngan, san, sendendok daok dan alan alatt –– alaalat lat lainninnyaya Bahan
Bahan 1.
1. AgrAgregat egat haluhalus dens dengan gan beraberat 100t 1000 gra0 gramm 2.
2. AgrAgregat egat kasakasar denr dengan gan beraberat 200t 2000 gra0 gramm 3.
3. BilaBila agragregaegat terst tersebut ebut beruberupa capa campurmpuran dan dari aari agregregat hagat haluslus dan agrega
dan agregat kasar maka dipisah jadt kasar maka dipisah jadi dua (2)i dua (2) bagian denbagian dengangan saringan no 4,(bila agregat diatas no 4,maka dikatakan saringan no 4,(bila agregat diatas no 4,maka dikatakan agregat kasar dan bila agregat dibawah no 4, maka agregat kasar dan bila agregat dibawah no 4, maka dikatakan agregat halus)
dikatakan agregat halus) Langkah Kerja
Langkah Kerja 1.
1. Benda uji Benda uji dikeringkdikeringkan dalam an dalam oven denoven dengan sugan suhu (110hu (11000C),C),
sampai berat tetap sampai berat tetap 2.
2. MenyarinMenyaring benda ug benda uji lewaji lewat susunan t susunan saringan saringan dengan udengan ukurankuran saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit
15 menit 3.
3. MengMengolaholah data ydata yang dipang diperoleroleh dan dieh dan disessesuaikuaikan dengan denganan spesifikasi Bina Marga II
spesifikasi Bina Marga II 4.
J
Jeenniis s aayyaakkaann kkeetteerraannggaann 0 0,,7755"" 110000 0 0,,5500"" 7755--110000 0 0,,3377"" 6600--8855 n noo 44 5555--7755 n noo88 2200--3355 n noo 3300 1100--2222 n noo 5500 66--1166 n noo 110000 44--1122 n noo 220000 22--88
Hasil Test Analisa Saringan
Hasil Test Analisa Saringan
Hasil Test Analisa Saringan Agregat Halus Hasil Test Analisa Saringan Agregat Halus
No No Saringan Saringan Berat Berat Tertahan Tertahan Jumlah Jumlah Berat Berat tertahan tertahan
Jumlah Persen kom
Jumlah Persen komulatif ulatif
Tertahan
Tertahan LolosLolos 0 0,,7755"" 00 00 00 110000 0 0,,5500"" 00 00 00 110000 0 0,,3377"" 00 00 00 110000 no 4 no 4 20 20 20 20 2 2 9898 no8 no8 480 480 500 500 50 50 5050 no 30 no 30 215 215 715 715 71.5 71.5 28.528.5 no 50 no 50 30 30 745 745 74.5 74.5 25.525.5 no 100 no 100 105 105 850 850 85 85 1515 no 200 no 200 50 50 900 900 90 90 1010 P PAAN N 11000 0 1100000 0 11000 0 00
Berat agregat halus kering = 1000 gram Berat agregat halus kering = 1000 gram Menentukan Jumlah Persen Tertahan Agregat Halus
Sa
Sarinringagann no 4no 4 20 x 20 x 1000 1000 % % 100 100 = =2%2% Sa
Sarinringagann no 8no 8 500 x 500 x 1000 1000 % % 100 100 = =50%50% Sar Saringaingann no no 3030 7 71155 xx 1000 1000 % % 100 100 = = 71,5%71,5% Sar Saringaingann no no 5050 7 74455 xx 1000 1000 % % 100 100 = =74,5%74,5% Saringan no 100 Saringan no 100 8 85500 xx 1000 1000 % % 100 100 = =85%85% Sar Saringaingann no no 200200 900 x 900 x 1000 1000 % % 100 100 = =90%90% Menentukan Jumlah
Menentukan Jumlah Persen Persen Lolos Lolos Agregat HalusAgregat Halus
Saringan no 4 Saringan no 4 10 100%0% -- 2% 2% = 9= 98%8% Saringan no 8 Saringan no 8 10 100%0% -- 5050% = % = 5050%% Saringan no 30 Saringan no 30 10 100%0% -- 7171,5,5% = 28% = 28,5,5%% Saringan no 50 Saringan no 50 Jumla
Jumlah Berat Terth Berat Tertahan x (100 % :ahan x (100 % : 1000)1000)
100
10 100%0% -- 7474,5,5% = 25% = 25,5,5%% Saringan no 100 Saringan no 100 10 100%0% -- 8585% = % = 1515%% Saringan no 200 Saringan no 200 10 100%0% -- 9090% = % = 1010%%
Hasil Test Analisa Saringan Agregat Kasar Hasil Test Analisa Saringan Agregat Kasar
No No Saringan Saringan Berat Berat Tertahan Tertahan Jumlah Jumlah Berat Berat tertahan tertahan
Jumlah Persen kom
Jumlah Persen komulatif ulatif
Tertahan
Tertahan LolosLolos 0 0,,7755"" 00 00 00 110000 0 0,,5500" " 994499..5 5 994499..5 5 4477..44775 5 5522..552255 0 0,,3377" " 446655..5 5 1144115 5 7700..775 5 2299..2255 no 4 no 4 264.5 264.5 1679.5 1679.5 83.975 83.975 16.02516.025 no8 no8 140.5 140.5 1820 1820 91 91 99 no 30 no 30 180 180 2000 2000 100 100 00 no 50 no 50 0 0 2000 2000 100 100 00 no 100 no 100 0 0 2000 2000 100 100 00 no 200 no 200 0 0 2000 2000 100 100 00 P PAANN 00 22000000 110000 00
Berat agregat kasar kering = 2000 gram Berat agregat kasar kering = 2000 gram
Menentukan Jumlah Persen Tertahan Agregat Kasar Saringan 1/2” 949,5 x 2000 % 100 =47,475% Saringan 3/8” 1415 x 2000 % 100 =70,75% Saringan no 4 1679,5 x 2000 % 100 =83,975% Saringan no 8 1820 x 2000 % 100 =91,00% Saringan no 30 2000 x 2000 % 100 =100%
Menentukan Jumlah Persen Lolos Agregat Kasar
Saringan 1/2” 100% - 47,475% = 52,525% Saringan 3/8” 100% - 70,75% = 29,25% Saringan no 4 100% - 83,975% = 16,025% Saringan no 8 100% - 91,00% = 9,00% Saringan no 30 100% - 100% = 0%
Jumlah Berat Tertahan x (100 % : 2000)
Hasil Test Analisa Saringan Komposisi Campuran No Saringan Agregat Kasar Agregat Halus Total Lolos (%) Spesifikasi BINA MARGA II Lolos (%) 45% Lolos (%) 55% 0,75" 100 45 100 55 100 100 0,50" 52.53 23.64 100 55 78.64 75-100 0,37" 29.25 13.16 100 55 68.16 60-85 no 4 16.03 7.211 98 53.9 61.11 55-75 no8 9 4.05 50 27.5 31.55 20-35 no 30 0 0 28.5 15.68 15.68 10-22 no 50 0 0 25.5 14.03 14.03 6-16 no 100 0 0 15 8.25 8.25 4-12 no 200 0 0 10 5.5 5.5 2-8 PAN 0 0 0 0 0 0
Menentukan Agregat 45% (Kasar) Persen lolos x (45/100)
Menentukan Agregat 45% (Halus) Persen lolos x (55/100)
Menentukan Persen Total Lolos Agregat 45% (Kasar) + 55% (Halus)
Dari hasil analisa disimpulkan bahwa komposisi agregat memenuhi spec span BM II. Maka dalam perencanaan campuran agregat gabungan spec span BM II akan digunakan sebagai acuan.
a. Maksud
metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan angka penyerapan dari agregat halus.
b. Tujuan
tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka berat jenis curah hujan, berat jenis permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan air pada agregat halus.
pengujian ini dilakukan pada tanah jenis agregat halus, yaitu lolos saringan no.4 (4,75 mm). hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan :
1. penyelidikan quarry agregat.
2. perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.
3. perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.
berat jenis curah
adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.
BAB II
METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT
HALUS
Maksud dan Tujuan
Ruang Lingkup
berat jenis jenuh kering permukaan
adalah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.
berat jenis semu
adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25°C.
penyerapan
adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Kerucut terpancung, diameter bagian atas (40 ± 3) mm, diameter bagian bawah (90 ± 3) mm dan tinggi (75 ±3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm.
3. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 ± 15) gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm.
4. Saringan no.4 (4,75 mm).
5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)°C. 6. Talam.
7. Bejana tempat air.
8. Pompa hampa udara atau tungku. 9. Desikator.
CARA PELAKSANAAN Peralatan
benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4 (4,75 mm) diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat (quartering) sebanyak 100 gram.
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)°C, sampai berat tetap, yang dimaksudkan berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut,
tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1%, didinginkan pada suhu ruang, kemudian direndam dalam air selama (24 ± 4) jam.
2. Membuang air perendam dengan hati-hati, hingga tidak ada butiran yang hilang, agregat ditebarkan diatas talam, dikeringkan diudara panas dengan cara membalik- balikan benda uji, pengeringan dilakukan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh.
3. Memeriksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji ke dalam kerucut terpancung, dipadatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, mengangkat kerucut terpancung, keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.
4. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh 500 gram benda uji dimasukkan ke dalam piknometer, diputar sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya, untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut
terhisap dapat juga dilakukan dengan merebus piknometer.
5. Merendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar 25°C. Menambahkan air sampai mencapai tanda batas.
6. Menimbang piknometer berisi air dan benda uji samapai ketelitian 0,1 gram (Bt). 7. Mengeluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C sampai
berat tetap, kemudian benda uji didinginkan dalam desikator. Setelah benda uji dingin kemudian ditimbang (Bk).Menentukan berat piknometer berisi air penuh dan mengukur suhu air, guna penyesuaian dengan suhu standar 25°C (B).
Benda Uji
Pengujian :
Benda uji direndam selama :24 jam
Berat benda uji kering perm. jenuh (SSD) :500 gram Berat picnometer + air (25C) B :646 gram Berat picnometer +benda uji SSD + air Bt :935 gram
Benda uji kering oven Bk :490 gram
Perhitungan :
a. Berat jenis (balk specific gravity) 32 , 2 935 500 646 490 t 500
B B Bkb. Berat jenis permukaan jenuh
37 , 2 935 500 646 500 t 500 500
B Bc. Berat jenis semu (apparent)
44 , 2 935 490 646 490 t
Bk B B Bk d. Penyerapan % 04 , 2 % 100 490 490 500 % 100 500
x x Bk BkDari percobaan diperoleh Berat jenis semu (Apparent Spesific Gravity) = 2,44 lebih kecil dari syarat minimum yang ditentukan Laston yakni 2,50. Sedangkan pengujian peresapan agregat diperoleh sebesar 2 % dan memenuhi syarat laston yakni peresapan agregat halus terhadap air maksimum 3%. Sehingga bahan agregat halus pada percobaan ini layak digunakan untuk pembuatan struktur jalan.
Data dan Perhitungan
a. maksud
metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar,
serta angka penyerapan dari agregat kasar. b. tujuan
tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, dan berat jenis semu serta besarnya angka penyerapan.
Pengujian dilakukan terhadap agregat kasar, yaitu yang tertahan oleh saringan berdiameter 4,75 mm ( saringan no.4); hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan :
1. penyelidikan quarry agregat.
2. perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.
3. perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.
berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25˚C.
berat jenis kering permukaan jenuh, yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 25˚C.
BAB III
METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR
Maksud dan tujuan
Ruang lingkup
berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25˚C.
penyerapan adalah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam %.
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut ;
1. keranjang kawat ukuran 3,35 mm (no.6) atau 2,36 mm (no.8) dengan kapasitas kira-kira 5 Kg
2. tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
3. timbangan dengan kapasitas 5 Kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
4. oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5)˚C. 5. alat pemisah contoh.
6. saringan no.4 (4,75 mm).
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no.4 (4,75 mm) diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 5 Kg.
Urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
1. mencuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan.
CARA PELAKSANAAN Peralatan
Benda uji
2. mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC sampai beratnya tetap. sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton dimana agregat digunakan pada keadaan kadar air aslinya. Maka tidak pelu
dilakukan pengeringan dengan oven.
3. mendinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian ditimbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk).
4. merendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam.
5. mengeluarkan benda uji dari air, dilap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan, harus satu persatu.
6. menimbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj).
7. meletakkan benda uji di dalam keranjang, menggoncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan menentukan beratnya di dalam air (Ba), dan mengukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan pada suhu standar (25ºC).
8. banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat dan ringan. Bahan semacam ini memberikan harga-harga berat jenis yang tidak tetap walaupun pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini beberapa pemeiksaan
ulang diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata yang memuaskan.
Pengujian :
Benda uji direndam selama :24 jam
Berat benda uji kering oven tertahan saringan No. 4 Bk : 5000 gram Berat uji kering permukaan jenuh Bj : 5075 gram
Berat uji dalam air Ba : 3114,22gram
Perhitungan :
a. Berat jenis (balk specific gravity) 55 , 2 22 , 3114 5075 5000
Ba Bj Bkb. Berat jenis permukaan jenuh 56 , 2 22 , 3114 5075 5075
Ba Bj Bjc. Berat jenis semu (apparent)
65 , 2 22 , 3114 5000 5000
Ba Bk Bk d. Penyerapan % 5 , 1 % 100 5000 5000 5075 % 100
x x Bk Bk BjDari percobaan diperoleh Berat jenis semu (Apparent Spesific Gravity) = 2,72 lebih besar dari syarat minimum yang ditentukan Laston yakni 2,50. Sedangkan pengujian peresapan agregat diperoleh sebesar 1,1 % dan memenuhi syarat laston yakni peresapan agregat halus terhadap air maksimum 3%. Sehingga bahan agregat halus pada percobaan ini layak digunakan untuk pembuatan struktur jalan.
a. Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesin abrasi Los Angeles.
b. Tujuan
Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan no.12 (1,7 mm) terhadap berat
semula, dalam persen.
Pengujian ini dapat digunakan untuk mengukur keausan agregat kasar. Hasil pengujian bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan
atau konstruksi beton.
Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut : 1. mesin abrasi Los Angeles.
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 711 mm (28¨).
2. sarinagn no.12 (1,7 mm) dan saringan-saringan lainnya. 3. Timbangan (dengan ketelitian % gram).
BAB IV
METODE PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS
ANGELES
Maksud dan Tujuan
IV.1.2. Ruang lingkup
CARA PELAKSANAAN Peralatan
4. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1,7/8¨) dan berat masing-masing antara 400 gram sampai 440 gram.
5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai ( 110 ± 5 )ºC.
Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut : 1. berat dan gradasi benda uji sesuai daftar (lampiran).
2. membersihkan benda uji dan mengeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC sampai berat tetap.
Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
1. pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan salah satu dan & (tujuh) cara berikut :
a. cara A : gradasi A , bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 9,5 mm. jumlah bola 12 buah dengan 500 putaran.
b. Cara B : gradasi B , bahan lolos 19 mm sampai tertahan 9,5 mm. jumlah bola 11 buah dengan 500 putaran.
c. cara C : gradasi C , bahan lolos 9,5 mm sampai tertahan 4,75 mm. jumlah bola 8 buah dengan 500 putaran.
d. cara D : gradasi D , bahan lolos 4,75 mm (no.4) sampai tertahan 2,36 mm. jumlah bola 6 buah dengan 500 putaran.
e. cara E : gradasi E, bahan lolos 75 mm sampai tertahan 37,5 mm. jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.
f. cara F : gradasi F, bahan lolos 50 mm sampai tertahan 25 mm. jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.
benda uji
g. cara G : gradasi G , bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 19 mm. jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan, maka pemilihan gradasi disesuaikan dengan contoh material yang merupakan wakil dari material yang akan digunakan.
2. Benda uji dan bola baja dimaksudkan ke dalam mesin abrasi Los Angeles.
3. Putaran mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah putaran gradasi A,B,C< dan D 500 putran dan untuk gradasi E,F dan G 1000 putaran.
4. setelah selesai pemutaran, benda uji dikeluarkan dari mesin kemudian disaring dengan saringan no.12 (1,7 mm). butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC sampai beratnya tetap.
Grading of Simple Test : B (diputar sebanyak 500 kali)
Data dan Perhitungan
Ukuran Saringan Berat (gram)
Lolos Tertahan Sebelum Sesudah
¾in ½in 2500
½in 3/8in 2500
- no 12 0 3250
Jumlah Berat 5000 3250
Banyaknya yang aus adalah :
Berat sebelum (a) : 5000 gram Berat sesudah (b) : 3250 gram Berat yang aus (c) : 1750 gram
Prosentase yang aus : 100% 35% 5000 1750 % 100
x
x a cPeraturan Bina Marga keausan max = 40%
Pada percobaan tersebut awalnya ditimbang berat aggregat total 5000 gram. Setelah ditest dengan mesin Los Angeles maka didapat berat tertahan saringan no 12 sebesar 3250 gram. Dengan mengurangkan berat awal sebelum dilakukan test dan hasil akhir maka didapat nilai 1750 gram. Dengan prosentase sebesar 35 %. Selisih nilai ini merupakan jumlah aggregat yang aus.
Dari hasil analisa diperoleh bahwa keausannya 35 % < 40 %. Sehingga disimpulkan bahwa aggregat yang diuji baik digunakan untuk bahan lapis permukaan dan lapis pondasi atas.
ANALISA HASIL PERCOBAAN
a. Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian daktilitas bahan aspal.
b. Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan harga pengujian daktilitas bahan aspal.
Pengujian ini dapat dilakukan pada aspal keras atau aspal cair. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui elastisitas bahan aspal.
Daktilitas aspal adalah nilai keelastisitas aspal, yang diukur dari jarak terpanjang, apabila antara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik belum putus pada suhu 25°C dan dengan kecepatan 50 mm/menit. Syarat AASHTO T-51, d aktilitas minimum adalah 100 cm.
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Termometer;
2. Cetakan daktilitas kuningan;
3. Bak perendam isi 10 liter, yang dapat menjaga suhu tertentu selama pengujian dengan ketelitian 0,1°C dan benda uji dapat terendam sekurang-kurangnya 100 mm di bawah permukaan air, bak tersebut dilengkapi dengan pelat dasar berlubang yang diletakkan 50
mm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji;
BAB V
METODE PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN BAHAN ASPAL
Maksud dan Tujuan
Ruang Lingkup
Pengertian
CARA PELAKSANAAN Peralatan
4. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap;
b. Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran selama pemeriksaan;
5. Bahan methyl alkohol teknik atau glcerin teknik.
Benda uji adalah contoh aspal sebanyak 100 gram yang dipersiapkan sebagai berikut :
1. Lapisi seluruh bagian dalam sisi-sisi cetakan daktilitas dan bagian atas pelat dasar dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan talk atau glycerin dan kaolin atau amalgan; kemudian pasanglah cetakan daktilitas di atas pelat;
2. Panaskan contoh aspal sehingga cair dan dapat dituang; untuk menghindarkan pemanasan setempat lakukan dengan hati-hati; pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80°C – 100°C di atas titik lembek; kemudian contoh disaring dengan No. 50 dan setelah diaduk, dituang dalam cetakan.
3. Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung hingga penuh berlebih.
4. Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu pindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan selama 30 menit; kemudian ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang pahas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendiamkan benda uji pada suhu 25°C dalam bak perendam selama 85 sampai 95 menit, kemudian melepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi-sisi cetakannya.
2. Memasang benda uji pada alat mesin uji dan menarik benda uji secara teratur dengan kecepatan lebih atau kurang dari 5% masih bisa diijinkan, membaca jarak antara pemegang benda uji, pada saat benda uji putus (dalam cm), selama percobaan
Benda Uji
berlangsung benda uji harus selalu terendam sekurang-kurangnya 25 mm dalam air dan suhu harus dipertahankan tetap (25 ± 0.5)°C;
3. apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji atau terapung pada permukaan air maka pengujian dianggap tidak normal, untuk menghindari hal semacam ini, maka berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan menambah methyl alkohol atau glycerin, apabila pemeriksaan normal tidak berhasil setelah dilakukan 3 kali, maka dilaporkan bahwapengujian daktilitas bitumen tersebut gagal
Pembacaan Waktu Pembacaan Suhu
Pembukaan Contoh Contoh dipanaskan Mulai Jam Selesai Jam 10.00 10.10 Suhu Oven : 110°C Mendinginkan Contoh
Dibiarkan pada Suhu Ruang Mulai Jam Selesai Jam 10.10 10.45 Mencapai Suhu Pemeriksaan
Direndam pada suhu 25°C Mulai Jam Selesai Jam 10.45 11.00 Suhu Waterbath : 25°C
Pemeriksaan Daktilitas pada 25°C Mulai Jam Selesai Jam 11.00 11.45 SuhuPenetrometer: 25°C
Daktilitas pada 25°C 7 cm/menit
Pembacaan Pengukur pada Alat
Keterangan
Pengamatan I 180 cm Memenuhi syarat daktilitas
untuk aspal penetrasi tpe 60/70 Karena Syarat Bina Marga II
Daktilitas minimum 100 cm (OK)
Pengamatan II 112 cm
Daktilitas Rata-Rata 110 cm
Daktalitas rata – rata > 100 cm Keterangan :
- Pengamatan daktilitas : 25C kecepatan 5 cm/menit
- Syarat AASHTO T-51, daktilitas minimum adalah 100 cm
Dari hasil percobaan dan analisa hasil dapat disimpulkan bahwa aspal tersebut memenuhi syarat dasktilitas untuk aspal penetrasi 60-70. Sehingga aspal ini memenuhi syarat untuk digunakan.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu ke dalam bitumen pada suhu tertentu pula .
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0.1 mm;
b. Pemegang jarum seberat (47.5 ± 0.05) gram yang dapat dilepas dengan mudah dari alat penetrasi untuk peneraan;
c. Pemberat (50 ± 0.05) gram dan (100 ± 0.05) gram masing-masing dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 dan 200 gram;
d. Jarum penetrasi dan stailess steel mutu 440C atau NRC54 sampai 50, ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung;
e. Cawan contoh harus terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut
Penetrasi Diameter Dalam
<200 55 mm 35 mm
200s/d300 70 mm 45 mm
BAB VI
PEMERIKSAAN PENETRASI BAHAN BAHAN BITUMEN
Maksud
CARA PELAKSANAAN Peralatan
f. Bak perendam (water bath)
Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian 0.1°C;
Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang terletak 50 mm di atas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air dalam bejana.
g. Tempat air untuk benda uji di tempatkan di bawah alat penetrasi.
Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak;
h. Pengukur waktu
Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stopwatch dengan skala pembagian terkecil 0.1 detik atau kurang dari kesalahan. Dan kesalahan tertinggi 0.1 detik per menit. Untuk pengukuran tertinggi dari penetrasi dengan alat tersebut tidak boleh melebihi 0.1 detik;
i. Termometer
Memanaskan contoh perlahan-lahan serta mengaduk hingga cukup air untuk dituangkan. Pemanasan contoh tidak boleh lebih dari 60°C di atas titik lembek, dan untuk bitumen tidak boleh lebih dari 90°C di atas titik lembek.
Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit, mengaduk perlahan-lahan agar udara tidak masuk ke dalam contoh. Setelah contoh merata, tuangkan ke dalam tempat contoh dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Tutup benda uji agar terbebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1½ jam untuk benda uji kecil, dan 1 ½ sampai 2 jam untuk yang besar.
a. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air yang kecil tersebut dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang telah ditrntukan. Diamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai 1 ½ jam untuk benda uji kecil, dan 1 ½ sampai 2 jam untuk yang besar.
b. Periksa pemegang jarum agar dapat dipasang dengan baik dan bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain, kemudian keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan pasang jarum pada pemegang jarum.
c. Letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar (100 ± 0.1) gram.
d. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
e. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan benda uji, kemudian atur angka nol di arloji penetrometer hingga jarum penunjuk berhimpit dengannya.
f. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama jangka waktu (5 ± 0.1) detik.
g. Putar arloji penetrometer dan baca angka penetrasi yang berhimpit-himpit dengan jarum penunjuk dan bulatkan hingga angka 0.1 terdekat.
h. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk pekerjaan berikutnya.
i. Lakukan pekerjaan e sampai g di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sama lain dan dari dinding tepi lebih dari 1cm.
Pembacaan Waktu Pembacaan Suhu Pembukaan Contoh Contoh dipanaskan Mulai Jam Selesai Jam 10.00 10.15 Suhu Oven : 110°C Mendinginkan Contoh
Dibiarkan pada Suhu Ruang Mulai Jam Selesai Jam 10.15 10.45 Mencapai Suhu Pemeriksaan
Direndam pada suhu 25°C Mulai Jam Selesai Jam 10.45 11.00 Suhu Waterbath : 25°C
Pemeriksaan Penetrasi pada 25°C Mulai Jam Selesai Jam 11.00 12.00 SuhuPenetrometer: 25°C
Hasil Percobaan : Penetrasi pada : 25°C; 75 gr;5 detik I II Pengamatan 1 70 70 Pengamatan 2 68 69 Pengamatan 3 67 68 Pengamatan 4 65 66 Pengamatan 5 64 65 Pengamatan 6 63 64 58 , 66 2 6 64 65 66 68 69 70 6 63 64 65 67 68 70 Rata -ta 2 Rata -ta
NilaiRa II I NilaiRaDari analisa hasil percobaan didapat penetrasi rata-rata 66,58 mm, maka sesuai dengan Laston tabel 2.3 dan disimpulkan bahwa aspal tersebut termasuk aspal dengan penetrasi 60. Dimana pada aspal ini mempunyai penetrasi minimum 6 0 dan maksimum 80.
a. Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian titik nyala dan titik bakar bahan aspal dengan cleveland dan open cup.
b. Tujuan
Tujuan metode ini adalah mendapatkan besaran titik nyala dan titik bakar bahan aspal dengan cleveland dan open cup.
Pengujian ini dilakukan terhadap aspal dan semua jenis minyak bumi kecuali minyak bakar dan lainnya yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79°C. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat bahan terhadap bahaya api, pada suhu mana akan terbakar atau menyala.
Beberapa pengertian dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5 detik pada suatu di atas permukaan aspal;
2. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik pada permukaan aspal.
BAB VII
METODE PENGUJIAN TITK NYALA DAN TITIK BAKAR BAHAN ASPAL
DENGAN CLEVELAND DAN OPEN CUP
Maksud dan Tujuan
Ruang Lingkup
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut 1. Termometer;
2. Cleveland open cup; adalah cawan kuningan dengan bentuk dan ukuran tertentu. 3. Pelat pemanas; terdiri dari logam untuk meletakkan cawan cleveland;
4. Sumber pemanasan, pembakaran gas atau tungku listrik, atau pembakar alkohol yang tidak menimbulkan asap atau nyala di sekitar bagian atas cawan;
5. Penahan angin, alat yang menahan angin apabila digunakan nyala sebagai pemanasan; 6. Nyala penguji, yang dapat diambil dan memberikan nyala dengan diameter 3.2 sampai
4.8 mm dengan panjang tabung 75 mm.
Benda uji adalah contoh aspal sebanyak kurang lebih 100 gram yang dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :
1. Panaskan contoh aspal pada suhu ± 140°C sampai cukup air.
2. Kemudian isilah cawan cleveland sampai dengan batas (tanda pengisian) dan hilangkan (pecahkan) gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
Urutan proses dalam pengujian ini ádalah sebagai berikut :
1. Letakkan cawan di atas pelat pemanas dan atur sumber pemanas sehingga terletak di bawah titik tengah cawan;
2. Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 75 mm dari titik tengah cawan;
3. Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6.4 mm di atas cawan dan terletak pada satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji; kemudian atur hinga poros termometer terletak pada jarak ¼
diameter cawan dari tepi;
4. Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji; CARA PELAKSANAAN
Peralatan
Benda Uji
5. Nyalakan sumber panas dan atur pemanasan hingga kenaikan suhu menjadi (15±1)°C per menit sampai benda uji mencapai suhu 56°C di bawah titik nyala perkiraan;
6. Kemudian atur kecepatan pemanasan 5°C – 6°C per menit pada suhu antara 56°C dan 28°C di bawah titik nyala perkiraan;
7. Nyalakan penyala penguji dan atur agar diameter nyala penguji tersebut menjadi 3.2 – 4.8 mm;
8. Putar nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan) dalam waktu 1 detik, mengulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2°C;
9. Lanjutkan pekerjaan 2,3,6 dan 2,3,8 sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan benda uji dan baca suhu pada termometer dan catat;
10. Lanjutkan pekerjaan 2,3,9 sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-kurangnya 5 detik di atas permukaan di atas permukaan benda uji dan baca suhu pada termometer dan catat;
Pembacaan Waktu Pembacaan Suhu Pembukaan Contoh Contoh dipanaskan Mulai Jam Selesai Jam 10.00 10.15 Suhu Oven : 110°C Proses Pengujian Titik Nyala Bakar Mulai Jam Selesai Jam 10.15 10.45 Suhu Tuang : 110°C Kenaikan Suhu 2 contoh
Sampai 56°C di bawah titik nyala Mulai Jam
Selesai Jam
Antara 56°C s/d 28°C di bawah titik nyala Mulai Jam Selesai Jam 10.45 11.00 11.00 11.30 10-15°C/mnt 25°C s/d 208°C 208°C s/d 264°C
Titik nyala pekiraan per menit Data dan Perhitungan
Pengamatan :
25°C di bawah titik nyala Waktu °C Titik Nyala/Bakar
56 60 dtk 200 B E L U M Terjadi Titik Nyala Atau Titik Bakar 51 60 dtk 205 46 60 dtk 210 41 60 dtk 215 36 60 dtk 220 31 60 dtk 225 26 60 dtk 230 21 60 dtk 235 16 60 dtk 240 11 60 dtk 245 6 60 dtk 250 (titik nyala) 1 60 dtk 262 (titik bakar)
Dari percobaan diperoleh bahwa titik nyala didapatkan pada suhu 250oC dan titik bakar 262oc. Hal ini memenuhi syarat yakni bahwa titik nyala terjadi terlebih dahulu baru kemudian diikuti oleh titik bakar. Hasil percobaan ini memenuhi ketentuan laston pada tabel 2.3, bahwa untuk aspal penetrasi 60 titik nyala terjadi pada suhu minimal 200oC.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa titik nyala aspal terjadi pada suhu 250oC dan titik bakar terjadi pada 262oC. hasil ini memenusi syarat ketentuan Laston.
ANALISA HASIL PERCOBAAN
a. Maksud
Tes titik lembek dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian titik lembek aspal maupun ter.
b. Tujuan
Untuk menentukan angka titik lembek aspal atau ter yang berkisar antara 30°C hingga 200°C dengan cara ring (cincin) dan ball (gotri, bola baja).
Pengujian ini untuk menentukan titik lembek aspal padat atau ter dengan metode ring dan ball. Hasil dari pengujian ini selanjutnya dapat dipergunakan untuk menentukan kepekaan
aspal terhadap suhu.
Yang dimaksudkan dengan titik lembek adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan pada cincin berukuran tertentu. Sehingga aspal atau ter tersebut menyrntuh bidang pelat dasar yang terletak di bawah ring atau cincin dengan ketinggian 25.4 mm. Mendesaknya bola baja disebabkan aspal
atau ter yang meleleh oleh pemanasan tertentu.
BAB VIII
METODE PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER
Maksud dan Tujuan
Ruang Lingkup
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut : a. Termometer;
b. Cincin terbuat dari kuningan;
c. Bola baja dengan diameter 9.53 mm dan berat 3.50 ± 0.05 gram; d. Alat pengarah bola;
e. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak dengan kapasitas 800 ml kedalaman bejana 8.5 cm dan tinggi sekurang-kurangnya 12 cm;
f. Dudukan benda uji; g. Penjepit.
Benda uji adalah aspal atau ter sebanyak 25 gram yang dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :
1. Panaskan contoh perlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus hingga cair merata, dengan ketentuan pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar gelembung udara tidak masuk.
2. Suhu titik lembek aspal tidak boleh melebihi 111°C di atas titik lembeknya.
3. Waktu untuk pemanasan ter tidak boleh melebihi 30 menit sedangkan untuk aspal tidak boleh melebihi 2 jam.
4. Panaskan dua buah cincin sampai mencapi suhu tuang contoh dan letakkan kedua cincin di atas pelat kuningan yang telah dilapisi campuran talk dan gliserol.
5. Tuangkan contoh ke dalam dua buah cincin dan diamkan pada suhu sekurang-kurangnya 8°C di bawah titik lembek sekurang-kurangnya selama 30 menit.
6. Setelah dingin ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah dipanskan.
CARA PELAKSANAAN Peralatan
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Pasang dan atur kedua benda uji di atas dudukannya dan letakkan pengarah bola di atasnya, kemudian masukkan seluruh peralatan ke dalam bejana gelas.
2. Isi bejana dengan air suling baru dengan suhu (5 ± 1)°C sehingga tinggi permukaan air berkisar antara 101.6 mm – 108 mm.
3. Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini di antara kedua benda uji (kurang lebih 12.7 mm dari tiap cincin), periksa dan atur jarak antara permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji sehingga menjadi 25.4 mm.
4. Letakkan bola-bola yang bersuhu 5°C di atas dan di tengah permukaan masing-masing benda uji yang bersuhu 5°C menggunakan penjepit dengan memasang kembali pengarah bola, menahan temperatur (5 ± 1)°C selama 15 menit.
5. Panaskan bejana hingga kenaikan suhu menjadi 5°C per menit, kecepatan pemanas ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini, untuk 3 menit pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0.5°C. 6. Apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan dalam 2,3,5 maka pekerjaan diulangi. 7. Apabila dari suatu pekerjaan diperoleh perbedaan suhu dalam cara pengujian ini melebihi
1°C maka pekerjaan diulangi. Cara Pengujian
Pembacaan Waktu Pembacaan Suhu Pembukaan Contoh Contoh dipanaskan Mulai Jam Selesai Jam 10.00 10.15 Suhu Oven : 110°C Mendinginkan Contoh
Dibiarkan pada Suhu Ruang Mulai Jam Selesai Jam 10.15 10.45 Mencapai Suhu Pemeriksaan
Direndam pada suhu 5°C Mulai Jam Selesai Jam 10.45 11.00 Suhu Lemari Es : 5°C
Pemeriksaan Titik Lembek Mulai Jam Selesai Jam
11.00 12.00
Titik Nyala Perkiraan Data dan Perhitungan
Keterangan : Titik Lembek Aspal penetrasi 60 Bina Marga minimal = 48C
Dari percobaan tersebut diperoleh titik lembek max sebesar 540C. hal ini memenuhi syarat minimum untuk aspal dengan penetrasi 60 yakni minimum 48oC.
Dari analisa hasil dapat disimpulkan bahwa titik lembek aspal tersebut baik digunakan sebagai perkerasan konstruksi jalan, karena nilai titik lembeknya lebih besar dari syarat minimum Laston. Hal ini menunjukkan aspal tersebut tidak terlalu sensitif terhadap perubahan suhu.
Suhu yang Diamati °C Titik Lembek °C I II 25 28 29 30 30 31 35 32 34 40 37 39 45 42 44 50 47 49 55 52 54
ANALISA HASIL PERCOBAAN
Pemeriksaan terhadap campuran aspal dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) dan kelelehan plastis (flow) dari suatu campuran aspal. Ketahanan (stabilitas) campuran aspal ialah kemampuan suatau campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastas yang dinyatakan dalam pound atau Kg. Sedangkan kelelehan plastis ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0.01”
Pemeriksaan mutu bahan
Bahan untuk membuat campuran aspal digunakan hasil pemeriksaan bahan yang sudah dilakukan selama pengujian praktikum.
Spesifikasi terhadap bahan
Spesifikasi bahan yaitu batasan-batasan yang harus dipenuhi agar didapat hasil yang sesuai standar mutu.
Spesifikasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu. 1. Spesifikasi gradasi (analisa saringan) 2. Spesifikasi mutu campuran (mix properti)
Dalam menentukan spesifikasi, ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan antara lain :
1. Jenis konstruksi, yaitu dimana lapisan aspal digunakan (misal:Surface course) 2. Tebal lapisan yang direncanakan.
3. Jenis dan fungsi jalan, untuk menentukan karekteristik permukaan yang dikehendaki.
BAB IX
PEMERIKSAAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL
Maksud dan Tujuan
Menentukan kombinasi bahan-bahan terpakai, sehingga gradasi dari campuran dapat memenuhi spesifikasi gradasi yang telah ditentukan. Menentukan perbandingan agregat, dapat dilakukan dengan cara grafis atau dengan cara analitis.
Job mix design, yaitu melakukan pengujian mutu dari campuran yang dibuat dengan alat marshall. Terdapat 5 variasi kadar aspal dalam setiap campuran yang dibuat, oleh karena itu tentukan kadar aspal optimum yang dapat memenuhi spesifikasi mutu campuran
Spesifikasi untuk campuran aspal, antara lain berdasarkan : 1. Ditjen Bina Marga PU.
2. The Aspalt Institute. 3. Japan Road Association. Perencanaan Campuran.
Perencanaan aspal beton berdasarkan pada analisis saringan (ayakan). Dari grafik kuantitatif analisa saringan (ayakan) dapat ditentukan jumlah prosentase agregat dari fraksi I dan fraksi II terhadap berat total agregat dari masing -masing fraksi.
Setelah diketahui prosentase ukuran agregat, selanjutnya jumlah prosentase lolos dapt dikontrol berdasarkan spesifikasi yang ditentukan.
Proses selanjutnya adalh menentukan berat benda uji, ditentukan setiap benda uji seberat 1200 gram. Dibuat lima buah benda uji dengan perbedaan kandungan aspal, yaitu 5%, 5.5%, 6%, 6.5% dan 7%. Pada pengujian dibuat 2 group benda uji, yaitu untuk 1group ditumbuk dengan 50× tumbukan dan 1 group lagi ditumbuk dengan 75× tumbukan. Perbedaan dari kedua tumbukan dimaksudkan juga untuk membedakan antara digunakan untuk lalu-lintas sedang (50× tumbukan) dan lalu i ntas padat (75× tumbukan).
Untuk mendapatkan campuran aspal yang optimum, benda uji harus diuji dengan alat marshal test. Hasilnya dapat dijadikan pedoman pekerjaan di lapangan.
Peralatan yang digunakan ádalah sebagai berikut :
A. Tiga buah cetakan benda uji, diameter 10cm (4”), tinggi 7,5 cm (3”). Lengkap dengan alas dan leher lambung;
B. Alat ejector, alat untuk mengeluarkan benda uji dari cetakan, sesudah dipadatkan;
C. Penumbuk, berbentuk silinder dengan permukaan rata. Berat 4.356 Kg (10 pounds) dengan tinggi jatuh bebas 35.7 cm (18”)
D. Landasan pemadat, terdiri dari balok kayu (jenis jati atau sejenisnya) berukuran kira-kira 20×20×15 cm, yang dilapisi dengan pelat baja berukuran 30×20×2.3 cm dan diikatkan pada lantai beton dengan 4 bagian siku;
E. Silinder cetakan benda uji;
F. Mesin tekan yang dilengkapi dengan;
1. Kepala penekan berbentuk lengkung (brekaing head)
2. Cincin penguji dengan kapasitas 2500 Kg (500 pounds) mempunyai ketelitian 12.5 (25 pounds), dilengkapi arloji tekan dengan ketelitian 0.0025 cm (0.0001”);
3. Arloji kelelehan dengan ketelitian 0.25 mm (0.01”) dengan perlengkapannya. G. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang dapat memanasi sampai (200±3)°C H. Bak perendam (water bath), juga harus dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20°C I. Perlengkapan-perlengkapan lainnya yaitu:
1. Panci-panci untuk memanaskan agregat,aspal dan campuran aspal.
2. Pengatur suhu dari logam (metal thermometer) barkapasitas 250°C dengan ketelitian 0.5 atau 1% dari kapasitas.
3. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2Kg dengan keteilitian 0.2 gram dan timbangan berkapasitas 5 Kg dengan ketelitian 1 gram.
4. Kompor LPG.
5. Sarung tangan asbes dan karet
6. Sendok pengaduk dan perlengkapan laninya. Peralatan
Persiapan benda uji
1. Agregat dikeringkan dengan suhu 105°C, berat dipertahankan tetap. Setelah mencapai suhu yang ditentukan agregat dipisah-pisahkan dengan cara penyaringan ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki.
2. Suhu pencampuran ditentukan, sehingga bahan pengikat yang digunakan menghasiljan viscoitus sesuai dengan daftar berikut ini.
Bahan Pengikat
Campuran Pemadat
Kinematik Saybolt furol
Engler Kinematik Saybolt furol Engler Aspal Panas 170±20 65±10 - 280±30 140±35 -Aspal Dingin 170±20 65±10 - 280±30 140±35 -Ter - - 25±3 - - 40±5 Persiapan Campuran
1. Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram, sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6.25 cm ± 0.125 cm (2.5” ± 0.05”)
2. Agregat dipanaskan dengan panci (wajan) dengan suhu mencapai kira-kira 28°C di atas suhu pencampuran (150°C) untuk aspal pans, sedangkan untuk pencampuran aspal dingin suhu 14°C dan diaduk merata.
3. Panaskan aspal hingga mencair, sehingga dapat dituangkan ke dalam agregat sebanyak yang sudah ditentukan. Kemudian aduk dengan cepat pada suhu yang ditentukan pada 13.1.4.A.(2) sampai agregat terlapisi oleh aspal dengan merata.
Pemadatan Benda Uji
1. Cetakan benda uji beserta perlengkapannya dan permukaan alat penumbuk dibersihkan dengan seksama, lalu panaskan sampai suhu 93.9°C dan 148.9°C
2. Letakkan pad alat cetakan selembar yertas penghisap yang sudah dipotong bulat (sesuai dengan cetakan)
3. Masukkan seluruh campuran (seberat 1200 gram) ke dalam cetakan. Kemudian campuran ditusuk-tusuk dengan spatula (sendok semen) dengan keras pada bagian tepi keliling cetakan sebanyak 15 kali tusukan pada bagian tengah (merata).
4. Leher cetakan dilepas, ratakan permukaan campuran dengan menggunakan sendok semen menjadi bentuk sedikit cembung.
5. Waktu akan dipadatkan, suhu campuran dalam cetakan harus tetap pada batas-batas suhu pemadatan. Kemudian cetakan diletakkan di atas landasan pemadat dan diperkuat dengan pemegang cetakan.
6. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk: untuk fraksi I ditumbuk sebanyak 75×, sedangkan untuk fraksi II ditumbuk sebanyak 50×, dengan tinggi jatuh 45 cm (18”). Selama pemadatan diusahakan sumbu alat pemadat dalam keadaan tegak lurus pad alas cetakan;
7. Lepaskan keping alas dan lehernya, kemudian cetakan benda uji dibalik. Pasangkan kembali alas keping dan lehernya dan perkuat kembali dengan pemegang cetakan. Ulangi perlakuan 13.1.4.C.(6) pada benda uji yang sudah dibalik tadi.
8. Lepaskan keping alas dan pasang cetakan benda uji pad alat pengatur atau pengeluar benda uji. Benda uji dikeluarkan dengan hati-hati, kemudian benda uji dibiarkan pada
1. Benda uji bersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel kemudian diberi tanda pengenal pada masing-masing benda uji untuk ketelitian pengujian.
2. Benda uji diukur dengan ketelitian 0.1 mm, dan ditimbang untuk memperoleh berat kering. Benda uji direndam dalam air selama 24 jam pada suhu ruangan.
3. Setelah direndam selama 24 jam, benda uji dikeluarkan di lap hingga permukaan kering lalu ditimbang untuk mendapatkan berat basah (Berat kering permukaan jenuh). Langkah selanjutnya benda uji ditimbang dalam air untuk mendapatkan berat dalam air.
4. Berikutnya benda uji direndam dalam oven panas dengan suhu 60°C, selama 30 menit 5. Membersihkan batang penuntun (guide rod) beserta permukaan dari kepala penekan (test
head)sebelum melakukan pengujian dengan alat marshall.
6. Lumasi dengan cairan pelumas batang penuntun hingga kepala penekan yang atas dapat meluncur dengan bebas, apabila dikehendaki kepala penekan dapat pula direndam bersama –sama benda uji pada suhu 21°C – 38°C.
7. Setelah direndam 30 menit, benda uji dikeluarkan dari oven perendam kemudioan diletakkan pada segmen bawah kepala penekan. Sedangkan sebelah atas benda uji dipasang segmen bagian atas. Keseluruhannya diletakkan pada alat penguji.
8. Arloji kelelehan (Flow meter) dipasang pada kedudukannya, pengatur jarum arloji kelelehan diputar sampai menunjukkan angka nol. Sementara selubung tangki arloji (sleve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan (breking head).
9. Kepala penekan beserta benda uji dinaikan hingga menyentuh menempel alas cincin penguji dengan memutar tombol up pada mesin penguji. Kedudukan jarum arloji penekan
diatur pada angka nol.
10. Pemberian beban terhadap benda uji memutar tombol up pada mesin penguji. Pembebanan terhadap benda uji dengan kecepatan yang tetap, yaitu 50 mm permenit. Pembebanan dikatakan maaximum apabila putaran jarum arloji penekan menunjukkan gerak kebalikan arah. Selubung tangkai arloji kelelehan pada segmen atas dari kepala penekan, ditekan selama pembebanan berlangsung.
11. Apabila pembenanan sudah mencapai maksimum, angka kelelehan dicatat yang ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan. Begitu pula angka kelelahan dicatat yang ditunjukkan oleh jarum arloji ketahanan. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelehan, untuk mengeluarkan benda uji.
12. Waktu yang diperlukan saat diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai tercapainya beban maksimum melalui alat marshall tidak boleh melebihi selama 30 detik.
No
Aspal %
Berat (gr) Marshall test Kering SSD Dalam Air Stabilitas (kg) Flow (mm) A 5 1173 1191.3 663 190 200 5.5 1155 1162 651 570 350 6 1170 1195 668 760 450 6.5 1165 1183 641 570 570 7 1170 1184.1 657.5 380 700 B 5 1165 1178.5 625.5 133 200 5.5 1165 1197.5 656 475 250 6 1193 1220.5 669 648 330 6.5 1170 1196.7 656.5 494 360 7 1160 1188.2 654 304 450 Hasil pengamatan
No Jenis Test Jenis lalu lintas
75 kali(LLB) 50 kali(LLB) 35 kali(LLB)
1 Stabilitas (Kg) 750 640 460
2 Flow(mm) 2 – 4 2 – 4,5 2 – 5
3 Rongga terisi aspal (%) 75 – 82 75 – 85 75 – 85
4 Rongga dalam campuran (%) 3 – 5 3 – 5 3 – 5
5 Density(gr/cc) >2 >2 >2
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar aspal dalam campuran di lapangan
Kadar aspal perlu diketahui sehingga dapat ditentukan banyak aspal dan agregat yang akan dipergunakan untuk suatu campuran. Untuk mengetahui jumlah kadar aspal pada suatu campuran dengan agregat maka dapat dipergunakan larutan CCL4 (Solvent) yang bersifat
mudah menguap namun tidak mudah terbakar, Benda yang telah disaring dengan cairan ini akan dibagi menjadi dua (residu) yang tertahan dan yang lolos kertas saring akan berubah warna menjadi jernih.
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut : a. Reflux Extractor b. Tabung gelas c. Saringan kerucut d. Tabung pendingin e. Pemanas f. Kertas saring g. Kawat asbes h. Timbangan i. Oven pemanas j. Pendingin k. CCL4 (Solvent PCE)
BAB X
meTode PEngujian kadar eksTras BITUMEN
Tujuan pelaksanaan
Ruang Lingkup
CARA PELAKSANAAN Peralatan
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Menempatkan alat extructor pada tempat daar dan aman pada ruangan berventilasi baik.
2. Menentukan kadar air benda uji
3. Keringkan dan timbang kertas saring dengan ketelitian 0.5 gr, lipat kertas saring melalui garis tengan lalu lipat lagi menjadi bentuk seperempat lingkaran dan bentuk menjadi kerucut dengan cara membuat ruang antara segmen lingkaran terhadap ketiga segmen lain, tempatkan kertas saring pada saringan kerucut
4. Masukkan benda uji ke dalam saringan kerucut 5. Tuangkan solvent ke dalam abung gelas
6. Masukkan saringan kerucut beserta rangka ke dalam tabung gelas, bahan pelarut harus berada dibawah ujung saringan kerucut bawah
7. Tempatkan tabung gelas tadi di atas pemanas yang telah dilapisi kasa asbes kemudian tutup dengan pendingin
8. Alirkan air melalui pendingin
9. Hidupkan pemanas dan atur panas sedemikian rupa sehingga bahan pelarut mendidih dengan mantap. Pemanasan harus dilakukan secara hati – hati agar tidak terjadi luapan bahan pelarut yang keluar dari ujung kerucut lebih keruh lagi
10. Matikan pemanas dan biarkan aliran air ke pendingin terus berlangsung sampai tabung gelas cukup dingin
11. Angkat rangka kerucut dan keringkan di udara
12. Masukkan kertas berserta ekstrak agregat ke dalam cawan yang telah ditimbang sebelumnya. Keringkan dalam oven pada suhu 110oC selama 24 jam setelah itu didinginkan dalam desikator selam 10 menit lalu timbang kertas saring dan agregat yang tertinggal.
Berat kertas saring + sample = 71 gram Berat kertas saring = 5 gram Berat kertas sample (A) = 66 gram
Berat kertas saring + sample = 71 gram Berat kertas saring + mineral = 66,8 gram Berat endapan (B) = 4,2 gram
Kadar Aspal ( (B/A) x 100% ) = 6,3 % Hasil pengamatan