• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lozoff dan rekan-rekannya yang didanai oleh Lembaga Kesehatan Negara (AS) mempelajari 185 anak sejak berusia satu tahun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lozoff dan rekan-rekannya yang didanai oleh Lembaga Kesehatan Negara (AS) mempelajari 185 anak sejak berusia satu tahun."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL 1

BAYI KURANG GIZI, DAYA KOGNITIF BERKURANG

Anak-anak yang pada masa usia mulai nol hingga lima tahun harus mendapatkan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya, karena kurangnya salah satu unsur saja akan membuat pertumbuhan mereka terganggu.

Salah satu unsur itu misalnya zat besi. Apabila anak-anak menerima asupan makanan dengan tingkat kandungan zat besi yang rendah maka berakibat terjadinya defisiensi pada otak (berkurangnya kemampuan kerja otak), walaupun mereka memperoleh penanganan medis sejak awal, demikian dilaporkan oleh para peneliti Amerika.

Hasil penelitian terhadap 185 remaja Costa Rica menunjukkan bahwa mereka yang pada masa usia balita mengalami kekurangan zat besi pada nutrisinya semasa lima tahun pertama dalam kehidupan mereka, tak pernah lulus tes daya ingat dan daya kemampuan belajar, dan semakin besar kekurangan zat besi pada nutrisi yang diperolehnya pada usia hingga lima tahun maka semakin buruk pula kondisinya bersamaan dengan bertambahnya umur mereka.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Pediatri dan Remaja memperlihatkan betapa pentingnya nutrisi pada usia awal sejak bayi hingga lima tahun, demikian para peneliti melaporkan.

"Apabila dampak langsung dan tak langsung dari kekurangan unsur zat besi yang mengakibatkan terganggunya atau tertundanya perkembangan dasar otak maka dapat terjadi efek 'bola salju' (semakin lama semakin parah)," kata Dr. Betsy Lozoff dari the University of Michigan di Ann Arbor, yang memimpin penelitian.

Lozoff dan rekan-rekannya yang didanai oleh Lembaga Kesehatan Negara (AS) mempelajari 185 anak sejak berusia satu tahun.

Anak-anak tersebut diperiksa pada kunjungan pertama mereka untuk mengetahui seberapa besar kekurangan zat besi yang mereka derita dan diberikan tes kognitif (kemampuan berpikir) secara berkala sesuai dengan usia mereka untuk mengetahui kemampuan mereka dalam hal belajar, berpikir dan mengingat.

Balita yang menerima nutrisi dengan kandungan unsur zat besi dengan tingkat yang rendah diberikan asupan makanan tambahan namun kadar besi tersebut tak dapat membuat kemampuan daya otak mereka ketingkat normal bahkan pada bayi-bayi yang didiagnosa anemia (kasus kekurangan zat besi yang sering terjadi)

Para peneliti kemudian membandingkan 53 bayi dengan defisiensi (kekurangan) zat besi kronis dengan 132 bayi-bayi normal.

(2)

perbedaan kemampuan kognitifnya tidaklah tajam mulai dari masa bayi hingga mencapai usia remaja.

"Namun pada anak-anak balita dari keluarga dengan tingkat sosial rendah terlihat

meningkatnya perbedaan ketidak-mampuan kognitif mereka seiring dengan pertambahan usia mulai dari angka 10 pada usia balita dan menjadi angka 25 pada usia 19 tahun, demikian dilaporkan peneliti dari Universitas Michigan tersebut.

Seperlima dari dua puluh lima persen anak di dunia menderita defisiensi zat besi dalam kasus anemia yaitu kondisi dimana kurangnya zat besi yang menimbulkan masalah dengan sel darah mereka.

Hasil penelitian yang kedua yang juga dimuat pada jurnal yang sama menemukan bahwa anak-anak yang minum susu formula dari botol setelah usia satu tahun cenderung untuk mengalami defisiensi zat besi dibandingkan dengan anak-anak yang juga minum susu formula dengan usia sama namun minum dari gelas.

Dr. Trenna Sutcliffe beserta rekan-rekannya dari the University of Toronto memantau dan mengetes sebanyak 150 anak-anak yang sehat dengan kisaran usia 12 hingga 38 bulan yang minum susu formula.

Mereka menemukan 37 persen anak-anak yang minum susu formula dari botol dan 18 persen yang minum susu sapi dari gelas, tingkat zat besi dalam nutrisi mereka sedikit agak rendah dari yang dibutuhkan.

"Botol susu tersebut agaknya menjadi alat yang menyebabkan konsumsi susu formula yang berlebihan sehingga anak-anak yang sudah kenyang akan asupan susu formula akan menolak untuk makan makanan lainnya yang mempunyai kandungan zat besi yang tinggi," demikian seperti dilaporkan para peneliti.

(Idionline/KCM)

(3)

ARTIKEL 2

'MASSAGE' MENOLONG BAYI TIDUR LEBIH NYENYAK

Berita terbaru baik diketahui oleh orang tua yang masih memiliki bayi. Para ahli menyebutkan bahwa dengan tindakan pemijatan atau 'massage' dapat membantu bayi baru lahir tidur lebih nyenyak serta mengurangi kebiasaan bayi menangis.

Massage juga dapat memperkecil kadar stres pada bayi dan membuat hubungan yang lebih dekat antara bayi dan orang tuanya, mereka menyebutkan.

Dari penelitiannya mereka mengatakan bahwa bayi usia kurang dari enam bulan yang rutin di massage ternyata juga dapat menurunkan kadar hormon stres 'kortisol'

dibandingkan bayi yang tidak pernah mendapatkan pijatan.

Suatu tim peneliti dari Warwick Medical School dan Institute of Education dari

University of Warwick, meneliti 9 macam gerakan massage yang diterapkan kepada 598 bayi usia dibawah 6 bulan.

Bayi menerima pijatan dari orang tuanya, sebelumnya orang tua dilatih oleh tenaga kesehatan profesional sehingga setelah bayi tersebut di massage , mereka mendapatkan manfaat yang efektif.

Temuan hasil penelitian tersebut salah satunya disebutkan bahwa massage dapat

mempengaruhi keluarnya hormon tidur melatonin, dimana dengan hormon tersebut bayi dapat memiliki pola tidur yang teratur.

Hal lain lagi yang disebutkan adalah dengan tindakan massage tersebut terjalin hubungan yang lebih baik antara bayi dan ibunya.

Angela Underdown yang memimpin penelitian ini mengatakan, efek dari tindakan massage ini adalah mengendalikan hormon stres, sehingga tidak mengejutkan bila terbukti bayi yang diteliti, memiliki efek seperti mudah tertidur dan relaksasi. (Idionline/Kalbe Farma)

(4)

ARTIKEL 3

TURUN, JUMLAH BAYI YANG DAPAT ASI EKSLUSIF

Gencarnya promosi susu formula ditengarai menjadi penyebab menurunnya jumlah bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif.

Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia di tahun 1997 dan 2003, angka pemberian ASI ekslusif turun dari 49 persen menjadi 39 persen, sedangkan penggunaan susu botol naik tiga kali lipat.

Informasi tersebut disampaikan Ketua Badan Kerja Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (BKPP-ASI), dr.Dien Sanyoto Besar, SpA terkait dengan pembahasan rancangan peraturan pemerintah mengenai pemasaran makanan pengganti ASI (RPP PASI). Selain melalui iklan di media dan promosi di pertokoan, para produsen susu formula juga aktif berpromosi di rumah sakit serta melalui petugas pelayan kesehatan, seperti dokter. Berdasarkan monitoring yang dilakukan oleh BKPP-ASI, banyak rumah sakit bersalin yang tidak mendukung pemberian ASI. "Seharusnya bayi yang baru dilahirkan ditaruh di dada ibunya agar refleksnya berkembang dan produksi susu ibunya meningkat, tapi ini malah justru dipisahkan, ada yang sehari kemudian baru dipertemukan," tuturnya. Padahal berdasarkan rekomendasi internasional, bayi yang baru lahir harus langsung diberi ASI, maksimal satu jam setelah lahir. "Nyatanya banyak yang justru diberi susu formula dengan alasan susu ibu tidak keluar", kata Dien.

Ditambahkan oleh Dien, pelanggaran lain yang dibuat pihak RS adalah pemberian sampel susu kaleng secara gratis pada pasien. "Ibu yang baru pulang dari RS banyak yang diberi oleh-oleh susu kaleng gratis," ujarnya.

Menurut Dien, kini semakin banyak ibu-ibu yang tidak percaya diri dengan manfaat dari kandungan ASI akibat pengaruh iklan yang mengidealkan kandungan zat gizi terdapat dalam susu formula. "Tidak ada ASI yang tidak bagus, bahkan ASI mengandung zat yang meningkatkan kekebalan tubuh bayi," paparnya.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh oleh Hellen Keller International di tahun 2002 di Indonesia, kini rata-rata bayi Indonesia hanya mendapatkan ASI esklusif selama 1,7 bulan, padahal berdasarkan kajian WHO yang dituangkan dalam Kepmen No.450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberikan ASI Esklusif selama 6 bulan. "Turunnya angka ini juga terkait dengan pengaruh sosial budaya di masyarakat, yang menganjurkan agar

(5)

ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi untuk bertahan hidup pada enam bulan pertama, mulai dari hormon, antibodi, faktor kekebalan, sampai antioksidan. Selain itu, ibu yang menyusui akan memiliki kedekatan yang sesungguhnya dengan si bayi. Hal itu masih ditambah kontak fisik yang terjadi secara langsung lewat belaian atau usapan lembut si ibu saat menyusui bayinya.

(Idionline/KCM)

(6)

ARTIKEL 4

CEGAH BAHAYANYA LEWAT VAKINASI, SEBELUM TERLAMBAT

Penyakit pneumokokus, atau yang kerap disebut IPD (Invasive Pneumococcal Disease), bukanlah penyakit yang bisa dipandang sebelah mata. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, 700 ribu hingga 1 juta anak meninggal dunia tiap tahunnya karena IPD, utamanya di negara-negara berkembang.

Indonesia pun tak luput dari serangan penyakit ini. Survei Departemen Kesehatan 2001 menyebutkan, pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di Indonesia, dengan persentase mencapai 23 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding penyebab lain kematian balita yakni diare (13 persen) dan penyakit syaraf (12 persen).

Apa sebenarnya IPD? Seperti dijelaskan oleh dokter Alan R Tumbelaka SpA(K), kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), IPD merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae yang menyebar melalui darah dan bersifat merusak (invasive). Beberapa penyakit yang termasuk dalam golongan ini adalah radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), infeksi darah (bakteremia), dan sepsis (kelanjutan infeksi darah yang mengakibatkan syok dan kegagalan fungsi organ tubuh). ''Penyakit-penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kecacatan pada bayi dan balita bahkan kematian,'' terang Alan dalam media edukasi mengenai pencegahan penyakit

pneumokokus, belum lama ini di Jakarta.

Mengenai bakteri Streptococcus pneumoniae yang menjadi penyebab penyakit ini, Alan menjelaskan, bakteri ini sebenarnya hidup secara normal di tenggorokan dan rongga hidung. ''Namun, apabila bakteri ini masuk ke dalam sirkulasi darah dan merusak, maka akan menyebabkan gangguan berbagai organ tubuh,'' lanjut dokter yang sejak 1984 menjadi staf pengajar di FKUI ini. IPD merupakan penyakit menular. Alan menerangkan, penularan IPD dapat terjadi melalui percikan ludah sewaktu bicara, bersin, dan batuk. Patut pula dicatat, bakteri ini lebih mudah menyebar pada hunian yang padat, tempat penitipan anak nursery playgroup, penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), pergantian cuaca, dan musim hujan seperti sekarang ini. Penularan penyakit ini ternyata tak hanya bisa terjadi di kalangan bayi dan balita. ''Anak yang terserang IPD juga dapat menularkan penyakit ini kepada orang usia lanjut,'' kata Alan.

Pada dasarnya, IPD memang bisa menyerang siapa saja dan di mana saja karena bakteri pneumokokus secara normal berada di dalam rongga hidung dan tenggorokan. Hanya

(7)

ini mulai kebal terhadap banyak antibiotik (misalnya penisilin, erythromycin,

trimepthoprin-sulfamethoxazole, dan cephalosporin) sehingga mempersulit pengobatan. ''Harga pengobatan juga sangat mahal dibanding harga pencegahannya,'' tandas Alan. Kalaupun bisa diobati dan sembuh, tetap saja membawa gejala sisa seperti kelumpuhan, kehilangan pendengaran, retardasi mental, kemunduran kecerdasan, serta gangguan syaraf.

Pentingnya imunisasi

Mengingat sulit dan mahalnya pengobatan, juga kecacatan permanen yang mengancam anak kita, maka hal terbaik yang bisa dilakukan para orangtua adalah mencegah penyakit berbahaya ini. Bagaimana caranya? Berikan vaksin pneumokokus pada bayi dan balita. Inilah satu-satunya cara pencegahan IPD yang efektif.

Hal tersebut juga ditegaskan oleh Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) -- kelompok penasihat utama WHO untuk vaksinasi dan imunisasi di dunia -- dalam pertemuan mereka di Swiss, November 2006. Mereka menyatakan, penyakit pneumokokus merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Dan vaksinasi merupakan upaya terbaik mencegah penyakit pneumokokus.

Vaksinasi, seperti dijelaskan dokter Soedjatmiko SpA (K) MSi, sekretaris Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), merupakan upaya pencegahan primer untuk mencegah penyakit infeksi dengan memasukkan vaksin (produk

imunobiologik, sebagai antigen) ke dalam tubuh manusia. Dengan cara ini akan terbentuk antibodi sehingga si anak terhindar dari penyakit, tidak menularkan penyakit itu pada individu lain, dan akhirnya dapat memutuskan transmisi penyakit. ''Vaksinasi bertujuan melindungi seseorang terhadap penyakit tertentu, menurunkan prevalensi penyakit sehingga tercapai eradikasi penyakit,'' sambungnya.

Salah satu perusahaan farmasi terkemuka, Wyeth, memproduksi satu-satunya vaksin pneumokokus baru yakni PCV-7 (7-valent Pneumococcal Conjugate Vaccine) yang khusus diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak di bawah dua tahun. Vaksin terdiri dari tujuh strain Streptococcus pneumoniae (4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, dan 23F) yang

merupakan penyebab 80 persen kasus IPD pada bayi dan anak di bawah usia dua tahun. Vaksin yang oleh Wyeth diberi nama dagang Prevenar ini bisa diberikan pada bayi mulai usia dua bulan. Berikut adalah jadwal pemberian vaksin ini:

* Usia di bawah 12 bulan

Diberikan empat dosis yaitu pada usia dua bulan, empat bulan, enam bulan, dan booster pada usia 12-15 bulan.

* Usia 7-11 bulan

Diberikan tiga dosis. Dua dosis pertama dengan interval empat minggu, dosis ketiga diberikan setelah usia 12 bulan.

(8)

Cukup diberikan satu dosis.

Di Indonesia, penggunaan vaksin PCV-7 sudah direkomendasikan oleh Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Doker Anak Indonesia (IDAI). PCV-7 dimasukkan dalam jadwal rekomendasi vaksinasi dan dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin lain seperti DPT, Hepatitis B, HIB, Polio, dan MMR. Sejak 2006, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah mengeluarkan izin edar untuk vaksin pneumokokus di Indonesia.

Vaksin ini bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan dan menciptakan memori pada sistem kekebalan tubuh. Injeksi vaksin ini akan memberikan pengenalan sistem kekebalan tubuh pada tujuh strain Streptococcus pnemoniae yang paling umum menyerang bayi dan anak. Pada akhirnya, sistem kekebalan tubuh akan menyimpan informasi ini sehingga serangan bakteri ini di kemudian hari dapat dicegah.

Bagaimana efektivitas vaksin ini? Studi klinis pada 37 ribu bayi di California Utara, Amerika Serikat (AS) menunjukkan, vaksin pneumokokus memiliki tingkat keampuhan sebagai berikut:

* 97 persen efektif dalam mencegah IPD pada bayi yang telah divaksinasi penuh (4 dosis).

* 89 persen efektif dalam mencegah semua kasus IPD pada anak yang telah mendapat satu kali atau lebih dosis vaksinasi.

Vaksin ini juga telah menjadi vaksin yang diwajibkan di AS, Australia, Eropa, dan Meksiko serta telah digunakan lebih dari 100 juta dosis di seluruh dunia. Bagaimana dengan keamanannya? Reaksi umum dari vaksin ini sama seperti semua jenis vaksin. Pada studi klinis, reaksi umum yang muncul setelah mendapat vaksin ini adalah demam ringan, rewel, dan kemerahan pada kulit. Nah, tunggu apa lagi, vaksinasi segera! (Idionline/RoL)

(9)

ARTIKEL 5

TATA CARA MEMIJAT SI KECIL

Untuk mendapatkan manfaat yang optimal, pemijatan bayi tak bisa dilakukan secara sembarangan. Ada cara dan rambu-rambu yang mesti diperhatikan. Berikut adalah cara atau pedoman pemijatan pada bayi.

* Pijatan di wajah untuk melemaskan otot wajah.

Tekan jari-jari pada kening bayi, pelipis, dan pipi. Gunakan kedua ibu jari untuk memijit daerah di atas alis. Dengan tekanan lembut, tarik garis dengan ibu jari dari hidung ke arah pipi bayi. Gunakan kedua ibu jari untuk memijit sekitar mulut, tarik hingga bayi

tersenyum. Pijat lembut rahang bawah bayi dari tengah ke samping seolah membuat bayi tersenyum. Pijat secara lembut daerah di belakang telinga ke arah dagu.

* Pijatan di dada untuk memperkuat paru-paru dan jantung.

Letakkan kedua tangan di tengah dada bayi dan gerakkan ke atas, kemudian ke sisi luar tubuh dan kembali ke ulu hati tanpa mengangkat tangan seperti membentuk hati. Lalu, dari tengah dada bayi, pijat menyilang dengan telapak tangan ke arah bahu seperti membentuk kupu-kupu.

* Pijatan pada perut untuk meningkatkan sistem pencernaan dan mengurangi sembelit. Lakukan gerakan memijat di atas perut bayi seperti mengayuh sepeda dari atas ke arah bawah perut. Kemudian, angkat kedua kaki bayi dan tekan lututnya perlahan-lahan ke arah perut. Buatlah bulan separuh terbalik dengan tangan kanan, mulai dari kiri ke kanan searah jarum jam. Saat tangan kanan di atas, tangan kiri di bawah dan berputar mengikuti arah jarum jam membentuk lingkaran penuh seperti matahari.

* Pijatan tangan dan kaki untuk menghilangkan ketegangan dan memperkuat tulang. Pegang lengan bayi dengan kedua telapak tangan seperti memegang pemukul softball. Dengan gerakan seperti memerah, pijat tangan bayi dari bahu ke pergelangan. Lakukan gerakan sebaliknya, dari pergelangan ke arah pangkal lengan. Tarik lembut jari-jari bayi dengan gerakan memutar. Dengan kedua ibu jari secara bergantian, pijat seluruh

permukaan telapak tangan dan punggung tangan bayi. Gunakan kedua telapak tangan untuk membuat gerakan seperti menggulung. Untuk kaki, ikuti cara yang sama seperti teknik memijat tangan.

* Pijatan punggung untuk memperkuat otot yang menyangga tulang belakang. Pijat dengan gerakan maju mundur menggunakan kedua telapak tangan di sepanjang punggung bayi, luncurkan salah satu telapak tangan dari leher sampai ke pantat bayi dengan sedikit tekanan. Buat gerakan melingkar dengan jari-jari, terutama pada otot di sebelah tulang belakang. Buat pijatan memanjang dengan telapak tangan dari leher ke kaki untuk mengakhiri pijatan.

(10)

ARTIKEL 6

WANITA BERTUBUH KURUS RENTAN KEGUGURAN

Memiliki tubuh kurus tanpa lemak sering menjadi ukuran kecantikan bagi perempuan, padahal perempuan bertubuh kurus rentan mengalami keguguran saat kehamilan. Demikian menurut hasil penelitian yang dilakukan sebuah tim peneliti dari Inggris. Wanita yang tergolong kurus atau memiliki BMI (Body Mass Index) kurang dari 18,5 berisiko sampai 75 persen keguguran pada trisemester pertama kehamilan. Belum diketahui apakah wanita yang overweight atau obesitas juga berisiko keguguran. Dalam studi kasus yang dilakukan tim peneliti pada 603 wanita yang pernah keguguran pada saat janin berusia 13 minggu, setelah BMI-nya naik 116 wanita berhasil melewati trisemester pertama kehamilannya dengan lancar.

BMI merupakan nilai berat badan dibagi tinggi badan kuadrat. BMI yang digolongkan normal berkisar 18,5 - 23,0 sedangkan BMI lebih dari 25,0 tergolong obesitas.

Menurut tim peneliti, keguguran janin bisa dihindari jika calon ibu rajin mengkonsumsi suplemen vitamin di masa awal kehamilan, terutama yang mengandung folid acid atau zat besi.

Selain itu tambahkan selalu buah segar dan sayur pada menu harian. Makan cokelat ternyata juga bisa mengurangi risiko keguguran. Selain faktor makanan, para ibu juga disarankan untuk menjauhkan diri dari stres dan emosi yang tidak stabil.

(Idionline/KCM)

(11)

ARTIKEL 7

PENYAKIT JANTUNG YANG FATAL PADA ANAK

Para ahli tidak menemukan penyebab parsial dari kelainan "dilated cardiomyopathy" (DCM), suatu bentuk penyakit jantung anak yang berpotensi fatal namun sering kali tidak terdeteksi.

DCM artinya kegagalan dari jantung dalam memompakan darahnya dan kondisi tersebut seringkali menjadi pemicu terjadinya gagal jantung.

Tim peneliti dari US mempublikasikan dalam Journal of the American Association, yang menyebutkan bahwa inflamasi jantung merupakan penyebab tersering dari kondisi ini. Menurut Dr. Jeffrey Towbin seorang peneliti Inggris menyebutkan bawa DCM

merupakan menyebab kematian akibat penyakit jantung tersering yang terjadi pada anak, sama halnya bila terjadi pada orang dewasa.

DCM terjadi saat ventrikel kiri yang merupakan bilik pemompa jantung terbesar mengalami pelebaran sehingga kerja dari pompa tersebut menjadi tidak efektif.

Keadaan seperti ini sering terjadi sebagai kelainan otot jantung yang dapat dialami oleh berbagai usia.

Para peneliti dari Baylor College of Medicine dan Texas Children's Hospital, US mengamati 1.400 kasus anak yang menderita DCM.

Mereka dapat mengidentifikasi kasus ini hingga 35% dari berbagai kondisi miokarditis yang terjadi (inflamasi dari jantung). Sedangkan dua pertiga dari kasus yang dipelajari tidak diketahui.

bayi dengan usia kurang dari 1 tahun dapat mengalami DCM 10 kali lebih besar dibandingkan anak-anak lain hingga mereka berusia 18 tahun

Rata-tara ketahanan hidup anak dengan DCM hampir sama dengan ketahanan hidup penderita dewasa.

Untuk kedua kelompok ini sekitar 70% dapat hidup hingga satu tahun dari onset terjadinya sakit, 50% dari mereka dapat bertahan hingga 5 tahun.

Hasil penelitian juga menjelaskan bahwa DCM lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan anak etnis kulit hitam.

(12)

Sekitar sepertiga dari semua kasus DCM merupakan genetik dan dianjurkan mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tersebut dilakukan tes, Dr. Towbin

menjelaskan.

Maski demikian selebihnya kasus tersebut tidak dapat diketahui apa penyebabnya. Dengan diagnosis dini, diharapkan segera diberi terapi dan dinilai apakan tindakan transplantasi benar-benar dibutuhkan.

(Idionline/KF)

(13)

ARTIKEL 8

VITAMIN IBU HAMIL DAPAT MENEKAN RISIKO TERJADINYA TUMOR OTAK PADA ANAK

Wanita yang mengkonsumsi multivitamin pada awal kehamilannya ternyata dapat menurunkan risiko berbagai tipe dari tumor otak, dikutip dari Medical News Today, 22 September 2006.

Saat ini berbagai kelompok kesehatan masyarakat telah menganjurkan ibu hamil untuk mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asam folat pada awal kehamilan untuk menekan janin mengalami gangguan neural tube seperti spina bifida. Baru-baru ini suatu penelitian menjelaskan adanya manfaat lain dari multivitamin yang dikonsumsi oleh ibu pada awal kehamilannya.

Dikatakan pemimpin penelitian Greta R. Bunin, Ph.D, dari Children's Hospital,

Philadelphia bahwa anak yang berasal dari ibu yang rutin mengkonsumsi multivitamin pada masa kehamilannya tampaknya akan berkurang risiko terkena medulloblastoma dan tumor neuroectodermal di otaknya.

Pada masa anak-anak kejadian tumor otak memang lebih jarang terjadi, namun

medulloblastoma merupakan urutan dua teratas penyebab tumor pada anak. Kejadiannya satu dari 20.000 anak yang berusia dibawah 6 tahun. biasanya terjadi di cerebellum, dibawah portio dari otak dan di area otak yang berfungsi mengatur gerakan. Primitive neuroectodermal tumors (PNET) mirip dengan medulloblastoma namun terjadinya dibagian lain dari SSP.

Dr. Bunin pemimpin penelitian tersebut membandingkan 315 anak yang didiagnosis menderita tumor sebelum usia 6 tahun. Mereka yang dilakukan penelitian telah didiagnosis antara tahun 1991 hingga 1997.

Para ahli tersebut melakukan penelitian dengan memberikan pertanyaan kepada ibu penderita.

Efek perlindungan pada ibu yang mengkonsumsi multivitamin pada awal masa kehamilan sangat signifikan, sedangkan bila multivitamin baru dikonsumsi pada kehamilan

melewati trimester satu tampaknya tidak menunjukkan hasil yang signifikan dalam menurunkan risiko terjadinya meduloblastoma dan PNET. Temuan ini menyimpulkan bahwa saat konsepsi adalah waktu yang paling baik atau disebut 'critical period' dari perkembangan tumor otak, dikatakan Dr. Bunin. Meski demikian kenyataannya banyak ibu hamil yang tidak menyadari kehamilannya pada minggu-minggu pertama.Pada

penelitian tersebut juga dinilai bagaimana kebiasaan makan saat hamil, seperti banyaknya menyantap makanan daging ham, hot dog, ikan asap, saos dll. Dr. Bunin menjelsakan meskipun jenis makanan tersebut merupakan penyebab terjadinya tumor sistem saraf

(14)

selama kehamilannya.

Mengkonsumsi multivitamin pada minggu-minggu pertama kehamilan sangat membantu mencegah terjadinya defek neural tube, juga mencegah berbagai macam jenis tumor otak dengan sangat baik, dr. Bunin menjelaskan.

(Idionline/KF)

(15)

ARTIKEL 9

LEBIH JAUH TENTANG HOMESCHOOLING

Homeschooling (sekolah rumah) saat ini mulai menjadi salah satu pilihan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Pilihan ini terutama disebabkan oleh adanya pandangan atau penilaian orang tua tentang kesesuaian bagi anak-anaknya.

Bisa juga karena orang tua merasa lebih siap untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya di rumah. Ini banyak dilakukan di kota-kota besar, terutama oleh mereka yang pernah melakukannya ketika berada di luar negeri.

Sekolah rumah, menurut Ella Yulaelawati, direktur Pendidikan Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga di mana proses belajar mengajar berlangsung dalam suasana yang kondusif.

Tujuannya agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Rumusan yang sama dikemukakan oleh Dr Seto Mulyadi, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, saat keduanya tampil berbicara dalam sebuah seminar di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pembelajaran kreatif

Ella mengakui, ada beberapa alasan orang tua di Indonesia memilih sekolah rumah. Antara lain, dapat menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, memberikan lingkungan sosial dan suasana belajar yang baik, dan dapat memberikan pembelajaran langsung yang konstekstual, tematik, nonskolastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu.

Menurut Seto, sekolah rumah memiliki keunggulan karena bimbingan dan layanan pengajaran dilakukan secara individual. Proses pembelajaran lebih bermakna karena terintegrasi dengan aktivitas sehari-hari. Lebih dari itu, waktunya pun lebih fleksibel karena dapat disesuaikan dengan kesiapan anak dan orang tua.

Seto mengatakan, menyelenggarakan sekolah rumah menuntut kemauan orang tua untuk belajar, menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, dan memelihara minat dan antusias belajar anak. Sekolah rumah juga memerlukan kesabaran orangtua, kerja sama antaranggota keluarga, dan konsisten dalam penanaman kebiasaan.

Seto menampik sejumlah mitos yang dinilainya keliru tentang homeschooling selama ini. Misalnya, anak kurang bersosialisasi, orang tua tidak bisa menjadi guru, orang tua harus tahu segalanya, orang tua harus meluangkan waktu 8 jam sehari, waktu belajar tidak sebanyak waktu belajar sekolah formal, anak tidak terbiasa disiplin dan seenaknya sendiri, tidak bisa mendapatkan ijazah dan pindah jalur ke sekolah formal, tidak mampu

(16)

Teman belajar

Lalu, apa yang yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam menyelenggarakan sekolah rumah? Seto mengatakan, orang tua harus menjadikan anak sebagai teman belajar dan menempatkan diri sebagai fasilitator. `'Orang tua harus memahami bahwa anak bukan orang dewasa mini,'' tuturnya.

Anak, kata Seto, perlu bermain. Itu yang perlu dipahami oleh orang tua. Karena itu pula, orang tua tidak boleh arogan dengan menempatkan diri sebagai guru, tapi belajar

bersama. Kalau tidak siap dengan itu, menurut Seto, lebih baik jangan menyelenggarakan sekolah rumah.

Orang tua, kata Seto lagi, tetap perlu terus menambah pengetahuan. Tidak mesti menguasai semua jenis ilmu. Yang penting, memiliki pemahaman tentang anak. Bila orang tua kurang mengerti pelajaran biologi atau matematika, misalnya, orang tua bisa mendatangkan guru untuk pelajaran tersebut dan belajar bersama anak. Dengan demikian, anak akan merasa tidak lebih rendah, tapi sebagai sahabat dalam belajar.

Bagaimana dengan kedua orang tua yang bekerja sehingga merasa tidak punya waktu untuk memberikan pembelajaran kepada anak dalam menyelenggarakan homeschooling? Seto mengatakan, itu tidak boleh menjadi alasan.

Sesibuk apa pun orang tua, tetap harus punya waktu untuk anak. `'Kalau tidak punya waktu, jangan punya anak,'' ucap psikolog yang juga menyelenggarakan homeschooling bagi anak sulungnya itu.

Pembelajaran sekolah rumah sebaiknya menyesuaikan dengan standar kompetensi yang telah ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Ini agar sejalan dengan

pertumbuan dan kemampuan anak, di samping dapat diikutkan dalam evaluasi dan ujian yang diselenggarakan secara nasional. Standar kompetensi menjadi panduan yang harus dimiliki seorang anak pada kelas tertentu. Anak kelas VI SD atau setara, misalnya,

minimal sudah harus menguasai pelajaran matematika sampai batas tertentu pula. Standar kompetensi ini, kata Seto, dapat diperoleh di Dinas Pendidikan yang ada di daerah

masing-masing.

Evaluasi bagi anak yang mengikuti homeschooling dapat dilakukan dengan mengikutkan pada ujian Paket A yang setara dengan SD atau Paket B setara SMP. Pada dasarnya, kata Seto, dapat pula dilakukan dengan menginduk ke sekolah formal yang ada untuk proses evaluasi. Menurut dia, harusnya ini bisa dilakukan karena sekolah rumah bukan sekolah liar. Homeschooling seusai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).

(17)

ARTIKEL 10

EKSTRAK SUSU SEHATKAN VAGINA

Selain terbukti memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, susu juga dikenal sebagai media perawatan terbaik. Tahukah Anda bahwa kandungan zat aktif pada ekstrak susu dapat mengatasi keputihan?

Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan batas antara uretra dengan anus sangat dekat, sehingga kuman penyakit seperti jamur, bakteri, parasit, maupun virus mudah masuk ke liang vagina. Untuk itu, wanita harus rajin merawat kebersihan wilayah pribadinya ini.

Infeksi juga terjadi karena terganggunya kesimbangan ekosistem di vagina. Ekosistem vagina merupakan lingkaran kehidupan yang dipengaruhi oleh dua unsur utama, yaitu estrogen dan bakteri Lactobacillus atau bakteri baik.

Di sini estrogen berperan dalam menentukan kadar zat gula sebagai simpanan energi dalam sel tubuh (glikogen). Glikogen merupakan nutrisi dari Lactobacillus, yang akan dimetabolisme untuk pertumbuhannya.

Sisa metabolisme kemudian menghasilkan asam laktat, yang menentukan suasana asam di dalam vagina, dengan potential Hydrogen (pH) di kisaran 3,8 — 4,2. Dengan tingkat keasaman ini, Lactobacillus akan subur dan bakteri patogen (jahat) bakal mati.

Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95 persen Lactobacillus, 5 persen patogen. Dalam kondisi ekosistem vagina seimbang, bakteri patogen tidak akan mengganggu. Bila keseimbangan itu terganggu, misalnya tingkat keasaman menurun, pertahanan alamiah akan turun, dan rentan mengalami infeksi.

Ketidakseimbangan ekosistem vagina disebabkan banyak faktor. Di antaranya kontrasepsi oral, penyakit diabetes melitus, antibiotika, darah haid, cairan sperma, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching), dan gangguan hormon seperti saat pubertas, kehamilan, atau menopause.

“Menjaga keseimbangan ekosistem adalah cara paling alamiah dan ampuh dalam merawat kesehatan vagina dan mencegah timbulnya infeksi,” ungkap Dr. Junita Indarti, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan dari FKUI-RSCM, pada media workshop bertema "Manfaat Susu bagi Vagina", di Hotel Ritz Carlton, beberapa waktu lalu. Memicu Kanker

Infeksi yang sering terjadi pada vagina adalah keputihan. Keputihan atau dalam istilah kedokteran disebut leukorea, white discharge, fluor albus, adalah gejala penyakit yang

(18)

Namun, tak semua keputihan merupakan penyakit. Keputihan dibedakan menjadi dua, yaitu normal dan abnormal.

Keputihan normal ditandai oleh keluarnya lendir jernih pada saat masa subur atau sebelum menstruasi, tidak berbau, serta tak ada keluhan gatal pada vagina. Sebaliknya, keputihan abnormal menandakan adanya infeksi pada vagina yang dibedakan

berdasarkan penyebabnya, yaitu Bacterial Vaginosis, Trichomoniasis, dan Candidiasis. Bacterial Vaginosis merupakan keputihan akibat meningkatnya bakteri patogen, sehingga Lactobacillus menurun, pH vagina meningkat, menjadi bersifat basa. Biasanya gangguan ini ditandai gejala klinis seperti lendir vagina sedikit, homogen, putih keabu-abuan, bau tidak sedap, tetapi tidak menyebabkan iritasi.

Jika keadaan ini dialami oleh ibu hamil, akan berisiko pada kelahiran prematur. Risiko lainnya adalah kehamilan di luar rahim dan kadang menyebabkan radang panggul. Trichomoniasis, yaitu keputihan yang disebabkan penyakit menular seksual. Kebiasaan suka berganti pasangan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi (kondom), merupakan penyebab utamanya. Menurut penelitian, 70 persen laki-laki tertular setelah berhubungan badan dengan wanita yang terinfeksi Trichomoniasis.

Jenis keputihan lainnya adalah Candidiasis, yang oleh jamur Candida albicans. Gejala klinis yang dialami penderita berupa rasa gatal, lendir vagina berbentuk seperti kepala susu, dan berbau. Keluhan lain yang sering muncul adalah nyeri vagina, rasa terbakar di bagian luar vagina (vulva), serta nyeri saat sanggama dan berkemih.

Dr. Junita menegaskan bahwa keputihan abnormal bila tidak diobati secara benar akan berakibat pada kemandulan, infeksi saluran telur, bahkan awal munculnya pertumbuhan kanker mulut rahim. Karena itu, bila telanjur mengalami keputihan, lakukan pemeriksaan pap smear.

Jaga Keseimbanqan pH

Menurut Dr. Junita, hal penting yang harus diketahui, yaitu menjaga keseimbangan ekosistem vagina agar tidak terjadi infeksi. Ia mengingatkan, cara paling mudah adalah menjaga kebersihan vagina, tetapi dengan tetap mempertahankan derajat keasaman pH, sehingga pertumbuhan Lactobacillus meningkat dan perkembangbiakan organisme patogen terhambat.

(19)

merupakan produk yang dihasilkan oleh glikogen dan metabolisme glukosa yang berfungsi untuk menjaga agar pH vagina tetap asam, yaitu antara 3,8 — 4,2. Jika pH normal, pertumbuhan bakteri akan terhambat.

“Berdasarkan hasil penelitian kami di RSCM, dari 71 kasus fluor albus dengan keluhan rasa gatal, terbakar, dan keputihan, keluhan gatal berkurang sebesar 86,1 persen, terbakar 87,5 persen, dan keputihan 81,1 persen, setelah pasien dirawat dengan pemberian larutan asam laktat dan laktoserum dua kali sehari selama dua minggu,” paparnya.

Ia menyimpulkan bahwa asam laktat dan laktoserum tidak hanya bermanfaat untuk mengurangi keputihan dan menghambat pertumbuhan jamur (Candida) dan kapang (dermatofit), tetapi juga tidak mengganggu pertumbuhan Lactobacillus. Karena itu, meski digunakan setiap hari, ekosistem vagina tetap terjaga.

Pharma Health Care (PHC) telah mengeluarkan produk pembersih kewanitaan terbaru, yang mengandung asam laktat dan laktoserum yang diekstrak dari susu tersebut, dengan nama Lactacyd, sehingga aman digunakan setiap hari karena cara kerjanya yang alami. (idionline/KCM)

(20)

ARTIKEL 11

MENUNDA PEMBERIAN ASI DAPAT MENINGKATKAN RESIKO KEMATIAN

Ketua Sentra Laktasi Indonesia (SLI), Dr. Utami Roesli mengatakan, kemungkinan meninggalnya bayi akibat terserang berbagai macam penyakit infeksi akan lebih mudah terjadi jika seorang ibu yang baru melahirkan tidak segera memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayinya.

"Tingginya angka kematian bayi yang mencapai empat juta jiwa setiap tahunnya, disebabkan karena bayi banyak terserang penyakit infeksi, oleh karena itu inisiasi atau pemberian ASI langsung pada bayi baru lahir, dapat mencegah kematian anak karena serangan penyakit menular ('infectious disease')," ujar Utami Roesli dalam diskusi bersama pers, di Jakarta, Rabu (9/8).

Ia menjelaskan, inisiasi menyusu secara dini yakni memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir, bayi tersebut tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu ataupun dipisahkan sementara dari sang ibu.

"Begitu bayi keluar dari rahim, sebaiknya taruh langsung bayi itu di perut ibunya, biarkan dia mencari puting susu si ibu, biarkan inisiasi itu berlangsung selama 30 menit hingga satu jam," katanya.

Ia mengatakan, inisiasi menyusu dini dapat dapat membantu reflek berpikir si bayi serta dapat mencegah bayi dari penyakit infeksi, baik dari pasca persalinan maupun proses di dalam kandungan.

Biasanya ketika bayi baru lahir itu dan diletakkan ke perut ibunya, dia tidak langsung mencari puting susu sehingga dibutuhkan kesabaran menunggu sampai bayi mendapatkan sendiri sumber susu tersebut.

"Waktu yang dicapai bayi dalam mendapatkan puting susu ibu, biasanya memakan waktu sekitar 30-40 menit," ujar dia.

Untuk itu, peranan tenaga kesehatan, seperti perawat, dokter anak dan bidan sangat membantu menambah pengetahuan ibu akan pentingnya inisiasi menyusu secara dini. "Selain tenaga kesehatan, media juga sangat berperan melakukan sosialisasi dalam upaya mencegah meningkatnya kematian bayi di negeri ini," katanya

(21)

otaknya tidak dapat berfungsi secara normal.

Ia menyebutkan, pemberian ASI eksklusif, yakni tanpa memberikan makanan tambahan apapun, kecuali ASI, selama enam bulan, sangat bermanfaat dalam membentuk

"intellegence quotient" (IQ), "emotional quotient" (EQ), dan "spiritual quotient" (SQ) anak, sehingga tidak heran jika saat ini banyak anak sudah pandai bicara serta berpikir ataupun bertanya kritis pada orangtuanya.

"Biasanya alasan yang dipakai oleh seorang ibu enggan untuk menyusui anaknya adalah, si ibu merasa dirinya kurang gizi, padahal, untuk status kesehatan yang mengganggu itu tidak mempengaruhi produksi ASI dalam tubuh," kata dia.

Untuk itu peranan ayah, anak, dan ibu itu sendiri, sangat membantu terselenggaranya pemberian ASI secara eksklusif, dan mencegah tingginya angka kematian bayi, karena suatu keberhasilan negara dapat dilihat salah satunya melalui angka kelahiran bayi hidup. Hal serupa mengenai manfaat pemeberian ASI eksklusif kepada bayi, juga dirasakan oleh Sophie Navita, seorang artis yang ditunjuk sebagai duta ASI, serta mendapatkan

penghargaan dari Menteri Kesehatan karena tanggung jawab besarnya merawat anak di sela-sela kesibukan sehari-hari sebagai selebritis.

Ia mengatakan, merawat anak sangat menyenangkan, apalagi ketika dirinya dapat memberikan ASI eksklusif kepada si buah hati. "Saya sangat bangga bisa memberikan ASI eksklusif kepada bayi saya, karena tidak semua wanita sibuk dapat memberikan ASI untuk anak-anaknya," ujar Sophie.

Menurut dia, manfaat memberikan ASI eksklusif, selain bisa mencegah kanker payudara, pemberian ASI juga bisa membantu mempererat hubungan batin dan psikologis antara anak dengan si ibu.

(idionline/RoL)

(22)

ARTIKEL 12

HAMIL, HINDARI JAMU KUNYIT ASEM

Wanita hamil sebaiknya menghindari minum jamu cabe puyang yang mengandung cabe Jawa (piper retrofractum vahl) secara terus menerus, karena memiliki efek menghambat kontraksi otot pada saat persalinan.

Cabe Jawa mengandung alkaloid piperin yang berefek menghambat kontraksi otot, sehingga akan menyulitkan persalinan, seperti yang dikatakan Prof Dr Suwijiyo Pramono DEA Apt dalam pidato pengukuhan Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Ia mengatakan, wanita hamil yang meminum jamu cabe puyang secara terus menerus sampai mendekati masa persalinan akan mengalami kesulitan pada saat melahirkan, karena otot uterus terhambat.

Kontraksi otot uterus yang dihambat terus menerus, menurut dia, akan memperkokoh otot tersebut dalam menjaga janin yang ada di dalamnya.

"Kondisi itu sebenarnya sangat bermanfaat untuk menjaga risiko keguguran jika diminum pada masa awal kehamilan, tetapi akan berakibat jelek jika diminum pada masa

menjelang persalinan," katanya.

Ia menambahkan, jamu yang juga sangat populer dan selalu dibawa bakul jamu gendong yang meningkatkan risiko keguguran pada masa awal kehamilan adalah kunir asem (kunyit asam).

Jumlah kunyit (curcuma domestica val) yang dominan dalam ramuan kunir asem yang kental perlu diperhatikan waktu penggunaannya, karena ekstrak kunyit memiliki efek stimulan pada kontraksi uterus dan berefek abortivum.

Karena kunyit merupakan komponen yang selalu ada pada jamu pelancar haid, sehingga wanita hamil tidak dianjurkan untuk meminum jamu tersebut pada masa awal kehamilan karena akan meningkatkan risiko keguguran.

(idionline/NeT)

(23)

ARTIKEL 13

ASI MATANGKAN SEL-SEL SARAF DALAM OTAK

Kecerdasan seseorang dipengaruhi dua factor utama, yaitu keturunan (genetik atau bawaan) dan faktor lingkungan.

Orang tua yang cerdas, anaknya memang cenderung cerdas pula bila faktor lingkungan mendukung pengembangan kecerdasannya sejak anak masih di dalam kandungan, masa bayi dan balita.

Jadi, walaupun kedua orang tuanya cerdas, menurut Spesialis anak Dr. Soedjatmiko beberapa waktu lalu, jika lingkungannya tidak menyediakan kebutuhan pokok pengembangan kecerasannya, potensi kecerdasannya tidak berkembang optimal. Salah satu kebutuhan pokok pengembangan kecerdasan adalah lewat gizi yang harus diterima anak sejak masih di dalam kandungan melalui asupan makanan ibunya. Sedangkan setelah bayi lahir, diperlukan ASI (Air Susu Ibu) yang kaya akan zat gizi dalam menunjang proses tumbuh kembang otak.

Namun, agar ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan anak, ibu harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang setiap hari selama hamil dan menyusui. Ibu perlu mengonsumsi makanan-makanan yang kaya protein. Misalnya ikan, daging, telur, tempe, tahu dan susu skim juga lebih banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.

Beberapa zat gizi dalam ASI yang berperan dalam pertumbuhan otak, antara lain : 1. Asam lemak esensial

ASI merupakan sumber asam lemak esensial (asam lemak yang harus dipenuhi kebutuhannya dari luar tubuh). Asam lemak esensial itu di dalam tubuh bayi diubah menjadi DHA (asam dokosaheksanoat) dan AA (asam arakhidonat).

Lemak di dalam ASI berfungsi sebagai sumber energi. Selain itu, sebagian kecil lemak (lipid minor) berfungsi sebagai mikronutrien yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otak. Lipid sebagai mikronutrien terutama terdapat dalam bentuk fosfolipid.

Pada saat hamil dan masa awal kehidupan telah dihasilkan kurang lebih 6-10 ribu hubungan sinaps antar sel saraf. Materi dasar untuk terbentuknya sinaps ini adalah adanya asam lemak esensial di dalam ASI. Oleh karena itu, perkembangan mental dan kecerdasan bergantung pada kecukupan suplai asam lemak esensial pada tahap-tahap krusial tersebut.

Apabila tubuh bayi mendapat cukup DHA melalui ASI ibunya, proses pembentukan otak serta pematangan sel-sel saraf di dalam otaknya akn berjalan dengan baik.

(24)

2. Protein

Komponen dasar protein adalah asam amino yang berfungsi membentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu taurin, triptofan dan fenilalanin merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau penyampai pesan (neurotransmitter). Protein yang terkandung di dalam ASI sekitar 1,2 gram per 100 ml.

3. Vitamin B Kompleks

Beberapa jenis vitamin B yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang otak adalah vitamin B1, vitamin B6 dan asam folat (vitamin B9). Bila kebutuhannya tidak terpenuhi, akan timbul gangguan terhadap pertumbuhan dan fungsi otak serta sistem saraf.

4. Kholin

Senyawa ini merupakan pembentuk sejenis neurotransmitter yang disebut asetilkolin. Kholin juga merupakan bagian dari lesitin. Yaitu suatu fosfolipid yang banyak terdapat di otak sebagai pembentuk membran (dinding) sel saraf.

5. Yodium, zat besi dan zat seng

Yodium dibutuhkan untuk pembentukan hormon tiroksin (sejenis hormon yang

diperlukan dalam pembentukan protein untuk membantu proses tumbuh kembang otak). Zat besi dibutuhkan dalam proses pembentukan mielin. Zat besi disimpan disimpan di dalam berbagai jaringan otak selama 12 bulan pertama sejak bayi lahir.

Seng merupakan bagian dari sekitar 300 jenis enzim yang membantu pembelahan sel. Kekurangan zat seng di dalam otak dapat menyebabkan gangguan fungsi otak yang disebut ADHD (attention deficit hyperactive disorder).

(idionline/Net)

(25)

ARTIKEL 14

ASI CEGAH BAYI NGOMPOL

Sebuah studi yang diterbitkan Journal of the American Academy of Pediatrics bulan ini menyatakan bahwa bayi yang tak minum ASI lebih cenderung ngompol dibanding bayi yang diberi ASI.

Robert Wood Johnson Medical School, New Jersey menyatakan selain kaya akan gizi yang penting bagi pertumbuhan bayi, air susu ibu juga mengandung asam lemak yang bisa memperbaiki dan mempercepat pertumbuhan otak, sementara mengompol itu sendiri terjadi karena terhambatnya pertumbuhan syaraf otak (delayed neurodevelopment) Dari hasil studi yang dilakukan pada 55 anak usia lima sampai 13 tahun yang masih mengompol dan 117 mereka yang tak pernah ngompol, menunjukkan prosentase mengompol pada anak yang mengkonsumsi susu formula sekitar 81 persen, sementara mereka yang secara rutin mendapat ASI hanya 45 persen.

Tapi yang paling mengagumkan dalam studi ini adalah bayi yang mengkonsumsi baik susu formula maupun susu ibu justru mengalami hasil yang sama dengan bayi yang hanya mendapat susu formula tanpa ASI.

Selain mencegah ngompol, ASI juga manjur untuk menurunkan resiko diare, infeksi pernafasan, infeksi telinga dan infeksi lain yang terjadi pada bayi.

Studi sebelumnya menyebutkan keuntungan memberikan ASI pada si kecil, selain mempererat ikatan batin antara ibu dan anak, menyusui juga memberikan keuntungan bagi kesehatan masa depan anak kelak, karena bisa menurunkan resiko obesitas. Sementara bagi si ibu sendiri, menyusui bisa memperkecil resiko mengalami kanker payudara dan ovarium.

(idionline/NeT)

(26)

ARTIKEL 15

TORCH TIDAK BAHAYAKAN IBU, TETAPI PADA BAYI

TORCH merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksoplasma, rubella, citimegalovirus, dan herpes virus tipe satu, yang terjadi pada ibu hamil namun penanggung akibat paling besar adalah bayinya.

"Penyakit tersebut tidak menimbulkan gejala khas, namun diagnosa akan tampak jika dilakukan tes di laboratorium," kata Dokter Komang Kari SpA, Di Sanur Bali, Sabtu. Di hadapan peserta Simposium Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) VII, Kari menjelaskan, penyakit itu tidak tampak pada ibu hamil dan tidak membahayakan yang terinfeksi, tetapi justru janin yang menanggung akibatnya, sebab infeksi tersebut akan terjalur ke bayi lewat plasenta.

Menurut dokter spesialis anak RSUP Sanglah itu, Penyakit TORCH merupakan kumpulan infeksi oleh virus dan parasit seperti untuk toksoplasma yang terdapat pada hewan diantaranya anjing, kucing, dan burung.

"Gejala dari penyakit tersebut yang umum terjadi seperti panas, otot sakit, flu, batuk disertai dengan bintik-bintik merah pada badan," katanya.

Dikatakan, gejala itu kelihatan sangat ringan, tidak diobati pun akan sembuh dengan sendirinya. Tetapi pada bayi akan mengganggu kelangsungan pertumbuhannya. "Jika terjadi pada trimetri pertama, ketika pada fase pembentukan organ tubuh, bisa menimbulkan keguguran janin," paparnya.

Semakin awal infeksi dialami, maka tingkat kerusakan yang mungkin terjadi juga

semakin berat, namun jika terjadi pada trimester ketiga maka akibatnya juga lebih ringan dibanding dengan pertama dan kedua.

"Ya, diperkirakan janin yang mengalami masalah kelainan bawaan, sekitar lima persen oleh TORCH tersebut," ujarnya.

(idionline/MioL)

(27)

ARTIKEL 16

MANFAAT PENTING DARI ASI BAGI BAYI PREMATUR

Bayi pematur yang sejak lahir telah diberi ASI ternyata menunjukkan hasil tes perkembangan mental yang lebih baik pada kehidupan berikutnya bila dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu formula, hasil temuan studi terbaru.

Para ahli untuk pertama kalinya menunjukkan manfat ASI untuk bayi baru lahir yang memiliki berat badan kurang dari 2 pound. Dengan kemajuan obat-obatan, rumah sakit dapat melindungi bayi-bayi tersebut, rata-rata dari mereka lahir prematur.

Untuk bayi-bayi tersebut, perkembangan otak yang normal yang harusnya terjadi saat dalam kandungan pada trimester ke tiga kehamilan, ternyata mereka alami diruangan NICU rumah sakit, dikatakan peneliti Dr. Betty Vohr of Brown Medical School. Kandungan susu ASI berupa asam lemak ternyata dapat membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan otak bayi prematur, ia menambahkan.

Pemberian ASI yang sangat minim membuat bayi menjadi mudah sakit dan memiliki kemampuan berpikir yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang diberi ASI, Dr. Vohr mengatakan.

Dalam studi yang dipublikasikan Juli dalam berita Pediatrics dan berita dalam penelitian yang berbeda, sama-sama menunjukkan bahwa anak yang diberi ASI lebih dari 3 bulan ternyata lebih rendah untuk mengalami ngompol saat tidur yang terlalu lama.

Para ahli meneliti sebanyak 1.035 bayi dengan berat badan lahir rendah yang berasal dari 15 rumah sakit. Sebanyak tiga per empat dari bayi tersebut menerima ASI sejak di rumah sakit, dan hanya seperempatnya yang diberikan susu formula.

Selanjutnya bayi-bayi tersebut pada usia 18 bulan dinilai dan hasilnya menunjukkan skor yang lebih tinggi untuk perkembangan mentalnya bila dibandingkan dengan mereka yang diberi susu formula.

The American Academy of Pediatrics menganjurkan bayi prematur dan mereka yang memiliki bayi dengan faktor risiko lainnya diberi ASI. Bila bayinya terlalu kecil sering kali belum memiliki kemampuan untuk menghisap, sebaiknya ibu memompa ASInya dan memberikan kepada bayinya dengan sendok atau dimasukkan ke dalam botol.

(idionline/Kalbefarma)

(28)

ARTIKEL 17

HATI-HATI MENIMANG BAYI

Penyakit karena timangan sering dijumpai pada bayi usia 0 - 4 bulan. Masalahnya, minim sekali pengetahuan umum mengenai cara mengetahui bahwa bayi kita sakit karena

timangan tersebut.

Biasanya, penyakit kecengklak (bahasa Sunda) ini diketahui setelah bayi dibawa ke dukun bayi. Gejala awalnya, anak sering demam yang tidak turun-turun, rewel, dan sering menangis.

Penyakit pada bayi akibat timangan biasa dikenal dengan shaken baby syndrome. Dr. Jennian Geddes, pakar dari Royal London Hospital mengungkapkan, timangan sangat halus sekalipun bisa mencederai bayi.

Cedera dapat terjadi karena gerakan pada kepala bayi yang dinamis tidak mendapat topangan cukup kuat. Bayi belum memiliki tulang yang kuat untuk menahan gerakan-gerakan mendadak, baik ke depan atau ke belakang. Yang lebih fatal, sindrom itu dapat saja mengakibatkan kematian pada bayi, seperti dituturkan Geddes dalam Jurnal Brain. Geddes sempat melakukan penelitian pada 53 anak yang meninggal karena cedera itu. Ditemukan, 75%-nya meninggal karena berhentinya pernapasan akibat kerusakan pada sambungan craniocerebral yang mempertemukan otak dengan sumsum tulang belakang. Bayi usia muda memang memiliki tulang leher yang relatif lentur dan kepala yang berat, sehingga persambungan antara keduanya sangat rapuh. Hal itu yang harus selalu diingat dalam menggendong bayi.

(idionline/Net)

(29)

ARTIKEL 18

Berikan Pendidikan Seks Sejak Dini Kepada Anak

Pendidikan seks sebaiknya dikenalkan sejak usia dini, dimulai dengan cara pengenalan diri sesuai dengan jenis kelaminnya. Jika tidak diberi pemahaman seks sejak awal, maka anak akan kebingungan dengan aktualisasi diri dan perilaku seksnya.

"Bicara tentang pendidikan seks pada usia adalah bagaimana untuk memerankan diri sendiri sesuai jenis kelamin. Bila tidak, maka anak akan menjadi bingung dengan aktualitas diri sendiri dan dengan perilaku seksnya. Jadi, bagaimana untuk berperilaku seksual sesuai dengan identitas diri,” kata, Dra. Yusi Yustiana, M.Pd., konselor seks. Disebutkan, pada usia tiga tahun, anak mulai timbul rasa untuk melihat, meraba, mengecek, dan membandingkan alat kelaminnya. Namun, anak melihatnya secara konkrit. ”Misalnya, saat melihat orangtuanya sedang berhubungan intim, anak mungkin menafsirkannya negatif. Artinya ayah sedang menyakiti ibunya, karena apa yang dilihat secara konkrit oleh anak tidak sama dengan yang dilihat orangtuanya,” kata Yusi.Bila anak terus menerus melihat hal yang sama, maka akan menimbulkan trauma.

Untuk menghindari hal ini, Yusi menyarankan agar anak yang telah mencapai usia tiga tahun tempat tidurnya dipisahkan dari orangtua.Sedangkan pada usia 3-6 tahun, menurut Yusi, anak melihat, membandingkan dan mulai punya interprestasi tentang apa yang ditampilkan orangtuanya.

Bila anak laki-laki positif dalam melihat apa yang ditampilkan bapaknya, maka anak akan mencintai perempuan. Sebaliknya, jika tidak, maka anak akan mencintai ibunya sendiri atau bisa menjadi ”anak mami ” yang tergantung pada ibunya.

”Sedangkan pada usia 6-7 tahun, anak mulai berkenalan dengan alat permainan dan mulai mengekspresikan perilaku diri melalui alat permainan. Perilaku berkeluarga juga mulai dikenal dengan istilah anyang-anyangan atau mulai meniru-niru. Dari sisi identitas perilaku, permainan itu baik.

Namun, tetap harus dilihat apabila anak mulai main ”papa-mama”, apalagi bila sudah mulai buka-buka baju. Anak diperhatikan, karena mereka tidak sadar apa yang dilakukannya.

(idionline/Net)

(30)

ARTIKEL 19

WASPADAI KEGEMUKAN PADA ANAK

Mungkin karena sudah sering mendengar 'gemuk identik dengan sehat dan makmur', para orang tua, khususnya ibu-ibu merasa malu jika anaknya kurus, meski terbilang lincah dan aktif.

Sebagian besar ibu lebih menyukai anak yang gemuk montok dengan dagu berlipat yang menggemaskan. Ingat lho, kondisi kegemukan pada anak berakibat tidak baik untuk jangka panjang. Makanya mengontrol berat badan pada harus dilakukan sejak usia dini. Menurut dr. Damayanti Rusli Sjarif, dokter anak RS Cipto Mangunkusumo, obesitas pada anak akan menjadi masalah karena sekitar 15% anak dengan kegemukan akan berlanjut ke masa dewasa.

Selain itu kasus obesitas pada anak lebih berat disandang karena berdampak pada psikososial, rasa tak percaya diri serta sulit bersosialisasi. Anak akan merasa malu dan minder. "Jika sudah mencapai tahap kegemukan, akan sulit menurunkan berat badan," ujar dr. Damayanti.

Dr. Damayanti bersama koleganya yang bergabung dalam Masyarakat Pediatri Indonesia melakukan penelitian pada anak-anak sekolah dasar di 10 kota besar Indonesia periode 2002-2005 dengan metode acak.

Hasil yang didapat ternyata prevalensi kegemukan pada anak-anak usia sekolah dasar tertinggi ada di Jakarta (25%), Semarang (24,3%), Medan (17,75%), Denpasar (11,7%), Surabaya (11,4%), Padang (7,1%), Manado (5,3%), Yogyakarta (4%), Solo (2,1%). Rata-rata prevalensi kegemukan di 10 kota besar tersebut mencapai 12,2% (2,1-25%).

Bandingkan dengan yang terjadi di Inggris dengan prevalensi 10-17% dan Amerika Serikat 10-12%.

Jelas kegemukan tak baik bagi siapa saja, termasuk anak-anak. Lantas bagaimana agar anak-anak tak mengidap obesitas? Berikut rekomendasi dr. M. Mexitalia, Departemen Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang:

1. Lakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang setiap hari, minimal 30 menit sehari 2. batasi menonton televisi, bermain video games maksimal 2 jam per hari

3. Biarkan anak bermain dan berjalan sesuka hati sejak usia dini

(31)

ARTIKEL 20

PENTINGNYA INTERVENSI DINI UNTUK ANAK AUTIS

Anak-anak adalah masa yang membahagiakan. Oleh karenanya, setiap anak berhak menikmati masa indah tersebut dengan perasaan nyaman dan memuaskan dengan

senantiasa memperoleh kasih sayang dan perhatian dari orangtua, teman sebaya, maupun lingkungan sekitar. Begitu pun hendaknya pada anak-anak autis.

Seperti diketahui, umumnya anak penyandang autis memiliki keterbatasan kemampuan dalam hal komunikasi, pola perilaku, dan interaksi sosial. Karena itu perlu penanganan khusus pada tahap perkembangan agar mereka dapat menjalani kehidupan layaknya anak-anak yang lain.

Penyebab autis hingga kini belum diketahui secara pasti. Namun begitu, beberapa penelitian di Jepang, Australia, dan sejumlah negara maju lainnya, menyatakan bahwa faktor genetik memiliki keterkaitan di sini. Menurut penjelasan Dr.Lucy Pou K.H., director professional services Indonesia Centre for Autism Resource and Expertise (IndoCare), anak autis membutuhkan perhatian dini, tak hanya dari orangtua dan keluarga, melainkan juga lingkungan sekitarnya. Penanganan pun hendaknya dilakukan dengan segera meliputi keterampilan dasar, pendampingan, menyediakan waktu khusus, dan masih banyak lagi.

''Ini memerlukan kerja sama semua pihak agar penanganan dapat lebih efektif. Orangtua, guru, dokter, terapis, atau psikolog harus saling berkomunikasi sehingga kebutuhan anak autis bisa terakomodasi,'' ungkapnya di sela konferensi Oportunities for Children with Autism: Early Intervention or Later Rehabilitation?' di Jakarta, Kamis (22/6).

Lucy mengatakan, persoalan utama yang dihadapi anak penyandang autis adalah kesulitan dalam berkomunikasi. ''Itu yang pertama. Makanya, terapi komunikasi perlu mendapat perhatian, baik oleh orangtua, guru, dan lainnya sebagai langkah lanjut,'' imbuhnya.

Lantas bagaimana mengetahui seorang anak menyandang autis? Ciri awal yang dapat diketahui adalah jika sampai usia 12 bulan, dia belum mengucap babbling (kata-kata bayi). Kemudian hingga usia 18 belum satu kata keluar darinya. Begitu pula di usia 24 bulan belum bisa membentuk kalimat yang paling sederhana sampai menginjak usia lebih besar, dia mengalami gangguan berbahasa, baik verbal dan non verbal.

Terdapat dua tipe autis. Pertama, low functioning (IQ rendah). Pada anak autis low functioning, dia tidak akan dapat mengenal huruf maupun membaca. Maka dari itu, penanganan yang diberikan hendaknya tidak diarahkan ke sana, tetapi lebih ke pengajaran kemandirian yang sifatnya basic lifes skill.

(32)

Penanganan anak autis dapat dilakukan dengan beberapa upaya. Bisa dengan

menggunakan metode ABA (aplied, behaviour, realistis) yang merupakan terapi perilaku. Dapat pula dengan metode sensory integracy therapy, snouzleen theraphy, auditory therapy, speech and language therapy, occupational therapy ,dan psycho-educational therapy. Meski demikian menurut Lucy, terapi sendiri tidak akan berhasil apabila tidak diikuti dengan penanganan bersama oleh keluarga dan sekolah. "Ciptakan suasana yang kondusif bagi anak autis di lingkungan keluarga dan sekolah sebab di sanalah sebenarnya anak-anak itu bertumbuh kembang serta berinteraksi," paparnya.

Identifikasi kelemahan

Sementara itu, Prof Ho Lai Yun, MBBS,M.Med (Paediatric), Associate Dean Singapore General Hospital and Outram Campus, mengatakan intervensi dini terhadap anak penyandang autis sangat dibutuhkan dalam upaya penyiapan program pendampingan khusus. Adapun desain dari program tersebut harus tetap diarahkan pada pengembangan kemandirian, sosial, basic skill, communication skill, dan lainnya.

"Untuk itu, penting diketahui apa-apa saja kemampuan yang dimiliki oleh anak dan apa yang menjadi kelemahannya. Sebab dengan begitu, kita bisa mengidentifikasi langkah-langkah penangangan yang dapat dilakukan," ujarnya kemudian.

Dia lantas menyarankan, agar pelaksanaan program intervensi itu benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan anak. Seperti misalnya, anak autis dengan keluhan kesulitan membaca, maka ada baiknya jika penanganan tidak cuma dengan penerapan kegiatan belajar baca, tetapi dapat melalui berbagai cara. ''Pendekatannya adalah dari hal-hal yang menjadi kemampuan anak. Dari situ selain potensinya dapat berkembang sekaligus meningkatkan keterampilan yang lain," kata wakil ketua Singapore Children Society ini.

Di tempat sama, Ketua Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof Dr Mulyono Abdurrahman, mengatakan sejarah dan sistem

pendidikan di Indonesia yang memisahkan antara anak normal dan anak autis serta yang dikenal dengan anak luar biasa, justru dapat menyebabkan persoalan baru. ''Anak-anak normal tidak mau menghargai anak-anak yang berkebutuhan khusus, dan anak

berkebutuhan khusus tidak bisa melakukan penyesuaian sosial dalam pergaulan di masyarakat," tegasnya.

Oleh sebab itu, dia mengharapkan salah satu upaya penanganan bagi anak autis dan berkebutuhan khusus lainnya adalah dengan tidak memisahkannya dari pergaulan normal, berikan kesempatan yang sama kepada mereka."Tidak semua anak-anak itu bodoh, justru

(33)

ARTIKEL 21

TBC, JIKA MENYERANG OTAK SANGAT RAWAN BAGI ANAK

Tuberkulosis alias TBC pada anak perlu diwaspadai sejak dini. Kanak-kanak jauh lebih mudah tertular penyakit tersebut.

Serangan TBC terhadap anak-anak juga sangat rawan mengganggu organ tubuh selain paru-paru, terutama otak. Akibatnya, anak terganggu tumbuh kembangnya, bahkan cacat. Seperti diungkapkan dr Emma Nurhema SpA dari Rumah Sakit Persahabatan, TBC pada anak jauh lebih kompleks. "Yang dikhawatirkan utamanya justru bukan sebatas

menyerang paru-paru seperti pada orang dewasa, melainkan ketika mengganggu organ lain anak," katanya.

Berdasarkan pengalamannya, tuberkulosis pada anak rawan menyerang antara lain tulang, mata, dan terutama otak. Serangan TBC pada otak, misalnya, dapat menyebabkan kecacatan. Anak terancam gagal kembang, sulit bicara, tangan lemah atau cacat lain sehingga perlu penanganan fisioterapi.

Tantangan lain, TBC pada anak, terutama bayi yakni kesulitan memeriksa apakah anak terkena TBC. Gejala yang sering timbul antara lain demam yang biasanya terlalu tinggi dan hilang timbul dalam jangka waktu lama. Sedangkan, tanda-tanda yang tidak terlalu spesifik antara lain berat badan turun tanpa sebab jelas, nafsu makan tidak ada, gagal tumbuh, pembesaran kelenjar limfa yang tidak sakit, batuk lama lebih dari tiga minggu, serta diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare. Kerap kali anak terlambat ditangani.

Jika terdapat gejala tersebut, sebaiknya anak sedini mungkin dibawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk dites mountex dan kemudian dievaluasi lebih lanjut. Tak kalah penting ialah informasi lengkap dari orangtua selengkapnya tentang kondisi kehidupan anak. Bagi anak yang telah terkena TBC, pengobatan yang dijalani sama saja dengan orang dewasa yakni menjalani pengobatan paket selama enam bulan. Namun, Emma

menambahkan, tuberkulosis pada anak tidak cukup semata ditangani dengan pengobatan, tetapi perbaikan lingkungan serta peningkatan gizi sangat penting untuk memperkuat daya tahan tubuh anak.

Imunisasi BCG (antituberkulosis) tidak menjamin anak bebas dari penyakit tersebut. Kuman penyebab TBC yakni Mycobacterium tuberkulosis ditularkan melalui percikan dahak. Jika terkena kuman terus-menerus dari orang-orang dewasa di dekatnya, terutama orangtua, maka anak tetap terkena. Di antara sesama anak kecil sendiri sangat kecil kemungkinan menularkan.

(34)

bayi. Terkadang sambil menimang-nimang dinyanyikan dan anak mendapat percikan dahak dari orangtua yang sakit TBC. sehingga anak tertular," ujarnya.

Oleh karena itu, angka anak penderita TBC sangat terpengaruh jumlah orang dewasa yang dapat menularkan TBC. Tim External TB Monitoring Mission mencatat fakta umum, setiap tahun di Indonesia ditemukan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian akibat penyakit tersebut. Indonesia merupakan negara ketiga terbesar yang bermasalah dengan TBC, setelah India dan China.

Masalahnya orangtua sering kali malu mengakui dirinya terkena tuberkulosis atau enggan berobat. Sedangkan penggunaan masker tidak efektif untuk memutus rantai penyebaran TBC kepada anak. Yang terpenting orangtua menyadari jika mendapat gejala TBC segera memeriksakan diri serta menjalani pengobatan.

(idionline/KCM)

(35)

ARTIKEL 22

MENGAPA ANAK TERUS PANAS-BATUK-PILEK?

Seorang bayi seharusnya jarang sakit, karena masih ditopang imunitas tinggi sewaktu dikandung atau menyusu ibunya. Penyakit sehari-hari seperti flu (yang ditandai panas-batuk-pilek), penyakit virus lain, atau bahkan infeksi kuman dapat ditolaknya. Sejak lama fakta ini telah disadari.

Coba saja, bila bayi Anda tinggal serumah dengan seorang penderita campak, maka biasanya ia tidak akan gampang tertular, dikatakan oleh Prof. Iwan Darmansjah. Namun nyatanya, banyak anak dan bayi menjadi pelanggan dokter setiap 2 - 3 minggu karena penyakit yang sama: bolak-balik demam, batuk, dan pilek. Tentu banyak orang tua bosan. Mereka menggugat, "Mengapa ini harus terjadi, sedangkan semua kebutuhan anak saya telah dicukupi?"

Pencetus penyakit pada anak memang sulit ditentukan, karena dapat bermacam-macam, misalnya lingkungan kurang sehat, polusi tinggi, dan ada perokok di rumah. Penggunaan penyejuk udara (AC) di malam hari bisa menimbulkan alergi suhu dingin, sehingga hidung anak mampet, dan ia bernafas lewat mulut. Kipas angin dipasang di kamar tidur yang lalu meniup debu ke segala penjuru kamar. Belum lagi penularan virus di sekolah dan tempat ramai seperti mal. Juga perawat yang sedang batuk - pilek. Tak langka pula kejadian sakit gara-gara anak mengonsumsi makanan ringan tidak sehat yang membuat tenggorokan menggelitik.

Batuk - pilek beserta demam yang terjadi sekali-kali dalam 6 - 12 bulan sebenarnya masih dinilai wajar. Tetapi observasi menunjukkan bahwa kunjungan ke dokter bisa terjadi setiap 2 - 3 minggu selama bertahun-tahun. Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan dalam penanganannya.

Pertama, pengobatan yang diberikan selalu mengandung antibiotik. Padahal 95% serangan batuk-pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Selain mubazir, pemberian antibiotik kadang-kadang justru menimbulkan efek sampingan berbahaya. Kalau dikatakan akan mempercepat

penyembuhan pun tidak, karena penyakit virus memang bakal sembuh dalam beberapa hari, dengan atau tanpa antibiotik. Hal ini telah dibuktikan dengan studi terkontrol (membandingkan dengan plasebo) berulang kali sejak ditemukannya antibiotik di tahun 1950 - 1960-an. Hasilnya selalu sama sehingga tidak perlu diragukan lagi kebenarannya. Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya tahannya menurun. Akibatnya anak jatuh sakit setiap 2 - 3 minggu dan perlu berobat lagi. Orang tuanya lalu langsung membeli

(36)

Lingkaran setan ini: sakit >> antibiotik >> imunitas menurun >> sakit lagi >>, akan membuat si anak diganggu panas-batuk-pilek sepanjang tahun, selama bertahun-tahun. Komplikasi juga sering akan terjadi, yang akhirnya membawa anak itu ke kamar perawatan di rumah sakit.

Pengalaman menunjukkan, bila antibiotik dicoret dari resep (sementara obat batuk-pilek yang adekuat diberikan), setelah 1 - 3 bulan si anak tidak akan gampang terserang penyakit flu lagi. Pertumbuhan badannya pun menjadi lebih baik.

Salah kaprah kedua ialah gejala batuk - pilek yang tidak diobati secara benar; artinya, siasat pengobatan perlu diubah. Ini lantaran obat jadi yang dijual di apotek tidak selalu dapat mengatasi masalah setiap penderita. Bahkan sering terjadi, batuk - pilek malah menjadi lebih parah dan berkepanjangan.

Suatu perubahan dalam resep, yang mendasar dan individual, perlu dilakukan untuk memutus lingkaran setan panas-batuk-pilek ini. Yang utama ialah menghentikan antibiotik, tidak memberikan kortikosteroid secara terus-menerus, menghentikan pemberian obat penekan batuk dan menggantinya dengan bronkodilator, serta memberikan campuran obat pilek yang baru. Efedrin dosis kecil - dicampur dengan antihistamin yang efektif - merupakan obat pilek terbaik. Pseudo-efedrin,

fenilpropanolamin, atau etilefrin yang lebih sering dijumpai dalam obat-jadi, tidak lebih baik dari efedrin, walaupun lebih mahal. Semua obat lain yang ternyata tidak terbukti efektif perlu dihentikan.

Terakhir, yang tidak kalah penting, carilah faktor pencetus yang dicantumkan di awal tulisan ini. Bila ditemukan, hindarilah. Selamat mencoba. Semoga anak Anda tidak perlu lagi begitu sering berobat karena flu!

Pencetus baru telah saya temukan diantara beberapa pasien anak. Ternyata orang tua jaman ini sering entertain anaknya di Mal. Kasus pertama, anaknya terus sakit, pun bila sebelumnya sangat sehat. Berikut ini sms-nya berbunyi setelah saya tanyakan "apa yang terjadi sebelumnya?". Tadi siang jam 2 BAB-nya baik, BAK banyak & kuning tua. Dari jam 11 jalan di mal sampai jam 4 sore, dia mengeluh pusing & lelah serta suhu badan yang tinggi (demam). Saya menjawab bahwa Mal bukan tempat rekreasi yang sehat. Dengan hanya parasetamol akhirnya panas hilang dan terus sembuh.. Berapa banyak orang tua di kota Jakarta ini berbuat demikian untuk 'mengangin-anginkan anaknya? Sebagian besar akan berakhir dengan panas, batuk, pilek, berak2, dan muntah secara akut. Jelas Mal bukan tempat rekreasi yang sehat, karena penuh dengan virus dan kuman. (idionline/Kalbefarma)

(37)

ARTIKEL 23

”BUNDA, DARI MANA AKU LAHIR?”

SEJAK pagi, Lala, si gadis kecil yang kritis dan ceriwis terlihat kesal. Dari mulut

mungilnya keluar ocehan kekesalan kepada tantenya. "Tante ... Lala marah sama Bunda!" "Lho, kenapa, La?" tanya Tante Lala yang perutnya sedang membuncit karena hamil. "Lala cuma tanya, tapi Bunda nggak mau jawab. Katanya Lala masih terlalu kecil. Hmh Lala sebel sama Bunda! Padahal Lala kan umurnya 4 tahun Tante, sudah besar. Lala keseel banget!" "Memangnya Lala tanya apa La?" si tante kembali menyahut. "Lala tanya, kenapa perut Tante buncit.

Kata Bunda, perut Tante ada adeknya, dulu perut Bunda juga buncit waktu Lala masih dalam perut Bunda. Terus Lala tanya lagi Tante, waktu Lala dalam perut, keluarnya lewat mana Bunda? Eh ... Lala malah dimarahin Tante, disuruh diem, nggak boleh tanya-tanya lagi sama Bunda. Pokoknya Lala marah deh Tante!" jawab Lala sambil cemberut.BILA gadis kecil tadi menjelma menjadi seorang remaja, barangkali temannya akan

berkomentar, "Kasiaan deh lo ...!"

Namun, dia hanya seorang gadis kecil berusia 4 tahun yang masih senang bertanya dan menyimpan beragam pertanyaan dalam kepalanya. Pertanyaan serupa sering dilontarkan anak balita seusia Lala. Kebanyakan orang tua menjawab sama, "Kamu masih terlalu kecil, tidak boleh tanya-tanya masalah itu, diam, diam, dan diam", begitulah jawaban sebagian orang tua. Pada umumnya mereka masih menganggap seksualitas adalah sesuatu yang tabu dan saru untuk dibicarakan.

Padahal, di zaman yang 'gila' seperti ini, di mana kasus perkosaan dan sodomi pada anak meningkat sangat tajam, pendidikan seks sejak dini sangat diperlukan. Belum lagi masalah seks bebas di kalangan remaja yang semakin merajalela.

Dengan kondisi seperti itu orang tua mana yang tidak cemas dan waswas melepas

anaknya berangkat remaja. Penelitian di pelbagai negara menemukan bahwa anak remaja akan terhindar dari keterlibatan dengan seks bebas, jika mereka dapat membicarakannya masalah seks dengan orang tua. Artinya, orang tua harus menjadi pendidik seksualitas bagi anak-anaknya.

Hal ini hanya dapat dilakukan bila sejak dini, orang tua telah memberikan pendidikan seks untuk mereka.Dalam sebuah seminar mengenai 'Bicara Seks kepada Anak', Elly Risman, S.Psi, seorang psikolog yang bertindak sebagai pembicara, menjelaskan bahwa orang tua memikul tanggung jawab sebagai pendidik seksualitas bagi anak-anaknya. Orang tua tidak dapat 'mengekspor' tanggung jawab ini kepada guru di sekolah atau lingkungan sekitar. Ini adalah tanggung jawab bersama, ayah dan ibu, sebagai pasangan yang telah diberi amanat oleh Tuhan. Masing-masing memunyai porsi untuk menjelaskan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan komitmen organisasi, budaya

Dunia usaha dan dunia industri, berdasarkan temuan penelitian ini latihan kerja, kompetensi kewirausahaan dan bimbingan karier memberikan determinasi yang sangat tinggi

Sesuai dengan penelitian sebelumnya, pada hidrosefalus dapat ditemukan perlambatan fokal atau bilateral dengan sebagian besar mempunyai irama dasar yang normal atau irama

Disimpulkan bahwa alternatif terpilih berdasarkan Multi Attributes Decision Mak ing (MADM) dengan menggunakan metode TOPSIS untuk menentukan lokasi baru proses assembly

Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan akreditasi di bidang kurikulum atau kegiatan belajar mengajar adalah sekolah menyiapkan semua dokumen kurikulum yang

1,000,000 atas nama Septianingrum 101 Pelatihan dasar ketenagakerjaan (dinas

Sedangkan ketika menggunakan program sequensial atau program biasa akan menghasilkan eror sebesar 2.219% pada sensor arus, 1.05% pada sensor tegangan serta 4.607% hal

digunakan dalam proses penanganan keluhan. Bengkel Clink perlu meningkatkan.. upaya sosialisasi prosedur pelayanan, meningkatkan kecepatan dan memberi kemudahan dalam