68
PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN UNSURE RIBAWI DI
KARANG PENANG SAMPANG MADURA
Harisah Rufhah
Institut Agama Islam Madura, Sekolah Tinggi Ekonomi Syariah Wali Songo Sampang
[email protected], [email protected]
Abstrak –Bentuk perekonomian masyarakat tidak jarang lepas dari praktik utang piutang untuk membantu modal ataupun untuk kebutuhan konsumtif masyarakat, seperti yang terjadi di Desa karang Penang Sampang Madura masyarakat sering kali dibantu oleh masyarakat lainnya yang lebih mampu dalam keuangan. Namun, nilai tawun ini sering kali tidak sejalan dengan konsep dasar syariah, dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk mengkaji praktik utang piutang dengan unsur ribawi. Penelitian ini dilakukan menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode wawancara dan metode observasi. Penelitian ini menemukan bahwa praktik utang piutang di Desa karang Penang tidak sesuai dengan prinsip dasar ekonomi syariah karena adanya penambahan keuntungan dari modal yang berupa uang, adanya tambahan keuntungan ketika jatuh tempo dan pengutang belum mampu bayar, besaran keuntungan berkisar dari 10%-50% dari besaran modal yang dikeluarkan kreditur serta tidak adanya nilai taawun yang sesuai syariah dalam transaksi tersebut.
Kata Kunci: Utang Piutang, Ribawi, Sampang.
PENDAHULUAN
Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin yang mengatur semua aspek kehidupan mulai dari yang kecil dan sederhana sampai pada masalah yang kompleks. Itu semua karena Islam ingin semua pemeluknya menjadi insan yang bertaqwa dan melakukan segala aktivitas dengan
berpedoman pada Al-qur’an dan Al-hadist1Manusia sebagai mahkluk sosial dan ekonomi tentu saja
memiliki segudang keperluan dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan orang lain, baik itu yang berhubungan dengan politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya, maka dari itu manusia butuh
bantuan orang lain termasuk berutang piutang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.2
Utang piutangmerupakan pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqih klasih , qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad saling membantu dan bukan
69
transaksi komersial.3 Menurut fuqaha, utang piutang adalah perjanjian antara dua orang yang
saling menanggung , salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan keuntungannya, seperti seperempat, setengah atau sepertiga sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan bersama. Sedangkan Madzhab yang empat (Imam, Syafi’i, Maliki, Hambali, dan Hanafi) mengkategorikan utang piutang sebagai salah satu bentuk transaksi dengan melakukan kerjasama dengan memberi harta pada pihak lain
dalam waktu yang ditetapkan.4
Utang piutangpada dasarnya memiliki landasan hukum diperbolehkan dalam syariah Islam. Bahkan orang yang memberikan utang atau pinjaman kepada orang lain yang sangat membutuhkan adalah hal yang sangat disukai dan dianjurkan, karena didalamanya terdapat pahala yang sangat besar.Diantaranya dalam Surah Al-baqarah ayat 245.Ayat tersebut menjelaskan siapa saja yang memberikan bantuan berupa pinjaman baik barang atau benda dijalan Allah SWT, maka Allah akan melipat gandakan pinjaman tersebut berupa rezeki yang melimpah.
Maka dari itu setiap orang disunnahkan bahkan diwajibkan untuk memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan, selama orang itu mampu memberikan pinjaman. Dalam kajian fiqih, Wahbah Zuhaily mengemukakan bahwa seseorang yang meminjamkan uang pada orang lain tidak boleh meminta manfaat apapun dari yang diberi pinjaman, termasuk janji dari si peminjam
untuk membayar lebih.5
Larangan membayar lebih dari pengembalian utang piutang dalam Islam disebut riba. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, salah satunya adalah menurut Muhammad Syafi’i Antonio yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahanan dari pengembalian utang piutang, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.
Dalam transaksi utang piutang harus dilaksanakan secara jujur dan amanah yaitu kepercayaan dari yang memberi utang terhadap yang diberi utang. Kepercayaan sangat diutamakan
3Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah:Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 131. 4
Ismail, Perbank an Syariah (Jakarta: KENCANA, 2011), 212. 5
70
didalam memberi utang untuk sekarang ini karena banyak orang yang berutang tetapi melupakan utangnya sendiri.di Dusun Bandungan kecamatan Karang Penang Kabupaten Sampang yang masih marak melakukan praktik utang piutang uang ke individu ataupun perorangan.
Praktik utang piutang tersebut sudah berlangsung lama yaitu dari tahun ketahun yang semua hanya sekedar mengadakan hubungan muamalah.praktik utang piutang ini dilakukan sejak dulu sebelum adanya lembaga keuangan ataupun koperasi, bank dan semacamnya. Sampai dengan perkembangan di Desa Karang Penang yang mulai bermunculan lembaga keuangan dari pondok pesantren maupun bank Negara yang beroperasi untuk mempermudah transaksi keuangan mereka, akan tetapi masyarakat di Dusun Bandungan masih mempercayai dan melakukan transaksi utang piutang mereka kepada perorangan\individu atau (rentenir).
Dari berbagai kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan kenapa masyarakat masih melakukan praktik utang piutang terhadap perorangan?, dan apakah praktik yang mereka jalankan sesuai dengan prinsip ekonomi Islam? dari latarbelakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti yang mengangkat masalah tersebut dalam sebuah judul skripsi yaitu: praktik utang piutang dalam perspektif ekonomi Islam di Dusun Bandungan Kecamatan Karang Penang Kabupaten Sampang.
METODOLOGIPENELITIAN
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif.Yaitu pendekatan yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian pendekatan ini, landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan.6
Penelitian ini merupakan studi kasus yang ada di Dusun Bandungan Desa Karang Penang Onjur Kec. Karang penang Kabupaten Sampang Madura. Lokasi penelitian yang dilakukan yaitu di Dusun Bandungan Desa Karang penang Onjur Kec. Karang Penang, karena menurut peneliti di dusun tersebut masih banyak yang melakukan transaksi Utang piutang dan termasuk tetangga
6
71
peneliti sendiri yang merupakan rentenir atau pihak pemberi utang. Dengan itu peneliti lebih mudah untuk mencari informasi tentang utang piutang yang dilakukan di Bandungan tersebut.
Wawancara atau juga disebut interview adalah pengumpulan data melalui Tanya jawab
sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada praktik utang piutang bersyarat.7
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang faktor apa yang mempengaruhi masyarakat tetap menggunak jasa rentenir dan apakah praktik mereka sesuai dengan aturan Islam jika di tinjau dari ekonomi Islam di Dusun Bandungan kec. Karang Penang.
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis fenomena-fenomena yang
diperoleh.8Metode ini juga dilakukan untuk memastikan praktik yang dijalankan oleh masyarakat
Karang Penang Onjur Sampang Madura.
Utang piutang dalam konsep syariah
Utang piutang salah satu bentuk transaksi yang bisa dilakukan pada seluruh tingkat masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern, oleh sebab itu transaksi itu sudah ada dan dikenal oleh manusia sejak manusia ada dibumi ini ketika mereka mulai berhubungan dengan satu sama lain. Setiap perbuatan yang mengacu pada perniagaan tentunya melalui proses awal yaitu akad, sebelum terjadinya perikatan antara pihak satu dengan yang lain. Utang piutang dalam Islam disebut dengan qardh, qardhmerupakan upaya memberikan pinjaman kepada orang lain dengan syarat pihak peminjam mengembalikan gantinya.
Utang piutang adalah penyerahan harta berbentuk uang untuk dikembalikan pada
waktunya dengan nilai yang sama.9Utang piutang merupakan salah satu bentuk muamalah yang
dikenal dan sudah dipraktikkan pada masa Rasulullah SAW, sampai sekarangpun masih dilakukan oleh masyarakat umum.Untuk saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut azhar Basyir, utang piutang adalah memberikan harta kepada orang lain untuk
7
Sutrisno Hadi, Metodelogi Research II (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1987), 193. 8
Cholid Narbuko Dan Abu Ahmad, Metode Penelitian, Cet. 4 (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), 1. 9
72
dimanfaatkan guna untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan maksud akan membayar
kembali pada waktu mendatang.10 Dalam bahasa arab utang piutang disebut qardh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, utang piutang adalah uang yang dipinjam
dari orang lain dan dipinjamkan kepada orang lain11Secara etimologis qardh merupakan bentuk
masdar dari qaradha asy-syai’-yaridhu, yang berarti dia memutuskan. Dikatakan ,qaadhuasy-syai’a
bil-miqadh, atau memutuskan sesuatu dengan gunting . Al-qardh adalah sesuatu yang diberikan
pemilik untuk dibayar. Adapun qardh secara terminologis adalah memberikan harta kepada orang
yang akan memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya dikemudian hari.12
Menurut Hanafiyah qardh diartikan sesuatu yang diberikan seseorang dari harta mitsil
(yang memiliki perumpamaan) unruk memenuhi kebutuhannya.13Qardh/qirad atau mudharabah
merupakan salah satu bentuk akad kerja sama dalam perdagangan. Istilah qirad digunakan oleh orang Hijaz, sedangkan orang Irak menyebutnya dengan mudharabah.Dengan demikian qirad dengan mudharabah memiliki arti yang sama. Al-qirad menurut bahasa (etimologi) diambil dari
qardh ,berarti al-qat’u’(potongan), sebab pemiliik memberikan potongan atau sebagian dari
hartanya diserahkan kepada pengusaha agar hartanya diperdagangkan, dan pengusaha tersebut akan
memberikan laba yang diperoleh sesuai dengan kesepakatan. 14
Menurut istilah (terminologi) adalah sesuatu yang diutangkan dan disebut juga dengan
Iqrad atau salaf, yang berarti sesuatu pemberian dan pengalihan hak milik, dengan syarat harus ada
penggantinya yang serupa (sama).15Dengan kata lain, Qardh adalah pemberian harta kepada orang
lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dalam istilah lain meminjam tanpa mengharap imbalan. Dalam literatur fiqh klasik, qardh tathawwui atau akad saling membantu dan bukan
transaksi komersial.16 Untuk itu dapat dikatakan bahwa seseorang yang berniat ikhlas untuk
10Ahmad Azhar Basyir, Huk um Islam, Utang Piutang , Gadai (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 56.
11Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-1 (Jakarta Balai Pustaka, 1998), 689.
12
Mardani, Fiqh Ek onomi Syariah:Fiqh Muamalah , Empat (Jakarta:Kencana, 2016), 331. 13Rahmat Syafe’i, Fiqih Muamalah (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), 14. 14
Abu Azam Al Hadi, Fiqih Muamalah Kontemporer (Depok: Rajawali pers, 2017), 122. 15
Ahmad Azhar Basyir, Huk um Islam, Utang Piutang , Gadai, 59.
73
menolong orang lain dengan cara meminjamkan Utang tanpa mengharapkan imbalan disebut sebagai Al- Qardhul Hasan.
Karnaen Purwaatmadja mengatakan bahwa Al-Qardul Hasan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban semata dimana sipeminjam tidak dituntut untuk
mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman.17 dan menurut Umar, Al-Qardul Hasan adalah
perjanjian pinjaman baru kepada pihak kedua dan pinjaman tersebut dikembalikan dengan jumlah yang sama yakni sebesar yang dipinjam. Pengembalian ditentukan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan kesepakatan bersama dalam pembayaran dilakukan secara angsuran maupun tunai. Ia menambahkan bahwa Al- Qardul Hasan merupakan pinjaman yang harus dikembalikan pada akhir suatu waktu yang telah disepakati tanpa keharusan membayar bunga atau pembagiaan
untung rugi dalam bisnis.18
Sedangkan menurut Toto Abdul Fatah, Al-Qardul Hasan adalah suatu pinjaman yang diberikan seseorang kepada orang lain tanpa dituntut untuk mengembalikan apa-apa bagi peminjam,
kecuali pengembalian modal pinjaman tersebut. 19dari beberapa penjelasan tersebut, dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa Al-Qardul Hasan merupakan suatu jenis pinjaman produk pembiayaan dari pemilik modal baik individu maupun kelompok yang pengembalian pinjaman uangnya tidak disertai dengan bunga, namunpihak peminjam berkewajiban membayar biaya administrasi.
Qardh merupakan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah dalam
membantu pengusaha kecil. Pembiayaan Qardh diberikan tanpa adanya imbalan. Qardh juga merupakan pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali sesuai dengan jumlah uang yang dipinjamkan, tanpa adanya tambahan atau imbalan yang diminta oleh
bank syariah. 20
Islam sebagai agama di dalamnya mengandung konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal, baik dalam hubungan dengan sang pencipta
17
Karnaen Purwaatmadja, Membumik an Ek onomi Islam Di Indonesia (Depok: Usaha Kami, 1996), 33. 18
M. Umar Capra, Al-Qur’an Menurut Sistem Moneter Yang Adil (Jakarta : PT. Dana Bhakti Primayasa, 1997), 40. 19
Toto Abdul Fatah, Bank Tidak Identik Dengan Riba (Jawa Barat: MUI, 2001), 44. 20
74
(habluminAllah) maupun hubungan sesama manusia (hablumminannas). Ada tiga pokok dalam ajaran Islam, pertama aqidah yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan dan kekuasaan Allah. Dengan demikian, harus menjadi keimanan seorang muslim ketika melakukan berbagai aktifitas di muka bumi. Oleh karena semuanya semata-mata untuk mendapatkan keridaan seabgai khalifah yang mendapat amanah dari Allah.
Kedua syariah, yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan orang
muslim, naik dalam bidang ibadah maupun dalam bidang muamalah. yang merupakan aktualisasi dari akidah menjadi keyakinannya. Sedangkan muamalah meliputi berbagai keidupan, antara lain yang berhubungan dengan ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah. Ketiga akhlak, yaitu landasan perilaku dan kepribadiaan yang akan mencirikan dirinya sebagai seorang
muslim yang taat berdasarkan ajaran agamanya. 21
Ekonomi syariah sabagian salah satu sistem ekonomi yang eksis di dunia, untuk hal-hal tertentu tidak berbeda dengan sistem ekonomi mainstream, seperti kapitalis mengejar keuntungan sebagai dominan dalam sistem kapitalisme, juga sangat dianjurkan dalam ekonomi syariah. Adapun prinsip-prinsip dalam ekonomi syariah yakni sebagai berikut; Tauhid (keesaan tuhan) tauhid adalah
asas filsafat ekonomi syariah yang menjadi orientasi dasar ilmu ekonomi.22 Keseimbangan prinsip
keseimbangan dalam dalam ekonomi memiliki kekuatan untuk membentuk mozaik pemikiran seseorang bahwa sikap keseimbangan dapat mengantarkan manusia kepada keadaan keharusan adanya fungsi sosial bagi harta benda, Kehendak bebas adalah prinsip yang mengatur manusia yang meyakini bahwa Allah tidak hanya memiliki kebebasan mutlak, tetapi dianjugab dengan sikap pengasih dan penyayang menganugerahkan manusia kebebasan untuk memiliki jalan yang
berbentang antara kebaikan dan keburukan.23 Ta’awun ( tolong menolong) idiologi manusia terkait
dengan kakayaan yang disimbolkan dengan uang terdiri dari dua kutub ekstriam materialisme dan
spritualisme.
21
Nurul Huda, Et All, Ek onomi Mak ro Islam: Pendek atan Teoritis (Jakarta: Kencana Predanada Media Grup, 2009), 2. 22
Muhammad, Aspek Huk um Dalam Muamalah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 83. 23
75
Unsur Ribawi Dalam Utang Piutang Masyarakat
Hikmah disyariahkan Qardh antara lain; Melaksanakan kehendak Allah agar kaum muslimin saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, menguatkan ikatan ukhuwah (persaudaraan) dengan cara mengulurkan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan mengalami
kesulitan dan meringankan beban orang yang tengah dilanda kesulitan.24Sedangkan manfaat qardh
diantaranya; memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat talangan jangka pendek, Al-Qardul Hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dan bank konvensional yang didalamya terkandung misi sosial, disamping misi komersial, adanya misi sosial-kemasyaratan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas
masyarakat terhadap bank syariah.25 Namun dalam praktik qardhsangat rentan dengan unsur Riba,
Akad qardh dengan adanya tambahan atas pengambilan Utang adalah riba. Mengenai keharaman pengambilan manfaat atas transaksi Utang piutang maka perlu membahas tentang riba.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa sebagian besar masyarakat desa Karang Penang adalah masyarakat yang ekonominya lemah, kehidupan mereka diantaranya menggantungkan pada pertanian dan perdagangan. Dan hasil dari pertanian dan dagangnya kadangkala tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, terutama pada waktu penanaman untuk petani, waktu penanaman persediaan uang sudah habis sedangkan mereka sangat membutuhkan banyak biaya untuk membeli bibit pertaniaan mereka.
Bagi seorang pedagangpun biasanya hasil dari dagangan mereka tidak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka mengeluarkan modal yang cukup banyak akan tetapi terkadang hasilnya tidak sesuai dengan harapan mereka. Dalam keadaan ini petani atau pedagang biasanya meminjam uang pada seseorang yang biasanya mengutangkan (rentenir) yang ada di dusun Bandungan Desa Karang Penang untuk modal dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut mereka tidak ada jalan lain kecuali meminjam pada rentenir karena hal ini lebih mudah mereka lakukan, meskipun sebenarnya di Karang Penang sendiri sudah ada koperasi atau BMT yang
24
Mardani, Fiqh Ek onomi Syariah:Fiqh Muamalah , 333–34.
76
beroperasi untuk memudahkan transaksi keuangan mereka. Namun mereka tetap meminjam uang pada rentenir karena meminjam kepada rentenir lebih mudah dan lebih ringan tanggung jawabnya, dibandingkan meminjam kepada koperasi atau BMT yang biasanya ada syarat barang jaminan, selain itu karena masyarakat Karang Penang yang kebanyakan masih awam terhadap dunia transaksi koperasi atau lainnya.
Jika mereka berutang kepada rentenir, mereka tidak perlu menggunakan sertifikat atau barang jaminan lainnya. Rentenir hanya meminta pembayaran utangnya setiap pasaran (hari minggu dan rabu) yang akan ditagih di pasar untuk pedagang dan petani yang akan menemui si kreditur setiap pembayaran. Dan seperti dibawah ini praktiknya:
Praktik yang dilakukan oleh ibu Di’ah,(seorang pedagang) yaitu saat ibu Di’ah meminjam uang kepada ibu Samini (orang yang dianggap kaya) sebesar Rp. 1.500.000 dengan tempo 5 bulan dia harus membayarnya, jika lewat dari perjanjian maka ibu di’ah harus membayar lebih sejumlah Rp. 1.600.000. dan akadnya seperti dibawah ini; (ibu Di’ah (peminjam) ”saya mau meminjam uang
sebesar Rp. 1.500.000”. begitulah permintaan dari ibu Di’ah untuk meminta utangan kepada
rentenir.26
ibu Samini (pemberi pinjaman) ”saya akan meminjami kamu uang sebesar 1.500.000 dengan jangka 5 bulan. Jika kamu tidak dapat mengembalikan selama 5 bulan, maka kamu harus membayarnya sejumlah Rp. 1.600.000”.itulah akad yang dilakukan oleh ibu Samini untuk
permintaan dari ibu Di’ah.27
Sebagai pedagang kebutuhan yang urgen adalah adanya modal untuk barang dagangannya, agar tetap bisa berjualan seperti biasanya baik untuk membeli bahan-bahan pembuat dagangan, atau untuk membayar utang yang sebelumnya. Ibu Di’ah seorang pedagang jajanan pasar yang setiap hari berjualan di pasar Karang Penang dengan hasil jualan jajanan tesebut ibu Di’ah bisa membayar cicilan utang tersebut kepada ibu Samini. Meskipun dalam transaksi tersebut terdapat tambahan yang yang disyaratkan tetap saja ibu Di’ah menggunakan jasa rentenir.
26Di’ah, Wawancara Langsung Pedagang, January 11, 2019. 27
77
Praktik yang kedua yaitu transaksi yang dilakukan oleh ibu Rukmiyahmeminjam uang kepada ibu Anisa sebesar Rp. 500.000 dengan jumlah pengembalian sebesar Rp. 530.000.dan akadnya seperti ini: (ibu Rukmiyah (peminjam) “tolong pinjami saya uang sebesar Rp. 500.000,
untuk modal dagangan saya”.28dan ibu Anisa (pemberi pinjaman) menjawab “baiklah ini saya pinjami kamu uang sebesar Rp. 500.000. dan kamu harus mengembalikan sebesar Rp. 530.000”).29
Ibu Rukmiyah sama dengan ibu Di’ah yaitu seorang pedagang. Namun ibu Rukmiyah adalah pedagang rempah-rempah yang biasa juga menggunakan jasa rentenir, dari hasil dagangnyalah ibu Rukmiyah membayar utang uang tesebut.Yang dibayar tiap seminggu dua kali yaitu (tiap pasaran di pasar Karang Penang yakni hari minggu dan rabu.
Praktik yang ketiga yaitu transaksi yang dilakukan ibu Sriyuniseorang petani, yang meminjam uang kepada ibu Bunihah sebesar Rp. 2.000.000. dengan waktu pembayaran selama 5 bulan setengah, jika tidak terbayarkan pada bulan yang dimaksud maka jumlah pengembalian sebesar Rp. 2.300.000. dan akadnya seperti dibawah ini:(ibu Sriyuni (peminjam) “saya sedang
butuh uang untuk modal pertanianku sebesar Rp. 2.000.000 tolong pinjami aku uang itu”,
begitulah permohonan ibu tersebut.30
Begitu pula dengan pernyataan ibu Bunihah (pemberi
pinjaman)” ini uang yang kau mau pinjam, aku beri waktu 5 bulan setengah untuk membayarnya jika tidak terlunaskan pada waktu itu, Maka kau akan menggantinya dengan jumlah Rp. 2.300.000”).31
Ibu Sriyuni merupakan petani yang juga menggunakan jasa rentenir untuk berutang yang digunakan untuk pembiayaan lahan taninya, pembelian bibit, dan pembelian pupuk. Jenis pertanian yang biasa ditanam oleh ibu Sriyuni yaitu tembakau, padi, kacang, kedelai, dan jagung. Untuk pembayaran utangya ibu Sriyuni menggunakan uang dari penjualan hasil panennya. Akan tetapi, untuk jenis tanaman yang masa panenya membutuhkan jangka waktu lama. Maka untuk memenuhi
28
Rukmiyah, Pedagang, Wawancara Langsung, Agustus 2019. 29
Anisa, Rentenir, Wawancara Langsung, Agustus 2019. 30
Sriyuni, Petani, Wawancara Langsung, September 2, 2019. 31
78
pembayaran angsuran setiap minggunya biasanya ibu Sriyuni menjual hasil panen yang sudah ditanam lebih dulu atau yang lebih cepat masa panennya.
Praktik ke empat yaitu praktik yang dilakukan oleh ibu Sanitiseorang ibu rumah tangga yang meminjam uang kepada ibu Bunihah sebesar Rp. 700.000. dengan waktu pembayaran selama 5 bulan, jika tidak terbayarkan pada waktu itu, maka jumlah pengembaliannya sebesar Rp. 1.000.000 akadnya seperti berikut: (ibu Saniti (peminjam) “saya mau berutang padamu untuk
keperluan saya, sebesar Rp. 700.000”.32
Begitu juga pernyataan Ibu Bunihah “saya kasih kamu
waktu 5 bulan untuk membayarnya, jika lewat dari itu maka kamu akan membayar sejumlah Rp. 1.000.000”).33
Ibu Saniti adalah seorang ibu rumah tangga yang suaminya merantau ke Malaysia, saat kiriman uang dari suaminya sudah habis. Maka salah satu caranya dengan berutang, dan untuk membayaran cicilan tiap minggunya ibu Saniti menyisihkan uang dari pinjamannya setelah digunakan untuk kebutuhannya sehari-hari sampai tiba bulan pengiriman uang dari suaminya.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa peminjam yang sudah beberapa kali meminjam uang kepada rentenir dapat diketahui bahwa proses transaksi utang piutang itu memiliki mekanisme
yang sama yaitu:34Datang langsung kepada pihak rentenir, melakukan perjanjian terkait dengan
besar pinjaman beserta bunganya dan waktu jatuh tempo, memberikan jaminan apabila meminjam dalam jumlah besar, dan megembalikan pinjaman sesuai dengan jatuh tempo yang telah disepakati.
Mekanisme utang piutang tersebut terdapat faktor eksternal yaitu didalam transaksi prosesnya lebih cepat dan mudah, tidak dibatasi jumlah pinjaman, dan hanya menggunakan perjanjian yang dilakukan secara lisan dengan sistem kepercayaan, sehingga pihak peminjam tidak memerlukan dokumen terkait identitas seperti halnya meminjam dilembaga keuangan keuangan. Mengingat sebagaian pihak peminjam meminjam uang karena dilatarbelakangi oleh faktor internal
32
Saniti, Ibu Rumah Tangga, Wawancara Langsung, September 14, 2019. 33
Bunihah, Rentenir, Wawancara via telefon, September 14, 2019. 34Di’ah, Wawancara Langsung Pedagang.
79
yaitu salah satunya kekurangan modal usaha dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang jumlahnya tidak begitu besar, dan modal untuk bahan pertanian. Sehingga meminjam uang kepada
pihak rentenir lebih mudah karena tidak memerlukan jaminan bagi peminjam dalam jumlah kecil.35
Mayoritas pihak peminjam merasa keberatan akan bunga yang telah ditetapkan oleh pihak rentenir. Hanya saja dikarenakan kebutuhan yang mendesak, dan tidak adanya waktu luang untuk meminjam ke lembaga keuangan dikarenakan kesibukan jualan, bertani, dan faktor lain seperti sibuk dengan pengantarkan anak-anak kesekolah, sehingga pihak peminjam tetap meminjam kepada rentenir. Meskipun harus memikirkan angsuran dan bunga setiap harinya. Pihak peminjam tetap meminjam kepada rentenir, ada pula peminjam yang merasa tidak diberatkan akan bunga yang telah
ditetapkan oleh rentenir karena sistem peminjamannya yang mudah dan cepat.36
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa adanya faktor internal yaitu utang piutang memberikan kemudahan dalam medapatkan pinjaman modal usaha, modal pertanian, dan memenuhi kebutuhan yang mendesak. kemudian difaktor eksternal terdapat sistem yang mudah dan cepat yaitu dengan perjanjian yang dapat dilakukan secara lisan yang bermodalkan kepercayaan serta dapat dilakukan dimana saja, mengakibatkan masyarakat lebih tertarik meminjam kepada pihak rentenir dari pada lembaga keuangan.
Utang piutang adalah akad memberikan benda yang ada harganya atau uang. Dengan ketentuan orang yang berutang mengembalikan dengan harga yang sama. Adanya tambahan barang atau uang ketika mengembalikan disebut sebagai bunga jika telah disyaratkan sebelumnya dan termasuk riba. Akan tetapi apabila orang yang berutang memberikan kelebihan atas kemauan sendiri yang tidak dipersyaratkan sebelumnya sebagai ungkapan rasa terimakasih, maka hal itu
diperbolehkan.37
35
Saniti, Ibu Rumah Tangga, Wawancara Langsung. 36
Sriyuni, Petani, Wawancara Langsung. 37
80
Tambahan merupakan keuntungan dari hasil transaksi pinjam meminjam uang. Dalam hal ini rentenir menetapkan sendiri jumlah tambahannya karena memang tidak ada patokan dalam menetapkan tambahan tersebut. Sehingga ada yang menetapkan tambahannya mulai dari 10% sampai 20%. Bermaksud agar keuntungan yang didapat lebih besar dan jasa rentenir ini mudah untuk dipinjamkan. Oleh karena itu masih banyak masyarakat yang menggunakan jasa rentenir. Dari beberapa praktik yang dilakukan oleh masyarakat Bandungan memang masih menggunakan tambahan saat pengembalian utang tersebut.
Prinsip keseimbangan dalam ekonomi Islam bertujuan untuk memberikan keadilan kepada kedua belah pihak yang melakukan perjanjian. Sedangkan dalam praktik hutang piutang yang terjadi di Dusun Bandungan Kec. Karang Penang terdapat ketidakseimbangan karena akad yang dilakukan tidakmengandung unsur keadilan. Pihak rentenir memberikan tambahan sesuai dengan yang telah ia tetapkan sendiri yaitu dengan persentase bunga yang sama besarnya pada semua pinjaman. Maka dalam hal ini semua peminjam akan mendapatkan presentrase bunga yang sama meskipun jumlah pinjamannya berbeda. Tambahan (bunga) yang disama-ratakan akan terasa berat bagi pihak yang meminjam uang dengan jumlah kecil. Ketidakadialan dalam transaksi ini merugikan salah satu pihak yaitu pihak peminjam yang dirugikan tetapi pada sisi lainnya mereka diberikan pinjaman akan tetapi memberatkan pada uang tambahannya. Pada pihak rentenir menguntungkan dengan adanya uang tambahan tersebut. Oleh karena itu, praktik hutang piutang
tersebut belum sesuai dengan prinsip keseimbangan (keadilan).38
Didalam ekonomi Islam dijelaskan mengenai kehendak bebas yaitu manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan yang berbentang pada kebaikan maupun keburukan. Dalam praktik hutang piutang di Dusun Bandungan Kec. Karang Penang ini mayoritas dilatarbelakangi oleh kebutuhan yang mendesak sehingga memerlukan pinjaman yang sistemnya cepat dan mudah. Pihak kreditur menggunakan peluang tersebut untuk mencari keuntungan yaitu memberikan pinjaman dengan adanya tambahan.
38
81
Sebenarnya masyarakat merasa keberatan akan adanya tambahan tersebut, namun meraka memilih menggunakan jasa hutang piutang tersebut karena sistemnya lebih mudah dibandingkan dengan lembaga keuangan, sehingga masyarakat tidak memiliki pilihan lain dalam memperoleh pinjaman dengan sistem yang cepat dan mudah. Kemudian pihak rentenir sebenarnya memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan syariat Islam atau memilih pekerjaan yang diharamkan oleh agama Islam. Namun karena kebutuhan yang belum tercukupi dengan bekerja sebagai buruh dan pegadang dan lainnya serta adanya peluang menyebabkan mereka memilih membuka jasa hutang piutang dengan tambahan. Padahal sebenarnya mereka sudah mengetahui
bahwa praktik hutang piutang dengan tambahan tidak dibenarkan dalam Islam. 39
Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Bantuan tersebut didasarkan dengan prinsip tolong menolong. Namun praktik utang piutang di Dusun Bandungan Kec. Karang Penang terdapat syarat berupa tambahan. Padahal menurut pihak rentenir utang piutang tersebut bertujuan untuk menolong pihak yang membutuhkan bantuan modal usaha atau kebutuhan lainnya. Seharusnya dalam praktik tolong menolong tidak diperbolehkan mengambil karena dapat memberatkan salah satu pihak.
SIMPULAN
Praktik utang piutang di Dusun Bandungan dalam transaksinya memang sudah memenuhi rukun utang piutang yaitu A’qid, Ma’qud alayh, Shighat. Namun, dalam pengembalian utang piutang tersebut ada ketentuan tambahan yang disyaratkan oleh rentenir atau bisa disebut bunga, yang dipatok atas tambahan itu mulai dari 10 % sampai 50 %. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat tetap menggunakan jasa rentenir yaitu ada dua faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internalnya adalah kebutuhan yang mendesak, dan keperluan usaha. Sedangkan faktor eksternalnya adalah cara meminjam yang mudah yaitu dengan perjanjian yang dilakukan secara lisan dan bermodalkan kepercayaan, besarnya pinjaman yang tidak dibatasi, dapat dilakukan dimana saja, mengakibatkan masyarakat lebih tertarik meminjam\berutang kepada pihak rentenir
39
82
daripada lembaga keuangan.Dan jika ditinjau secara ekonomi Islam, maka praktik yang mereka lakukan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam yaitu tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, dan tolong menolong.
83 DAFTAR PUSTAKA
A. Zainuddin Dan Muhammad Jamhari. Al- Islam 2 Muamalah Dan Akhlak. Jakarta: Cv Pustaka Setia, 1998.
Abu Azam Al Hadi. Fiqih Muamalah Kontemporer. Depok: Rajawali pers, 2017.
Ahmad Azhar Basyir. Hukum Islam, Utang Piutang , Gadai. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Amir Syaefudin. Garis Besar Fiqih. Jakarta: Prenata Media, n.d. Anisa, Rentenir. Wawancara Langsung, Agustus 2019.
Bunihah, Rentenir. Wawancara Langsung, September 19, 2019. ———. Wawancara via telefon, September 14, 2019.
Cholid Narbuko Dan Abu Ahmad. Metode Penelitian. Cet. 4. Jakarta : Rineka Cipta, 2004.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. Ke-1. Jakarta Balai Pustaka, 1998.
Di’ah. Wawancara Langsung Pedagang, January 11, 2019.
Helmi Karim. Fiqih Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017. Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: KENCANA, 2011.
Ismail Nawawi. Fiqih Muamalah Klasik Dan Kontemporer Hukum Perjanjian Ekonomi Dan Bisnis
Dan Sosial. Ghalia Indonesia, 2012.
Karnaen Purwaatmadja. Membumikan Ekonomi Islam Di Indonesia. Depok: Usaha Kami, 1996. M. Umar Capra. Al-Qur’an Menurut Sistem Moneter Yang Adil. Jakarta : PT. Dana Bhakti Primayasa, 1997.
Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah:Fiqh Muamalah. Empat. Jakarta:Kencana, 2016. Muhammad. Aspek Hukum Dalam Muamalah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Muhammad Abdul Tuasikal. Hukum Islam Muammalah. 2015, n.d.
Muhammad Syafi’i Antonio. Bank Syariah:Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
———. Bank Syariah:Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani, 2001.
Nurul Huda, Et All. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana Predanada Media Grup, 2009.
Rahmat Syafe’i. Fiqih Muamalah. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013. Rukmiyah, Pedagang. Wawancara Langsung, Agustus 2019.
84 Samini Rentenir. Wawancara Langsung, Desember 2018.
Saniti, Ibu Rumah Tangga. Wawancara Langsung, September 14, 2019. Sriyuni, Petani. Wawancara Langsung, September 2, 2019.
Sutrisno Hadi. Metodelogi Research II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1987.
Toto Abdul Fatah. Bank Tidak Identik Dengan Riba. Jawa Barat: MUI, 2001. W. Gulo. Metode Penelitian. Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002.