• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN LOKASI MAKAN BURUNG PANTAI MIGRAN GENUS. Calidris DI KAWASAN PESISIR TRISIK KULON PROGO YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMETAAN LOKASI MAKAN BURUNG PANTAI MIGRAN GENUS. Calidris DI KAWASAN PESISIR TRISIK KULON PROGO YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

i PEMETAAN LOKASI MAKAN BURUNG PANTAI MIGRAN GENUS

Calidris DI KAWASAN PESISIR TRISIK KULON PROGO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna memperoleh gelar Sarjana sains

Disusun oleh : HARUN SUBEKTI

05308141005

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Usaha terpenting manusia adalah mencari

kerindaan Allah SWT dan semua yang

diberikan Allah SWT adalah hal yang terbaik

buat kita

KARYA INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK :

1. Ayah dan ibuku tercinta

2. Kakak-kakak dan adikku

3. Bionic

(6)

vi ABSTRAK

PEMETAAN LOKASI MAKAN BURUNG PANTAI MIGRAN GENUS Calidris DI KAWASAN PESISIR TRISIK KULON PROGO

YOGYAKARTA Oleh : Harun Subekti NIM. 05308141005

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah individu burung pantai migran genus Calidris, lokasi mencari makan, dan jenis organisme makanan burung pantai migran genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik Banaran Galur Kulon Progo Yogyakarta.

Penelitian dilakukan dengan cara observasi deskriptif, penelitian dimulai bulan Oktober 2009 sampai Januari 2010 di desa Banaran Galur Kulon Progo Yogyakarta yang terletak pada titik ordinat antara S 07058’35” dan E 110011’34”. Prosedur kerja yang dilakukan untuk memperoleh data dilakukan dengan tiga tahap yaitu, pengamatan seluruh kawasan lokasi aktifitas burung pantai genus

Calidris, mengamati perilaku mencari makan, dan identifikasi jenis organisme

makanan burung pantai migran genus Calidris di tiap lokasi mencari makan. Hasil penelitian diketahui bahwa ada tiga jenis burung pantai migran genus Calidris yang datang ke Kawasan Pesisir Trisik yaitu Calidris alba sebanyak 3113 individu, Calidris ruficollis sebanyak 21 individu dan Calidris

tenuirostris sebanyak 98 individu. Untuk jumlah burung yang mencari makan, Calidris alba hanya ada 1606 individu yang teramati mencari makan sedangkan

individu lainnya teramati sedang istirahat dan mandi bersamaan waktunya dengan individu lain yang mencari makan, Calidris ruficollis dan Calidris tenuirostris semuanya teramati mencari makan. Ada lima lokasi yang digunakan sebagai lokasi mencari makan yaitu Rawa asin, Pantai 1, Pantai 2, Pantai 3 dan Delta 4.

Calidris alba mencari makan di lima lokasi yaitu di Rawa asin sebanyak 1,2 %, di

Pantai 1 sebanyak 30,4 %, di Pantai 2 sebanyak 5,9 %, di Pantai 3 sebanyak 3,9 % dan di Delta 4 sebanyak 58,6 %. Calidris ruficollis mencari makan di dua lokasi yaitu di Rawa asin sebanyak 28,6 % dan di Delta 4 sebanyak 71,4 %. Calidris

tenuirostris mencari makan hanya di satu lokasi yaitu di Delta 4 sebanyak 100 %.

Berdasarkan perilaku mencari makan (kedalaman paruh burung saat mengambil organisme makanan); ukuran, bentuk dan warna organisme, serta pengambilan contoh organisme dari substrat lokasi mencari makan dengan metode Core diinterpretasikan bahwa Calidris alba memakan Kece (Tellinidae), Penaus spp,

Eubranchipus sp, Emerita sp, Stolephorus sp, Rasbora sp, Lalat, dan Anisolabis

sp. Calidris ruficollos diinterpretasikan memakan Anisolabis sp dan Eubranchipus sp. Calidris tenuirostris diinterpretasikan memakan Kece (Tellinidae).

(7)

vii KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. Dzat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala limpahan rahmat, hidayah dan inayahNYA kepada kita semua, khususnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu terhaturkan kepada Rasullah Muhammad saw. beserta keluarga dan sahabat yang menghantarkan umatnya menuju kehidupan yang lebih baik. Amiin.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini telah banyak mendapat bimbingan, bantuan moral dan spirit yang sangat berarti dalam proses penelitian hingga terselesaikannya penulisan karya ilmiah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Ariswan, M. Si selaku Dekan FMIPA UNY yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Suhandoyo, M.S selaku Kajurdik Biologi FMIPA UNY yang telah memberikan ijin untuk penelitian dan penggunaan fasilitas laboratorium di Jurusan Pendidikan Biologi.

3. Siti Umniyatie, M. Si selaku Kaprodi Biologi FMIPA UNY yang telah memberikan ijin penelitian dan bantuan dalam penyelesaian penelitian ini. 4. Ratnawati, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

(8)

viii 5. Satino, M. Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

masukan, arahan dan bimbingan sehingga terselesaikannya ujian skripsi ini.

6. Sukarni Hidayati, M. Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan sehingga terselesaikannya ujian skripsi ini.

7. Sukirman, M.S selaku Dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga terselesaikan penulisan skripsi ini.

8. Sukiya, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga terselesaikan penulisan skripsi ini.

9. Bapak Dwi Haryanto selaku Kepala Desa Banaran dan warga setempat yang telah memberikan ijin penelitian dan bantuan dalam penyelesaian penelitian ini.

10. Ayah (Alm), Ibu, Kakak, Adik dan seluruh saudara-saudara ku tercinta yang telah mendoakan dan memberi support untuk menyelesaikan penelitian.

11. Mas Imam Taufiqurrahman, yang telah membantu dan memberikan dukungan serta masukannya.

12. Helmy Zulfikar Ulya yang telah berpartipasi untuk mengambil data penelitian.

13. Kekasih tercinta Octavie Rofiqoh yang telah support untuk menyelesaikan penelitian ini.

(9)

ix 15. Sahabat dan teman-teman kelas BIORE’05 seperjuangan yang tidak bisa

kami sebutkan satu persatu atas dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Yogyakarta, Juni 2010

Penulis

(10)

x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL………..……….i HALAMAN PERSETUJUAN………..………ii HALAMAN PERNYATAAN...……...………..iii

HALAMAN PENGESAHAN ………..iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..v

ABSTRAK……….vi KATA PENGANTAR……….vii DAFTAR ISI……….x DAFTAR TABEL………...xiii DAFTAR GAMBAR………...xiv DAFTAR LAMPIRAN………....xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….…..1

B. Identifikasi Masalah……….3 C. Pembatasan Masalah……….………...4 D. Rumusan Masalah………....4 E. Tujuan Penelitian……….5 F. Manfaat Penelitian…...………5 G. Batasan Operasional……….6

(11)

xi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori……….………7

1. Migrasi Burung Pantai………...7

2. Habitat Burung Pantai Migrasi di Indonesia………10

3. Wilayah Pesisir……….10

4. Burung Pantai di Indonesia………..12

5. Burung Pantai di Kawasan Pesisir Trisik……….15

6. Burung Pantai Genus Calidris……….16

7. Organisme makanan Burung Pantai……….18

8. Perilaku Burung Pantai Migran………19

9. Metode survei dan penghitungan burung pantai………..21

10. Identifikasi Organisme Makanan Burung Pantai……….23

B. Kerangka Berfikir………...26

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian.………...27

B. Populasi dan Sampel………..27

C. Instrumentasi dan Teknik Pengumpulan Data………...28

D. Analisa Data………...31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Kawasan Penelitian ……….32

B. Jenis dan Jumlah Individu Burung Pantai migran Genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik…….……….………..……….33

(12)

xii C. Lokasi Mencari Makan Burung Pantai Migran Genus Calidris di Kawasan

Pesisir Trisik ………36 D. Perilaku Mencari Makan ……….55 E. Jenis Organisme yang Dimakan oleh Burung Pantai Migran Genus Calidris di

Kawasan Pesisir Trisik ………61

BAB V. PENUTUP A. Simpulan.………..……….70 B. Saran………..…………...72 C. Rekomendasi ……….72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

xiii DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Lokasi dan persentase burung Pantai yang mencari makan

di tiap lokasi……… 37

Tabel 2. Kondisi lingkungan di lokasi mencari makan genus

Calidris……….……… 38

Tabel 3. Hasil Analisis Chi-Square lokasi mencari makan tiga jenis burung pantai genus Calidris di Pesisir

Trisik……….. 43

Tabel 4. Hasil analisis Korelation Antara suhu substrat dengan

Calidris alba mencari makan………….……… 50

Tabel 5. Hasil analisis Regresi Linier antara suhu substrat dengan

jumlah Calidris alba mencari makan……... 50 Tabel 6. Hasil analisis Korelation antara kelembaban substrat

dengan Calidris ruficollis mencari makan……….………. 52 Tabel 7. Hasil analisis Regresi Linier antara kelembaban substrat

dengan Calidris ruficollis mencari makan……….………. 52 Tabel 8. Pergerakan paruh burung pantai genus Calidris saat

mengambil organisme makanan ………. 56 Tabel 10. Jenis organisme yang ditemukan di tiap lokasi mencari

(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Siklus migrasi burung pantai……….. 9 Gambar 2. Tiga jenis burung pantai genus Calidris di Pesisir

Trisik…………...………... 34 Gambar 3. Grafik fluktuasi kehadiran burung pantai migran

genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik……… 36 Gambar 4. Grafik persentase genus Calidris mencari makan di

tiap Lokasi………….………...……….. 42 Gambar 5. Grafik hubungan suhu dengan jumlah Calidris alba

mencari makan..………. 52

Gambar 6. Grafik hubungan kelembaban lokasi dengan jumlah

Calidris ruficollis mencari makan……..………. 53 Gambar 7. Lokasi penelitian……….. 54 Gambar 8. Peta lokasi mencari makan………... 54

Gambar 9. Organisme yang ditemukan di lokasi mencari makan burung pantai genus Calidris di Kawasan Pesisir

(15)

xv DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Lokasi penelitian 2. Dokumentasi

3. Hasil Analisa Data

4. Surat Keputusan Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi 5. Surat Keputusan Penunjukkan Dosen Penguji Skripsi 6. Surat-surat Ijin Penelitian

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan habitatnya, burung dikelompokkan menjadi dua yaitu burung tanah dan burung air. Selanjutnya, berdasarkan tipe habitatnya burung air dikelompokkan menjadi tiga yaitu burung rawa, burung laut dan burung pantai. Burung rawa secara ekologis bergantung perairan rawa untuk mencari makan dan berbiak, burung laut secara ekologis bergantung pada laut lepas untuk mencari makan dan burung pantai secara ekologis bergantung pada pantai untuk mencari makan dan atau berbiak (Mackinnon, 1991: 1; Howes, dkk, 2003: 2).

Burung pantai yang berasal dari Belahan Bumi bagian utara setiap tahunnya melakukan perjalanan migrasi menuju ke Belahan Bumi bagian selatan. Perjalanan ini bertujuan untuk menghindari kondisi dingin yang ekstrim. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi rute perlintasan dan persinggahan dari berbagai jenis burung pantai. Rute terbang yang melintasi Indonesia dikenal sebagai Jalur Terbang bagian Timur Asia-Australia. Melalui rute ini, setiap tahunnya burung migran yang berasal dari Siberia, Cina dan Alaska menempuh perjalanan hingga ke Asia Tenggara, Papua New Guine, Australia, Selandia Baru dan Kepulauan Pasifik (Howes, 2003: 13-18).

Berbagai jenis burung pantai yang hidup di lahan basah secara bersamaan akan mengakibatkan terjadinya hubungan kompetitif antara jenis satu dengan yang lainnya sehingga menyebabkan pemisahan kegiatan (partition). Burung

(17)

pantai yang hidup di lahan basah memiliki spesialisasi dalam hal cara dan tempat memperoleh makanannya (Susanto, 2000: 75).

Kawasan Pesisir Trisik merupakan lahan basah yang menjadi tempat persinggahan dan tempat mencari makan burung pantai migran. Tipe lahan basah di Pesisir Trisik terdiri dari pantai berpasir dan dataran pasir, daerah aliran Sungai Progo yang bermuara ke pantai membentuk Delta dengan sedimen berlumpur, dan Rawa asin. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan dilindungi untuk satwa jenis burung berdasarkan Instruksi Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta nomor: 10/INTSR/1998 tanggal 30 juli 1998 (Kerjasama Unit Konservasi Sumber Daya Alam D.I.Y. dengan Desa Banaran). Menurut Arifin (2007: 3) berdasarkan pendataan tahun 2007, terdapat 18 jenis burung pantai di Kawasan pesisir Trisik yang dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, salah satunya adalah genus

Calidris.

Burung pantai migran di kawasan Pesisir Trisik dianggap biasa oleh masyarakat sekitar, sehingga terjadi perburuan burung pantai migran di kawasan tersebut. Kawasan Pesisir Trisik juga menjadi tempat berbagai aktifitas masyarakat seperti mencari kayu bakar, memancing, bercocok tanam (bertani), merumput, menggembala domba dan pembuatan tambak. Perburuan, perubahan habitat dan berbagai aktifitas masyarakat sangat memungkinkan dapat mengganggu keberlanjutan proses migrasi burung pantai migran ke Kawasan Pesisir Trisik (Sin, 2003: 2-3). Informasi tentang burung pantai dan pentingnya kawasan Pesisir Trisik sebagai habitat burung pantai dapat digunakan untuk

(18)

menyelamatkan kawasan tersebut agar tetap sesuai dengan kebutuhan burung pantai.

Penelitian tentang makanan burung air di Indonesia terutama untuk burung pantai sampai saat ini sangat sedikit. Sedikitnya penelitian mengenai makanan burung pantai tersebut menyulitkan para peneliti untuk mengumpulkan informasi mengenai pola ekologis burung pantai di Indonesia (Howes, dkk, 2003: 226). Dengan demikian perlu dilakukan penelitian mengenai lokasi mencari makan dan jenis organisme mangsa burung pantai, khususnya burung pantai genus Calidris yang mempunyai jumlah individu yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah individu genus lainnya di Kawasan Pesisir Trisik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan hasil observasi di lapangan, masalah yang ada di Kawasan Pesisir Trisik berkaitan pada kebutuhan hidup burung pantai migran adalah:

1. Burung pantai memerlukan habitat lahan basah sebagai lokasi mencari makan dan beristirahat, akan tetapi tidak semua tipe lahan basah dapat menjadi lokasi mencari makan bagi burung pantai.

2. Kehadiran burung pantai ke suatu lokasi mencari makan dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dan kondisi fisik substrat.

3. Burung pantai migran mempunyai perbedaan ukuran dan bentuk paruh sehingga memiliki perbedaan perilaku dan tempat mencari makan.

(19)

4. Belum banyak penelitian mengenai lokasi mencari makan dan jenis organisme makanan burung pantai migran di Indonesia.

5. Faktor lingkungan mendukung keberadaan jenis makanan bagi burung pantai

6. Adanya beberapa faktor yang dapat mengganggu kelestarian burung pantai migran dan habitatnya.

7. Batas dan waktu singgah burung pantai migran di lokasi belum diketahui

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pengkajian mengenai lokasi mencari makan dan jenis organisme makanan bagi burung pantai genus Calidris. Terkait dengan waktu migrasi burung pantai, pengambilan data dilakukan saat musim migrasi burung pantai pada bulan Oktober 2009 sampai Januari 2010. Sedangkan lokasi pengambilan data dibatasi di Kawasan Pesisir Trisik, Galur, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

1. Ada berapa jenis dan jumlah individu tiap jenis burung pantai dari genus

Calidris di Kawasan Pesisir Trisik ?

2. Di manakah lokasi yang dijadikan sebagai lokasi mencari makan oleh burung pantai migran genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik ?

3. Apa saja jenis organisme yang dimakan oleh burung pantai migran genus

(20)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui jumlah jenis dan individu tiap jenis burung pantai dari genus

Calidris di Kawasan Pesisir Trisik.

2. Memetakan lokasi mencari makan Burung pantai migran genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik.

3. Mengetahui jenis organisme yang dimakan oleh burung pantai migran genus

Calidris di Kawasan Pesisir Trisik

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan informasi mengenai jumlah jenis dan jumlah individu burung pantai migran dari genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik.

2. Memberikan informasi mengenai lokasi-lokasi penting yang digunakan oleh burung pantai migran genus Calidris

3. Memberikan informasi mengenai jenis organisme makanan yang dapat berpotensi sebagai sumber makanan untuk mendukung keberlangsungan hidup burung pantai migran genus Calidris saat bermigrasi di Kawasan Pesisir Trisik.

4. Memberikan informasi mengenai pentingnya kawasan Pesisir Trisik sebagai salah satu tujuan migrasi berbagai burung pantai migran sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut.

(21)

G. Batasan Operasional

1. Peta adalah gambaran atau lukisan yang menunjukkan letak atau tempat berdasarkan ruang dan waktu.

2. Lokasi makan adalah lokasi yang digunakan sebagai tempat mencari makan bagi burung pantai migran genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik.

3. Migran adalah hewan (burung) yang melakukan migrasi.

4. Migrasi adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat lain bagi burung karena pergantian musim.

5. Burung pantai migran genus Calidris adalah semua jenis burung pantai genus

Calidris yang bermigrasi ke Kawasan pesisir Trisik.

6. Jenis makanan adalah semua jenis organisme yang dimakan oleh burung pantai migran genus Calidris dan ditemukan di substrat lokasi mencari makan.

7. Pantai adalah daerah pasang surut, antara pasang tertinggi dan surut terendah. 8. Pesisir adalah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat masih

dipengaruhi sifat-sifat laut, sedangkan ke arah laut masih dipengaruhi oleh proses alami maupun kegiatan manusia di darat.

9. Kawasan Pesisir Trisik adalah semua tipe lahan basah yang masuk kedalam kategori lahan basah pesisir yang ada di Trisik.

10. Deskriptif adalah menggambarkan apa adanya.

11. Ekploratif adalah penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang kondisi yang diteliti.

(22)

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Migrasi Burung Pantai

Kata migrasi berasal dari kata migrant (bahasa Latin) yang berarti pergi dari satu tempat ke tempat lain atau pergi ke berbagai tempat. Migrasi dalam kehidupan hewan didefinisikan sebagai pergerakan musiman yang dilakukan secara terus menerus dari satu tempat ke tempat lain dan kembali ke tempat semula, biasanya dilakukan dalam dua musim yang meliputi datang dan kembali ke daerah perkembangbiakan (Anonim, 2009: 5).

Hewan melakukan migrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kepadatan populasi dan faktor kondisi fisik lingkungan seperti adanya perubahan suhu dan persediaan sumber makanan (Susanto, 2000: 190). Burung pantai setiap tahunnya melakukan perjalanan migrasi dari belahan bumi utara menuju ke belahan bumi selatan. Burung pantai melakukan migrasi sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi alam yang ekstrim di lokasi berbiaknya sehingga menyebabkan berkurangnya pasokan makanan. Perjalanan migrasi burung pantai ke belahan bumi selatan dilakukan sebagai upaya menghindari perubahan alam (cuaca) yang ekstrim dan memenuhi kebutuhan makanan untuk keberlangsungan hidupnya (Howes, dkk, 2003: 14).

Jenis migrasi hewan secara umum dibedakan berdasarkan lokasi dan waktunya. Berdasarkan lokasinya, migrasi burung pantai termasuk jenis migrasi

(23)

arah (latitudinal migration) yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, dimana ketinggian lokasi asal dan lokasi tujuan tidak menjadi faktor utama. Jenis migrasi arah biasanya dilakukan antara dua tempat berjauhan dan memilki perbedaan kondisi alam (cuaca) yang ektstrim. Kemudian, berdasarkan waktunya migrasi burung pantai termasuk dalam jenis migrasi balik (return migration), yaitu perpindahan yang dilakukan ke suatu tujuan tertentu dan kemudian kembali lagi ke lokasi asal secara teratur (Howes, dkk, 2003: 14-16).

Berdasarkan jarak areal yang ditempuh, perjalanan migrasi burung pantai dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, migrasi jarak pendek (hop), migrasi jarak menengah (skip) dan migrasi jarak jauh (lump). Migrasi jarak pendek (hop) adalah perjalan dengan jarak tempuh 50 – 500 km, migrasi jarak menengah (skip) adalah migrasi dengan jarak tempuh mencapai 1000 km dan migrasi jarak jauh (lump) adalah perjalanan dengan jarak tempuh mencapai 6000 km atau lebih.

Rute migrasi burung pantai dikelompokkan ke dalam suatu kelompok rute yang disebut Flyway (jalur terbang). Jalur terbang di Asia dikenal ada dua jalur terbang utama yaitu jalur terbang bagian timur Asia-Australia dan jalur terbang Indo-Asia. Jalur terbang bagian timur Asia-Australia mencakup daerah berbiak di Siberia, Cina dan Alaska menempuh perjalanan hingga ke Asia Tenggara, Papua New Guine, Australia, Selandia Baru dan Kepulaun Pasifik. Sedangkan jalur terbang Indo-Asia mencakup dari daerah berbiak di Siberia tengah, melalui Himalaya hingga ke daratan Sub-benua India. Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi rute migrasi burung pantai dan termasuk kedalam jalur terbang bagian timur Asia-Australia. Burung pantai yang bermigrasi ke Indonesia

(24)

biasanya mulai datang pada bulan September sampai dengan Maret dan waktu kembali lagi ke lokasi berbiak pada bulan Maret sampai bulan April (Ramadhan, 2009. http://www.burung.org/detail_txt.php?op=article&id=81).

Menurut Mead (Anonim 2009: 6) selama migrasi dari tempat asal ketempat tujuan, burung pantai menggunakan berbagai macam kemampuan untuk menentukan arahnya. Burung pantai dapat menentukan arah terbangnya dengan tepat dalam berbagai keadaaan seperti siang hari, malam hari, cuaca mendung maupun berkabut. Pedoman utama yang dijadikan patokan arah terbang oleh burung pantai selama terbang bermigrasi adalah kompas matahari pada siang hari dan pola bintang pada malam hari. Pedoman lain yang dipakai adalah penglihatan visual, tanda magnet bumi, indera penciuman dan rasa, serta kemampuan untuk mendeteksi variasi gravitasi.

(25)

2. Habitat Burung Pantai Migran di Indonesia

Burung pantai saat bermigrasi ke tempat tujuan memanfaatkan berbagai tipe habitat lahan basah baik yang bersifat temporar maupun permanen (Skagen and Knopf, 1994: 91). Indonesia mempunyai berbagai habitat lahan yang dapat dimanfaatkan oleh burung pantai yang sedang bermigrasi. Menurut Finlayson (2003: 6) lahan basah adalah wilayah-wilayah rawa, daratan rendah, gambut atau air, baik alami atau buatan, permanen atau temporer, dengan air tenang atau mengalir, tawar, payau atau asin, termasuk area laut dengan kedalaman air yang tidak melebihi 6 meter pada saat air surut.

Lahan basah di Indonesia yang menjadi habitat penting bagi burung pantai, baik untuk mencari makan maupun untuk beristirahat selama periode migrasi adalah mangrove, hamparan lumpur, pantai berpasir, muara sungai, laguna, rawa rumput, savanna, rawa herba, danau dan lahan basah buatan lainnya (Howes, dkk, 2003: 4-8).

3. Wilayah Pesisir

Menurut Soegiarto (Dahuri, dkk, 1996: 8) dan Supriharyono (2000: 1) wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan rembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan

(26)

aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

Berdasarkan pengertian wilayah pesisir, menunjukkan bahwa garis batas nyata wilayah pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayal yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat (Supriharyono, 2000: 2). Menurut Dahuri, dkk (1996: 15-17) ada tiga batasan yang dapat dipakai untuk menentukan batas wilayah pesisir, meskipun penggunaannya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat, pertama batas wilayah pesisir ke arah darat pada umumnya adalah jarak secara artbitrer dari rata-rata pasang tinggi dan batas ke arah laut umumnya adalah sesuai dengan batas juridiksi propinsi, kedua batas wilayah pesisir adalah daerah daratan terdapat kegiatan manusia yang dapat menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan sumber daya pesisir, dan ketiga batas wilayah pesisir kearah darat dari suatu wilayah pesisir dapat berubah.

Kondisi suatu wilayah pesisir erat kaitannya dengan sistem sungai yang bermuara di wilayah itu. Perubahan sifat sungai yang mungkin terjadi baik yang disebabkan oleh proses alami maupun sebagai akibat kegiatan manusia akan mempengaruhi wilayah pesisir yang bersangkutan. Oleh karena itu, secara alami wilayah pesisir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu sistem wilayah sungai (Supriharyono, 2000: 2).

Wilayah pesisir mempunyai satu atau lebih ekosistem dan sumber daya pesisir (Dahuri, dkk, 1996: 11). Ekosistem wilayah pesisir terdiri dari laut dangkal permanen, terumbu karang, padang lamun, dataran lumpur dan dataran pasir,

(27)

mangrove, wilayah Pasang surut, estuarin, laguna air tawar di pesisir pantai dan sistem-sistem hidrologis di bawah tanah (Finlayson, 2003: 59; dan Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah, 2004: 7). Sumber daya pesisir terdiri dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Sumber daya pesisir yang dapat diperbaharui antara lain sumber daya perikanan (Plankton, Bentos, Ikan, Molusca, Crustacea, Mamalia laut), rumput laut, padang lamun, hutan mangrove dan terumbu karang. Sumber daya pesisir yang tidak dapat diperbaharui ialah berbagai jenis bahan tambang (Dahuri, dkk, 1996: 11).

4. Burung Pantai di Indonesia

Burung pantai di Indonesia sebagian besar merupakan burung pantai pendatang atau migran yang menghabiskan waktu di wilayah lahan basah untuk mencari makan serta menunggu kembali ke daerah berbiaknya (Howes, dkk: 2-3). Menurut Sukmantoro, dkk (2007: 31-33) burung pantai yang ada di Indonesia terdiri dari 9 suku yaitu suku Jacanidae, Rostratulidae, Haematopidae,

Charadriidae, Scolopacidae, Recurvirostridae, Phalaropodidae, dan Glareolidae.

Jenis burung pantai dari 9 suku tersebut, terdiri dari 16 jenis sebagai burung pantai penetap dan 52 jenis sebagai burung pantai migran. Berikut ini adalah burung pantai penetap dan burung pantai migran di Indonesia berdasarkan sukunya:

a. Burung pantai penetap di Indonesia, terdiri dari :

1) Suku Jacanidae, terdiri dari jenis Irediparra gallinaece (Burung Sepatu jengger) dan Metopidius indicus (Burung Sepatu Picisan).

(28)

2) Suku Rostratulidae, terdiri dari jenis Rostratula benghalensis (Berkik kembang besar).

3) Suku Haematopidae, terdiri dari jenis Haematopus longirostris (Kedidir Belang).

4) Suku Charadriidae, terdiri dari jenis Vanellus cinerus (Trulek Kelabu),

Vanellus indicus (Trulek Gelambir-merah), Vanellus macropterust

(Trulek jawa), Vanellus miles (Trulek Topeng), Charadrius javanicus (Cerek Jawa), dan Charadrius peronii (Cerek Melayu).

5) Suku Scolopacidae, terdiri dari jenis Numenius tahitiensis (Gajahan Tahiti), Scolopax saturate (Berkik Gunung Merah), Scolopax

rosenbergii (Berkik Gunung Papua), Scolopax celebensis (Berkik

Gunung Sulawesi), dan Scolopax rochussenii (Berkik Gunung Maluku).

6) Suku Recurvirostridae, terdiri dari jenis Himantopus leucocephalus (Gagang Bayam Belang).

7) Suku Burhinidae, terdiri dari jenis Burhinus grallarius (Wili-wili Semak), dan Esacus neglectus (Wili-wili Besar).

b. Burung pantai migran di Indonesia, terdiri dari :

1) Suku Jacanidae, terdiri dari jenis Hydrophasianus chirurgus (Burung Sepatu Teratai).

2) Suku Haematopidae, terdiri dari jenis Haematopus fuliginosus (Kedidir Kelam).

(29)

3) Suku Charadriidae, terdiri dari jenis Pluvialis squatarola (Cerek Besar), Pluvialis fulva (Cerek Kernyut), Charadrius dubius (Cerek Kalung Kecil), Charadrius alexandrinus (Cerek Tilil), Charadrius

ruficapillus (Cerek Topi-Merah), Charadrius pladicus (Cerek Paruh

Panjang), Charadrius mongolus (Cerek Pasir Mongolia), Charadrius

leschenaulitii (Cerek Pasir Besar), Charadrius veredus (Cerek Asia),

dan Erythrogonys cinctus (Cerek Lutut-Merah).

4) Suku Scolopacidae, terdiri dari jenis Numenius minutus (Gajahan Kecil), Numenius phaeopus (Gajahan Penggala), Numenius arquata (Gajahan Erasia), Numenius masdagacariensis (Gajahan Timur),

Limosa limosa (Birulaut Ekor-hitam), Limosa lappanica (Birulaut

Ekor-blorok), Tringa erytropus (Trinil Tutul), Tringa tetanus (Trinil Kaki-merah), Tringa stagnatilis (Trinil Rawa), Tringa nebularia (Trinil Kaki-hijau), Tringa guttifer (Trinil Nordmann), Tringa flavipes (Trinil Kaki-kuning), Tringa ocrophus (Trinil Hijau), Tringa glareola (Trinil Semak), Xenus cinereus (Trinil Bedaran), Actitis hypoleucos (Trinil Pantai), Heteroscelus brevipes (Trinil Ekor-kelabu),

Heteroscelus incanus (Trinil Penjelajah), Arenaria interpres (Trinil

Pembalik-batu), Limnodromus scolopaceus (Trinil Lumpur Paruh Panjang), Recurvirostra novaehollandiae (Trinil Lumpur Leher Merah), Gallinago hardwickii (Berkik Jepang), Gallinago stenura (Berkik Ekor Lidi), Gallinago megala (Berkik Rawa), Gallinago

(30)

Calidris canutus (Kedidi Merah), Calidris alba (Kedidi Putih), Calidris ruficollis (Kedidi Leher-merah), Calidris temminckii (Kedidi

Temminck), Calidris subminuta (Kedidi Jari-panjang), Calidris

acuminate (Kedidi Ekor-panjang), Calidris ferruginae (Kedidi

Golgol), Limicola falcinellus (Kedidi Paruh-lebar), dan Philomachus

pugnax (Trinil Rumbai).

5) Suku Phalaropodidae, terdiri dari jenis Phalaropus lobatus (Kaki Rumbai Kecil).

6) Suku Glareolidae, terdiri dari jenis Stiltia Isabella (Terik Australia), dan Glareola maldivarum (Terik Asia).

5. Burung Pantai di Kawasan Pesisir Trisik

Kawasan lahan basah di Indonesia merupakan kawasan penting bagi burung pantai. Salah satu lahan basah yang menjadi tempat tujuan migrasi adalah kawasan Pesisir Trisik yang berada di pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Terdapat 18 jenis burung pantai di kawasan Pesisir Trisik ini, terdiri dari 17 jenis sebagai burung pantai migran dan 1 jenis burung pantai penetap. Ke 18 jenis burung pantai migran terdiri dari 12 jenis dari suku Scolopacidae, yaitu Trinil pantai, Trinil semak, Trinil kaki hijau, Trinil pembalik batu, Trinil rawa, Kedidi Putih, Kedidi Leher Merah, Kedidi Golgol, Kedidi Besar, Trinil Ekor Kelabu, Berkik dan Trinil Bedaran; 1 jenis dari suku Glareolidae, yaitu Terik Asia; dan 4 jenis dari suku Rostratulidae yang terdiri dari Cerek Kernyut, Cerek Kalung Kecil, Cerek Kalung Besar dan Cerek Pasir Besar. Sedangkan 1 jenis

(31)

sebagai burung pantai penetap yaitu jenis Cerek Jawa dari suku Rostratulidae (Arifin, dkk, 2007 : 3).

6. Burung Pantai Genus Calidris

Burung pantai genus Calidris adalah salah satu kelompok kecil dari suku

Scolopacidae yang merupakan burung perancah dan mempunyai kebiasaan

mencari makan dengan menusuk-nusukkan paruhnya di sedimen (substrat) dan dikelompokkan berdasarkan struktur paruh dan perilaku makannya. Genus

Calidris memiliki anggota beragam, mulai dari berukuran kecil sampai dengan

berukuran sedang. Sebagian besar burung pantai genus Calidris berbiak di Utara dan merupakan pengembara jarak jauh. Selama musim tidak berbiak, burung pantai genus Calidris umumnya berkumpul dalam kelompok besar di wilayah Asia. Terbang dalam kelompok besar dengan pola terbang yang berubah-ubah. Genus burung ini mencari makan dengan menggunakan indera peraba yang sensitif di ujung paruhnya (Howes, dkk : 84).

Menurut Arifin, dkk (2007: 3) berdasarkan hasil monitoring burung pantai pada tahun 2007, burung pantai genus Calidris di kawasan Pesisir Trisik terdiri dari Kedidi Putih (Calidris alba), Kedidi Leher Merah (Calidris ruficollis), Kedidi Golgol (Calidris ferrugines) dan Kedidi Besar (Calidris tenuirostris).

a. Klasifikasi burung pantai genus Calidris

Menurut Mackinnon, dkk (2000: 143-146) klasifikasi keempat jenis burung pantai migran genus tersebut ialah sebagai berikut:

(32)

Fillum : Chordata Class : Aves

Order : Charadriformes Family : Scolopacidae Genus : Calidris

Species : Calidris alba (Kedidi Putih), Calidris ruficollis (Kedidi Leher Merah), Calidris tenuirostris (Kedidi Besar), Calidris ferrugines (Kedidi Golgol).

b. Morfologi burung pantai genus Calidris

Menurut Mackinnon, dkk (2000: 143-146) dan Prater, dkk (1977: 77-87) morfologi keempat jenis burung pantai genus Calidris tersebut ialah sebagai berikut:

1) Calidris alba (Kedidi putih )

Calidris alba berukuran agak kecil dengan panjang tubuh 20 cm,

panjang sayap 12,7 cm, panjang paruh 2,42 cm dan panjang tarsus 2,49 cm. Tubuh berwarna abu-abu dengan pundak berwarna hitam mencolok. Pada bagian iris berwarna coklat tua, paruh dan kaki berwarna hitam. Bagian sayap saat terbang terlihat palang putih, bagian ekor berwarna gelap dengan bagian sisi-sisinya berwarna putih. Burung kedidi Putih ini mempunyai ciri khas dengan tidak mempunyai jari belakang.

2). Calidris ruficollis (Kedidi Leher Merah)

Calidris ruficollis berukuran kecil dengan panjang tubuh 15 cm,

(33)

cm. Tubuh berwarna coklat keabu-abuan dengan kaki hitam dan bagian atas pucat coret. Bagian atas coklat keabu-abuan, berbintik, dan bercoret, alis mata putih, pusat tungging dan ekor coklat gelap, sisi ekor dan bagian bawah putih. Iris berwarna coklat, paruh serta kaki berwarna hitam. 3). Calidris ferrugines (Kedidi Golgol)

Calidris ferrugines berukuran agak kecil dengan panjang tubuh 21

cm. Tungging putih, paruh hitam panjang dan melengkung ke atas. Bagian atas umumnya abu-abu, bagian bawah putih. Alis dan palang bulu atas penutup ekor putih. Mempunyai iris mata coklat, paruh hitam dan kaki kekuningan sampai hijau.

4). Calidris tenuirostris (Kedidi Besar)

Calidris tenuirostris berukuran agak besar dengan panjang tubuh 27 cm, panjang sayap 19 cm, panjang paruh 4,39 cm dan panjang tarsus 3,47 cm. Tubuh berwarna keabu-abuan dengan paruh panjang sedikit melengkung kebawah. Bagian atas tubuh lebih gelap dengan coretan samar. Mahkota bercoret, dada dan sisi tubuh berbintik hitam, tungging dan sayap bergaris putih. Iris mata berwarna coklat, paruh hitam dan kaki abu-abu kehijauan.

7. Organisme makanan burung pantai

Burung pantai mencari makan sebagian besar di daerah perairan dangkal karena banyak organisme yang hidup di daerah tersebut yang dapat menjadi makanan burung pantai. Burung pantai secara umum menghabiskan 50% - 70 %

(34)

populasi invertebrata yang hidup di Pesisir timur Amerika Serikat (Sumich, 1984: 91).

Meskipun banyak jenis organisme yang hidup di wilayah pesisir, pada kenyataannya hanya sebagian saja yang dapat menjadi makanan yang menguntungkan bagi burung pantai. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa untuk wilayah Asia terdapat 5 kelompok organisme makanan burung pantai secara umum yang penting yaitu Bivalvia, Gastropoda, Crustacean,

Polychaeta dan Pisces (Howes, dkk, 2003: 226). Selain 5 kelompok tersebut,

burung pantai juga memakan Insekta (Tsipoura dan Burger, 1999: 640).

Organisme makanan burung pantai genus Calidris dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, Calidris alba memakan organisme dari kelompok Bivalvia dan Cacing (Kober, 2004: 82), kelompok Crustacean (Evan, dkk, 1979 : 19), larva Invertebrata, Kutu pasir (Sand fleas) dan Siput (Anonim : 178). Calidris ruficollis memakan organisme dari kelompok Insekta dan Invertebrate berukuran kecil lainnya (Wikipedia.com). Calidris tenuirostris memakan organisme dari kelompok Bivalvia berukuran kecil, Cacing Polychaeta dan Udang kecil (Piersma, 1984: 33).

8. Perilaku burung pantai migran

Menurut Baker, Burton, Metcalfe dan Furness (Leon, dkk, 1999: 645) aktifitas perilaku burung pantai dibagi menjadi 6 (enam) kategori yaitu:

(35)

Perilaku makan merupakan kegiatan aktif untuk mencari makan. Ada 3 cara burung pantai untuk mencari makan yaitu dengan cara peck (pergerakan paruh yang ditunjukkan untuk mengambil makanan dari permukaan substrat), jab (pergerakan hampir setengah panjang paruh terbenam ke dalam substrat) dan probe (pergerakan lebih dari setengah panjang paruh dibenamkan ke dalam substrat).

b. Perilaku tidur

Aktifitas tidur burung pantai merupakan kegiatan yang ditandakan dengan sedikit gerakan tubuh dengan paruh menyelempit di bawah sayap, kepala dan leher tidak bergerak, dan dengan mata tertutup.

c. Perilaku bersiap siaga atau waspada

Perilaku bersiap siaga atau waspada merupakan kegiatan untuk mewaspadai dari berbagai macam gangguan baik dari predator maupun gangguan manusia. Bersiap siaga burung pantai ditandai dengan penglihatan burung ke segala arah.

d. Perilaku merawat tubuh

Merawat tubuh merupakan kegiatan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap dalam keadaan baik. Aktifitas merawat tubuh burung pantai dilakukan dengan cara mandi, preening, terbang dan memanjangkan leher. e. Perilaku menyerang

Menyerang yaitu kegiatan untuk mengejar dengan cara mematuk terhadap individu lain.

(36)

Locomotion yaitu kegiatan untuk berpindah tempat dari tempat

satu ke tempat lainnya. Perpindahan tempat burung pantai biasanya dengan cara menyeberang, berlari, berenang dan terbang.

Pola perilaku, adaptasi struktur, penyesuaian dan toleransi fisiologik burung menentukan dalam pemilihan tempat untuk melakukan aktivitasnya serta menentukan keterbatasan suatu spesies pada suatu relung khusus. Gambaran keadaan fisik mikrohabitat – substratum, ruang dan mikrohabitat merupakan determinan dasar atau penentu pokok mengenai kedudukan spesies tertentu (Soetjipta, 1999: 90).

9. Metode Survei dan Penghitungan Burung Pantai

Menurut Sutherland, dkk (2004: 36-52) metode yang dapat digunakan untuk sensus dan survei burung secara umum ada empat belas cara yaitu dengan metode mapping, Transects, line transects, Point transects, rules for recording birds in the field, choosing between line and point transects, detection probalities, colonial birds, counting roots and flocks, counting leks, counting migrants, capture techniques, tape playback, and vocal individuality. Seluruh metode tersebut tidak sama penggunaannya dalam survei lapangan, akan tetapi penggunaan disesuaikan dengan persoalan yang akan dipecahkan.

Metode yang baik dan dapat digunakan untuk survei burung pantai dilapangan ialah dengan metode penggunaan peta (Mapping). Pada saat burung pantai melakukan migrasi, biasanya akan memanfaatkan berbagai tipe lahan basah sehingga dapat diketahui daerah-daerah yang akan dimanfaatkan oleh burung

(37)

pantai (Howes, dkk, 2003: 113). Keuntungan dengan menggunakan metode mapping ialah hasilnya lebih terperinci mengenai distribusi dan ukuran teritori, serta membolehkan kita untuk mengkaitkan distribusi burung dengan habitatnya (Sutherland, dkk, 2004: 37). Kemudian, untuk mengetahui jumlah total atau populasi burung dapat menggunakan metode sensus lengkap. Tujuan metode sensus lengkap adalah untuk menghitung jumlah total seluruh satwa di suatu wilayah tertentu guna mendapatkan perhitungan kepadatan yang tidak bias tanpa penarikan kesimpulan secara statistik dan tanpa asumsi-asumsi yang mendasarinya. Oleh karena itu, sensus lengkap akan sangat berguna untuk spesies yang menempati habitat yang telah diketahui secara jelas dan memiliki ciri-ciri tersendiri (Whitworth, dkk, 2008: 96).

Penghitungan burung pantai yang dilakukan secara berkala di suatu lokasi tertentu merupakan kegiatan mendasar yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian. Melalui penghitungan yang dilakukan secara berkala akan mendapatkan informasi yang sangat bermanfaat untuk menghitung fluktuasi populasi serta mengkaji keperluan yang dibutuhkan untuk memberikan perlindungan terhadap populasi yang diamati. Metode untuk penghitungan burung pantai ada dua cara yaitu dengan menghitung secara akurat menggunakan alat penghitung (Tally counter) dan penghitungan perkiraan dengan metode blok. Penggunaan kedua metode tersebut bergantung kepada beberapa faktor di lapangan seperti periode waktu yang tersedia, kondisi lokasi, ukuran lokasi, perilaku burung, kondisi cuaca dan jumlah burung (Howes, 2003: 137-138). Pada saat tempat burung pantai sangat beragam atau berkelompok sangat padat atau

(38)

pada situasi dimana waktu sangat terbatas, mungkin lebih baik dilakukan perkiraan jumlahnya saja dari pada menghitung seluruh populasi. Juru hitung yang berpengalaman dapat memperkirakan secara tepat 10, 20, 50, 100 ekor secara cepat dan dapat melakukan penghitungan terhadap kelompok burung dengan menggunakan alat hitung. Sesuai kondisinya, lebih baik membuat perkiraan dalam unit-unit kecil daripada langsung dalam jumlah yang besar (Whitworth, dkk, 2008: 96).

10. Identifikasi organisme makanan burung pantai

Menurut Howes, dkk (2003: 233-239) untuk mengetahui 85jenis organisme yang dimakan oleh burung pantai dapat dilakukan secara langsung dengan mengamati burung saat beraktifitas mencari makan. Mangsa yang dimakan tergantung dengan jenis burungnya, semakin besar ukuran burung tersebut maka semakin besar pula ukuran mangsa yang dimakan. Ketepatan identifikasi mangsa burung pantai dengan pengamatan secara langsung saat burung beraktifitas mencari makan akan bergantung pada jarak pengamatan serta kemampuan dalam mengidentifikasinya.

Untuk mendukung ketepatan dalam identifikasi mangsanya, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendukung ketepatan identifikasi mangsa, diantaranya adalah dengan cara penarikan contoh habitat untuk mangsa yang berpotensi, analisa muntahan, kotoran burung dan analisa isi perut burung (Howes, dkk, 2003: 234; dan Verkuil, 1996: 60).

(39)

Penarikan contoh habitat untuk mangsa yang berpotensi dapat digunakan bergantung dengan pengamatan di lapangan dengan beberapa asumsi, diantaranya adalah wilayah makan burung telah diketahui, teknik yang digunakan burung untuk menangkap mangsa telah diketahui, perilaku mangsa telah diketahui dan pada tingkat tertentu kelompok mangsa diketahui atau setidaknya dapat mengetahui ukuran mangsa besar atau kecil. Penarikan contoh habitat untuk mangsa dapat diketahui dengan metode Core dan ayakan (Sieve) di wilayah pengamatan, tepatnya di lokasi burung mencari makan. Dengan menggunakan metode ini dapat memperoleh contoh mangsa yang hidup baik di atas permukaan, di dalam substrat yang dangkal (< 10 cm) maupun yang dalam (10-30 cm). Metode ini merupakan metode yang digunakan oleh Swennen dan Marteijn pada tahun 1985, dan telah dikembangkan oleh Netherland Institute for Sea Rese-arch dan juga telah digunakan untuk mengambil contoh pakan burung pantai di Semenanjung Malaysia dan Thailand, serta di gunakan oleh Heather E. Beeler di pantai California pada tahun 2009. Metode ini dapat menangkap dan mengidentifikasi mangsa secara akurat, akan tetapi untuk jenis burung berukuran kecil sering kali mangsa tidak dapat diidentifikasi dengan akurat karena ukurannya yang terlalu kecil (Howes, dkk, 2003: 234; dan Beeler, 2009: 13-14).

Analisa muntahan dan kotoran burung tidak terlalu mudah untuk dilakukan. Ada beberapa kelemahan pada analisa muntahan dan kotoran untuk mengetahui jenis makanan burung pantai yaitu sedimen yang lembut dan basah menyebabkan sisa-sisa muntahan dan kotoran cepat tercampur dengan sedimen sehingga sulit untuk dipisahkan, apabila jumlah contoh kotoran sedikit maka informasi yang

(40)

diperoleh tidak akan terlalu bermanfaat, lemah untuk mengetahui mangsa yang berukuran kecil. Kelebihan dengan analisa muntahan dan kotoran lebih sedikit dibandingkan dengan kelemahannya. Kelebihan analisa ini adalah tidak membutuhkan sejumlah tempat dan waktu penyelidikan lebih santai (Verkuil, 1996: 60-61).

Analisis isi perut merupakan metode yang dianggap sebagai metode yang penting dalam analisa mengenai jenis-jenis mangsa burung pantai. Akan tetapi kenyataannya metode ini tidak akan lebih akurat dibandingkan dengan pengamatan langsung di lapangan. Salah satu hal penting yang menyebabkan kurang akuratnya informasi yang diperoleh dari cara membunuh burung adalah karena burung pantai memiliki laju metabolisme yang cepat sehingga makanan yang dimakan dicerna dengan cepat. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dari pembedahan tidak mencerminkan yang sebenarnya dimakan oleh burung pantai (Verkuil, 1996: 61-62).

(41)

B. Kerangka Berfikir

Kawasan Pesisir Trisik menjadi habitat penting bagi burung pantai migran setiap tahunnya yang digunakan untuk mencari makan dan beristrirahat.

Adanya perburuan burung pantai oleh masyarakat serta adanya pemanfaatan habitat penting bagi burung pantai oleh masyarakat sebagai tempat mencari kayu bakar, bertani, menambang pasir, mencari ikan, merumput, tambak dan menggembala domba.

Tingginya kegiatan masyarakat di Kawasan Pesisir Trisik dapat berpotensi mengganggu aktifitas burung pantai dan habitatnya

Perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui lokasi-lokasi penting yang digunakan untuk lokasi mencari makan serta organisme makanan yang mendukung kehidupan burung pantai yang ada di Kawasan tersebut

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data untuk pengelolaan dan perlindungan lokasi-lokasi penting bagi burung pantai

(42)

27 A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksploratif, sedangkan cara pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi deskriptif.

1. Lokasi penelitian

a. Pengambilan data Burung pantai migran genus Calidris dan jenis makanan dilaksanakan di Kawasan Pesisir Trisik Desa Banaran Kecamatan Galur Kulon Progo Yogyakarta.

b. Pengamatan dan identifikasi jenis organisme makanan burung pantai genus

Calidris dilakukan di Laboratorium Biologi UNY.

2. Waktu penelitian

Pengambilan data pada bulan Oktober 2009 sampai bulan Januari 2010.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Burung pantai dari genus Calidris yang sedang bermigrasi ke Kawasan Pesisir Trisik, Banaran Kecamatan Galur Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode yang digunakan untuk mengetahui populasi atau jumlah total burung dengan metode sensus lengkap (Whitworth, dkk, 2008).

(43)

2. Sampel

Burung pantai dari genus Calidris yang sedang mencari makan di Kawasan Pesisir Trisik Banaran Kecamatan Galur Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknik pengambilan data burung yang mencari makan dengan cara

Focal observation method (memilih satu individu sasaran), dilanjutkan dengan

individu terdekatnya.

C. Instrumentasi dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumentasi

a. Alat

Alat yang digunakan meliputi : Teropong (Binokuler), Field guide (Buku Mackinnon, dkk tahun 2000), Handly Tally Counter, Kamera digital, Alat perekam, Corer, Saringan dengan lebar mata 1 mm, Tabung plastik bekas film, Jam tangan, formulir dan alat tulis, Penggaris, Mikroskop, Salinity conductivity meter, Soil tester, dan Termometer tanah.

b. Bahan

Bahan yang digunakan adalah kertas label dan alkohol 70% 2. Teknik pengumpulan data

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama dilakukan untuk menentukan lokasi yang biasa digunakan untuk berbagai aktifitas burung pantai genus Calidris. Tahap kedua, mengamati perilaku makan dan jenis makanan yang teramati secara langsung di bantu alat dokumentasi (kamera dan binokuler). Tahap ketiga adalah pengambilan contoh organisme makanan burung di substrat

(44)

lokasi mencari makan untuk medukung tahap kedua mengenai ketepatan identifikasi dan keberadaan jenis makan yang dimakan oleh burung pantai genus

Calidris tersebut.

Berikut ini adalah prosedur penelitian ketiga tahap tersebut : a. Pengamatan lokasi burung pantai genus Calidris

Pengamatan seluruh Kawasan Pesisir Trisik yang digunakan burung pantai genus Calidris bertujuan untuk mengetahui lokasi-lokasi yang digunakan untuk melakukan berbagai aktifitasnya. Sehingga lokasi yang teridentifikasi menjadi lokasi aktifitasnya akan dijadikan sebagai titik lokasi pengamatan lebih lanjut. Berikut ini cara kerja yang dilakukan untuk penentuan lokasi burung pantai genus Calidris :

1. Memindai (scanning) wilayah penelitian dengan Teropong (Binokuler) di seluruh kawasan Pesisir Trisik.

2. Identifikasi jenis burung dari genus Calidris berdasarkan buku Mackinnon, dkk, tahun 2000.

3. Menghitung dan menentukan seluruh lokasi yang di gunakan untuk beraktifitas burung pantai genus Calidris di kawasan tersebut.

4. Menentukan lokasi yang digunakan untuk mencari makan burung pantai genus Calidris.

5. Mengukur suhu, kelembaban, pH dan salinitas lokasi mencari makan. b. Pengamatan perilaku mencari makan di lokasi pengamatan

1. Mengamati burung pantai genus Calidris di lokasi mencari makan dengan Binokuler.

(45)

2. Mendokumentasikan perilaku makan dan tipe pergerakan paruh saat mencari makan.

3. Memperkirakan ukuran organisme mangsa yang ditangkap oleh burung genus Calidris dengan dibandingkan panjang paruh burung yang diamati.

4. Menghitung jumlah burung dari genus Calidris yang teramati di lokasi mencari makan dengan metode penghitungan secara akurat menggunakan Tally counter ketika jumlah burung sedikit dan menggunakan penghitungan secara perkiraan dengan metode blok ketika jumlah burung sangat banyak.

5. Mengamati interaksi dengan individu lain sejenis atau dengan individu lain yang berlainan jenis.

c. Identifikasi mangsa burung pantai genus Calidris

Setelah diketahui mengenai lokasi mencari makan, perilaku dan teknik yang digunakan burung Calidris untuk menangkap mangsa, perilaku mangsa seperti hidup didalam substrat atau di atas permukaan substrat, ukuran atau kelompok mangsa yang diambil burung Calidris (Pada tahap pengamatan lokasi mencari makan dan perilaku mencari makan burung Calidris) maka untuk mengetahui atau mengidentifikasi jenis mangsa yang diambil oleh burung Calidris dapat dilakukan dengan menggunakan metode Core. Dengan metode Core ini dapat diidentifkasi lebih jauh mengenai organisme yang berpotensi dimangsa oleh burung Calidris di tiap lokasi. Langkah kerjanya adalah sebagai berikut :

(46)

1. Memasukkan Core pada substrat melebihi dalamnya panjang paruh burung yang dimasukkan ke dalam substrat ketika mencari makan atau dengan kedalaman ±10 cm di lokasi burung tersebut mencari makan.

2. Memasukkan substrat yang didapatkan dari Core ke dalam Ember dan mencapurnya dengan air.

3. Mengayak substrat yang telah dicampurkan dengan air agar partikel atau organisme yang ukurannya lebih dari 1mm dapat disaring dan tertinggal dalam ayakan.

4. Memisahkan mahluk hidup yang tersaring berdasarkan jenis atau kelompoknya dan memasukkannya ke dalam Plastik bekas film yang telah diisi alkohol 70 %.

5. Memberi label pada Plastik bekas film sesuai dengan lokasi burung pantai mencari makan.

6. Mengidentifikasi jenis organisme yang dimangsa oleh burung pantai genus Calidris berdasarkan ciri-ciri yang teramati dan berdasarkan perilaku burung saat mencari makan di lokasi tersebut.

D. Analisa Data

Analisis data mengenai pemilihan atau preferensi lokasi yang digunakan untuk mencari makan dilakukan dengan analisis deskriptif dan Chi-square. Sedangkan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan (suhu, kelembaban, pH dan salinitas) dengan aktifitas mencari makan burung pantai genus Calidris dianalisis dengan analisis korelasi dan regresi linier pada SPSS 12.0 for Windows.

(47)

32 A. Deskripsi Umum Kawasan Penelitian

Daerah penelitian berada di Pesisir Trisik Desa Banaran Galur Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak pada titik ordinat S 07058’35” dan E

110011’34”. Batas administrasi desa Banaran adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan desa Kranggan dan Nomporejo, sebelah barat berbatasan dengan desa Karangsewu, sebelah selatan berbatasan dengan samudera Indonesia dan sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Srandakan. Desa Banaran mempunyai luas wilayah 907,25 Ha yang terdiri dari Lahan basah 289,14 Ha, Tanah Kering 181,09 Ha, Bangunan 47,55 Ha dan lain-lain 389, 47 Ha (Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2008: 3-4).

Lahan basah di Kawasan terdiri dari kawasan Lahan basah Pesisir dan Kawasan Lahan Basah darat. Kawasan Lahan Basah Pesisir berada di dusun Trisik dan dikenal sebagai Pesisir Trisik. Pantai Trisik membentang dari barat ketimur sepanjang 2,4 km. Pantai ini dibuka sebagai daerah wisata sejak tahun 1987 dan mulai ramai dikunjungi orang tahun 1992. Upaya meningkatkan daya tarik wisata dan ekonomi masyarakat dilakukan dengan pengoperasian perahu motor dan pembangunan TPI (Tempat pelelangan ikan) pada tahun 2000. Namun, erosi akibat meluapnya sungai Progo menyebabkan perubahan wilayah, yaitu hilangnya sebagian lokasi wisata. Pemerintah kemudian membangun bendungan batu untuk mencegah terjadinya erosi yang lebih parah pada tahun 2002.

(48)

Pembangunan bendungan ini menyebabkan air yang tergenang membentuk Rawa asin, pada tahun 2009 Rawa asin diubah pemanfaatannya menjadi tambak ikan bandeng oleh masyarakat. Sungai Progo yang bermuara ke pantai Trisik membentuk beberapa delta di dekat muara sungai dengan sedimen berlumpur.

B. Jenis dan Jumlah Individu Burung Pantai Genus Calidris

Pengambilan data mengenai burung pantai migran genus Calidris dilakukan dengan memindai (scanning) seluruh Kawasan Pesisir Trisik yang digunakan sebagai tempat berbagai aktifitasnya, kemudian semua lokasi yang diketahui menjadi tempat aktifitas burung pantai migran genus Calidris dijadikan sebagai lokasi pengamatan lebih lanjut. Pengamatan lebih lanjut di seluruh lokasi aktifitas burung pantai migran genus Calidris dilakukan tiap satu minggu sekali, mulai pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Januari 2010. Berdasarkan hasil pengambilan data yang telah dilakukan, burung pantai migran genus Calidris yang berada di Kawasan Pesisir Trisik terdiri dari 3 jenis yaitu, Kedidi Putih (Calidris alba), Kedidi Leher Merah (Calidris ruficollis) dan Kedidi Besar (Calidris tenuirostris). Jumlah total individu ketiga jenis burung pantai migran genus Calidris tersebut selama pengamatan ada sekitar 3232 individu. Jumlah total individu setiap jenis tertinggi yang dijumpai adalah Calidris alba sebanyak 3113 individu, Calidris tenuirostris sebanyak 98 individu dan jumlah individu yang terkecil ialah Calidris ruficollis sebanyak 21 individu. Jumlah total yang digunakan pada penelitian ini jumlah kumulatif yang teramati mulai minggu pertama hingga minggu terakhir selama pengambilan data berlangsung, karena

(49)

pengambilan data dilakukan dengan sensus lengkap di seluruh Kawasan lokasi yang digunakan oleh ketiga jenis burung Calidris tersebut. Meskipun ada kemungkinan bahwa individu burung yang dihitung minggu pertama bisa terhitung kembali lagi pada minggu kedua dan ada kemungkinan bahwa minggu pertama dan minggu kedua individu berbeda dan seterusnya (Grafik 3), karena belum diketahui dengan pasti berapa lama waktu individu ketiga jenis Calidris singgah di Kawasan pesisir Trisik tersebut.

Menurut Mackinnon, dkk (2000: 143-146) Calidris alba merupakan burung yang berasal dari wilayah Utara yang mempunyai penyebaran bersifat holartik dan sering terdapat di Pesisir selatan Jawa, Calidris ruficollis berasal dari Siberia dan Alaska sebagai pendatang umum dan tetap di Pesisir, sedangkan Calidris

tenuirostris berasal dari Siberia timur sebagai pengunjung tidak tetap di Sunda

Besar. Menurut Howes, dkk (2003: 23) Indonesia merupakan tempat persinggahan antara bagi burung pantai migran sebelum menuju tempat tujuan akhir dari migrasi. Ketiga jenis burung pantai migran genus Calidris yang berada di Kawasan Pesisir Trisik singgah untuk sementara waktu sebelum menuju tujuan akhirnya ke Australia, sedangkan untuk Calidris tenuirostris juga sampai ke Gambar 2. Tiga jenis burung pantai migran genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik

(50)

Selandia baru sebelum kembali lagi ke daerah berbiaknya. Arifin (2007: 7) menyatakan bahwa selama Monitoring burung pantai Indonesia di Pesisir Trisik selama delapan bulan (April-Oktober 2007), pada tanggal 16 Mei 2007 seorang pengamat burung bernama Iwan febriyanto berhasil menjumpai seekor burung pantai Calidris ruficollis berbendera yang penandaanya dilakukan oleh peneliti dari Australia Barat Daya.

Kehadiran burung pantai migran genus Calidris ke Kawasan Pesisir Trisik dari minggu pertama hingga minggu terakhir pengamatan diketahui terjadi fluktuasi. Fluktuasi kehadiran ketiga jenis burung tersebut menggambarkan ada gelombang datang dan pergi secara berkelompok dalam perjalanan migrasinya. Terjadinya fluktuasi kehadiran ketiga jenis burung pantai migran genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik lebih utama disebabkan oleh periode musim migrasi burung pantai. Tiap burung pantai Calidris alba, Calidris ruficollis dan Calidris

tenuirostris mempunyai waktu kehadiran dan pergi yang berbeda-beda di

Kawasan Pesisir Trisik.

Calidris alba pada minggu pertama pengamatan (23 Oktober 2009) teramati

telah datang ke Kawasan pesisir. Jenis ini cenderung bertambah jumlah individunya pada bulan November dan mencapai puncaknya pada minggu ke VI (21 November 2009) dengan jumlah individu mencapai 441 ekor. Setelah mencapai puncaknya, kehadiran burung Calidris alba akan semakin sedikit meskipun tercatat masih ada fluktuasi kehadiran tiap minggunya.

Calidris ruficollis pada minggu pertama pengamatan (23 Oktober 2009)

(51)

minggu ke IV (7 November 2009) dengan jumlah individu mencapai 14 ekor. Setelah itu tidak teramati lagi pada minggu berikutnya di Kawasan pesisir Trisik.

Calidris tenuirostris mulai teramati pada minggu ke IV (7 November 2009)

di Kawasan Pesisir Trisik dan mencapai puncaknya pada minggu ke V (14 November 2009) dengan jumlah individu mencapai 71 ekor. Setelah itu teramati lagi pada minggu ke VIII (13 Desember 2009), akan tetapi jumlah individu lebih sedikit.

C. Lokasi Mencari Makan Burung Pantai Migran Genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik

Secara umum burung pantai menggunakan tempat sebagai daerah hidup pada habitat lumpur basah ataupun adanya perairan dangkal (Skagen, dkk. 1994: 95). Calidris alba sering ditemukan di daerah pantai yang landai bersubstrat pasir, dekat karang dan teluk kecil, sepanjang dataran lumpur dan pesisir pantai yang

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 J u m l a h i n d i v i d u

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII Waktu pengamatan

Burung pantai migran genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik

Calidris alba Calidris ruficollis Calidris tenuirostris

I-XII = pengamatan minggu ke-

Gambar 3. Grafik fluktuasi kehadiran burung pantai migran genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik

(52)

terbuka. Calidris alba mencari makan di sepanjang pantai berpasir pada tepian air terpaan ombak dan di antara tumpukan akar Lumut laut (National Park and Wildlife Service, 1999a: 3) dan umumnya mencari makan di tempat yang tertutup oleh air atau di perairan dangkal (Nybakken and Bertness, 2004: 333). Calidris

ruficollis sering mengunjungi gosong lumpur di pantai dalam jumlah besar, umum

di temukan di pesisir, aktif berjalan atau berlarian mengambil makanan kecil (Mackinnon, dkk, 2000: 144) dan mempunyai kebiasaan mencari makan di atas tepian air (Burger, dkk, 1977: 755). Calidris tenuirostris biasanya sering mengunjungi gosong lumpur pada daerah Pasang surut, Beting pasir, Padang rumput di Pantai (Mackinnon, dkk. 2000: 143), Estuarin dan Laguna (National Park and Wildlife Service, 1999b: 1).

Burung pantai genus Calidris (Calidris alba, Calidris ruficollis, dan

Calidris tenuirostris) di Kawasan Pesisir Trisik diketahui menggunakan lima

lokasi yang berbeda untuk mencari makan dan setiap jenis burung pantai genus

Calidris mempunyai perbedaan persentase jumlah individu di tiap lokasinya.

Sementara itu, kondisi lingkungan dari lima lokasi yang digunakan mencari makan mempunyai perbedaan. Lokasi, persentase tiap jenis yang mencari makan dan kondisi lingkungan lokasi mencari makan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Lokasi dan persentase burung pantai genus Calidris yang mencari makan

di tiap lokasi Pesisir Trisik

% Burung yang mencari makan – Lokasi Jenis burung ∑ Burung

mencari makan Ra P1 P2 P3 D4

C. alba 1606 1,2 30,4 5,9 3,9 58,6

C. ruficollis 21 28,6 - - - 71,4

(53)

Tabel 2. Kondisi lingkungan di lokasi mencari makan genus Calidris Lokasi mencari makan

Parameter Ra P1 P2 P 3 D4

Suhu rata-rata (0C) 33,6 33,7 33,8 33,9 33,7

Kelembaban rata-rata (%) 95,8 95,8 97,5 88,3 94,9

pH rata-rata 6,8 6,6 6,8 6,8 6,8

Salinitas rata-rata % 0,6 1,9 1,5 0,18 0,2

Substrat pasir Pasir Pasir pasir lumpur

Keterangan :

Ra = Rawa asin

P1, P2, P3 = Pantai 1, Pantai 2, Pantai 3

D4 = Delta 4

Berdasarkan tabel diatas, Lokasi yang digunakan untuk mencari makan oleh burung pantai migran genus Calidris di Kawasan Pesisir Trisik ada lima lokasi yaitu di Rawa asin, Pantai 1, Pantai 2, Pantai 3 dan Delta 4. Kemudian, untuk jumlah total individu Calidris alba yang teramati sedang mencari makan selama pengamatan dalam pengambilan data ada 1606 individu dari jumlah totalnya 3113 individu. Calidris ruficollis dan Calidris tenuirostris dari jumlah total individu yang datang ke Kawasan Pesisir Trisik semuanya teramati sedang mencari makan. 1. Rawa asin

Rawa asin di Kawasan Pesisir Trisik terbentuk karena pemutusan sungai Progo yang dibuat tanggul dengan bebatuan untuk mencegah abrasi yang disebabkan muara sungai progo sering kali berpindah-pindah tempat. Mulai bulan Juli 2009, Rawa asin diubah fungsinya menjadi Tambak Ikan Bandeng oleh warga setempat.

Rawa asin digunakan oleh dua jenis burung pantai dari genus Calidris sebagai lokasi mencari makan yaitu Calidris alba dan Calidris ruficollis. Burung

Calidris alba mencari makan di bagian air yang dangkal hingga ke atas tepian air

(54)

1,2 % dari seluruh Calidris alba yang mencari makan di Kawasan Pesisir Trisik. Sedangkan persentase Calidris ruficollis yang mencari makan di Rawa asin sebesar 28,6% dari jumlah seluruhnya yang mencari makan di Kawasan Pesisir Trisik.

Kondisi lingkungan bagian Rawa asin yang digunakan oleh Calidris alba dan Calidris ruficollis sebagai lokasi mencari makan mempunyai suhu substrat rata-rata 33,6 0C, kelembaban substrat rata-rata 95,8 %, pH substrat rata-rata 6,8 dan salinitas air 0,6 %. Substrat di bagian Rawa asin yang digunakan sebagai lokasi mencari makan mempunyai substrat pasir.

2. Pantai 1

Pantai 1 merupakan daerah pasang surut yang berada di sebelah barat dari tanggul bebatuan dan berjauhan dengan Muara sungai Progo. Pantai 1 mempunyai substrat pasir halus berwarna gelap. Pantai 1 digunakan oleh satu jenis burung pantai dari genus Calidris sebagai lokasi mencari makan yaitu Calidris alba. Burung ini mencari makan di batas ombak tertinggi hingga ombak terendah. Persentase Calidris alba yang mencari makan di Pantai 1 sebesar 30,4 % dari seluruh burung jenis ini yang mencari makan di Kawasan Pesisir Trisik.

Kondisi lingkungan bagian Pantai 1 yang digunakan oleh Calidris alba sebagai lokasi mencari makan mempunyai suhu substrat rata-rata 33,7 0C,

kelembaban substrat rata-rata 95,8 %, pH substrat rata-rata 6,6 dan salinitas air 1,9 %. Lokasi yang digunakan mencari makan di Pantai 1 substratnya berupa pasir.

(55)

3. Pantai 2

Pantai 2 merupakan daerah pasang surut yang berada di sebelah timur tanggul bebatuan dan langsung berhubungan dengan Muara sungai Progo. Pantai 2 digunakan oleh satu jenis burung pantai dari genus Calidris sebagai lokasi mencari makan yaitu Calidris alba. Burung ini mencari makan di batas ombak tertinggi hingga ombak terendah. Persentase Calidris alba yang mencari makan di Pantai 1 sebesar 5,9 % dari seluruh burung jenis ini yang mencari makan di Kawasan Pesisir Trisik.

Kondisi lingkungan bagian Pantai 2 yang digunakan oleh Calidris alba sebagai lokasi mencari makan mempunyai suhu substrat rata-rata 33,8 0C, kelembaban substrat rata-rata 97,5 %, pH substrat rata-rata 6,8 dan salinitas air 1,5 %. Substrat di pantai 2 yang digunakan sebagai lokasi mencari makan mempunyai substrat pasir.

4. Pantai 3

Pantai 3 merupakan pantai yang berada di bagian tepi sungai Progo yang berada di dekat Muaranya. Pantai 3 digunakan oleh satu jenis burung pantai dari genus Calidris sebagai lokasi mencari makan yaitu Calidris alba. Burung ini mencari makan di batas ombak tertinggi hingga ombak terendah, serta di bagian air yang dangkal ketika arus sungai kecil dan ombak laut kecil. Persentase

Calidris alba yang mencari makan di Pantai 3 sebesar 3,9 % dari seluruh burung

jenis ini yang mencari makan di kawasan Pesisir Trisik.

Kondisi lingkungan bagian Pantai 3 yang digunakan oleh Calidris alba sebagai lokasi mencari makan mempunyai suhu substrat rata-rata 33,9 0C,

(56)

kelembaban substrat rata-rata 88,3 %, pH substrat rata-rata 6,8 dan salinitas air rata-rata 0,18 %. Substrat di Pantai 3 yang digunakan sebagai lokasi mencari makan mempunyai substrat pasir.

5. Delta 4

Delta 4 merupakan endapan lumpur yang berada di tengah-tengah Sungai Progo dan letaknya berada di sebelah timur. Delta 4 bersubstrat lumpur dengan kedalaman mencapai lutut orang dewasa dengan kondisi perairan yang dangkal dan luas di Delta 4 sehingga digunakan oleh tiga jenis burung pantai migran genus

Calidris (Calidris alba, Calidris ruficollis dan Calidris tenuirostris) sebagai

lokasi mencari makan. Burung Calidris alba mencari makan di Delta 4 di bagian air yang dangkal hingga di atas tepian air yang kelembaban substratnya masih tinggi. Persentase Calidris alba yang mencari makan di Delta 4 sebesar 58,6 % dari seluruh Calidris alba yang mencari makan di Kawasan Pesisir Trisik.

Calidris ruficollis mencari makan di Delta 4 di bagian di atas tepian air.

Persentase Calidris ruficollis yang mencari makan di Delta 4 sebesar 71,4% dari seluruh Calidris ruficollis yang mencari makan di Kawasan Pesisir Trisik. Sedangkan Calidris tenuirostris mencari makan di Delta 4 di bagian air yang dangkal hingga ke bagian atas tepian air. Persentase Calidris tenuirostris yang mencari makan di Delta 4 sebesar 100 % dari seluruh jenis ini yang mencari makan di Kawasan Pesisir Trisik.

Kondisi lingkungan bagian Delta 4 yang digunakan oleh Calidris alba,

Calidris ruficollis dan Calidris tenuirostris sebagai lokasi mencari makan

Gambar

Gambar 1. Siklus migrasi burung pantai
Gambar 3. Grafik fluktuasi kehadiran burung pantai migran genus Calidris  di Kawasan Pesisir Trisik
Tabel 1. Lokasi dan persentase burung pantai genus Calidris yang mencari makan  di tiap lokasi Pesisir Trisik
Tabel 2. Kondisi lingkungan di lokasi mencari makan genus Calidris  Lokasi mencari makan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil simulasi perhitungan persen refleksi cahaya oleh permukaan sel surya silikon yang diberi lapisan anti refleksi ZnO dapat disimpulkan bahwa persen refleksi

Dalam unit ini peserta diajak untuk mendiskusikan bagaimana pengelola sekolah, yaitu kepala sekolah, guru dan komite sekolah serta orangtua siswa, dengan dukungan dari

Pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, total luas daun, dan bobot kering tajuk, dengan dosis terbaik sementara untuk

Jika produk yang dinyatakan diproses atau dicampur dengan bahan lain, butiran yang dinyatakan dalam dokumen ini tidak boleh dipindah kepada produk baru yang terhasil kecuali jika

Dalam beberapa kasus pelanggaran HAM yang melibatkan perusahaan di Indonesia, sejumlah hak dasar warga terlanggar, termasuk tapi tidak terbatas pada: hak atas

Penyulang yang segera akan dibangun dari trafo 2 dan trafo 3 yaitu penyulang Kawasaki, Fino, Kaze, dan Scoopy. Dari keempat penyulang ini tugasnya untuk membantu

Kun pienpuun metsäkuljetuksen tehoajanmenekit ilmaistaan absoluuttisina arvoina (kuva 34), kuorman teko ja purku on koneellisen kaato-kasauksen jäljiltä 20 minuuttia

Berdasarkan analisis korelasi dan sidik lintas, karakter jumlah anakan produktif dan jumlah gabah total memiliki pengaruh langsung dan positif terhadap hasil