• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. PENGARUH KOLKISIN TERHADAP FENOTIPE PERTUMBUHAN AWAL DAN JUMLAH KROMOSOM TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L.) Oleh MARYATI H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. PENGARUH KOLKISIN TERHADAP FENOTIPE PERTUMBUHAN AWAL DAN JUMLAH KROMOSOM TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L.) Oleh MARYATI H"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

SKRIPSI

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP FENOTIPE PERTUMBUHAN AWAL DAN JUMLAH KROMOSOM TANAMAN SIRSAK

(Annona muricata L.)

Oleh MARYATI

H0708126

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP FENOTIPE PERTUMBUHAN AWAL DAN JUMLAH KROMOSOM TANAMAN SIRSAK

(Annona muricata L.)

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh MARYATI

H0708126

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

SKRIPSI

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP FENOTIPE PERTUMBUHAN AWAL DAN JUMLAH KROMOSOM TANAMAN SIRSAK

(Annona muricata L.) MARYATI H0708126 Pembimbing Utama Dr. Ir. Parjanto, MP. NIP. 19620323 198803 1 001 Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, MSc. NIP. 19601008 198503 1 001

Surakarta, November 2012 Universitas Sebelas Maret Surakarta

Fakultas Pertanian Dekan,

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. NIP. 19560225 198601 1 001

(4)

commit to user

iv

SKRIPSI

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP FENOTIPE PERTUMBUHAN AWAL DAN JUMLAH KROMOSOM TANAMAN SIRSAK

(Annona muricata L.)

yang dipersiapkan dan disusun oleh MARYATI

H0708126

telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal: 7 November 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Program Studi Agroteknologi

Susunan Tim Penguji

Ketua

Dr. Ir. Parjanto, MP.

NIP. 19620323 198803 1 001

Anggota I

Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, MSc. NIP. 19601008 198503 1 001

Anggota II

Prof. Dr. Ir. Nandariyah, MS. NIP. 195400805 198103 2 002

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul

“Pengaruh Kolkisin Terhadap Fenotipe Pertumbuhan Awal dan Jumlah Kromosom Tanaman Sirsak (Annona muricata L.)” dapat terselesaikan dengan

baik. Skripsi ini disusun guna memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak antara lain :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pudjiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir. Hadiwiyono MSi selaku Ketua Jurusan/Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Ir. Parjanto, MP selaku Pembimbing Utama dan Pembimbing Akademik yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, pengarahan, pendanaan dan fasilitas selama penelitian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, MSc selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Prof. Dr. Ir. Nandariyah, MS selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini tersusun dengan baik.

6. Laboran yang memberikan masukan dan bantuan selama penelitian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Ibu, Bapak dan kakak tercinta serta keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, masukan, semangat, dan doa demi kelancaran dan terselesaikannya skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, teman-teman seperjuangan “GOCELU dan SOLMATED 2008” yang senantiasa memberikan bantuan, semangat, kritik dan saran kepada penulis.

(6)

commit to user

vi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, November 2012

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x RINGKASAN ... xi SUMMARY ... xii I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Botani Tanaman Sirsak ... 4

B. Budidaya Sirsak ... 5

C. Genetika dan Pemuliaan Sirsak ... 7

D. Poliploidisasi ... 8

E. Kolkisin ... 10

F. Kromosom ... 12

G. Hipotesis ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 17

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 17

C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data ... 17

D. Pelaksanaan Penelitian ... 18

E. Peubah Pengamatan ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

(8)

commit to user

viii

B. Jumlah Daun ... 25

C. Diameter Batang ... 26

D. Luas Daun ... 28

E. Perubahan Morfologi Daun akibat Perlakuan Kolkisin ... 29

F. Jumlah Kromosom ... 30

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

A. Kesimpulan ... 33

B. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul dalam Teks Halaman

1. Hasil uji-t 5% pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap tinggi

tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam) ... 23 2. Rerata tinggi tanaman sirsak pada berbagai konsentrasi kolkisin umur 4,

8 dan 12 MST (Minggu Setelah Tanam) ... 23 3. Hasil uji-t 5% pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap jumlah

daun tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam) ... 25 4. Rerata jumlah daun tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah

Tanam) ... 26 5. Hasil uji-t 5% pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap

diameter batang tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam) 27 6. Rerata diameter batang tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah

Tanam) ... 27 7. Hasil uji-t 5% pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap luas

daun tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam) ... 28 8. Rerata luas daun tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul dalam Teks Halaman

1. Pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap pola pertumbuhan

tanaman sirsak tiap minggu hingga umur 12 MST ... 24

2. Pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap jumlah daun tanaman sirsak tiap minggu hingga umur 12 MST ... 25

3. Perbedaan daun tanaman pada kolkisin 0,1% lebih tebal (A) dibandingkan dengan tanaman kontrol (B) ... 29

4. Jumlah kromosom sirsak pada tanaman kontrol (2n = 14) ... 31

5. Jumlah kromosom tanaman sirsak pada konsentrasi kolkisin 0,1% (2n= 28) ... 31

6. Jumlah kromosom tanaman sirsak pada konsentrasi kolkisin 0,2% (2n= 14) ... 31

Nomor Judul dalam Lampiran Halaman 7. Denah Penelitian ... 38

8. Biji sirsak ... 39

9. Pembibitan ... 39

10. Pindah tanam ... 39

11. Perlakuan kolkisin pada ujung tunas... 39

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

RINGKASAN

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP FENOTIPE PERTUMBUHAN AWAL DAN JUMLAH KROMOSOM TANAMAN SIRSAK (Annona

muricata L.). Skripsi: Maryati (H0708126). Pembimbing: Parjanto, Edi Purwanto. Program Studi: Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sirsak merupakan tanaman buah yang sering dikonsumsi sebagai buah segar maupun dalam bentuk olahan. Tanaman sirsak semakin dikenal masyarakat karena berkhasiat sebagai obat tradisional dalam mencegah penyakit kanker. Prospek yang cukup baik ini tidak didukung dengan ketersediaan varietas sirsak unggul, sehingga diperlukan usaha dalam pemuliaan tanaman melalui poliploidisasi. Poliploidisasi dimaksudkan untuk memperoleh buah berbiji sedikit atau tanpa biji dengan menggunakan kolkisin. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kolkisin terhadap fenotipe pertumbuhan awal dan jumlah kromosom tanaman sirsak. Selain itu juga bertujuan untuk menentukan konsentrasi kolkisin yang efektif dalam menggandakan jumlah kromosom tanaman sirsak.

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Oktober 2012 di Rumah Kaca, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian, Laboratorium MIPA Pusat Sub Biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Rancangan Percobaan mengunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) untuk menguji satu faktor perlakuan yaitu konsentrasi kolkisin dengan 3 taraf perlakuan (kontrol, 0,1% dan 0,2%). Setiap taraf perlakuan diulang 3 kali dan setiap satuan percobaan terdapat 5 tanaman. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, perubahan morfologi daun dan jumlah kromosom.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kolkisin tidak berpengaruh terhadap fenotipe pertumbuhan awal, namun terdapat tanaman sirsak yang mempunyai sifat berbeda dengan tanaman kontrol yakni daun lebih tebal, ujung daun melebar dan permukaan daun bergelombang. Konsentrasi kolkisin 0,1% dapat menyebabkan penggandaan jumlah kromosom sirsak dari 2n = 2x = 14 menjadi 2n = 4x = 28.

(12)

commit to user

xii

SUMMARY

THE EFFECT OF COLCHICINE ON THE FIRST GROWTH PHENOTYPE AND THE CROMOSOMES NUMBER OF SOURSOP PLANT (Annona muricata L.). Thesis-S1: Maryati (H0708126). Advisors,:

Parjanto, Edi Purwanto. Study Program: Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

The soursop is one of fruit plant which is consummed as fruit fresh or form of prossed. Soursop plants has more known to the public as nutritious as traditional medicine in preventing of cancer. This good prospect is not supported by the availability of superior soursop variety, so that the necessary efforts in plant breeding through polyploidy. Polyploidy meant to obtain the fruit of seedless by colchicine. This research aimed to study the effect of colchicine on the first growth phenotype and chromosomes number of soursop plants. It also aims to determine the concentration of colchicine is effective in doubling the number of chromosomes of soursop.

The research had been done from November 2011 to October 2012 at the Greenhouse, Laboratory of Plant Physiology and Biotechnology Faculty of Agriculture, Laboratory of Sub Biology Central MIPA University of Sebelas Maret Surakarta. The design of experiment using Randomized Completly Block Design (RCBD) to test one factor is the concentration of colchicine with 3 treatment (control, 0.1% and 0.2%). Each stage of the treatment was repeated 3 times, and each experiment unit contained 5 plants. The variables observed are plant height, number of leaves, stem diameter, leaf area, changes of leaf morphology and number of chromosomes.

The results of research showed that the concentration of colchicine treatment had no effect on the first growth phenotypes, but there are soursop plant different with the control plants,i.e: the leaves are thicker, wider leaf tip and leaf surface wavy. Colchicine concentration of 0.1% was able to duplication chromosomes number of soursop from 2n = 2x = 14 into 2n = 4x = 28.

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan vitamin C paling dominan, yakni 20 mg dalam setiap 100 g bahan (Balitbu 2011). Kebutuhan vitamin C sekitar 60 mg/hari/orang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi 300 g daging buah sirsak. Kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada sirsak merupakan anti oksidan yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dalam memperlambat proses penuaan.

Daging buah sirsak mempunyai rasa manis-asam yang menyegarkan, sehingga digemari masyarakat sebagai buah segar maupun olahan. Di Indonesia, buah sirsak sering diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti dodol, manisan, jus, puding, es krim dan aneka variasi lain. Menurut Sunarjono (2005), sirsak di Indonesia hanya dikenal dua jenis yaitu sirsak manis (zoetzak) dan sirsak asam (zuurzack). Secara morfologis keduanya sulit dibedakan, perbedaannya hanya dapat diuji dengan uji organoleptik (uji rasa) dengan satuan Brix. Sirsak manis atau sirsak ratu umumnya mengandung gula 68% dari total Bahan Padat Terlarut (TSS) dengan bagian daging yang dapat dimakan sebesar 67,5%.

Tanaman sirsak semakin dikenal masyarakat karena mempunyai banyak manfaat sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman obat, khususnya untuk sirsak lokal yang rasanya lebih asam dibandingkan sirsak ratu. Rasa asam pada sirsak disebabkan karena kandungan asam organik non volatil terutama asam malat, asam sitrat dan isositrat. Beberapa kandungan herbal sirsak terdapat pada semua bagian tanaman. Duryatmo (2011) menyebutkan bahwa pada daun mengandung senyawa acetogenius yang mampu menghambat produksi energi ATP di dalam sel kanker. Akar yang diekstrak mengandung senyawa aktif annoanin, tanin dan alkaloid yang mampu membunuh larva nyamuk Anopheles

aconitas (nyamuk vector malaria). Biji sirsak digunakan untuk pestisida nabati

dengan kandungan senyawa cis-annonacin sebagai antikanker dengan LC50 <

1.000 µg/ml. Kulit batang mengandung senyawa tanin, fitosterol, Ca-oksalat,

(14)

commit to user

murisine dan alkaloid untuk memperbaiki kerja jantung, mengobati asma, hipertensi dan kencing manis.

Secara ekonomis, buah sirsak memiliki nilai jual yang cukup tinggi yakni berkisar antara Rp 10.000-12.000/kg. Hal ini memberikan peluang besar untuk pengembangan sirsak sebagai salah satu komoditas unggul. Selain itu, kandungan herbal yang terdapat pada tanaman sirsak menyebabkan permintaan semakin meningkat sebagai upaya masyarakat untuk hidup sehat. Namun, permasalahannya yakni bentuk buah dan jumlah biji yang cukup banyak pada daging buah sirsak menyebabkan minat konsumen rendah. Fakta ini diperkuat dengan pernyataan Untung (2011) yang mengatakan bahwa buah sirsak kurang digemari karena jumlah biji yang banyak. Oleh karena itu, perlu usaha perbaikan sifat tanaman sirsak melalui kegiatan pemuliaan, salah satunya dengan metode pemuliaan poliploidi (penggandaan jumlah kromosom).

Poliploidisasi merupakan teknik penggandaan kromosom sehingga jumlah kromosom menjadi berlipat. Poliploidisasi buatan dapat dilakukan dengan menggunakan mutagen kimia yaitu kolkisin. Kolkisin (C22H25O6N) adalah suatu

senyawa alkaloid yang berasal dari umbi dan biji tanaman Colchicum automnale L. yang dapat menyebabkan keracunan bagi sel-sel tanaman apabila konsentrasi yang digunakan tidak tepat, tetapi pada konsentrasi yang tepat dapat melipatgandakan jumlah kromosom sel (Crowder 1986). Suryo (1995) mengemukakan bahwa larutan kolkisin efektif pada konsentrasi 0,001-1,00% dengan lama perlakuan 3-24 jam. Penggunaan larutan kolkisin dapat ditingkatkan sampai batas optimal, dimana konsentrasi 0,2% digunakan pada benih yang berkulit keras. Pada tanaman poliploid (Haryanti et al. 2009), peningkatan jumlah kromosom menyebabkan ukuran sel dan inti sel bertambah besar. Sel yang berukuran lebih besar mampu menghasilkan bagian tanaman seperti daun, bunga, buah maupun tanaman secara keseluruhan yang lebih besar. Kromosom dapat mengalami perubahan susunan atau jumlah bahan genetik yang mempengaruhi perubahan fenotipe (Suryo 1995). Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian pada sirsak untuk mengetahui fenotipe pertumbuhan awal dan jumlah kromosom akibat perlakuan kolkisin dalam rangka membentuk sirsak poliploid.

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

B. Perumusan Masalah

Tanaman yang termasuk famili Annonaceae seperti sirsak dicirikan dengan rasanya asam hingga manis dan jumlah biji yang banyak. Buah sirsak yang berukuran besar mempunyai jumlah biji sampai 200 biji/buah bahkan lebih (Morton 1987 cit. Sukarmin 2010), sehingga kurang diminati oleh konsumen. Kendala lain dalam budidaya sirsak adalah kultivar (varietas) yang masih terbatas. Pemuliaan sirsak dengan teknik poliploidi dapat menghasilkan tanaman yang kromosomnya berlipat ganda dan membentuk kultivar baru terutama untuk mengatasi masalah pada jumlah biji.

Berdasarkan uraian di atas, adapun perumusan masalah yang dikaji sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kolkisin terhadap fenotipe pertumbuhan awal dan jumlah kromosom tanaman sirsak (A. muricata)?

2. Berapakah konsentrasi kolkisin yang tepat untuk meningkatkan jumlah kromosom tanaman sirsak (A. muricata)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh kolkisin terhadap fenotipe pertumbuhan awal dan jumlah kromosom tanaman sirsak (A. muricata).

2. Menentukan konsentrasi kolkisin yang tepat untuk meningkatkan jumlah kromosom tanaman sirsak (A. muricata).

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang poliploidi pada tanaman sirsak dengan perlakuan kolkisin dan diharapkan dapat menghasilkan tanaman sirsak poliploid sebagai bahan tanam untuk kegiatan pemuliaan lebih lanjut.

(16)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2011 sampai Oktober 2012 di Rumah Kaca, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian serta Laboratorium MIPA Sub Biologi Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan yaitu biji sirsak lokal asal Pati, pasir, tanah, dan pupuk kandang. Bahan kimia yang digunakan antara lain: aquadest, kolkisin dengan konsentrasi 0,1% dan 0,2%, alkohol, asam asetat glacial 45%, HCl 1 N, aseto orcein 2% dan minyak imersi.

Alat yang digunakan yaitu alat tulis, polibag (20 cm x 20 cm), gembor, botol flakon dan botol vial, termometer, gelas beker, pipet tetes, gelas benda, gelas penutup, gunting, kuas, pinset, kertas tisu, kertas label, timbangan, jangka sorong, foto-film dan mikroskop.

C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Penelitian ini merupakan perlakuan faktor tunggal, yaitu konsentrasi kolkisin dengan 3 taraf yang dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Setiap perlakuan diulang (blok) sebanyak 3 kali dan setiap satuan percobaan terdapat 5 tanaman sirsak.

a. K0 : Tanpa kolkisin (kontrol)

b. K1 : Konsentrasi kolkisin 0,1%

c. K2 : Konsentrasi kolkisin 0,2%

Data-data fenotipe yang merupakan data kuantitatif dianalisis menggunakan uji T (Tukey) taraf 5%. Variabel jumlah kromosom dianalisis secara deskriptif.

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 18 D. Pelaksanaan Penelitian 1. Pembuatan larutan a. Kolkisin

Pembuatan larutan kolkisin dilakukan dengan cara menimbang kolkisin masing-masing 0,1 g dan 0,2 g untuk masing-masing perlakuan 0,1% dan 0,2%. Serbuk kolkisin dilarutkan dalam 5 ml alkohol pada beker glass 100 ml, lalu ditambah 95 ml aquadest dan diaduk hingga larut kemudian disimpan dalam botol tertutup berwarna gelap dalam lemari pendingin.

b. Asam asetat glacial 45%

Asam asetat glacial 45% diperoleh dengan memasukkan asam asetat 45 ml ke dalam beker glass berukuran 100 ml, kemudian ditambahkan 55 ml aquadest dan diaduk hingga larut. Larutan disimpan dalam botol tertutup pada suhu kamar.

c. HCl 1 N

HCl 1 N diperoleh dengan cara memasukkan HCl pekat 1 bagian ditambah 11 bagian aquadest, digojog hingga larut dan disimpan dalam botol tertutup dalam suhu kamar.

d. Asetoorcein 2%

Asam asetat glacial 45% sebanyak 100 ml dipanaskan dalam beker glass, ditunggu hampir mendidih (90-100ºC) kemudian ditambahkan 2 g orcein dan diaduk selama 10 menit. Selanjutnya dilakukan penyaringan dan hasil saringan disimpan dalam botol tertutup berwarna gelap pada suhu kamar. Apabila terdapat endapan sebelum digunakan digojog dan disaring.

2. Persiapan benih

Benih sirsak diperoleh dengan menggunakan biji dari buah yang sudah masak, cukup umur, buah dalam keadaan normal dan sehat. Biji-biji yang terpilih dikeluarkan dari daging buah, kemudian dicuci untuk menghilangkan lendir/kotoran dan dijemur di bawah sinar matahari.

3. Perkecambahan biji

Bagian ujung kulit biji dibuka kemudian disemai dalam bak persemaian (tray)/nampan. Biji disemaikan dengan menggunakan media pasir.

(18)

commit to user 4. Pindah tanam

Biji yang telah berkecambah dipindahkan dalam polibag. Media yang digunakan terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2.

5. Pemberian perlakuan

Perlakuan kolkisin diberikan pada bibit tanaman sirsak dengan cara menetesi ujung tunas yang telah dililit dengan kapas selama 3 hari setelah pindah tanam ± 0,05 ml.

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi: a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan secara teratur disesuaikan dengan kondisi media tanam apabila terlihat mulai mengering dengan maksud untuk menjaga kelembaban.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan apabila terdapat tanaman lain pada media tumbuh tanaman sirsak.

c. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan melihat kondisi yang ada di lapang.

E. Peubah Pengamatan

1. Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada semua tanaman setiap satu minggu sekali selama 12 MST. Pengukuran dimulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh batang utama.

2. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung dengan menghitung banyaknya daun yang muncul setiap satu minggu sekali selama 12 MST.

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3. Luas daun

Perhitungan luas daun dilakukan pada akhir pengamatan dengan membuat replika daun pada semua tanaman. Luas daun dihitung dengan metode penimbangan/gravimetri dengan rumus sebagai berikut:

쇰ƅ  쇰

Keterangan: Wr : Bobot Kertas dari replica daun Wt : Bobot Kertas

LD : Luas Daun LK : Luas Kertas 4. Diameter batang

Pengamatan diameter batang dilakukan dengan cara mengukur lingkar batang dari pangkal batang, ± 5 cm dari permukaan tanah menggunakan jangka sorong. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian saat tanaman berumur 12 MST.

5. Jumlah kromosom

Jumlah kromosom diamati dengan metode squash. Pengamatan dilakukan pada sampel tanaman kontrol dan tanaman yang diperlakukan kolkisin yang mengindikasikan terjadinya poliploidi (tanaman yang mempunyai daun lebih tebal dibandingkan tanaman kontrol) dengan membuat preparat kromosom. Pengamatan kromosom dilakukan pada jaringan meristematis yaitu ujung tunas.

Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk mengamati kromosom yaitu: a. Pengambilan bahan

Bahan yang digunakan yaitu ujung tunas ± 5 mm. Pemotongan daun dilakukan pada pagi hari pukul 07.40-08.20 WIB. Johansen (1940) cit. Setyawan dan Sutikno (2000) menyatakan bahwa pada umumnya tumbuhan melakukan pembelahan sel pada pagi hari dan setiap tumbuhan memiliki jam biologi yang mengatur waktu optimum pembelahan mitosis.

(20)

commit to user b. Pra perlakuan

Pra perlakuan dilakukan dengan merendam bahan dalam aquadest selama 24 jam pada suhu 5-8ºC. Kegiatan pra perlakuan dengan menggunakan aquadest menurut Gunarso (1988) menyebabkan kontraksi dan penyebaran kromosom dengan hasil yang memuaskan. Pra perlakuan dilakukan untuk pemisahan dan penguraian kepadatan kromosom, penjernihan sitoplasma serta melunakkan jaringan.

c. Fiksasi

Fiksasi dilakukan dengan asam asetat glacial 45%. Potongan daun dalam botol flakon diberi larutan asam asetat glacial 45% selama 2-3 jam dalam suhu kamar. Gunarso (1988) menyatakan bahwa fiksasi dilakukan untuk mematikan jaringan tanpa menyebabkan terjadinya perubahan pada komponen sel.

d. Pencucian

Pencucian menggunakan aquadest sebanyak 3 kali setelah proses fiksasi yaitu membuang asam asetat glacial 45% dari botol flakon. Menurut Setyawan dan Sutikno (2000), pencucian bertujuan untuk menghilangkan pengaruh perlakuan sebelumnya dan mengembalikan bahan pada suhu kamar sebelum diperlakukan lagi. Salah satunya adalah dengan menggunakan aquadest karena larut dalam semua kemikalia yang digunakan sehingga daya kerjanya efektif. e. Hidrolisis

Hidrolisis dilakukan untuk mendapatkan sel-sel yang menyebar dalam pengamatan kromosom. Hidrolisis dilakukan dengan membuang aquadest sisa pencucian, kemudian memasukkan HCl 1 N dalam botol flakon yang berisi potongan daun. Hidrolisis dilakukan selama 6 menit pada suhu kamar. Pencucian potongan daun sebanyak 3 kali dan membuang HCl 1 N.

Hidrolisis dapat menggunakan asam atau enzim hidrolase, salah satunya adalah asam klorida (HCl). Asam klorida memiliki kemampuan melarutkan lamella tengah sangat tinggi. Konsentrasi 1 N merupakan konsentrasi optimum. Pada konsentrasi lebih rendah daya kerjanya berkurang, sehingga harus direndam lebih lama. Sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi dapat menguraikan nukleus beserta kromosom di dalamnya, sehingga bentuk inti

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

memanjang dan kromosom tidak dapat diamati dengan sempurna. Kecepatan reaksi asam klorida (HCl) meningkat sejalan dengan naiknya suhu. Suhu tertinggi yang masih diperkenankan dalam prosedur ini adalah 600C (Setyawan dan Sutikno 2000).

f. Pewarnaan

Pewarnaan menggunakan asetoorcein 2% selama 24 jam pada suhu kamar. orcein biasa digunakan dalam pewarnaan kromosom. Aseto-orcein mewarnai inti sehingga kromosom dapat terlihat jelas. Keunggulan pewarna ini yaitu lebih mudah dan lebih murah (Setyawan dan Sutikno 2000; Parjanto et al. 2003).

g. Squashing

Potongan daun diambil dengan pinset, diletakkan di atas gelas benda dan dipotong hingga tersisa 1-2 mm dari ujung. Potongan tersebut ditetesi dengan asam asetat glacial 45%, ditutup gelas penutup kemudian dipencet (squash) dengan ibu jari atau dengan menggunakan pensil yang diketuk-ketukkan secara perlahan hingga hancur merata.

Menurut Setyawan dan Sutikno (2000), tujuan dari squashing (pemencetan) adalah untuk mengusahakan agar sel-sel terpisah satu sama lain, tetapi tidak kehilangan bentuk aslinya serta tersebar secara merata di atas gelas benda. Kualitas squash sangat menentukan kualitas preparat. Squash yang baik menghasilkan preparat yang hanya terdiri dari selapis sel, terpisah-pisah, tidak tumpang tindih, dan tidak terpecah-pecah.

h. Penyegelan

Kelebihan asam asetat glacial 45% di tepi gelas penutup dibersihkan dengan tisu. Gelas penutup disegel dengan cat kuku bening untuk melindungi preparat. Penyegelan ini bertujuan untuk membuat preparat lebih awet serta mencegah kekeringan preparat.

i. Pengamatan jumlah kromosom

Preparat kromosom yang menunjukkan adanya kromosom yang jelas dan menyebar dipotret dengan mikroskop foto Nikon DX. Foto kromosom digunakan untuk pengamatan jumlah kromosom.

(22)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kolkisin secara umum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan awal tanaman sirsak pada pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan luas daun. Namun demikian berdasarkan pegamatan visual terdapat tanaman hasil perlakuan kolkisin yang menunjukkan potensial poliploid. Tanaman tersebut menunjukkan sifat-sifat: daun lebih tebal, ujung daun melebar dan permukaan daun bergelombang.

A. Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil analisis uji t taraf 5% menunjukkan bahwa tinggi tanaman antara perlakuan kolkisin dengan kontrol tidak berbeda nyata (Tabel 1). Rerata tinggi tanaman pada berbagai konsentrasi kolkisin umur 4, 8 dan 12 MST dipaparkan pada Tabel 2.

Tabel 1. Hasil uji-t 5% pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap tinggi tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam)

Perlakuan t hitung P

K0 vs K1 0,54 0,616

K0 vs K2 0,46 0,671

K1 vs K2 -0,16 0,878

Keterangan: Konsentrasi kolkisin untuk K0: 0%, K1: 0,1%, K2: 0,2%.

Tabel 2. Rerata tinggi tanaman sirsak pada berbagai konsentrasi kolkisin umur 4, 8 dan 12 MST (Minggu Setelah Tanam)

Perlakuan Tinggi (cm)

4 MST 8 MST 12 MST

Tanpa kolkisin (kontrol) 11.05 16.87 28.34

Kolkisin 0,1% 11.41 16.54 26.72

Kolkisin 0,2% 11.05 16.27 26.92

Meskipun berdasarkan uji t tinggi tanaman antar perlakuan tidak terdapat perbedaan, tanaman yang diperlakukan kolkisin menunjukkan rerata yang lebih pendek dibandingkan tanaman tanpa perlakuan kolkisin kecuali pada umur 4 MST. Rerata tinggi tanaman pada perlakuan kolkisin 0,1% umur 4 MST lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain yaitu 11,41 cm. Rerata tinggi tanaman pada umur 8 dan 12 MST pada perlakuan kontrol lebih tinggi dibandingkan

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

perlakuan kolkisin. Rerata tinggi tanaman pada umur 12 MST secara berurutan dari perlakuan kontrol; kolkisin 0,1% dan kolkisin 0,2% yakni 28,34 cm; 26,72 cm dan 26,92 cm. Hal ini diduga bahwa telah terjadi penghambatan pertumbuhan sebagai akibat perlakuan kolkisin yang diberikan pada ujung tunas.

Menurut Suryo (1995), perlakuan kolkisin mengakibatkan penghambatan fisiologi pada tanaman sehingga menunjukkan penampilan tinggi tanaman terhambat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Damayanti dan Mariska (2003) yang melaporkan bahwa telah terjadi depresi pertumbuhan tanaman panili asal Ciamis pada tahap awal perlakuan akibat kerusakan fisiologis yang disebabkan oleh kolkisin sehingga dapat menghambat proses regenerasi.

Grafik pola pertumbuhan tanaman sirsak berdasarkan tinggi tanaman ditampilkan pada Gambar 1. Berdasarkan grafik tersebut, diduga penghambatan pertumbuhan pada perlakuan kolkisin terjadi pada 8 MST hingga 12 MST yang ditunjukkan dengan pertumbuhan tanaman kontrol lebih baik dibandingkan perlakuan kolkisin.

Keterangan: K0: Kolkisin 0%, K1: Kolkisin 0,1%, K2: Kolkisin 0,2%

Gambar 1. Pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap pola pertumbuhan tanaman sirsak tiap minggu hingga umur 12 MST.

0 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ti ng gi T an am an (c m ) MST K0 K1 K2

(24)

commit to user B. Jumlah Daun

Jumlah daun ialah suatu cerminan dari potensi tanaman dalam menyediakan tempat berlangsungnya fotosintesis (Levitt 1980), sebab daun merupakan organ tanaman yang mengandung zat hijau daun/kloroplas sebagai penangkap cahaya matahari. Berdasarkan hasil analisis uji t taraf 5% (Tabel 3), jumlah daun tanaman sirsak tidak berbeda nyata antara perlakuan kolkisin dengan kontrol.

Tabel 3. Hasil uji-t 5% pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap jumlah daun tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam)

Perlakuan t hitung P

K0 vs K1 1,40 0,235

K0 vs K2 0,43 0,689

K1 vs K2 -1,64 0,176

Keterangan: Konsentrasi kolkisin untuk K0: 0%, K1: 0,1%, K2: 0,2%.

Histogram rerata jumlah daun selama 12 MST mengalami peningkatan yang menunjukkan terjadinya pertumbuhan tanaman cukup baik (Gambar 2). Tanaman dengan perlakuan kolkisin menunjukkan penurunan jumlah daun dibandingkan pada tanaman tanpa kolkisin. Namun jumlah daun antara tanaman kontrol dan perlakuan kolkisin menunjukkan selisih yang tidak berbeda jauh. Rerata jumlah daun tanaman sirsak umur 12 MST dapat dilihat pada Tabel 4.

Keterangan: K0: Kolkisin 0%, K1: Kolkisin 0,1%, K2: Kolkisin 0,2%

Gambar 2. Pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap jumlah daun tanaman sirsak tiap minggu hingga umur 12 MST.

0 5 10 15 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ju m lah d au n ( h el ai )

Minggu Setelah Tanam (MST)

K0 K1 K2

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Tabel 4. Rerata jumlah daun tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam)

Perlakuan Jumlah daun (helai) Tanpa kolkisin (kontrol) 19

Kolkisin 0,1% 17

Kolkisin 0,2% 18

Berdasarkan Tabel 4 rerata jumlah daun terbanyak terdapat pada tanaman kontrol dibandingkan dengan perlakuan kolkisin, yaitu 19 helai. Perlakuan dengan konsentrasi kolkisin 0,1% memberikan jumlah daun lebih sedikit (17 helai) daripada perlakuan kolkisin 0,2% (18 helai). Hal ini diduga jumlah daun yang lebih sedikit disebabkan karena terlampauinya batas optimum tanaman akibat perlakuan kolkisin.

Semakin pendek tanaman, maka jumlah daun yang terbentuk juga sedikit. Menurut Gardner et al. (1991), jumlah buku dan ruas pada batang akan sama dengan jumlah daun yang terbentuk. Permadi et al. (1999) melaporkan bahwa depresi pertumbuhan tanaman bawang menyebabkan jumlah daun yang terbentuk juga sedikit. Damayanti dan Mariska (2003) menyatakan bahwa pemberian kolkisin mengakibatkan penundaan pertumbuhan akibat jaringan yang rusak dan memerlukan waktu yang lama untuk tumbuh, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam pembentukan jumlah daun yang lebih sedikit.

Yudiwanti et al. (2006) melaporkan bahwa perlakuan kolkisin pada kacang tanah menghasilkan jumlah daun yang lebih sedikit. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Haryanti et al. (2009) pada penelitian benih kedelai yang diaplikasikan dengan kolkisin menunjukkan bahwa pembelahan sel yang lambat menyebabkan pembentukan dan perkembangan primordial daun yang lambat, meskipun berbeda tidak nyata.

C. Diameter Batang

Batang merupakan organ tanaman yang mampu menopang bagian atas tanaman untuk tumbuh tegak. Gardner et al (1991) mengemukakan bahwa batang tersusun dari ruas-ruas di antara buku-buku batang sebagai tempat melekatnya daun. Hasil analisis uji t 5% (Tabel 5), menunjukkan bahwa diameter batang pada

(26)

commit to user

perlakuan kolkisin tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Rerata diameter batang umur 12 MST dipaparkan pada Tabel 6.

Tabel 5. Hasil uji-t 5% pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap diameter batang tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam)

Perlakuan t hitung P

K0 vs K1 -0,30 0,791

K0 vs K2 0,00 1,000

K1 vs K2 0,53 0,621

Keterangan: Konsentrasi kolkisin untuk K0: 0%, K1: 0,1%, K2: 0,2%.

Tabel 6. Rerata diameter batang tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam)

Perlakuan Diameter batang (mm) Tanpa kolkisin (kontrol) 1,87

Kolkisin 0,1% 1,93

Kolkisin 0,2% 1,87

Meskipun antara perlakuan kolkisin dengan kontol tidak berbeda nyata, rerata diameter batang pada perlakuan kolkisin 0,1% terlihat lebih besar (Tabel 6). Pada perlakuan kontrol dan kolkisin 0,2% memiliki diameter batang yang sama yaitu 1,87 mm dan pada kolkisin 0,1% sebesar 1,93 mm. Hal ini diduga bahwa pada perlakuan kolkisin 0,1% mengindikasikan terjadinya poliploidi pada tanaman sirsak sehingga menyebabkan pertumbuhan diameter batang yang lebih besar dibanding perlakuan yang lain.. Sebagaimana pendapat Suryo (1995) yang menyatakan bahwa tanaman yang diberi perlakuan kolkisin pada umumnya mempunyai kenampakan yang lebih kekar dan besar.

Sulistyaningsih (2004) juga melaporkan bahwa perlakuan kolkisin pada anggrek menyebabkan diameter batang yang besar sebagai akibat membesarnya berkas pengangkut. Wiendra et al. (2011) menambahkan bahwa diameter batang yang lebih besar pada perlakuan kolkisin daripada kontrol mengindikasikan bahwa berkas pengangkut xilem dan floem akan membesar akibat dari membesarnya sel. Buluh-buluh pengangkutan dalam jaringan floem dan xilem mempunyai diameter yang lebih lebar menyebabkan pengangkutan asimilasi dan air lebih baik (Suryo, 1995).

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

D. Luas Daun

Hasil analisis uji t 5% (Tabel 7), menunjukkan bahwa luas daun antara perlakuan kolkisin tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Rerata luas daun tanaman sirsak umur 12 MST dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Hasil uji-t 5% pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap luas daun tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam)

Perlakuan t hitung P

K0 vs K1 0,40 0,712

K0 vs K2 0,21 0,844

K1 vs K2 -0,31 0,770

Keterangan: Konsentrasi kolkisin untuk K0: 0%, K1: 0,1%, K2: 0,2%.

Tabel 8. Rerata luas daun tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam) Perlakuan Luas daun (cm2)

Tanpa kolkisin (kontrol) 325,38

Kolkisin 0,1% 294,09

Kolkisin 0,2% 307,39

Berdasarkan rerata luas daun masing-masing untuk perlakuan pada tanaman kontrol; kolkisin 0,1% dan 0,2% yaitu 325,38 cm2; 294,09 cm2 dan 307,39 cm2. Tanaman kontrol memiliki luas daun yang lebih lebar dibandingkan tanaman yang diberikan perlakuan kolkisin. Luas daun pada perlakuan kolkisin 0,1% lebih sempit dibandingkan dengan luas daun pada tanaman kontrol dan perlakuan kolkisin 0,2%. Hal ini dapat terjadi karena perlakuan kolkisin yang diaplikasikan mengakibatkan penghambatan pembelahan sel dalam perkembangan daun sehingga menunjukkan ukuran yang lebih sempit.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Parjanto et al. (2012) pada tanaman srikaya yang menunjukkan luas daun pada tanaman dengan perlakuan kolkisin lebih sempit daripada tanaman kontrol. Perlakuan kolkisin menghambat pembentukan benang-benang gelondong pembelahan yang menghentikan proses mitosis pada metafase, sehingga aplikasi kolkisin pada ujung titik tumbuh tanaman akan menghambat pertumbuhan sel.

Luas daun pada tanaman kontrol yang lebih tinggi menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik. Menurut Gardner et al. (1991) perkembangan luas

(28)

commit to user

daun tanaman akan meningkatkan penyerapan cahaya. Sirait (2008) melaporkan bahwa adaptasi morfologi melalui peningkatan luas daun merupakan upaya untuk mengoptimalkan penangkapan cahaya oleh tanaman.

E. Perubahan Morfologi Daun akibat Perlakuan Kolkisin

Perlakuan kolkisin dengan metode tetes pada ujung tunas dapat mengakibatkan munculnya sifat baru pada tanaman karena kolkisin merupakan senyawa yang menyebabkan terjadinya mutasi. Menurut Gardner et al. (1991), ujung tunas mengandung meristem massa di mana mempunyai jumlah sel dan kegiatan yang cukup untuk memproduksi hormon dalam pembelahan sel dan aliran karbohidrat untuk morfogenesis secara terus-menerus. Poespodarsono (1988) menyatakan bahwa mutasi kromosom dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat pada tanaman. Salah satu karakter fenotipe adanya pengaruh perlakuan kolkisin adalah munculnya sifat baru pada daun (Suryo 1995).

Gambar 3. Perbedaan daun tanaman pada kolkisin 0,1% lebih tebal (A) dibandingkan dengan tanaman kontrol (B).

Hasil penelitian ini melalui pengamatan visual ditemukan tanaman pada perlakuan kolkisin 0,1% yang mempunyai sifat berbeda dengan tanaman tanpa kolkisin (kontrol). Hal ini disebabkan pengaruh kolkisin bersifat acak, di mana

A

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

tidak semua tanaman yang diperlakukan kolkisin menunjukkan perbedaan dengan tanaman tanpa kolkisin. Berdasarkan Gambar 3 tanaman dengan perlakuan kolkisin memiliki daun yang lebih tebal, ujung daun melebar dan permukaan daun bergelombang. Sementara pada tanaman tanpa kolkisin memiliki daun lebih tipis, ujung daun meruncing dan permukaan daun rata. Perubahan sifat pada daun ini mengindikasikan terjadinya poliploidi akibat perlakuan kolkisin.

Perubahan sifat pada daun juga dilaporkan Elrady (2010) bahwa pada tanaman Vicia villosa tetraploid mengakibatkan warna daun yang lebih gelap dengan jumlah total klorofil daun lebih tinggi. Sukamto et al. (2010) pada tanaman garut yang potensial poliploid menunjukkan daun lebih tebal, membulat, dan permukaannya bergelombang dibandingkan tanaman kontrol. Mangoendidjojo (2003) mengemukakan bahwa keragaman warna daun disebabkan karena sebagian sel plastidanya mampu memproduksi klorofil secara normal sementara bagian yang lain tidak normal. Oleh karena itu, konsentrasi kolkisin yang optimum mempengaruhi produksi klorofil daun yang semakin meningkat sehingga warna daun lebih hijau dan menjadi tebal.

F. Jumlah Kromosom

Pengamatan sitologi untuk mengetahui jumlah kromosom tanaman sirsak dilakukan pada tanaman kontrol dan perlakuan kolkisin yang secara pengamatan visual menunjukkan adanya perubahan sifat yang membedakan antara tanaman kontrol dengan perlakuan. Berdasarkan pengamatan mikroskopis, tanaman kontrol mempunyai jumlah kromosom 2n=2x=14 (Gambar 4). Hasil ini sesuai dengan informasi sebelumnya (Pinto et al. 2005) yang menyebutkan bahwa jumlah kromosom sirsak diploid adalah 2n = 14.

(30)

commit to user

Gambar 4. Jumlah kromosom sirsak pada tanaman kontrol (2n = 14).

Tanaman sirsak dengan perlakuan kolkisin 0,1% menunjukkan terjadi peningkatan jumlah kromosom (poliploidi) menjadi 2n=4x=28. Hasil pengamatan kromosom dengan konsentrasi kolkisin 0,1% dipaparkan pada Gambar 5. Suryo (1995) menyatakan bahwa konsentrasi kolkisin yang tepat akan menghambat pembentukan benang-benang gelondong sehingga pemisahan kromosom saat anafase tidak berlangsung. Penghambatan tersebut mempengaruhi perubahan jumlah kromosom sehingga terjadi penggandaan tanpa diikuti pembentukan dinding sel baru.

Gambar 5. Jumlah kromosom tanaman sirsak pada konsentrasi kolkisin 0,1% (2n = 28).

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Berdasarkan Gambar 6 pengamatan kromosom pada tanaman dengan konsentrasi kolkisin 0,2% belum menunjukkan terjadi indikasi poliploidi yang kuat dikarenakan jumlah kromosom masih diploid (2n = 14). Berdasarkan penelitian ini konsentrasi optimum yang mengakibatkan poliploidi pada tanaman sirsak yaitu konsentrasi kolkisin 0,1%. Poespodarsono (1988) menyatakan bahwa kepekaan setiap tanaman terhadap konsentrasi kolkisin berbeda-beda, meskipun pada konsentrasi tertinggi sekalipun.

Diduga bahwa kolkisin 0,2% menyebabkan sel-sel tanaman yang diperlakukan menjadi mati dan sel-sel yang tumbuh merupakan sel yang normal, sehingga poliploidi tidak terjadi. Konsentrasi kolkisin 0,2% pada tanaman srikaya juga belum mengindikasikan terjadi poliploidi (Parjanto et al. 2012). Konsentrasi kolkisin 0,2% dengan perendaman 16-24 jam pada melon efektif mengakibatkan poliploidi (Anggraito 2004). Konsentrasi kolkisin 0,025% lebih efektif menginduksi kecambah cabai merah keriting dan cabai rawit menjadi tanaman tetraploid (Mansyrudin et al. 2004). Wiendra et al. (2011) melaporkan bahwa pemberian kolkisin 0,01% dapat menggandakan kromosom dari diploid menjadi tetraploid.

(32)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perlakuan kolkisin secara umum tidak berpengaruh terhadap fenotipe pertumbuhan awal tanaman sirsak, namun terdapat tanaman yang mempunyai sifat berbeda dengan kontrol yakni daun lebih tebal, ujung daun melebar dan permukaan daun bergelombang.

2. Konsentrasi kolkisin 0,1% mampu mengakibatkan poliploidi tanaman sirsak dari 2n=2x=14 menjadi 2n=4x=28.

B. SARAN

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kestabilan fenotipe dan genetik tanaman sirsak poliploid pada kolkisin 0,1%.

Gambar

Tabel  1.  Hasil  uji-t  5%  pengaruh  berbagai  konsentrasi  kolkisin  terhadap  tinggi  tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam)
Grafik  pola  pertumbuhan  tanaman  sirsak  berdasarkan  tinggi  tanaman  ditampilkan  pada  Gambar  1
Tabel  3.  Hasil  uji-t  5%  pengaruh  berbagai  konsentrasi  kolkisin  terhadap  jumlah  daun tanaman sirsak umur 12 MST (Minggu Setelah Tanam)
Tabel  4.  Rerata  jumlah  daun  tanaman  sirsak  umur  12  MST  (Minggu  Setelah  Tanam)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Ampyang klon A yang berasal dari hasil iradiasi gamma 30 Gy dan hasil seleksi dengan konidia Foc isolate Medan memiliki performa yang lebih baik dari pada klon B, C, D, E, F,

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variasi putaran terhadap penurunan kebisingan pada knalpot komposit yang dilengkapi dengan saluran

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis cerita kepada penonton atau.

Sebagai perusahaan yang sedang mengembangkan bisnisnya, maka PT. Perkebunan Nusantara III memprogramkan untuk melakukan riset terapan yaitu riset lanjutan dalam penerapan hasil

Dengan mengucapkan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatNya, sehingga Laporan Penelitian Hibah Bersaing tahap

kepada Pihak Pertama dan Pihak Pertama menerima penyerahan pekerjaan pengadaan barang tersebut terhitung dari tanggal ……… 20…..... Waktu pelaksanaan pekerjaan tidak melampaui

Agar berbagai macam kelompok agama yang terdapat dalam sebuah negara dapat hidup secara damai dan tanpa pertentangan, maka selayaknya umat beragama tersebut

Responden pada kategori usia muda dan usia dewasa cenderung memiliki persepsi yang positif terhadap pembangunan kebun raya di Kabupaten Sambas. Pada kedua kategori usia