• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL. IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN PKn DI SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL. IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN PKn DI SEKOLAH DASAR"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN

PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN PKn

DI SEKOLAH DASAR

(Studi Kasus di SDN 10 Paguyaman Kecamatan Paguyaman)

Oleh :

ARIYANTI HASAN 221 410 216

JURUSAN ILMU HUKUM DAN KEMASYARAKATAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2013

(2)
(3)

Kemasyarakatan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Gambaran tentang implementasi kurikulum KTSP pada pembelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman. (2) kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan kurikulum KTSP pada pembelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan: (1), Implementasi kurikulum KTSP dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKn yang pelaksanaanya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi. (2), Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman menggunakan pedoman yang ditentukan oleh BSNP. Kendala mendasar yang dihadapi dalam mengimplementasikan kurikulum KTSP pada pembelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman antara lain : 1) Latar belakang guru yang tidak memiliki keilmuan khusus PKn. 2) Media pembelajaran yang sangat kurang. 3) Alokasi waktu yang diberikan sangat terbatas. Keempat, Dukungan orang tua siswa yang kurang.

Kata Kunci : Implementasi, Pembelajaran PKn, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

(4)

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN PKn DI SEKOLAH DASAR (Studi Kasus di SDN 10 Paguyaman Kecamatan Paguyaman)

Pembimbing : Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd *, Asmun Wantu, S.Pd.,M.Sc **

Ariyanti Hasan

Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Gorontalo

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3). Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah, di antaranya adalah pembaharuan sistem pendidikan.

Pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan bidang pendidikan. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (UU No. 20 Tahun 2003).

Pemerintah juga menetapkan empat strategi pokok pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut E. Mulyasa (2006: 8) empat strategi pokok pembangunan bidang pendidikan nasional yaitu: 1) peningkatan pemerataan kesempatan pendidikan, 2) relevansi pendidikan dengan

(5)

pembangunan, 3) peningkatan kualitas pendidikan, dan 4) efisiensi pengelolaan pendidikan.

Sejalan dengan visi pendidikan nasional dan strategi pokok pembangunan bidang pendidikan tersebut, pembaharuan sistem pendidikan dilakukan salah satu di antaranya adalah pembaharuan kurikulum. Pembaharuan kurikulum dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dunia kerja. Perubahan kurikulum yang ideal dilaksanakan setiap saat bila ada perubahan ilmu pengetahuan dan tuntutan dari dunia kerja.

Kebijakan relevansi pendidikan dalam strategi pembangunan bidang pendidikan, dititik beratkan pada keterkaitan dan kesepadanan antara materi-materi yang diajarkan di sekolah dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat, oleh karena itu pembaharuan kurikulum sangat dibutuhkan pada masa sekarang untuk mengakomodasi berbagai tuntutan kebutuhan masyarakat Indonesia yang beragam tersebut.

Pada awal ditetapkannya KTSP di Kabupaten Boalemo khususnya mata pelajaran PKn sekolah dasar, banyak guru yang kurang paham dengan standar isi dalam materi pembelajaran PKn. Di samping itu kurangnya sarana prasarana yang mendukung seperti buku-buku yang relevan dengan materi PKn sekolah dasar masih sangat terbatas. Ketidakmampuan guru PKn sekolah dasar dalam memahami KTSP akan mengkibatkan penafsiran yang berbeda terhadap materi pelajaran PKn itu sendiri.

METODE PENULISAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan secara deskriptif analisis kritis.

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif-kualitatif dengan tehnik analisis interaktif. Adapun alasan penelitian kualitatif di atas dimaksudkan untuk lebih mementingkan proses pengumpulan data beragam dan disusun sebagai kekhususan untuk dikelompokkan bersama melalui proses pengumpulan data secara teliti serta saling berkaitan (bottom up grounded theory) (Sutopo, 2006:

(6)

41). Analisis ini dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan di lapangan yang disusun secara lentur dan terbuka (Sutopo, 2006: 42) sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan kasus tunggal, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cuplikan yang bersifat

purposive sampling (sampel bertujuan), di mana peneliti cenderung memilih

informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya sepenuhnya sebagai sumber data serta mengetahui permasalahan secara mendalam (Sutopo, 2006: 64). Peneliti akan memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah implementasi KTSP secara mendalam dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang mantap. Informan tersebut adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum, Guru PKn dan peserta didik pada sekolah tempat penelitian. Teknik cuplikan semacam ini disebut internal sampling karena bukan untuk maksud atau kepentingan generalisasi sebagaimana yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif (Sutopo, 2006: 62).

Teknik analisis interaktif ini memiliki tiga komponen analisis yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi yang digambarkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006: 120)

Selanjutnya aktivitas penelitian hanya bergerak di antara dua komponen analisis tersebut. Penyajian data sebagai alur penting dari kegiatan analisis interaktif digunakan untuk melihat hasil data. Sedangkan hasil observasi dan

Pengumpulan Data

Reduksi data

Penarikan Simpulan/Verifikasi

(7)

wawancara digunakan untuk menentukan proses analisis pembelajaran secara sistematis dan objektif didukung proses analisis yang didapat dari sumber arsip dan dokumen yang didapat melalui metode kritik sumber intern dan ekstern. Kritik sumber tersebut digunakan untuk membantu interpretasi data yang diolah sehingga menghasilkan hipotesis yang obyektif. Setiap kelompok data yang telah direfleksi lalu saling dikomparasikan untuk menemukan perbedaan dan persamaan persepsi dalam tujuan penelitian awal sehingga simpulan yang didapat menjadi lebih jelas.

Analisis ketiga yang penting adalah menarik simpulan atau verifikasi. Peneliti memberi simpulan secara longgar, tetap terbuka dan skeptis. Model analisis ini memiliki kekuatan pada proses analisisnya yang dilakukan berulang- ulang, sehingga pada tahap ini diperoleh simpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data terakhir dilakukan dengan menarik simpulan /verifikasi berdasarkan reduksi dan sajian data. Kedalaman dan ketelitian proses analisis akan menentukan gambaran umum yang detil tentang objek yang diteliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi kurikulum KTSP dalam pembelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman

Pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia serta berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berfungsi mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan maupun martabat bangsa dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional.

Tujuan dari pendidikan nasional seperti yang dijelaskan dalam (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 bab II pasal 3 yakni : “tentang dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

(8)

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan seorang guru harus banyak membaca dan belajar, guna mencari dan memperluas cakrawala pengetahuannya”

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional jelas bahwa pendidikan disetiap jenjang, termasuk di SDN 10 Paguyaman harus di selengarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

Pendidikan mempunyai dua proses utama yaitu mengajar dan diajar. Mengajar ditingkat pendidikan formal biasanya dilakukan oleh seorang guru. Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai tiga peranan yaitu sebagai pengajar, pembimbing dan administrator kelas.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Pengembangan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengatur pada standar nasional pendidkan untuk meenjamin pencapaian tujuan pendidkan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetisi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah bagaimana menyampaikan pesan-pesan kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing.

Tugas guru dalam implementasi KTSP adalah bagaimana memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada peserta didik , agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan eksternal sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai dengan yang dikemukakan dalam Standar Isi (SI) dan Standar

(9)

Kompetensi Lulusan (SKL). Keberhasilan pelaksanaan sebuah kurikulum itu sangat tergantung pada guru. Mengapa demikian? Sebab guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran, sempurnanya sebuah kurikulum tanpa didukung oleh kemampuan guru, maka kurikulum itu hanya sesuatu yang tertulis dan tidak memiliki makna. Oleh karena itu guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses implementasi kurikulum, khususnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Proses pembelajaran di SDN 10 Paguyaman ditemukan bahwa, dari awal proses pembelajaran hingga akhir sering menggunakan metode yang monoton yaitu metode ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan membuat siswa sering keluar masuk pada mata pelajaran sedang berlangsung. Guru hanya menegur dan tidak memberi sangsi sifatnya mendidik kepada siswa.

Sering kali siswa bosan dengan pelajaran PKn, dikarenakan cara mengajar guru yang monoton. Seharusnya guru juga harus menjelaskan secara detail bila ada pertanyaan siswa. Sering kali siswa bertanya tentang isi dari pembahasan yang disampaikan oleh guru, sehingga guru harus menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang mudah dimengerti serta dipahami oleh siswa dan melemparkannya lagi pertanyaan kepada siswa yang lain agar ada penjelasan yang bisa dimengerti oleh siswa. Seandainya siswa kurang puas dengan hasil jawaban, guru harus menjelaskan secara perlahan agar siswa dapat mengerti dan memahami apa isi dari pembahasan yang akhirnya dapat dipahami oleh siswa.

Metode yang sering diterapkan guru banyak menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang memahami akan makna isi pelajaran tersebut, yang membuat nilai siswa kurang bagus dan menurun dan membuat pelajaran tersebut kurang diminati siswa karena cara penyampaian dan pengajaran guru dalam mengajar kurang bervariasi.

Implementasi KTSP adalah bagaimana menyampaikan pesan – pesan kurikulum kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing – masing. Tugas guru dalam implementasi KTSP adalah bagaimana memberikan kemudahan (facilitiate of learning) kepada peserta didik, agar mereka mampu berinteraksi dengan

(10)

lingkungan eksternal sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai dengan yang dikemukakan salam standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL).

Berdasarkan hasil penelitian di SDN 10 Paguyaman ditemukan bahwa, implementasi kurikulum KTSP dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKn yang pelaksanaanya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi yakni :

1. Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan sebagai sasaran pembentukan.

2. Standar materi kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran.

3. Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan.

4. Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternatif bagi para guru PKn.

Implementasi KTSP pada mata pelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman akan memiliki warna yang sangat berbeda satu sama lain sesuai dengan kebutuhan wilayah dan kunci yang menentukan serta menggerakkan daerah masing-masing, karakteristik dan kemampuan peserta didik. Keberhasilan atau kegagalan implementasi kurikulum pada mata pelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman sangat bergantung pada guru dan kepala sekolah karena dua figur tersebut merupakan kunci yang menentukan serta menggerakkan berbagai komponen dan dimensi di sekolah. Dengan KTSP guru PKn dituntut untuk membuktikan profesionalismenya dan mereka dituntut untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar yang telah digali dan dikembangkan oleh peserta didik. Tugas guru PKn di SDN 10 Paguyaman bukan mencurahkan dan menyuplai peserta didik dengan berbagai ilmu pengetahuan tetapi mereka berfungsi sebagai motifator, mediator, dan fasilitator pembelajaran.

Diakui bahwa berhasil tidaknya implementasi di SDN 10 Paguyaman tersebut dalam pembelajaran PKn terutama dalam penyesuaian kurikulum dengan tuntutan globalisasi, perubahan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu implementasi kurikulum mata pelajaran PKn dalam

(11)

kegiatan pembelajaran di SDN 10 Paguyaman juga sangat di pengaruhi oleh dukungan sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai terutama kondisi ruang pembelajaran, perpustakaan, laboratorium dan alat bantu pembelajaran.

Dalam implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan SDN 10 Paguyaman, pembelajaran bukan semata-mata tanggung jawab guru PKn saja ,akan tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara guru, kepala sekolah, bahkan komite sekolah dan masyarakat sehingga pembina terhadap komponen-komponen tersebut merupakan tuntunan yang harus dipenuhi dalam mengefektifkan implementasi KTSP. Dalam hal ini implementasi KTSP dalam pembelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman menuntut guru PKn dan kepala sekolah untuk memperhatikan 3 komponen utama yaitu Standar Nasional Pendidikan, silabus yang dikembangkan harus merumuskan secara jelas progam pembelajaran, proses pembelajaran, hasil pembelajaran serta mekanisme dan kriteria penelitian, RPP perlu dikembangkan secara matang untuk menentukan bahwa kegiatan pembelajaran sudah siap dilaksanakan. Untuk menyukseskan implementasi KTSP dalam pembelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman guru di tuntut berjiwa mulia, berhati suci dan rela mengorbankan kehidupanya hanya untuk kebaikan dan pendidikan semata.

B. Kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan kurikulum KTSP pada pembelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman

Berdasarkan sajian data dari hasil penelitian, ada beberapa kendala yang ditemukan dalam mengimplementasikan kurikulum KTSP dalam pembelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman antara lain: 1) Secara keseluruhan masih menggunakan format pembelajaran klasik, seperti metode ceramah tanpa menggunakan media. 2) Proses pembelajaran di kelas tidak berdasarkan rancangan pada RPP. 3) Penyusunan RPP bukan untuk merancang proses

(12)

pembelajaran di kelas agar terencana dan tersistematis, melainkan sekedar persyaratan administratif. 4) Belum ada buku-buku pelajaran yang berani mengangkat berbagai kearifan lokal seperti budaya daerah. 5) Kurang kreatifnya guru PKn di SDN 10 Paguyaman dalam mengembangkan materi sesuai dengan prinsip-prinsip dan tujuan KTSP.

Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan beberapa kendala mendasar yang dihadapi dalam mengimplementasikan kurikulum KTSP pada pembelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman antara lain :

1. Latar belakang guru yang tidak memiliki keilmuan khusus PKn. 2. Media pembelajaran yang sangat kurang.

3. Alokasi waktu yang diberikan sangat terbatas. 4. Dukungan orang tua siswa yang kurang.

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum damasa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum diseluruh Indonesia, tidak melihat situasi riil dilapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Untuk itulah kehadiran KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang konkrit terhadap mutu dunia pendidikan di Indonesia. Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing tergantung pada situasi dan kondisi pada saat kurikulum diberlakukan.

Adapun kelebihan-kelebihan KTSP antara lain :

1. Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat secara bersama-sama merumuskan kurikulum sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi lingkungan, serta mendorong guru, kepala sekolah dan pihak manajemen untuk semakin meningkatkan kreatifitasnya dalam penyelenggaraan program pendidikan.

2. Dengan berpijak pada panduan KTSP sekolah diberi kebebasan untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi dan potensi keunggulan local yang bisa dimunculkan oleh sekolah. KTSP sangat memungkinkan bagi tiap

(13)

sekolah untuk mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.

3. KTSP menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling membutuhkan siswanya. Sebagai contoh sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat lebih menfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang kepariwisataan lainnya.

4. KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan.

5. Dengan diberlakukannya KTSP beban belajar siswa berkurang karena KTSP lebih sederhana. Tetapi tetap memberikan tekanan bagi perkembangan siswa. Alasan diadakannya pengurangan jam pelajaran ini karena menurut pakar pendidikan anak bahwa jam pelajaran di sekolah-sekolah selama ini terlalu banyak. Sehingga suasana yang tercipta pun terkesan sangat formal. Akibat yang lebih jauh lagi dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Hal ini dirasakan oleh siswa SD yang masih anak-anak dan mereka membutuhkan waktu bermain yang cukup untuk mengembangkan kepribadiannya secara alami.

6. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.

Adapun kelemahan- kelemahan KTSP antara lain :

1. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Pola penerapan KTSP terbentur pada masih minimnya kualitas guru. Sebagian guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan KTSP. Selain itu juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreatifitas guru.

2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap merupakan salah satu syarat yang paling penting bagi pelaksaan KTSP. Sementara kondisi di lapangan menunjukan masih

(14)

banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang lainnya.

3. Masih banyaknya guru yang belum memahami KTSP secara komprehensip baik konsepnya, penyusunannya, maupun praktek pelaksaannya di lapangan.

4. Masih rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana secara menyeluruh.

5. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran berdampak pada pendapatan guru.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya tentang implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Implementasi kurikulum KTSP dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKn yang pelaksanaanya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi yakni : Pertama, Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan sebagai sasaran pembentukan. Kedua, Standar materi kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran. Ketiga, Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan. Keempat, Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternatif bagi para guru PKn.

2. Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman menggunakan pedoman yang ditentukan oleh BSNP. Dalam penyusunannya diarahkan supaya siswa dapat memahami materi pelajaran.Perumusan indikator keberhasilan belajar siswa dalam mata pelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman dibuat secara musyawarah dengan sesama guru mata pelajaran yang disebut

(15)

dengan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Indikator keberhasilan disesuaikan dengan materi yang telah ada dengan kemampuan siswa. 3. Kendala mendasar yang dihadapi dalam mengimplementasikan kurikulum

KTSP pada pembelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman antara lain : 1) Latar belakang guru yang tidak memiliki keilmuan khusus PKn. 2) Media pembelajaran yang sangat kurang. 3) Alokasi waktu yang diberikan sangat terbatas. 4) Dukungan orang tua siswa yang kurang.

Saran

1. Kepala Sekolah

- Sekolah dalam melaksanakan sosialisasi Kurikulum pada mata pelajaran PKn dapat mempersiapkan segala sarana prasarana yang mendukung agar implementasi kurikulum terus dapat ditingkatkan.

- Dalam penyusunan kurikulum hendaknya lebih diarahkan dan ditingkatkan supaya siswa dapat memahami materi pelajaran.

2. Guru

- Penyusunan kurikulum dalam pembelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman hendaknya harus sesuai dengan materi dan bahan pelajaran.

- Perumusan indikator keberhasilan belajar siswa dalam mata pelajaran PKn di SDN 10 Paguyaman hendaknya sesuai dengan materi yang disampaikan dan harus sesuai dengan kemampuan siswa.

- Harus lebih banyak menggunakan metode dan media pembelajaran dan meninggalkan format pembelajaran klasik, seperti metode ceramah tanpa menggunakan media.

(16)

DAFTAR RUJUKAN

BSNP. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning

(CTL)). Jakarta: Depdiknas.

_________. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Menunjang Kecakapan

Hidup Siswa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

_________. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di

Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ditjen Dikdasmen. 2003. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung: Rosda Karya.

_________.2008. Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mulyadi, Usman, dkk. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Edisi Pertama. Bina Aksara.Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006. Standar Isi. Pusat Kurikulum-Balitbang Depdiknas. 2009. Monitoring dan Evaluasi

Pelaksanaan Standar Isi. http://www.puskur.net/index.php. Diakses 28

Agustus 2013

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. RINEKA Cipta. Jakarta.

Sumiyati. 2009. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Standar Isi. http://www.puskur.net/index.php?menu=profile&pro=78&iduser=5.Diakses 6 Agustus 2013.

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Eka Jaya.

Wahid, Aliaras, dkk. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Edisi Pertama. Graha Ilmu.JakartaBarat.

Gambar

Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006: 120)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil lain diperoleh dari analisis uji t ( one sample t-test ) untuk melihat pengaruh umur terhadap workplace design diperoleh koefisien t value sebesar 19.1%

Jasa Konsultansi Perencanaan Rehab Sedang Ruang UGD Puskesmas Sedadap 7,350,000.00 Jasa Konsultansi Pengawasan Pembangunan Pustu Sei. Banjar Desa Binusan 24,000,000.00 Rehab

Pengaturan tegangan jangkar pada saat start dapat meredam  (putaran motor) motor DC dan lonjakan arus jangkar I a. Didalam motor DC daur tertutup ini dapat dinyatakan

1) Telah dapat dibuat prototype integrasi data morbiditas pasien rawat jalan puskesmas, dengan simulasi pengiriman data menggunakan crontab. 2) Perancangan data

Dari tabel tersebut didapatkan data bahwa sebelum dilakukan perawatan ulkus dengan menggunakan hidrokoloid kunyit 1% skor BWAT dari ketujuh responden antara 33- 39, sedangkan

Adab/Etika dan prinsip-prinsip permakultur inilah yang akan menjadi basis dari implementasi aktivitas Anoa Farm dalam mengembangkan Taman Hutan Pangan yang akan menjadi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET.. Universitas Pendidikan Indonesia

Jumlah aset yang dimaksud adalah aset bersih yakni total aset berdasarkan harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan serta penyisihan-penyisihan bila ada;