• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAKAN SOSIAL IBU TERHADAP ANAK PENGGUNA SMARTPHONE BLACKBERRY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINDAKAN SOSIAL IBU TERHADAP ANAK PENGGUNA SMARTPHONE BLACKBERRY"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAKAN SOSIAL IBU TERHADAP ANAK PENGGUNA

“SMARTPHONE BLACKBERRY”

(Studi Deskriptif pada Kalangan Ibu Pemilik Anak Pengguna “Smartphone Blackberry” di Kecamatan Gubeng, Surabaya)

RIESTIFA CHINDRA PRAMIYAS NIM : 070810408

Mahasiswa Departemen Sosiologi FISIP Unair

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari adanya fenomena penggunaan Blackberry di Indonesia yaitu membeli gadget bukan karena fungsi yang dimiliki Blackberry tetapi atas nama sebuah gengsi. Padahal pada saat yang sama seseorang bisa membeli

smartphone dari vendor lain dengan kemampuan dan aplikasi yang jauh lebih

lengkap. Fenomena ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai tindakan yang dilakukan oleh ibu terhadap anak pengguna

Blackberry.Teori yang digunakan dalam analisis penelitian ini yaitu teori Max

Weber yang membahas mengenai tindakan sosial. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan prosedur penelitian kualitatif. Sementara untuk pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan bantuan data sekunder.Setelah melakukan tahapan penelitian, maka peneliti menghasilkan beberapa temuan data. Pertama, ibu memberi Blackberry untuk anak tidak untuk menaikkan gengsi tetapi untuk memaksimalkan fungsi dan membeli

Blackberry disesuaikan dengan keadaan ekonomi. Kedua, dampak yang dirasakan

oleh ibu adalah perubahan sikap anak setelah menggunakan Blackberry. Terdapat perubahan sikap dari positif ke negatif yang signifikan dan membuat para ibu mengeluh telah memberikan Blackberry untuk anak mereka.

Kata kunci : tindakan sosial, anak, blackberry.

ABSTRACT

Research this went from a phenomenon use blackberry in indonesia, which buy gadget not because function owned blackberry but over the name of a prestige. Whereas on the same time someone can buy smartphone of vendor other with capability and application far more complete. This phenomenon make researcher

(2)

interested to have a research on the acts performed by mother against children users blackberry.Theory used in analysis research is theory max weber discussing regarding measures of social. Research type used in this research is type research descriptive with using procedure research qualitative. Temporarily to data done with interviews and aid data secondary.After doing, research phase hence some researchers produced the data. First, mother gives blackberry for children not to raise prestige but to maximize function and buy blackberry adapted to economic conditions. Second, impact felt by mother is a change in attitude a child after using blackberry. There are changes from positive attitude to significant negative and make the mothers complain has given blackberry to their child.

Keywords: the act of social, children, blackberry.

1. Pendahuluan

Globalisasi telah memberikan perubahan yang sangat besar bagi seluruh dunia. Menurut Achmad Suparman pengertian globalisasi merupakan suatu proses yang menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Oleh karena itu globalisasi tidk dapat dihindari kehadirannya, karena telah memberikan pengaruh bagi kehidupan suatu negara, salah satunya negara Indonesia. Hal yang paling berpengaruh dari adanya globalisasi, yaitu teknologi informasi dan komunikasi. Telepon Seluler atau yang biasa disebut

Handphone merupakan salah satu kebutuhan di kalangan masyarakat sekarang ini.

Dari masyarakat kalangan atas, sedang sampai masyarakat bawah membutuhkan telepon seluler karena untuk saat ini telepon selulerlah yang dianggap sebagai media komunikasi paling cepat serta menyediakan menu hiburan yang menyenangkan. Penggunaan handphone yang paling banyak diminati oleh masyarakat salah satu diantaranya adalah Smartphone Blackberry. Blackberry atau sering disebut BB, ternyata telah mampu menghipnotis setiap orang yang menggunakannya. Oleh

(3)

karena itu tidak mengherankan smartphone Blackberry merupakan salah satu teknologi komunikasi yang paling banyak diminati masyarakat Indonesia. Namun, smarthphone Blackebrry ini ternyata juga memberikan berbagai masalah kehidupan bagi penggunanya di Kota Surabaya. Hal itu dapat dibuktikan dari adanya suatu kasus yang bersumber dari Harian SIB Online, Surabaya menyatakan bahwa seseorang membunuh kekasihnya karena cemburu melihat sang pacar bermain Blackberry Messenger (BBM). Akhirnya seorang warga Jalan Bogen II, Surabaya nekad membekap kekasihnya sendiri. Si wanita yang berstatus janda beranak satu itu tewas karena kehabisan nafas. Berbagai fenomena yang telah dijelaskan menunjukkan bahwa bila ketergantungan pada pengguna Blackberry ini sudah di luar batas kewajaran maka akan mengakibatkan seseorang menjadi antisosial. Padahal manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Individu tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya orang lain, sehingga sangat dibutuhkannya interaksi sosial diantara yang satu dengan lainnya. Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan. Interaksi sosial akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan dari , sehingga tindakan tersebut akan menimbulkan reaksi dari individu yang lain. Interaksi sosial terjadi jika dua orang atau lebih saling berhadapan, bekerja sama, berbicara, berjabat tangan atau bahkan terjadi persaingan dan pertikaian. Dari semua pembahasan tersebut, maka peneliti ingin meneliti tentang tindakan sosial seorang ibu terhadap anak pengguna smartphone Blackberry. Penelitian ini lebih dikhususkan kepada anak yang memiliki Blackberry karena ingin mengetahui secara

(4)

lebih jelas tindakan yang dilakukan oleh ibu kepada anaknya ketika memiliki Blakcberry. Blackberry juga memberikan perubahan perilaku atau tidak bagi hubungan antara ibu dan anak dalam kehidupan sehari – hari. Secara teoritis mengungkapkan bahwa dampak negatif dari perkembangan teknologi handphone, diantaranya, mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet daripada bertemu secara langsung (face to face) dan manusia menjadi malas untuk berinteraksi dengan keluarga, teman dan lingkungan sekitar.

2. Kajian Pustaka

Weber memandang bahwa sosiologi merupakan Ilmu yang mempelajari fakta sosial yang bersifat eksternal, memaksa individu dan bahwa fakta sosial harus dijelaskan dengan fakta sosial yang lainnya. Jika Durkheim melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang mengatasi individu, berada pada suatu tingkat yang bebas, maka sebaliknya Weber melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosial. Webber menekankan individu dan arti subyektif dalam tindakan yang sedang dilaksanakan oleh manusia.

Aspek pemikiran Weber yang paling terkenal yang mencerminkan tradisi idealis adalah tekanannya pada vertehen (pemahaman subyektif) sebagai metode untuk memperoleh pemahaman yang valid mengenai arti-arti subyektif tindakan sosial. Bagi weber, istilah ini tidak hanya sekedar merupakan introspeksi. Intrspeksi bisa memberikan seorang pemahaman akan motifnya sendiri atau arti-arti subyektif,

(5)

tetapi tidak cukup untuk memahami arti-arti subyektif dalam tindakan-tindakan orang lain. Sebaliknya, apa yang diminta adalah empati, kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang prilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya mau dilihat menurut perspektif itu. Proses itu menunjuk pada konsep “mengambil peran” yang terdapat dalam interaksionisme simbol. Tindakan Subyek harus dimengerti dalam hubungannya dengan arti subyektif yang terkandung didalamnya. Untuk itu, orang perlu mengembangkan suatu metode untuk mengetahui arti subyektif ini secara obyektif dan analitis.

Konsep Rasionalitas merupakan kunci bagi suatu analisa obyektif mengenai arti-arti subyektif dan juga merupakan dasar perbandingan mengenai jenis-jenis tindakan sosial yang berbeda. Pendekatan “ obyektif” hanya berhubungan dengan gejala-gejala yang dapat diamati (benda fisik atau perilaku nyata), sedangkan pendekatan “subyektif “ berusaha untuk memperhatikan juga gejala-gejala yang sukar ditangkap dan tidak dapat diamati seperti perasaan individu, pikiran dan motif-motifnya. Rasionalitas dan Peraturan yang biasa mengenai logika merupakan suatu kerangka acuan bersama secara luas dimana aspek-aspek subyektif perilaku dapat dinilai secara obyektif. Misalnya apabila seseorang memilih yang kurang mahal dari dua produk yang sama, kita mengerti perilaku itu sebagai yang rasional, karena sesuai dengan kretaria rasionalitas obyektif yang kita terima. Namun tidak semua perilaku dapat dimengerti sebagai suatu manifestasi rasionalitas. Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Webber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan

(6)

sosial. Pembedaan pokok yang diberikannya adalah tindakan rasional dan yang non rasional. Dikenal beberapa tipe tindakan sosial, antara lain tindakan rasionalitas instrumental (zweckrationalitat), tingkat rasionalitas yang paling tinggi, meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Tindakan rasional berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Dalam Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.

3. Pembahasan

Tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakannya mempunyai arti atau arti subjektif bagi dirinya yang diarahkan pada tindakan orang lain. Secara tersirat tindakan sosial terdapat tiga konsep di dalamnya, yakni tindakan sosial, tujuan, dan pemahaman. Jika dilihat dari penjelasannya yaitu pilihan yang berhubungan dengan tujuan dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya, para informan juga mempunyai tujuan yang jelas dan dengan pertimbangan yang sadar sebelum mereka memutuskan untuk memberi blackberry untuk anak mereka. Disamping adanya tujuan dan dan pertimbangan, ada juga hal yang tentu saja mereka pikirkan matang-matang yaitu masalah alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini yang berarti uang. Walaupun memikirkan tujuan dan pertimbangan yang sedemikian rupa apabila tidak ada alat yang digunakan untuk mencapai tujuan maka mustahil

(7)

untuk mewujudkannya. MP, ES, SW dan AR memberi blackberry dengan jenis yang berbeda-beda kepada anak mereka. Semua itu tidak lepas dari pertimbangan-pertimbangan yang mereka pikirkan terlebih dahulu. 3 dari 4 orang informan mengatakan bahwa meraka membelikan blackberry untuk anak mereka sesuai dengan kemampuan ekonomi. Hanya 1 informan yang memberi sesuai dengan keinginan anak. Bukan berarti apa yang diinginkan anakselalu dipenuhi oleh ibu. Melainkan juga disesuaikan dengan kondisi perekonomian. AR bersedia memberi blackberry sesuai dengan keinginan sang anak karena beliau merasa apa yang diinginkan anaknya masih dalam taraf wajar dan dapat beliau penuhi. Walaupun banyak orang yang mengatakan bahwa blackberry merupakan gadget mahal dan hanya kalangan tertentu yang dapat menggunakannya, tetapi para informan tetap memberi anak mereka blackberry karena alasan tertentu. Tentu saja selain alasan tersedianya materi untuk membeli.

Dari keempat informan, hanya 1 informan yang mengungakapkan bahwa petimbangan memberi sang anak blackberry bukan karena mengikuti teman. MP mengatakan pertimbangan dalam membeli blackberry adalah agar sang anak dapat berkomunikasi lebih mudah dengan orangtua. MP dan suami berfikir dengan sama-sama menggunakan blackberry akan semakin mudah dan efisien dalam berkomunikasi, bertukan informasi dan memanfaatkan kelebihan blackberry lainnya. ES mengatakan pertimbangannya dalam membeli blackberry hampir sama dengan MP. Tetapi bedanya, anak MP tidak meminta orang tua mereka untuk

(8)

membelikannya sedangakan anak ES meminta agar orang tuanya segera membelikannya blackberry karena para temannya telah menggunakan blackberry. Temannya secara tidak langsung memberikan tekanan agar segera menggunakan

blackberry. Tujuan mereka sebenarnya sama, yaitu agar memudahkan sang anak

dalam berkomunikasi. Baik dengan orangtua mereaka sendiri maupun dengan teman.

Tindakan sosial yang kedua yaitu rasionalitas yang berorientasi nilai, hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar; tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya. Nilai-nilai akhir bersifat nonrasional dalam hal dimana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih.

Pengguna Blackberry di Indonesia benar-benar membeli gadget tersebut karena fungsi utama yang dimiliki atau atas nama sebuah gengsi. Banyak yang hingga hari ini menganggap bahwa perangkat blackberry dengan harganya yang tinggi bisa menjadi alat untuk meningkatkan daya tawar seseorang di hadapan rekan kerja atau bisnisnya atau bagi yang masih duduk di bangku sekolah dengan memiliki blackberry dapat dianggap setara atau memiliki nilai lebih oleh teman-temannya yang lebih dahulu telah memiliki blackberry. Jika dilihat dari biaya lebih yang harus digunakan seseorang untuk menebus sebuah gadget Blackberry idamannya, padahal pada saat yang sama ia bisa membeli smartphone dari vendor lain dengan kemampuan dan aplikasi yang jauh lebih lengkap, maka jawaban bahwa fenomena booming

(9)

blackberry di Indonesia adalah sebuah pertaruhan gengsi cukup bisa dipertanggungjawabkan.

Gengsi merupakan nilai akhir yang bersifat nonrsional. Banyak orang membeli barang tertentu hanya karena gengsi. Tetapi dari keempat informan hanya satu orang yang berfikiran blackberry memiliki nilai gengsi yang tinggi. menurut MP mempunyai blackberry merupakan hal yang biasa bagi dirinya. ES berpendapat bahwa saat pertma kali mempunyai blackberry beliau merasa sngat bangga tetapi seiringberjalannya waktu, mempunyai blackberry merupakan hal yang biasa. Namun bagi SW dengan memberi sang anak blackberry merupakan kebanggan tersendiri karena dalam keluarganya masih jarang sekali yang memakai smartphone tersebut. Sehingga blackberry mempunyai gengsi yang tinggi bagi SW.

Tidak jarang orangtua membelikan blackberry agar sang anak mendapatkan penghargaan dari teman maupun lingkungan sosialnya. Penghargaan disini bermacam-macam bentuknya. Membelikan blackberry agar sang anak dapat diterima dalam kelompok yang mungkin kelompok tersebut mayoritas merupakan pengguna

blackberry. Atau agar anak dipandang lebih oleh teman-temannya. Semua dapat saja

terjadi dan itu merupakan salah satu alasan mengapa orangtua memberi blackberry untuk sang anak. Hanya ada satu orang informan yang mempunyai tujuan memberi

blackberry agar sanga anak mendapatkan penghargaan dari orang tua. Ketiga

informan lainnya tidak sependapat dengan SW. MP, ES dan AR mengatakan bahwa mereka memberi blackberry untuk anak mereka karena memnag kebutuhan mereka

(10)

untuk menggunakan blackberry dan agar anak mereka dapat setara dengan teman yang telah lebih dahulu menggunakan blackberry. Sehingga tidak ada pemikiran agar anak mereka mendapat penghargaan dari teman.

Tindakan tradisional, merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat nonrasional. Individu akan membenarkan atau menjelaskan tindakannya kalau diminta, hanya dengan mengatakan bahwa dia selalu bertindak dengan cara seperti itu atau perilaku seperti itu merupakan kebiasaan baginya.satu-satunya pembenaran yang perlu adalah bahwa “inilah cara yang sudah dilaksnaakan oleh nenek moyang kami, dan demikian pula nenek moyang mereka sebelumnya. Weber melihat bahwa tipe tindakan ini sedang hilang lenyap karena meningkatnaya rasionalitas instrumental.

Para informan memutuskan memberi blackberry untuk anak mereaka adalah karena beliau dan suami telah menggunakan blackberry. Setidaknya ada tiga informan yang berpendapat demikian. SW tidak sependapat dengan ketiga informan lainnya karena beliau dan suami tidak menggunakan blackberry. SW dan suami hanya menggunakan handphone biasa untuk berkomunikasi. Tidak sedikit dari mereka yang mengatakan bahw alasan anak para informan meminta blackberry karena teman mereka telah menggunakan blackberry. Anak para informan meminta agar orang tuanya segera membelikannya blackberry karena para temannya telah menggunakan blackberry. Temannya secara tidak langsung memberikan tekanan agar segera menggunakan blackberry.

(11)

Tindakan Afektif, yang ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorang yang sedang mengalami perasaan yang meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan itu benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideologi atau kriteria rasionalitas lainnya.

Para inforaman mengatakanbahwa yang berinisiatif untuk membeli blackberry adalah anak mereka. Hanya ada sat informan yang mengatkan bahwa insiatif membeli

blackberry merupakan ide dari ibu dan anak. Baik MP, E,S SW dan AR

mengungkapkan bahwa mereka memberi blackberry untuk anak mereka agar anak meraka dapat memaksimalkan fungsi dari blackberry tersebut dan bukan hanya sebagai prestige. Sebagai orang tua sudah seharusnya untuk menyayangi dan melindungi anak karena itu merupakan tugas wajib yang harus dilakukan oleh orang tua. Menunjukkan rasa sayang kepada anak dapat diwujudkan dengan banyak cara. Salah satunya dengan menuruti kemauan anak. Walaupun tidak semua apa yang diinginkan anak selalu diberikan oleh orang tua, setidaknya dengan memberikan perhatian kepada anak merupakan salah satu ungkapan kasih sayang orang tua kepada anak. Para informan mengatakan bahwa dengan memberikan blackberry untuk sana anak merupakan salah satu wujud ungkapan kasih sayang orng tua kepada anak.

(12)

4. Kesimpulan

Weber memandang bahwa sosiologi merupakan Ilmu yang mempelajari fakta sosial yang bersifat eksternal, memaksa individu dan bahwa fakta sosial harus dijelaskan dengan fakta sosial yang lainnya. Jika Durkheim melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang mengatasi individu, berada pada suatu tingkat yang bebas, maka sebaliknya Weber melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosial. Webber menekankan individu dan arti subyektif dalam tindakan yang sedang dilaksanakan oleh manusia.

Rasionalitas dan Peraturan yang biasa mengenai logika merupakan suatu kerangka acuan bersama secara luas dimana aspek-aspek subyektif perilaku dapat dinilai secara obyektif. Misalnya apabila seseorang memilih yang kurang mahal dari dua produk yang sama, kita mengerti perilaku itu sebagai yang rasional, karena sesuai dengan kretaria rasionalitas obyektif yang kita terima. Namun tidak semua perilaku dapat dimengerti sebagai suatu manifestasi rasionalitas. Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Webber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang diberikannya adalah tindakan rasional dan yang non rasional. Dikenal beberapa tipe tindakan sosial, antara lain tindakan rasionalitas instrumental (zweckrationalitat), tingkat rasionalitas yang paling tinggi, meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. MP, ES, SW dan AR memberi blackberry dengan jenis yang berbeda-beda kepada anak mereka. Semua itu

(13)

tidak lepas dari pertimbangan-pertimbangan yang mereka pikirkan terlebih dahulu. 3 dari 4 orang informan mengatakan bahwa meraka membelikan blackberry untuk anak mereka sesuai dengan kemampuan ekonomi. Hanya 1 informan yang memberi sesuai dengan keinginan anak. Bukan berarti apa yang diinginkan anakselalu dipenuhi oleh ibu. Melainkan juga disesuaikan dengan kondisi perekonomian. AR bersedia memberi blackberry sesuai dengan keinginan sang anak karena beliau merasa apa yang diinginkan anaknya masih dalam taraf wajar dan dapat beliau penuhi. Walaupun banyak orang yang mengatakan bahwa blackberry merupakan gadget mahal dan hanya kalangan tertentu yang dapat menggunakannya, tetapi para informan tetap memberi anak mereka blackberry karena alasan tertentu. Tentu saja selain alasan tersedianya materi untuk membeli.

Jika dilihat dari biaya lebih yang harus digunakan seseorang untuk menebus sebuah gadget Blackberry idamannya, padahal pada saat yang sama ia bisa membeli smartphone dari vendor lain dengan kemampuan dan aplikasi yang jauh lebih lengkap, maka jawaban bahwa fenomena booming blackberry di Indonesia adalah sebuah pertaruhan gengsi cukup bisa dipertanggung jawabkan. Tapi hanya satu informan saja yang mengakui bahwa blackberry mempunyai nilai gengsi yang tinggi. sedangkan informan lainnya mengatakan bahwa memiliki blackberry merupakan hal yang biasa karena blackberry saat ini bukanlah hal yang istimewa dan telah banyak orang yang menggunakan blackberry. Adapun tujuan orangtua membelikan blackberry tidak untuk mendapatkan penghargaan dari teman-temannya tetapi lebih

(14)

untuk memaksimalkan fungsi dari blackberry. Anak meminta blackberry kepada orangtua tidak hanya mengikuti apa yang dimiliki teman tetapi mereka juga melihat apa yang orangtua mereka gunakan. Sehingga semakin kuat keinginan anak untuk dapat memiliki blackberry.

Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setiap keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak tersendiri, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positifnya, para orangtua dapat berkomunikasi lebih efektif jika mereka sama-sama menggunakan

blackberry. Dapat memberi apa yang diinginkan anak merupakan kebahagiaan

tersendiri bagi orangtua. Dampak negatif setelah menggunakan blackberry, para ibu mengeluhkan tentang betapa susahnya ketika menyuruh belajar ataupun mengerjakan pekerjaan rumah. Itu semua disebabkan seringnya menggunakan blackberry. Sehingga para ibu memberlakukan aturan penggunaan blackberry. Alasan pemberian aturan agar mencegah penggunaan blackberry secara berlebihan yang berakibat mengganggu belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(15)

Hurlock , Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Keraf, Gorys. 1979. Komposisi. Flores : Nusa Indah.

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2007. Sosiologi: Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta: Kencana.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana.

Siahaan, Hotman M. 1986. Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta : Erlangga

Suyanto, B., & Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Skripsi :

Kristiyantiono, Andika. Blackberry pada Masyarakat Perkotaan. Skripsi. Universitas Airlangga. 2011

Referensi

Dokumen terkait

 Ekspansi ini diharapkan dapat mendukung target penjualan CSAP pada tahun 2018 yang diharapkan naik 14% menjadi Rp11 triliun dibandingkan dengan tahun lalu.. Penjualan dari

Air limbah industri maupun rumah tangga (domestik) apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Limbah atau sampah yaitu

Hal tersebut selaras dengan ketentuan Pasal 71 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang menyatakan

Hal ini disebabkan karena pada dasarnya perbandingan antara V e :V eks dapat meningkatkan laju ekstraksi, namun penggunaan V e :V eks yang kurang dari 1:5 fasa internal yang

Dapat dikatakan bahwa ATP (Ability to Pay) sopir angkot dalam studi pendahuluan sudah tinggi sehingga sesuai untuk membayar iuran jaminan kesehatan sedangkan untuk WTP

M.T

observasi perencanaan guru pertemuan pertamasiklus II terdiri dari 5 komponen yang harus dilaksanakan oleh guru mencapai nilai rata-rata 3,9. Siklus II pertemuan kedua

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui rata-rata hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif TAI dengan